����� ��������������������Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��������� ������������������������e-ISSN:
2548-1398
��������� ������������������������Vol.
5, No. 10, Oktober
2020
KETERKAITAN INDIVIDUALITAS MANAJERIAL PEMASARAN DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0 PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Ade Onny Siagian
Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
This article is to find out whether our country is ready to face the 4.0
industrial revolution, especially in the accounting profession. the
relationship between the information generated by the management accounting
information system and management performance. One of the previous studies
stated that information with a certain individuality can improve performance. The research method used is the quantitative method. The industrial revolution was first introduced by prof. Klaus Schwab, in
his book Founder and Executive Chairman of the World Economic Forum. Based on
the results of the study, it aims to examine the relationship between
individuality of information and managerial performance. Indicators to measure
the individuality of information are broadscope, aggregation, integration and
timeliness, while managerial performance is represented by the factor of the
manager's ability to make plans, achieve targets and perform their work outside
the company. The results of this study generally indicate that there is a
correlation between the individuality of information consisting of broadscope,
aggregation, integration and timeliness with managerial performance, although the
level of this relationship varies depending on the needs of managers in
achieving their performance. The technological advances in it make the face of
the world industry change drastically.
Keywords: Individuality; Industrial
Revolution; Technology
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Apakah negara
kita siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0 khususnya di bidang profesi akuntansi. hubungan antara informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi
manajemen dengan kinerja manajemen. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif.
Salah satu penelitian terdahulu bahwa informasi dengan
individualitas tertentu dapat meningkatkan kinerja. Revolusi industri pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Klaus Schwab, dalam
bukunya Founder and Executive Chairman of
the World Economic Forum. Berdasarkan
hasil penelitian bertujuan untuk menguji hubungan antara individualitas
informasi dan kinerja manajerial. Indikator untuk mengukur individualitas
informasi adalah broadscope, agregasi, integrasi dan timeliness, sedangkan
kinerja manajerial diwakili dengan faktor kemampuan manajer dalam membuat perencanaan, mencapai target dan
melakukan kiprahnya diluar perusahaan. Hasil penelitian ini secara umum
menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara individualitas informasi yang
terdiri dari broadscope, agregasi,
integrasi dan timeliness dengan
kinerja manajerial, meskipun tingkat hubungan tersebut bervariasi tergantung
pada kebutuhan manajer dalam mencapai kinerja mereka. Kemajuan teknologi
yang ada di dalamnya membuat wajah industri
dunia berubah secara drastis.
Kata kunci: Individualitas; Revolusi
Industry; Teknologi
Pendahuluan
Dunia revolusi mengapa disebut revolusi? karena telah terjadi
perubahan yang dapat berpengaruh pada kehidupan baik di bidang perekonomian maupun bidang lain. Karenanya,
penting bagi para generasi penerus bangsa untuk dapat
berusaha menjadi manusia yang lebih kreatif dalam segala
hal.
Sistem informasi
dapat menciptakan duplikat dunia materi secara realistic dengan memperuntungkan model pabrik
digital dengan data sensor. Dibutuhkan
prinsip pengumpulan data
sensor belum matang agar menghasilkan informasi kerangka bernilai tinggi.
Perencanaan sistem
informasi manajemen yang merupakan bagian dari sistem pengendalian
organisasi perlu mendapat perhatian karena system informasi berguna bagi organisasi-organisasi
untuk mengendalikan dan memonitor proses yang memiliki nilai tambah (Stair, 1996).
Informasi yang diterima
oleh pihak manajemen sangat beraneka ragam dalam bentuk
maupun fungsinya. Dengan beragamnya informasi yang diterima oleh manajemen, maka perlu dipilih dan dikelompokkan individualitas informasi yang dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian kinerja manajemen.
Diakui oleh banyak
peneliti bahwa mengukur manfaat suatu informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi manajemen terhadap kinerja organisasi, merupakan hal yang sangat sulit (Mahmood, Mann, & Zwass, 2000). Tidak mengherankan
jika muncul berbagai ketidaksetujuan diantara para peneliti sendiri mengenai hubungan antara kinerja dan manfaat sebuah informasi. Salah satu alasan utama
ketidaksetujuan tersebut adalah korelasi yang mencerminkan hubungan antara kinerja dan informasi tidak secara langsung menunjukkan hubungan kausalitas. Meskipun masih terjadi pro dan kontra mengenai masalah tersebut, namun penelitian-penelitian mengenai hubungan antara kinerja manjerial dengan informasi tetap terus dilakukan, diantaranya oleh (Chia, 1995), (Gul & Chia, 1994), (Mia & Chenhall, 1994), (Choe, 1996) dan masih banyak lagi. Sejalan
dengan hasil-hasil yang dicapai oleh penelitian- penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh (Nazaruddin, 1998) juga berhasil membuktikan bahwa informasi yang memiliki karakteristik broadscope, tepat waktu (timeliness) memiliki agregasi
dan terintegrasi berpengaruh
terhadap kinerja manajerial.
