Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 5, No. 10, Oktober 2020

AKTUALISASI NILAI PENDIDIKAN MASYARAKAT ETNIK GAYO MELALUI BUDAYA ADAT BERU BERAMA BUJANG BERINE

 

Evanirosa dan Ramsah Ali

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon Aceh, Indonesia

Email: [email protected] dan [email protected]

 

Abstract

The rise of indifference and indifference to public education indicates the lack of social responsibility. This indifference is not only seen among relatives but in all educational circles and even in society. This paper aims to re-actualize the heritage value of the Gayo community and can be used as a reference in public education, this value is beginning to be eroded by regulation and globalization. To respond to this, it is necessary to have an agenda of preservation or re-actualizing social responsibility that has been a local policy from generation to generation. As in the Gayo community, have a shared responsibility in education. These responsibilities are made by joint obligations in life. This research method uses descriptive qualitative, with field research and participants using a purposive sampling technique namely the cultural figures of the Gayo Community. This data collection uses observations, semi-structured interviews, documentation, while data analysis uses reduction data, display data, and conclusions. Findings in research, that the Gayo community has a value of responsibility for moral education for the Gayo generation, maintain honor from one another as a form of shared responsibility in life. Every child in the Gayo community is considered a biological child who needs to be nurtured and guided together, as an obligation.

Keywords: Educational Value; Gayo Ethnic Community; Beru Berama Bujang Bernie Culture.

Abstrak

Maraknya sikap acuh dan tidak perduli terhadap pendidikan masyarakat mengisyaratkan minimnya tanggung jawab sosial. Sikap acuh tersebut bukan hanya terlihat di kalangan kerabat, tetapi terhadap seluruh lingkungan pendidikan bahkan masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan kembali nilai pusaka masyarakat Gayo dan dapat dijadikan acuan dalam pendidikan masyarakat, Nilai ini mulai terkikis oleh regulasi dan globalisasi. Untuk menghadapi hal itu, butuh agenda pelestarian maupun pengaktualisasian kembali tanggung jawab sosial yang telah menjadi kebijaksaan lokal secara turun temurun. Seperti halnya pada masyarakat Gayo, memiliki tanggung jawab bersama dalam pendidikan. Tanggung jawab tersebut dijadikan kewajiban bersama dalam kehidupan. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif, dengan penelitian lapangan (field research) juga partisipan memakai teknik purposive sampling yakni tokoh budaya masyarakat Gayo. Pengumpulan data ini memakai pengamatan, wawancara semi terstruktur, dokumentasi adapun analisa data memakai data reduction, display data serta kesimpulan. Temuan dalam penelitian, bahwa Masyarakat Gayo memiliki nilai tanggung jawab terhadap pendidikan akhlak generasi Gayo, menjaga kehormatan antara satu dengan yang lainnya sebagai bentuktanggung jawab bersama dalam kehidupan. Setiap anak dalam masyarakat Gayo dianggap sebagai anak kandung yang perlu dibina dan dibimbing bersama, sebagai sebuah kewajiban.

 

Kata kunci: Nilai Pendidikan; Masyarakat Etnik Gayo; Budaya Beru Berama Bujang Berine

 

Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai motivasi serta kebutuhan untuk berinteraksi kepada manusia lainnya. Sudah menjadi kodratnya manusia saling membutuhkan satu sama lain dalam hidup bersama. Untuk mengharmoniskan hubungan sosial tersebut diperlukan adanya nilai-nilai pendidikan yang perlu ditanamkan dan dipelihara selama hidup bersama, Jadi values pendidikan ialah sifat-sifat maupun hal-hal yang melekat pada pendidikan yang dipakai sebagai fundamental manusia untuk meraih tujuan hidup manusia yakni mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai itu harus ditanamkan pada anak sejak kecil, sebab pada saat itu ialah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya. Suatu nilai memberikan makna dalam hidup yang memberikan hidup ini titik tolak, isi serta tujuan. Karakteradalahciri dari sifatindividuyang dapat membedakandengan yanglain.Yangdimaksuddalamhaliniialahcirikhas nilaibudipekertiyang dapatditerapkandalamberinteraksidenganlingkungansosial,dirisendiri,antar manusia,maupundenganTuhannya,yangterwujuddalamsikap,perbuatan,dan perasaaanberdasarkannorma (Ihsan, 2019). Sebagaimana penelitian Aep Saepudin mengatakan bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan beragam sifat. Keragaman sifat manusia menimbulkan persoalan perilaku di kalangan masyarakat. Pendidikan Karakter ialah solusi dalam menyelesaikan tiap-tiap persoalan yang ada di masyarakat khususnya di dunia pendidikan (Saepudin, 2018).

Kearifanlokaladalahpandanganhidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupanyangberwujudaktivitasyang dilakukanolehmasyarakatlokaldalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Fajarini, 2014). Kearifan lokal adalah akumulasi pengetahuan serta kebijakan yang berkembang pada suatu komunitas yang merangkum perspektif teologis, kosmologis serta sosiologis (Musanna, 2012). Kearifan lokal mengacu pada filosofi, nilai-nilai, etika, serta perilaku yang melembaga dengan tradisional untuk mengatur sumber daya (alam, manusia, juga budaya) secara berkelanjutan. Oleh karena itu, kearifan lokal bisa dirumuskan menjadi formulasi pandangan hidup (world-view) suatu komunitas terkait fenomena alam serta sosial yang mentradisi maupun sosial diikuti.Kearifan lokal yang tercapai dalam pantangan maupun konsepsi terkait hutan larangan, contohnya menunjukkan terkait esensi yang boleh serta tidak boleh dilaksanakan. Jika terdapat pelanggaran pada pantangan itu maka menimbulkan konsekuensi pengucilan serta implikasi-implikasi lain yang bisa menggangu harmoni dalam pergaulan sosial. Kearifan lokal teruji serta mampu bertahan dalam waktu yang lama. Kearifan lokalbisa digali serta dijadikan basis pendidikan karakter. Itu karena kearifan lokal memiliki beberapa kelebihan yakni, dapat bertahan akan budaya luar, mempunyai kemapuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, memiliki kemampuan mennyatukan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, memiliki kemampuan mengendalikan, serta mampu memberi arah pada perkembagan budaya (Lestari, 2012).

Orang tua atau generasi yang lebih tua beranggapan, �proses pembelajaran dan pengajaran budaya dapat diproleh secara langsung dari lingkungannya, lingkungan berbudaya yang ada di Gayo sudah berubah dengan masuknya budaya-budaya lain. Akibatnya terjadinya kontak budaya, ada yang bertahan dan ada yang kalah dalam pelaksanaan budaya Beru Berama Bujang Berine ini. Dengan demikian, banyak terjadi pergeseran nilai, norma, dan budaya (Al-Gayoni, 2018)

Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah. Selain itu suku Gayo juga mendiami sebagian wilayah di Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, dan Aceh Timur. Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya dan mereka menggunakan Bahasa Gayo dalam percakapan sehari-hari mereka.Suku bangsa Gayo memiliki beragam budaya yang menjadi budaya dan kebiasaan masyarakat Gayo pada umumnya. Budaya secara umum adalah cara hidup yang mengatur agar setiap manusia mengerti dan memahami bagaimana mereka harus bertindak, berlaku, berbuat dan menentukan sikap saat berhubungan dengan orang lain. Semua hal ini berkaitan dengan cara komunikasi atau bahasa, budaya dan kebiasaan yang terjadi di lingkungan tersebut (Al-Gayoni, 2018). Suku Gayo memiliki budaya yang begitu kuat salah satunya seperti Budaya Beru Berama Bujang Berine. Budaya Beru Berama Bujang merupakan suatu budaya yang sejak dahulu kala telah dijalankan oleh masyarakat Gayo, budaya tersebut sangat erat hubungannya dengan kebersamaan, tolong menolong dan saling menyayangi satu dengan yang lainnya, jika satu yang tersakiti maka semua masyarakat yang harus bertanggung jawab, tiada istilah untuk menyatakan keluarga masing-masing, setiap anak yanga da dalam masyarakat tersebut adalah anak sendiri yang harus dibimbing bersama, artinya bagi anak semua petue adalah orangtua mereka yang wajib di patuhi dan dihormati. begitulah persaudaraan yang ditanamkan dalam budaya Beru Berama Bujang Berine. Budaya Beru Berama Bujang Berine ini sudah dikenal dengan budaya kekeluargaan atau kelompok, dalam suatu desa sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Beru Berama Bujang Berine ini mengajarkan kita juga akan eratnya persaudaraan dalam satu kampung tersebut. Sedangkan arti persaudaraan adalah persaudaraan yang sangat karib seperti layaknya saudara atau persahabatan yang serupa dengan pertalian saudara, dengan kata lain persaudaraan adalah pertalian persahabatan yang sangat dekat bagaikan antara adik dan kakak seayah dan seibu.Budaya masyarakat Gayo itu pada dasarnya bermuatan pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai, aturan, hukum yang menjadi acuan bagi tingkah laku dalam kehidupan suatu masyarakat (Hurgronje, 1903) (Jamhir, 2018).