Mengikuti hasil-hasil
yang telah dicapai oleh penelitian-penelitian sebelumnya,
maka peneliti tertarik untuk membuktikan adanya hubungan antara informasi dengan kinerja manajerial. Individualitas informasi yang bagaimana yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja yang baik. Individualitas adalah tentang bagaimana
seharusnya individu sadar tentang dirinya
sendiri adalah unik. Tentang bagaimana
pikiran kita adalah kita sendiri.
Kita membuat �semesta� yang
terbentuk melalui serangkaian kejadian yang terus-menerus, menjadi sebuah memori yang tersimpan dalam kamus kehidupan kita. Jiwa-jiwa yang hidup. Kontemplasi-kontemplasi
yang tidak pernah mati. Akal dan nurani yang selalu bergetar. Orang-orang yang
berpikir adalah orang-orang
favorit saya dan kelompok yang saya ingin menjadi bagiannya.
A. Landasan Teorinya
1.
Individualitas Informasi
Kriteria umum mengenai
individualitas informasi
yang baik menurut Wilkinson
adalah quantifiability, accuracy, aggregation,
timeliness (Wilkinson. Joseph W,
1999). Memang tidak
terdapat indikator pasti mengenai Individualitas informasi yang baik, namun berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa Individualitas informasi yang baik menurut persepsi manajemen adalah (Gul & Chia, 1994), (Nazaruddin, 1998):
a)
Broadscope
Dalam melaksanakan tugasnya manajer membutuhkan informasi dari berbagai sumber
yang sifatnya luas (Robbins & Coulter,
1994). Karena itu manajer membutuhkan informasi yang memiliki karakteristik broadscope yaitu informasi yang memiliki cakupan yang luas dan lengkap (completeness) yang biasanya
meliputi aspek ekonomi (pangsa pasar, produk domestik bruto (PDB), total penjualan dan aspek non-ekonomi misalnya kemajuan teknologi, perubahan sosiologis, demografi (Chia, 1995).
b)
Agregasi
Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas, tetapi tetap mencakup
hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu sendiri.
Informasi yang teragregasi� akan berfungsi sebagai masukan yang berguna dalam proses pengambilan keputusan, karena lebih sedikit waktu
yang diperlukan untuk mengevaluasinya, sehingga meningkatkan efisiensi kerja manajemen (Chia, 1995).
c)
Integrasi
Informasi yang mencerminkan kompleksitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian lain (Nazaruddin, 1998). Informasi yang terintegrasi berperan sebagai koordinator dalam mengendalikan pengambilan keputusan yang beranekaragam (Chia, 1995). Manfaat informasi yang terintegrasi dirasakan penting saat manajer dihadapkan
pada situasi dimana harus mengambil keputusan yang akan berdampak pada bagian/unit yang
lain.
d)
Timeliness
Menyatakan ketepatan waktu dalam memperoleh
informasi mengenai suatu kejadia (Echols & Shadily,
1996). Informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi
tersebut mencerminkan kondisi terkini dan sesuai dengan kebutuhan
manajer (Bodnar, 2000). Informasi yang tepat waktu akan
membantu manajer dalam pengambilan keputusan.
2.
Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial adalah ukuran seberapa
efektif dan efisien manajer telah bekerja
untuk mencapai tujuan organisasi (AF, n.d.). Evaluasi atas kinerja yang dilakukan oleh manajer beragam tergantung pada budaya yang dikembangkan
masing-masing perusahaan (Ivancevich, Matteson,
& Konopaske, 1990). Berikut ini beberapa ukuran
yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajemen, berdasarkan perspektif non-keuangan:
a)
Kemampuan manajer untuk
membuat perencanaan (Schermerhorn, 1999), Perencanaan yang baik dapat meningkatkan
fokus dan fleksibilitas manajer dalam manangani
pekerjaannya. Masalah fokus dan fleksibilitas merupakan dua hal
penting dalam lingkungan persaingan yang tinggi dan dinamis. Kemampuan manajer dalam membuat perencanaan
dapat menjadi salah satu indikator untuk mengukur kinerja manajer (Nazaruddin, 1998).