Pendidikan dalam Budaya Beru Berama Bujang Berine ini adalah orang tua kemudian yang menjalankannya adalah masyarakat itu sendiri, dalam menjalankan budaya Beru Berama Bujang Berine tentu memiliki segi positif dan negatif. manfaat budaya Beru Berama Bujang Berine ini adalah kuatnya jalinan silaturahmi antara masyarakat satu dengan lainnya. Kemudian saling menjaga, tolong menolong, memliliki rasa kasih sayang, kemudian salah Bertegah benar Berpapah (Sabariah, 2014).

Dewasa ini degradasi nilai moral bangsa sudah mencapai titik yang memprihatinkan. Persoalan ini menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk keluarga. Keluarga merupakan lembaga masyarakat pertama dan utama yang menjadi wadah tumbuh kembangnya kepribadian dan karakter setiap individu. Keluarga mempunyai peranan yang amat penting dan strategis dalam penyadaran, peneneman, dan pengembangan nilai moral sosial budaya. Adanya ikatan emosinal yang terjalin antara orangtua dengan anak yang demikian kuat, maka pendidikan di keluarga memiliki sisi keunggulan dalam pembinaan nilai moral anak guna mengatasi degradasinilai moral (Purwaningsih, 2012). Untuk itu perlunya kembali menanamkan nilai-nilai pendidikan melalui pendekatan nilai lokal yang sudah turun temurun.

Jadi Habib Thoha mengutip pendapat Milton Rokeach dan James Bank, Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan yang mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan (Thoha, 1996).

Sedangkan pendidikan adalah pendidikanmerupakanproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang��� ataukelompokorangdalamusaha mendewasakan manusia melaluiupayapengajarandanpelatihan.Secaraumum pendidikanadalah suatuproses yang didesain untuk memindahkan atau menularkan��� pengetahuan dankeahlian atau��� kecakapan serta��� kemampuan yang berlangsungsecara terus-menerus, darisuatugenerasi kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan (Panjaitan, Darmawan, Purba, Rachmad, & Simanjuntak, 2014).

Nilai-nilai Islam itu pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, kebijakan lokal sarat dengan nilai-nilai agama (Yunus, 2015), ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan (Rasyidin & Rasyidin, 2011). Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat melekat pada kehidupan manusia.

1.      Nilai- nilai Pendidikan Islam

Dilihat dari sumbernya nilai dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

a.  Nilai Ilahiyah (Hablumminallah)

Nilai Ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari Tuhan yang dititapkan melalui para rasul-Nya yang berbentuk takwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu Ilahi. Nilai-nilai Ilahiyah selamanya tidak mengalami perubahan, nilai-nilai Ilahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan anggota masyarakat, serta tidak berkecenderungan untuk berubah mengikuti hawa nafsu manusia dan berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan sosial, dan tuntutan individual. Nilai Ilahiyah adalah nilai yang bersumber pada agama (Islam). Nilai Ilahiyah terdiri atas nilai keimanan (aqidah), nilai ubudiyah, dan nilai muamalah.

1.      Nilai Keimanan (Aqidah)

Keimanan (aqidah) adalah sesuatu yang perlu dipercayaiterlebih dahulu sebelum yang lainnya. Kepercayaan tersebuthendaklah bulat dan penuh, tidak ragu dankesamaran. Dalam pembinaan nilai-nilai aqidah ini memiliki pengaruhyang luar biasa pada kepribadian anak, pribadi anak tidak akandidapatkan selain dari orang tuanya.Pembinaan tidak dapat diwakilidengan sistem pendidikan yang matang.

2.      Nilai Ubudiyah

Nilai Ubudiyah merupakan nilai yang timbul dari hubungan manusia dengan khalik, hubungan ini membentuk sistem ibbudaya, segala yang berhubungan dengan Tuhan, yang diatur di dalam ibadah dan mengandung nilai utama. Agama atau kepercayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada Tuhan. Manusia menerima nilai-nilai agama, beriman, taat pada agama/ Tuhan demi kebahagiaan manusia sesudah mati.Manusia bersedia memasrahkan diri dan hidupnya kepada Tuhan demi keselamatan dan kebahagiaan yang kekal.

3.      Nilai Muamalah

Muamalah secara harfiah berarti �pergaulan� atau hubungan antar manusia. Dalam pengertian bersifat umum, muamalah berarti perbuatan atau pergaulan manusia di luar ibadah. Seperti hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dinnya, manusia dengan orang lain dan manusia dengan lingkungan sekitar. Segala sesuatu yang menjaga hubungan dengan Tuhan dan manusia adalah baik, bagus dan benar. Sasaran dari agama adalah dunia dan akhirat, sedangkan sasaran kebudayaan adalah dunia, keduaduanya mengandung nilai yang saling berkaitan, akhirat sebagai ujung mengendalikan dunia sebagai pangkal kehidupan.

b.      Nilai Insaniyah

Nilai Insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh manusia pula, dengan kata lain nilai insaniah adalah nilai yang lahir dari kebudayaan masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Islam masih mengakui adanya tradisi masyarakat. Hal tersebut karena tradisi merupakan warisan yang sangat berharga dari masa lampau, yang harus dilestarikan selama-lamanya, tanpa menghambat timbulnya kreativitas individual.

1.    Nilai Etika

Etika lebih cenderung ke teori dari pada praktik yang membicarakan bagaimana seharusnya, yang menyelidiki, memikirkan dan mempertimbangkan baik dan buruk, etika memandang laku perbuatan manusia secara universal. Dalam pengertian lain etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaranmoral.

2.    Nilai Sosial

Nilai sosial menyangkut hubungan antara manusia dan pergaulan hidup dalam Islam, banyak terdapat anjuran maupun tatanan bagaimana pergaulan manusia dengan sesamanya, nilai sosial lebih terpengaruh kepada kebudayaan, dalam prakteknya, nilai sosial tidakterlepas dari aplikasi nilai-nilai etika, karena nilai sosial merupakan interaksi antar pribadi dan manusia sekitar tentang nilai baik buruk,pantas dan tidak pantas, mesti dan semestinya, sopan dan kurang sopan.

3.    Nilai Estetika

Nilai estetika mutlak dibutuhkan manusia, karena merupakan bagian hidup manusia yang tak terpisahkan, yang dapat membangkitkan semangat. Nilai estetika tidak hanya berlaku pada institusi, tetapiberlaku dimana saja, baik itu agama, pendidikan, sosial, politik,hukum, ekonomi, ideologi dan sebagainya. Nilai estetika inimerupakan fenomena sosial yang lahir dari rangsangan cepat dalamruhani seseorang. Rangsangan tersebut untuk memberikan ekspresi.dalam bentuk cipta dari suatu emosi atau pemikiran yang agung, karyaestetika akan melahirkan rasa yang disebut keindahan.

c.       Nilai Budaya

Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kolektivitas, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma, dan moral.Kehidupan masyarakat dimanapun tumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup interaksi nilai, norma, dan moral yang memberi motivasi dan arah seluruh anggota masyarakat yang berbuat, bertingkah, dan bersikap. Dengan demikian, nilai adalah suatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia.Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salahsatu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya�.

Nilai pendidikan dapat dirumuskan dari dua pengertian dasar yang terkandung dalam istilah nilai dan pendidikan. Ketika dua istilah itu disatukan, arti keduanya menyatu dalam defenisi nilai pendidikan. Namun, karena nilai pendidikan dan arti nilai dimaksudberbeda, defenisi nilai pendidikan adalah makna yang terkandung dalam pendidikan yang dijalankan.

Kementerian pendidikan nasional melalui badan penelitian dan pengembangan, pusat kurikulum dan perbukuan telah mengidentifikasikan 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

1)      Religius adalah berkaitan dengan nilai ini pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya.

2)      Jujur, merupakan perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai seorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri maupun orang lain.

3)      Toleransi adalah sikap dan tindakan menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4)      Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5)      Kerja Keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas.

6)      Kreatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7)      Mandiri adalah sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8)      Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9)      Rasa Ingin Tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan luas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar.

10)  Semangat Kebangsaan adalah cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara, yaitu kepentingan diri dan kelompok.

11)  Cinta Tanah Air adalah cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12)  Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

13)  Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14)  Cinta damai adalah Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15)  Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16)  Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17)  Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18)  Tanggung Jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat dan lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Allah SWT. Segala sesuatu bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah sampai pada taraf kebenaran nilai tersebut pada dirinya. Sehingga sesuatu yang bernilai bagi seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain, karena nilai itu sangat penting dalam kehidupan.

 

Metode Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini menghasilkan data dekskriptif yang terbentuk tulisan tentang masyarakat dan prilakunya yang tampak dan kelihatan serta data yang ditemukan berdasarkan pada fenomena atau gejala yang bersifat alami (Sugiyono, 2016). Penggunaan metode ini dipandang sebagai prosedur penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari sejumlah orang dan prilaku yang diamati.