b)
Kemampuan untuk mencapai
target. Kinerja manajer dapat
diukur dari kemampuan mereka untuk mencapai apa yang telah direncanakan (Mahmood et al., 2000). Target harus cukup spesifik, melibatkan partisipan, realistik� dan menantang serta memiliki rentang waktu yang jelas (Hess, Peter, 1996).
c)
Kiprah manajer di luar perusahaan. Intensitas manajer dalam mewakili
perusahaan untuk berhubungan dengan pihak luar menunjukkan
kepercayaan perusahaan kepada manajer tersebut. Kepercayaan ini dapat timbul
karena beberapa hal, salah satunya adalah kinerja yang baik dari manajer.
Menurut (Wagner, 1995) juga mengungkapkan bahwa peranan manajer
dalam mewakili perusahaan menunjukkan tingkat kinerjanya.
Hubungan Individualitas Informasi dengan Kinerja Manajemen (Chia, 1995) dalam salah satu penelitiannya mengungkapkan bahwa Individualitas informasi yang berupa aggregation, broadscope, integration dan timeliness mampu meningkatkan kinerja manajer. Manajer yang memiliki informasi dengan karakteristik tersebut umumnya mampu untuk
membuat perencanaan yang lebih baik dan mencapai target yang telah ditetapkan.� Hal ini khususnya lebih
nampak pada organisasi-organisasi
yang terdesentralisasi (Chia, 1995).
Sebelumnya, (Gul & Chia, 1994) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa ketersediaan individualitas broadscope dan agregasi atas informasi berkaitan erat dengan kinerja manajemen. Dengan kata lain, bahwa keberadaan kedua individualitas ini mampu meningkatkan
kinerja manajemen. Dalam penelitian (Mia & Chenhall,
1994), meskipun hanya meneliti individualitas broadscope dari informasi, namun mereka berhasil
membuktikan bahwa individualitas ini berpengaruh terhadap kinerja manajemen. Bukti-bukti bahwa individualitas
informasi berhubungan dengan kinerja manajemen juga diungkapkan oleh
AICPA. Hasil survey yang pernah dilakukan
oleh AICPA & Lawrence S. Maisel mengenai pengukuran kinerja menyatakan, sebanyak 77% responden menyetujui bahwa karakteristik informasi yang berkualitas penting dalam meningkatkan
kinerja manajerial (Maisel, 2001). Selanjutnya (Nazaruddin, 1998) yang menguji mengenai pengaruh antara desentralisasi dan karakteristik informasi terhadap kinerja manajerial menunjukkan bahwa tingkat keandalan
individualitas informasi (broadscope, timeliness, agregasi
dan integrasi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Namun besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada derajat desentralisasi. Pada organisasi-organisasi
yang memiliki derajat desentralisasi yang tinggi maka kebutuhan akan individualitas
informasi sangat berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif.
1.
Model Analisis
Hubungan-hubungan yang akan diteliti dapat digambarkan dalam model berikut ini:
WAKTU BIAYA TENAGA ETIK INDIVIDUALITAS INFORMASI KINERJA MANAJERIAL PERENCANAAN PENCAPAIAN TARGET
�����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������������������������������������
��������������������������������������������������������������
2.
Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
Tabel 1
Definisi
Operasional Variabel
Variabel |
Definisi
Operasional |
Pengukuran |
Broadscope (BROAD) |
Tingkat
ketersediaan In formasi yang memiliki karakteristik broadscope (mengandung faktor - faktor eksternal, internal, dan masa yang akan
datang) |
Tersedia atau tidaknya informasi yang memiliki
karakteristik broadscope |
Timeliness (TIME) |
Tingkat
keter sediaan informasi yang memiliki karakteristik timeliness
(informasi terkini,
interval waktu antara kebutuhan informasi dan ketersediaan informasi) |
Tersedia atau tidaknya informa siyang memiliki karakteristik timeliness |
Agregasi (AGER) |
Tingkat
ketersediaan informasi
yang memiliki karakteristik
agregasi (lengkap, ringkas) |
Tersedia atau tidaknya informasi yang memiliki
karakteristik timeliness |
Integrasi (INTER) |
Tingkat
ketersediaan informasi
yang memiliki karakteristik
integrasi (kompleks,
detail, informa siantar
unit /bagian ) |
Tersedia atau tidaknya Informasi
yang memiliki karakteristik
integrasi |
Kinerja manajerial |
Kemampuan manajer
dalam menyusun perencanaan
(PLAN), mencapai target (TARGE
T), dan kiprah manajer diluar perusahaan (KIP RAH ) |
Tingkatkinerja manajemen apakah
termasuk kategori jauh dibawah rata-rata sampai jauh diatas
rata- rata dibandingkan dengan
kinerja rata -rata rekan mer eka�� (selfrating scale). |
3.
Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang
digunakan untuk data penelitian menggunakan skala ordinal (1-5).
4.
Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu
sebagai subyek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah manajer fungsi yang ada dalam perusahaan, khususnya manajer penjualan
dan manajer pemasaran.
5.
Populasi
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang ada di Jawa Tengah.
Menurut data Biro Pusat
Statistik Semarang,
jumlah perusahaan berukuran besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2017 sebanyak 530 perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan dilihat dari struktur modal.
6.
Sampel dan Teknik Sampling
Penelitian
ini menggunakan teknik sampling simple random sampling Jumlah sampel yang terjaring dengan menggunakan teknik sampling tersebut sebanyak 225 perusahaan manufaktur.
Hasil dan Pembahasan
A.
Profil Responden
Dari 225 kuesioner yang
dikirimkan yang kembali dan diisi lengkap hanya 74 kuesioner atau sekitar 35% dari total
kuesioner. Rata-rata
responden memegang jabatan sebagai manajer
pemasaran dan penjualan selama 2
tahun dengan rata-rata masa
kerja 2 sampai 5 tahun. Sebanyak 70% responden adalah pria. Berikut
Gambaran profil
responden pada table 2
ini:
Tabel 2
Profil responden
Deskpsi |
Jumlah |
Persentase |
Jabatan : -
Manajer Pemasaran -
Manajer Penjualan |
��������� 45
orang ��������� 34
orang |
57% 43% |
Lama bekerja: |
|
|
-��������� < 2 tahun |
��������� 11 orang |
14% |
-��������� 2-5
tahun |
��������� 40 orang |
51% |
-��������� > 5 tahun |
��������� 28 orang |
35% |
Lama memegang |
Jabatan |
sebagai |
|
|
|
manajer: |
|
|
|
|
|
- < 2 tahun |
|
|
37 |
Orang |
47% |
- 2-5 tahun |
|
|
25 |
Orang |
32% |
- > 5 tahun |
|
|
17 |
Orang |
21% |
Jenis kelamin: |
|
|
|
||
-��������� Pria |
55 |
Orang |
70% |
||
-��������� Wanita |
24 |
Orang |
30% |
(Sumber: Hasil olahan
penulis)
B. Pengujian Validitas
dan Reliabilitas
Tahap
pengujian bertujuan untuk memastikan validitas dan reliabilitas dari butir-butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner
maupun validitas dan reliabilitas dari konstruk yang digunakan dalam penelitian ini. Hasilnya menunjukkan�� beberapa�� butir�� pertanyaan tidak valid dan reliable karena r
hitung dan r alpha
< r tabel. Butir-butir pertanyaan tersebut otomatis gugur dan dilakukan pengujian ulang untuk butir-butir
pertanyaan yang valid saja.
Pengujian
validitas dan reliabilitas untuk konstruk dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan sebagai indikator konstruk merupakan representasi yang sesuai dari konstruk yang ingin diukur. Untuk
konstruk individualitas Informasi, keempat�� variabel�� yang��
dipakai��
sebagai indikator
masing-masing Broads Cope, Agregasi, Integrasi dan Timeliness
��memiliki
r Alpha 0.1489 yang lebih besar
dari r tabel 0,1457. Nilai
r Alpha yang dihasilkan tersebut
menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan memenuhi validitas dan reliabilitas yang ditetapkan.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas untuk variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur konstruk kinerja manajerial yang terdiri dari perencanaan,
pencapaian target dan kiprah
manajemen menghasilkan angka r alpha yang lebih tinggi dari r tabel.
R alpha 0, 4659 sedangkan r tabel
0, 1457, berarti bahwa semua variabel yang digunakan untuk mengukur konstruk kinerja manajerial memenuhi validitas dan reliabilitas konstruk.
Variabel
yang valid dan reliabel tersebut
kemudian diikutsertakan dalam pengujian berikutnya dalam rangka membuktikan hipotesis yang telah diajukan. Hasil pengujian menunjukkan beberapa variabel memiliki korelasi yang cukup signifikan meskipun r korelasi tidak cukup tinggi, rata-rata berada dibawah 0.5.