Alasan mendasar untuk memilih pendekatan tersebut didasari atas pertimbangan bahwa penelitian ingin mengkaji, mengetahui dan berusaha mendeskripsikan secara sistematis dan mendalam mengenai aktualisasi nilai pendidikan dalam budaya Gayo Beru Berama Bujang Berine. Sejalan dengan ungkapan bahwa penelitian kualitatif bertujun untuk memahami fenomena sosial dari sudut partisipan (orang yang diwawancarai), diobservasi, diminta untuk memberi data, pendapat, pemikiran tentang situasi dan pristiwa. waktu penelitian dilakukan 26 Agustus 2020 sampai 3 Oktober 2020

 

Hasil dan Pembahasan

Nilai pendidikan Islam di dalam budaya Gayo Beru Berama Bujang Berine, Bahwa hubungannilai yang terdapat dalam budaya beru berama bujang berine adalah nilai kasih sayang yaitu saling menyayangi antara sesama masyarakat baik itu beberu dan bebujang yang tidak lebih menganggap hanya batas saudara saja di dalam kampung tersebut sudah melainkan dari saudara kandung kita sendiri. Saling tolong menolong, membantu, menasihati, memberikan arahan dalam hal apapun didalam suatu kampung tersebut.

�Nilai yang terdapat dalam budaya beru berama bujang berine adalah nilai kasih sayang, menyayangi dan mengasihi masyarakat yang membutuhkan bantuan, contohnya ketika ada masyarakat yang kurang mampu dalam hal ekonomi maka mereka saling bersibantu (membantu), dengan memberikan infak. Nilai menjaga yaitu saling menjaga marwah, contohnya anak tetangga sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat lainnya, jika anak tetangga itu berbuat salah maka masyarakat lainnya menjaga untuk menasihati, memberikan arahan, sebelum terjadinya hal yang tidak diinginkan. Nilai kebersamaan yaitu ketika melakukan sesuatu hal apapun maka harus bersama contohnya dalam hal bergotong royong nilai toleransi yaitu saling introfeksi diri dan tidak mementingka diri sendiri dan nilai-nilai ke Islaman yaitu saling tolong menolong dan saling menyayangi. Dan nilai terpentingnya nilai ukhwa Islamiah (persaudaraan dalam islam), karena sudah sekampung tersebut seperti sara ine sara ama (satu ibu satu ayah) maka peraudara didalam kampung tersebut erat sekali. Hal tersebut sudah mencakup kedalam nilai ke Islaman�.

Di dalam kampung atau desa tersebut seperti saudara sekandung sendiri. Jika kita tidak memiliki orang tua maupun saudara ayah dan ibu lagi. Maka orang kampung tersebut masih menganggap kita seperti anak kandungnya. Karna itulah reje kampung (gecik) mengarahkan kepada masyarakat mana yang layak untuk menghidupi anak tersebut. Perkembangan budaya beru berama bujang berine dari sejak zaman dahulu sampai saat ini. Nilai yang terdapat seperti tolong menolong dan memberikan kasih sayang. Bapak Bentara Linge salah satu tokoh mengemukakan bahwa tolong menolong dan memberikan kasih sayang kepada anak tersebut. Maka masyarakat memberikan julukan budaya gayo adalah edet tulah (budaya yang sesuai dengan hukum manusia), dan kontrol sosial antara masyarakat juga sangat erat sekali hubungannya mengarahkan ke hal-hal yang baik. Lebih lanjut beliau mengemukakan:

Budaya beru berama bujang berine ini sangat erat hubungannya dengan pendidikan Islam. Contoh: jika ada dikampung tersebut yang sudah tidak memiliki ayah dan ibu atau yatim piatu, maka reje kampung (Kepala desa) akan menyatakan kepada saudaranya maupun orang yang ada dikampung tersebut untuk menghidupi anak tersebut. Jika kita kaitkan dengan pendidikan Islam disini kita diajarkan tolong menolong dan memberikan kasih sayang kepada anak tersebut. Maka masyarakat memberikan julukan budaya gayo adalah edet tulah (budaya yang sesuai dengan hukum manusia), dan kontrol sosial antara masyarakat juga sangat erat sekali hubungannya mengarahkan ke hal-hal yang baik�.

Nilai pendidikan yang terdapat pada Beru Berama Bujang Berine . Pendidikan yang terdapat seperti tolong menolong, kasih sayang, musyawarah, nilai mukemel, sumang opat. Bapak Julfan salah satu tokoh budaya mengemukakan bahwa nilai pendidikan tersebut seperti tolong menolong, kasih sayang, musyawarah, nilai mukemel, sumang opat. Lebih lanjut beliau mengemukakan:

Perkembangan budaya ini dari zaman dahulu sampai saat ini tentu jauh berbeda, karena pada zaman dahulu tidak terdapat percampuran suku, dominannya hanya suku Gayo saja, akan tetapi pada zaman sekarang ini mengapa budaya beru berama bujang berine ini menurut diakibatkan banyaknya percampurn suku dan budaya yang masuk kedalam daerah hal tersebutlah yang mempengaruhi pola pikir masyarakat atau para remaja saat ini, remaja tidak mau tertinggal oleh perkembangan zaman. Pendidikan yang terdapat seperti tolong menolong, kasih sayang, musyawarah, nilai mukemel, sumang opat.