Hubungan
antara variabel-variabel untuk konstruk individualitas informasi dengan salah satu variabel untuk konstruk kinerja manajerial yaitu PLAN yang disajikan pada tabel 3 dibawah ini.
��������� Tabel 3
Koefisien Korelasi Variabel Broadscope, Agregasi, Integrasi dan Timeliness terhadap Variabel Perencanaan
|
PLAN |
|
BROAD |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
-.187 .099 |
AGER |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
0.06 .599 |
INTER |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
.432 .000 |
TIME |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
.290 .009 |
(Sumber: Hasil olahan penulis)
Dari
hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa kemampuan manajer dalam membuat
perencanaan berhubungan dengan factor integrasi dan timeliness. Sedangkan
kedua faktor lainnya yaitu broadscope dan agregasi tidak
mempunyai hubungan yang signifikan. Pada saat membuat perencanaan, manajer dihadapkan pada situasi dimana perencanaan yang dibuat akan berpengaruh pada unit-unit
lain, maka informasi yang terintegrasi dan tepat waktu lebih dibutuhkan.
Berbeda dengan temuan
sebelumnya yang menunjukkan
bahwa kebutuhan unsur karakteristik informasi untuk kinerja perencanaan lebih pada karakteristik informasi berupa integrasi dan tim eliness, pada pengukuran kinerja manajemen berupa pencapaian target, keempat faktor yang menjadi indikator karakteristik informasi semuanya�� memiliki�� korelasi�� dengan�� pencapaian target.� Besarnya hubungan dan signifikansi hubungan keempat faktor karakteristik informasi dengan kinerja manajerial yang diukur dengan pencapaian target, dapat dilihat pada tabel 4. berikut:
Tabel 4
Koefisien� Korelasi� Variabel Broadscope, Agregasi, Integrasi dan Timeliness
terhadap Variabel Pencapaian Target
|
TARGET |
|
BROAD |
Correlation Coefficient Sig
(2-tailed) |
-.452 .000 |
AGER |
Correlation Coefficient Sig (2-tailed) |
0.346 .002 |
INTER |
Correlation Coefficient Sig
(2-tailed) |
.336 .002 |
TIME |
Correlation Coefficient Sig (2-tailed) |
.293 .009 |
(Sumber: Hasil olahan penulis)
R
bertanda negatif dan signifikan pada hubungan antara Broad dengan Target menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai
target yang telah ditetapkan
manajer memerlukan informasi yang lebih fokus, oleh karena itu, jika informasi
terlalu luas justru akan mengakibatkan
fokus manajer terpecah dan akan mengganggu pencapaian target. (Hess, Peter, 1996) mengatakan bahwa target� yang efektif dapat dicapai
jika informasi yang dihasilkan focus dan spesifik. Selain itu, untuk
tingkatan manajeria menengah yang menjadi responden dalam penelitian ini, membutuhkan informasi yang lingkupnya tidak terlalu luas (Wilkinson. Joseph W, 1999).
Pengujian kemudian dilanjutkan pada hubungan� karakteristik� informasi� dengan kinerja� manajemen� berupa� kiprah� manajemen diluar perusahaan.���� Hasil pengujian seperti disajikan pada tabel 5 menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan secara statistik hanya pada� hubungan antara Broad� dengan� Target. Koefisien korelasi kedua faktor tersebut
0.287 dengan tingkat signifikansi 0,010.
Tabel
5
Koefisien� Korelasi� Variabel Broadscope, Agregasi, Integrasi dan Timeliness
terhadap Variabel Kiprah Manajemen diluar Perusahaan
|
KIPRAH |
|
��� BROAD |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
.287 .010 |
��� AGER |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
0.145 .203 |
��� INTER |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
-.098 .392 |
��� TIME |
Correlation
Coefficient Sig (2-tailed) |
-.067 .557 |
(Sumber: Hasil olahan penulis)
Sedangkan
pada ke tiga faktor lainnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ternyata untuk individualitas informasi yang
paling diperlukan untuk menunjang kinerja manajemen berupa kiprah manajer diluar perusahaan adalah keluasan wawasan dan pengetahuan manajer yang dalam penelitian ini faktor tersebut diwakili dengan broadscope. Menurut (Robbins & Coulter, 1994),
mengatakan bahwa dalam berhubungan dengan pihak luar,
terutama dalam dalam mewakili perusahaan, manajer perlu melengkapi diri dengan informasi
dan pengetahuan yang luas mengenai� situasi eksternal dan internal perusahaan. Kebutuhan ini akan bisa
terpenuhi apabila informasi yang disajikan kepada manajer memiliki individualitas broadscope.