Adapun nilai pendidikan yang terdapat nilai mempererat silaturahmi yaitu saling berkunjung ketetangga lainnya agar silaturahmi mereka tidak terputus, kemudian bersijejulen (mengantar). Contoh saling mengantar makanan ke tetangga maupun kerabat. Bapak Najman Bale salah satu tokoh mengemukakan pendapat bahwa nilai yang terdapat nilai mempererat silaturahmi, nilai menghormati dan nilai kasih sayang. Lebih lanjut beliau mengemukakan:

�Nilai yang terdapat dalam budaya beru berama bujang berine nilai mempererat silaturahmi yaitu saling berkunjung ketetangga lainnya agar silaturahmi mereka tidak terputus, kemudian bersijejulen (mengantar) minsalnya saling mengantar makanan kepada tetangga lainnya agar silaturahminya semakin kuat.nilai menghormati yaitu apabila salah satu beberu atau bebujang memiliki Ama, (Ayah), Ine (Ibu) Awan (Kakek), Anan Nenek dan nilai kasih sayang, atau tutur (panggilan) lainnya, maka semua beberu dan bebujang harus menghormati mereka dan memanggil dengan panggilan yang sama�.

Nilai pendidikan Islam yang terdapat seperti nilai keagamaan yaitu benar bertegah salah berpapah apabila salah satu masyarakat yang memiliki kesalahan dalam hal apapun maka sebagai masyarakat yang beragama harus saling teguru menegur. Bapak M. Yusin Saleh nilai yang terdapat dalam budaya beru berama bujang berine adalah nilai menjaga yaitu menjaga segala peraturan yang terdapat dalam kampung tersebut atau sumang opat. Nilai keagamaan yaitu benar bertegah salah berpapah apabila salah satu masyarakat yang memiliki kesalahan dalam hal apapun maka sebagai masyarakat yang beragama harus saling teguru menegur, yang benar di pertahankan yang salah diperbaiki. Lebih lanjut beliau mengemukakan:

Bahwa nilai dalam budaya beru berama bujang berine adalah nilai menjaga yaitu menjaga sumang opat, pelangkahen, peceraken, pekunulen, penengonen, semua masyarakat harus saling menjaga hal ini dengan baik. nilai keagamaan yaitu apabila satu masyarakat yang melanggar agama maka masyarakat lainnya menasihati dan memberi arahan agar dia tidak terjerumus kedalam kesesatan�.

Nilai dalam budaya beru berama bujang berine adalah nilai musyawarah yaitu setiap yang dilakukan harus dengan musyawarah dengan masyarakat yang lainnya agar yang dilukukan tersebut berjalan dengan baik, nilai tolong menolong yaitu saling bahu membahu antara masyarakat yang sedang membutuhkan segala bantuan, maka masyarakat lainnya membantu dengan sebisa mereka. Nilai menjaga yaitu menjaga peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh agama dan budaya. Nilai kasih sayang yaitu sebagai anggota masyarakat yang menganggap semua anggota menjadi sudara maka mereka saling menyayangi sebagaimana mereka menyayangi saudara kandungnya. Nilai tertib yaitu dalam melakukan hal apapun harus dengan teratur. Bapak M. Thabib Kb salah satu tokoh mengemukakan pendapat bahwa nilai pendidikan yang terdapat seperti, musyawarah, sumang opat, kasih sayang. Lebih lanjut beliau mengemukakan:

�Nilai-nilai yang terdapat dalam budaya beru berama bujang berine adalah musyawarah yaitu ketika hendak melakukan sesuatu hal maka terlebih dahulu musyawarah dengan tetangga lainnya, minsalnya dalam hal pernikahan ketika seorang anak yang mau dinikahkan maka antara masyarakat harus mengadakan musyawarah tentang hari apa yang cocok dengan penyelenggaraan pernikahan itu, berapa mahar yang akan diminta, melihat kecocokan antara calon pengantin wanita dengan calon pengantin pria, tolong menolong yaitu dalam hal ekonomi apabila ada masyarakat yang kurang mampu dalam hal ekonomi maka masyarakat akan melakukan musyawarah untuk membantunya, kemudian dalam hal berkebun mereka saling membantu dengan mangan lo saling bergantian untuk membantu. saling menjaga yaitu menjaga hal-hal yang telah dilarang dalam budaya seperti sumang opat, kasih sayang yaitu saling menyayangi yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda, tertib yaitu dalam melakukan suatu pernikahan mereka saling menjaga ketertiban mukemel (malu) terhadap keluarga pendatang, mereka berusaha agar menjaga ketertiban tanpa ada keributan dalam acara tersebut� (Hasil wawancara dengan bapak M. Thabib Kb , Ketua IIMajelis Adat Gayo,Takengon,Senin 25 September 2020,Pukul 12.04 WIB)

A.    Nilai pendidikan Islam di dalam budaya Gayo Beru Berama Bujang Berine

Bahwa hubungan nilai yang terdapat dalam budaya beru berama bujang berine adalah nilai kasih sayang yaitu saling menyayangi antara sesama masyarakat baik itu beberu (pemudi) dan bebujang (pemuda) yang tidak lebih menganggap hanya batas saudara saja di dalam kampung tersebut sudah melainkan dari saudara kandung kita sendiri. Saling tolong menolong, membantu, menasihati, memberikan arahan dalam hal apapun didalam suatu kapung tersebut. Di dalam kampung atau desa tersebut seperti saudara sekandung sendiri. Jika kita tidak memiliki orang tua maupun saudara ayah dan ibu lagi. Maka orang kampung tersebut masih menganggap kita seperti anak kandungnya.Karna itulah reje kampung (gecik) mengarahkan kepada masyarakat mana yang layak untuk menghidupi anak tersebut. Perkembangan budaya beru berama bujang berine dari sejak zaman dahulu sampai saat ini. Nilai yang terdapat seperti tolong menolong dan memberikan kasih sayang.

Artinya:Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Maksud ayat diatas Barangsiapa yang memberikan bantuan kepada orang lain untuk melakukan kebajikan, ia akan mendapatkan bagian dari pahalanya. Dan barangsiapa yang memberikan bantuan kepada orang lain untuk melakukandosa, ia pun akan mendapatkan bagian dari dosanya. Allah Maha Menyaksikan semua yang dilakukan oleh manusia dan Dia akan memberikan balasan yang setimpal. Maka barangsiapa yang menjadi perantara dalam upaya untuk menghasilkan kebaikan, dia akan mendapatkan bagian darinya. Dan barangsiapa yang menjadi perantara dalam upaya untuk menghasilkan keburukan, ia pun akan mendapatkan bagian darinya. Juga menegaskan bahwa sikap saling tolong menolong merupakan pondasi dalam membangun kerukunan hubungan antar identitas masyarakat. Karena, tolong menolong mencerminkan segala perilaku yang memberi manfaat pada orang lain. Yakni, saling membantu untuk meringankan beban orang lain dengan melakukan suatu tindakan nyata. Tolong menolong dalam kebaikan dapat mewuju.

Yang mana nilai pendidikan dalam budayaini dapat dikelompokkan sebagai berikut: Nilai sosial yang terdapat didalamnya adalah kasih sayang, menjaga, kebersamaan, tolerasansi, tolong menolong, musyawarah, dan tertib. Kemudian nilai religius yaitu nilai tentang mempercayai dan melakukan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

a.       Nilai kasih sayang, yaitu saling menyayangi dan mengasihi antara sesama masyarakat setempat. Contohnya ketika ada masyarakat yang kurang mampu dalam hal ekonomi maka masyarakat setempat memberikan sedekah kepadanya agar kehidupan ekonominya terpenuhi.

b.      Nilai menjaga yaitu menjaga sumang opat :1) sumang kenunulen, (sumbang ketika duduk) yaitu ketika seseorang hendak duduk maka yang dijaga adalah kesopanan duduknya. 2) sumang pelangkahen, (sumbang dalam melangkah) yaitu sumbang ketika hendak bepergian, tahu batas waktu pergi dan pulang dari rumah, kemudian berjalan dengan baik yang sesuai dengan yang dijarkan dalam agama Islam3) sumang penengonen, (sumbang ketikamelihat) yaitu tidak boleh melihat sesutau yang tidak baik atau tidak boleh melirik 4) sumang peceraken. (sumbang ketika mengeluarkan kata-kata), yaitu harus menjaga ucapan, harus berbicara dengan sopan.

c.       Nilai keagamaan / Religius. Yaitu budaya beru berama bujang berine tidak keluar dari keagamaan, budaya beru berama bujang berine tidak terlepas dari aqidah dan akhlak yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan keagamaan, sesuai dengan kutipan bahwa budaya itu sebagai pagarnya agama.