Secara keseluruhan hasil-hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa kinerja manajerial yang dalam penelitian ini diwakili oleh tiga indikator berupa kemampuan manajer dalam membuat
perencanaan, kemampuan manajer mencapai target dan kiprah manajer diluar perusahaan, sebenarnya berhubungan dengan keempat individualitas informasi yang terdiri dari broadscope, agregasi,
integrasi dan tim eliness. Hanya saja besarnya hubungan
bervariasi tergantung pada fungsi yang harus dilakukan oleh manajer.
Hasil-hasil penelitian ini� berbeda� dengan� hasil� penelitian� terdahulu,� khususnya� yang dilakukan oleh (Nazaruddin, 1998),
yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan hubungan antara individualitas informasi dengan kinerja manajemen kuat dengan koefisien korelasi diatas 0.5. Salah satu hal yang kemungkinan
menyebabkan perbedaan hasil terletak pada sifat struktur organisasi. Meskipun memang belum dilakukan
pengujian lebih jauh dalam penelitian
ini, misalnya melalui uji beda, untuk mengetahui perbedaan pengaruh karakteristik informasi terhadap kinerja manjerial pada organisasi yang sentralisasi dan desentralisasi, namun dengan membandingkan
hasil penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan
oleh Nazarrudin (1998), mengindikasikan
bahwa struktur organisasi berperan dalam mendukung besarnya hubungan karakteristik informasi dan kinerja manajamen. Pada organisasi yang sentralistik, biasanya semua keputusan datang dari pusat (top manager), manajer tingkat
menengah/bawah kurang diberi wewenang
untuk mengambil keputusan penting. Keputusan yang
diambil oleh manajemen tingkat menengah tersebut, umumnya hanya berkaitan dengan day to day
operation. Dengan demikian
manajer tingkat bawah merasa kurang
memerlukan informasi untuk pengambilan keputusan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerjanya, karena segala sesuatunya telah ditetapkan dari atas. Berbeda
dengan situasi yang terjadi pada organisasi yang terdesentralisasi, karena disana manajemen menengah/bawah mendapat kewenangan penuh untuk mengambil
keputusan- keputusan penting yang berdampak pada kinerjanya. Oleh karena itu mereka akan
lebih concern dengan informasi yang disajikan, karena informasi tersebut mendasari keputusan yang diambil.
1.
Timeliness (Time)
(Chia, 1995) Time Dimension (dimensi waktu informasi)
Informasi dikatakan
berkualitas jika:
a) Currency alias terbaru (tidak ketinggalan). Informasi yang diberikan sangat tepat
waktu. Buat sistem informasi yang menyajikan informasi basi. Tidak bisa
digunakan apalagi untuk mengambil keputusan. Informasi yang tersaji cepat akan
memuaskan pengguna dan mendukung pengambilan keputusan. Akan lebih baik lagi
jika real time ya.
b) Timeliness alias tersedia kapan saja user membutuhkan. Artinya
informasi tersedia kapan pun user menginginkannya. Pagi, siang, sore, bahkan
tengah malam. Mungkin yang saat ini lagi dikembangkan adalah aplikasi sistem
informasi via handphone (mobile
application).
c) Frequency yang
berarti informasi tersedia dalam periode waktu tertentu. Agak mirip-mirip
dengan kategori up to date.
2. Hubungan Karakteristik Kinerja Manajerial
Informasi dibutuhkan didalam mendapatkan ketentuan. Administrasi sangat membutuhkan data nan akurat dan layak dijadikan sebagai ketentuan. Data up to
date atau akseptable merupakan data yang menyimpan detail aggregation,
integration, broad scope, timeliness, dibutuhkan tata
usaha dalam membantu pengambilan ketentuan yang sesuai. Pengutipan ketentuan terbaik dapat mempengaruhi
pada kemampuan administratif.
Kriteria data perhitungan manajemen berpengaruh terhadap kinerja administratif dalam memberikan ketentuan.
Kriteria broad
scope memaparkan data yang berhubungan
dengan faktor-faktor eksternal perusahaan ataupun internal perusahaan, data
perdagangan dengan data bukan perdagangan, perkiraan keadaan di era yang akan datang. Data broad scope dapat
memangkas kesalahan kemudian menyediakan konsolidasi data keuangan dengan bukan data keuangan yang diperlukan serta dapat membantu
manajer menciptakan kebijakan yang lebih tersusun sehingga produk yang diharapkan bisa meningkatkan kapasitas administratif. Akuarasi data artinya data tersebut tersaji sebagai rekomendasi didalam pengambil kebijakan sebelum data yang ada hilang kapabilitasnya
dalam mempengaruhi kebijakan. Dengan data yang tepat waktu atau
up to date diharapkan
dapat melepaskan feedback secara
optimal terhadap ketentuan-ketentuan
yang telah direncanakan. Pengumpulan Informasi diperlukan pada industri, untuk bisa mengantisipasi
terjadinya peningkatan data.
Data yang bisa teragregasi secara teratur dapat membagikan informasi sesuai dengan kebutuhan yang dapat dipertimbangkan dan mensurvai data lebih detail beserta data yang tidak terakumulasi. Data itu saling tergabung atau informasi yang terhubung mencerminkan adanya koordinasi antara penggalan atau irisan bagian
bagian data satu dengan data lainnya. Data yang terintegrasi sangat diperulkan untuk mendapatkan persetujuan oleh pihak lembaga terkait
sesuai hirarki keruwetan (komplikasi) serta adanya keterkaitan
antara data satu dengan data lainnya secara luas.
Individualitas data perhitungan
manajemen berdampak pada pengambilan ketentuan dapat dilihat pada pembahasan di atas. Jika individualitas data perhitungan manajemen layak, maka kemampuan administratif dipastikan melambung, namun jika individualitas data perhitungan manajemen dibawah ketentuan, maka kemampuan administratif dipastikan mengalami perubahan yang signifikan.����������
Adanya karakteristik data perhitungan
managemen dapat membantu manajer dalam kegiatan perencanaan, pengendalian, dan pengawasan yang berguna dalam pengambilan keputusan sehingga manajer dapat memberikan
hasil keputusan terbaik yang berguna bagi kelangsungan hidup perusahaan. Karakteristik Informasi akuntansi manajemen juga akan menjadi masukan
yang penting untuk mengarahkan organisasi pada hal-hal yang realistis untuk dicapai berdasarkan
kondisi organisasi tersebut. Dapat dirumuskan dengan melihat kemudahan penyediaan data yang memiliki karakteristik, timeliness,
broad scope, integration, aggregation dimana dalam pembuatan ketentuan yang dibuat manajer lebih detail lebih teruji maka
agenda yang telah dibuat akan lebih baik
dalam menaikan kemampuan administratife dengan kata lain bisa dibilang individualitas data perhitungan manajemen berdampak pada kemampuan administratif.
Kemampuan administratif yang
apik dipastikan didukung oleh bagian bagian data perhitungan manajemen yang kondusif. Jika kemampuan administrative data perhitungan
manajemen sesuai, maka kemampuan administratife bakal sesuai dan sebaliknya. (Chenhall
& Morris, 1986) mengatakan bahwa menurut persepsi
manajer, karakteristik koordinasi perhitungan manajemen bermanfaat kepada kemampuan administratif. Hasil observasi terhadap administrator puncak, menyatakan bahwa semakin memadai sistem akuntansi manajemen yang ditandai dengan sifatnya broad scope, timeliness, aggregation,
integration, maka semakin
tinggi pula kinerja manajer.
3.
Kinerja Manajerial
Kemampuan manajer dalam menyusun perencanaan (Plan). Mencapai target (Target) dan kiprah manajer diluar
perusahaan (Kiprah). Tingkat Kinerja manajemen
apakah termasuk kategori jauh dibawah rata-rata.
4. Broadscope
Broadscope adalah
suatu lingkup yang luas yang mampu memberikan informasi yang bersifat internal maupun eksternal organisasi. Timeliness merupakan
data yang telah tersaji ketika diinginkan serta kerap dilaporkan
secara logis. Aggregation adalah
simpulan data berdasarkan fungsi, model keputusan, dan periode waktu. Integration merupakan
data yang menggambarkan adanya
pengaturan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya.
Sedangkan, kemampuan administratif merupakan kemampuan diri sendiri sebagai bagian dari tim
saat melakukan aktifitas aktifitas atau aksi manajemen,
seperti perencanaan, penyelidikan, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staff, negoisasi, perwakilan serta kinerja secara keseluruhan. Metode observasi yang dipakai pada saat observasi yaitu metode verifikatif
Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil
dari penelitian ini yaitu terdapat
hubungan antara individualitas infromasi berupa integrasi dan tim eliness
terhadap kinerja manajerial yang diukur dengan kemampuan manajer membuat
perencanaan, dan hubungan tersebut signifikan secara statistik. Sedangkan individualitas
informasi berupa broadscope dan agregasi tidak terbukti
berhubungan dengan kinerja manajerial berupa kemampuan manajer dalam membuat
perencanaan. Dengan kata lain hubungan-hubungan yang dibentuk dalam hipotesis 1
sampai 4, hanya 2 yang terbukti, yaitu hipotesis 3 dan 4,� sedangkan hipotesis 1 dan 2 ditolak.