d.      Nilai kebersamaan. Yaitu apabila terdapat masyarakat yang terkena musibah maka seluruh masyarakat yang berduka cita, dan apabila salah satu masyarakat yangmenghadapi kesusahan maka masyarakat lain yang saling membantu.

e.       Nilai toleransi. Yaitu saling menghargai antara masyarakat satu dengan yang lainnya

f.        Nilai musyawarah. Yaitu setiap sesuatu yang dilakukan harus mengadakan musyawarah dengan masyarakat lainnya.

g.      Tolong menolong. Yaitu saling menolong masyarakat yang dalam keadaan susah

h.      Tertib. Yaitu dalam melakukan kegitan harus teratur tanpa ada cek-cok (perkelahian)

Nilai menjaga yaitu menjaga peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh agama dan budaya. Nilai kasih sayang yaitu sebagai anggota masyarakat yang menganggap semua anggota menjadi sudara maka mereka saling menyayangi sebagaimana mereka menyayangi saudara kandungnya. Nilai tertib yaitu dalam melakukan hal apapun harus dengan teratur.

 

Kesimpulan

Nilai yang terdapat di budaya beru berama bujang berine ini adalah nilai pendidikan dalam budayaini dapat dikelompokkan sebagai berikut: Nilai sosial yang terdapat didalamnya adalah kasih sayang, menjaga, kebersamaan, tolerasansi, tolong menolong, musyawarah, dan tertib. Kemudian nilai religius yaitu nilai tentang mempercayai dan melakukan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Nilai menjaga yaitu menjaga peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh agama dan budaya. Nilai kasih sayang yaitu sebagai anggota masyarakat yang menganggap semua anggota menjadi sudara maka mereka saling menyayangi sebagaimana mereka menyayangi saudara kandungnya. Nilai tertib yaitu dalam melakukan hal apapun harus dengan teratur. bahwa Masyarakat Gayo memiliki nilai tanggung jawab terhadap pendidikan akhlak generasi Gayo, menjaga kehormatan antara satu dengan yang lainnya sebagai bentuktanggung jawab bersama dalam kehidupan. Setiap anak dalam masyarakat Gayo dianggap sebagai anak kandung yang perlu dibina dan dibimbing bersama, sebagai sebuah kewajiban.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Al-Gayoni, Yusradi Usman. (2018). Tutur Gayo. Tangerang Banten: Mahara Publishing.

 

Fajarini, Ulfah. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter. Sosio-Didaktika: Social Science Education Journal, 1(2), 123�130.

 

Hurgronje, Christiaan Snouck. (1903). Het Gajōland en zijne bewoners. Landsdrukkerij.

 

Ihsan, Bisarul. (2019). Peran Pembelajaran Budaya Lokal Dalam Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI). MIDA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 2(2), 1�8.

 

Jamhir, Jamhir. (2018). Nilai-Nilai Adat Gayo Bersandarkan Hukum Islam Sebagai Pedoman Dalam Menyelesaikan Kasus Hukum Pada Masyarakat Gayo. Jurnal Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, Perundang-Undangan Dan Pranata Sosial, 2(1), 33�56.

 

Lestari, Titit. (2012). �Sumang� dalam budaya Gayo. Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh.

 

Musanna, Al. (2012). Artikulasi Pendidikan Guru Berbasis Kearifan Lokal untuk Mempersiapkan Guru yang Memiliki Kompetensi Budaya. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 18(3), 328�341.

 

Panjaitan, Ade Putra, Darmawan, Alan, Purba, Ikhwan Rivai, Rachmad, Yopi, & Simanjuntak, Ridayani. (2014). Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan: Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

 

Purwaningsih, Endang. (2012). Keluarga dalam mewujudkan pendidikan nilai sebagai upaya mengatasi degradasi nilai moral. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 1(1).

 

Rasyidin, Al, & Rasyidin, Al. (2011). Demokrasi pendidikan Islam: nilai-nilai intrinsik dan instrumental. Perdana Publishing.

 

Sabariah, Sabariah. (2014). Implementasi pendidikan sumang dalam pembinaan karakter siswa MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah. Pascasarjana UIN Sumatera Utara.

 

Saepudin, Aep. (2018). Konsep Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologi dan Islam. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(1), 11�20.

 

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Thoha, H. M. Chabib. (1996). Kapita selekta pendidikan Islam. Pustaka Pelajar.

 

Yunus, Abd Rahim. (2015). Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya Bugis). Jurnal Rihlah, 2(1), 1�12.