Selain itu, Terdapat hubungan antara individualitas
informasi yang terdiri dari broadscope, agregasi, integrasi dan timeliness
terhadap kinerja manajerial berupa kemampuan manajer dalam mencapai target dan
hubungan tersebut signifikan secara statistik. Dengan demikian
hubungan-hubungan yang diajukan pada hipotesis 5 sampai 8, semuanya terbukti. Dan terdapat hubungan antara karakteristik
informasi berupa broadscope dengan kinerja manjerial yang
diukur dengan kiprah manajer di luar perusahaan. Ketiga individualitas� informasi�
lainnya� berupa� agregasi, integrasi dan timeliness
tidak terbukti berhubungan dengan kinerja manajer yang diwakili dengan kiprah
manajer diluar perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, berarti tiga hipotesis
yang diajukan yaitu hipotesis 10 sampai 12 ditolak, dan hanya satu hipotesis
yaitu hipotesis 9 yang diterima.
BIBLIOGRAFI
AF, Stoner James. (2010). Principles and Practice of
Management & Business Communication: Strictly as per the B. Com Hons.
syllabus requirements of the Calcutta University. Pearson Education India.
Bodnar, George H. (2000). Business Systems: An Integrated
Perspective. Pearson Cusotm Pub.
Chenhall, Robert H., & Morris, Deigan. (1986). The Impact
of Structure, Environment, and Interdependence on The Perceived Usefulness of Management
Accounting Systems. Accounting Review, 16�35.
Chia, Yew Ming. (1995). Decentralization, Management
Accounting System (MAS) Information Characteristics and Their Interaction
Effects on Managerial Performance: A Singapore Study. Journal of Business
Finance & Accounting, 22(6), 811�830.
Choe, Jong Min. (1996). The Relationships Among Performance of
Accounting Information Systems, Influence Factors, and Evolution Level of
Information Systems. Journal of Management Information Systems, 12(4),
215�239.
Echols, John M., & Shadily, Hassan. (1996). Kamus
Inggris Indonesia, Cetakan XXIII, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Gul, Ferdinand A., & Chia, Yew Ming. (1994). The Effects of
Management Accounting Systems, Perceived Environmental Uncertainty and
Decentralization on Managerial Performance: A Test Of Three-Way Interaction. Accounting,
Organizations and Society, 19(4�5), 413�426.
Hess, Peter, Julie Siciliano. (1996). Management
Responsibility for Peformance (Intenation). USA: MacGraw Hill, Inc.
Ivancevich, John M., Matteson, Michael T., & Konopaske,
Robert. (1990). Organizational behavior and management. 4th
Edition. Irwin.
Mahmood, Mo Adam, Mann, Gary J., & Zwass, Vladimir.
(2000). Impacts of Information Technology Investment on Organizational
Performance. Journal of Management Information Systems, 16(4),
3�10.
Maisel, Lawrence S. (2001). Performance measurement
practices: Survey results. American
Institute of Certified Public Accountants
Mia, Lokman, & Chenhall, Robert H. (1994). The Usefulness
of Management Accounting Systems, Functional Differentiation and Managerial
Effectiveness. Accounting, Organizations and Society, 19(1),
1�13.
Nazaruddin, Ietje Ietje. (1998). Pengaruh desentralisasi dan
karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial.
The Indonesian Journal of Accounting Research, 1(2).
Nazaruddin Safaat, H. (2011). Android Pemrograman Aplikasi
Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Informatika. Bandung.
Robbins, Stephen P., & Coulter, Marry. (1994). Management.
USA: Prentice Hall. Inc.
Schermerhorn, John R. (1999). Management. New York: John
Wiley&Sons. Inc.
Stair, Ralph M. (1996). Principles of Inform ation Systems.
Second Edition. Massachusets: International Thomson Publishing.
Wagner, John A. dan John R. Hollenback. (1995). Management
of Organizational Behavior. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Wilkinson. Joseph W. (1999). Accounting and Information
Systems. Third Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.
���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������