Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
5, No. 10, Oktober 2020
�
EFEKTIVITAS
PEMBERIAN TERAPI DINGIN TERHADAP NYERI PASIEN ORTOPEDI: LITERATURE REVIEW
Suci Artanti dan Sapto Haryatmo
Akademi Keperawatan (AKPER) Ngesti Waluyo Jawa Tengah, Indonesia
Email:
[email protected] dan [email protected]
Abstract
Pain
is the most common trauma in patients with mukuloskeletal
disorders as a result of inflammatory reactions due to injury/trauma, infection
or surgery. One of the non-pharmacological forces that can be used for pain on
orthopedic mornings again is the abbreviated cold district. This study is to
review the effectiveness of cold hearts against orthopedic bus pain, the
pathophysiology of cold compress identified roots, and review the associated
risks associated with cold. Which way to review which literature. Literature
searches using PubMed, Cochrane Library, Google Scholar, with keywords:
"cold indication", "cold compress", "orthopedic patient
pain", "cold terapy", "cold
compress", "orthopedic patient pain". 56 selected articles and
10 relevant articles. Cold therapy proved effective at lowering pain in
orthopedic patients. Cold therapy is an easy procedure to apply and safe when
appropriate. The force of the tool tool is good good effect on pain but the husband's disingena.
Side effects of cold therapy use need to be further researched to facilitate
the preparation of safe procedures in the implementation of cold therapy
administration in orthopedic patients
Keywords: �Cold
Therapy; Cold Compress; Orthopedic Patient Pain
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mereview keefektifan terapi dingin terhadap
nyeri pasien ortopedi, patofisilogi dibalik effektifitas kompres dingin, dan mereview potensial resiko terkait penggunaan terapi dingin. Metode yang digunakan adalah literature
review. Literature dicari dengan
menggunakan PubMed, Cochrane Library, Google Scholar,
dengan kata kunci: �terapi dingin�, �kompres dingin�, �nyeri pasien ortopedi�,
�cold terapy�, �cold compress�, �pain of orthopedic
patients�. 56 artikel diseleksi
dan didapatkan 10 artikel
yang relevan. Terapi dingin terbukti efektif menurunkan nyeri pada pasien ortopedi. Terapi dingin merupakan prosedur yang mudah diaplikasikan dan aman bila dilakukan sesuai prosedur. Modifikasi penggunaan alat terapi dingin
tidak memberi efek yang signifikan terhadap nyeri akan tetapi meningkatkan
kenyamanan pasien.
Efek samping penggunaan terapi dingin perlu
diteliti lebih lanjut untuk memudahkan
penyusunan prosedur yang aman dalam implementasi
pemberian terapi dingin pada pasien ortopedi.
Kata
kunci: Terapi Dingin; Kompres Dingin; Nyeri Pasien Ortopedi
Pendahuluan
Pasien ortopedi merupakan pasien dengan gangguan
fungsi muskuloskeletal,
yang terdiri dari gangguan fungsi tulang, otot maupun
persendian. Berdasarkan
survey dari WHO 2016, kasus
muskuloskeletal/ortopedi memberikan beban yang cukup besar dari
penyakit tidak menular lainnya. Dari tahun 1990 sampai tahun 2016 kasus muskuloskeletal meningkat 61,6%. Peningkatan sejumlah 19,6% terjadi pada rentang tahun 2006-2016 (Briggs et al., 2018).�
Gejala
yang yang sering muncul dan dirasakan pada pasien yang mengalami gangguan ini adalah
nyeri. Nyeri pada pasien ortopedi biasanya timbul karena reaksi
inflamasi akibat trauma/cidera, infeksi, maupun tindakan pembedahan (Kneale & Davis, 2011).
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan kegiatan sehari-hari. (Potter, Perry, Hall, & Stockert, 2009) menjelaskan bahwa nyeri dapat menyebabkan
pasien menderita, kehilangan kontrol, merasa sendiri, merasa lelah dan merasa tidak berdaya.
Selain itu, nyeri harus menjadi
perhatian bagi perawat karena bila tidak diatasi
dapat menimbulkan komplikasi termasuk didalamnya syok analfilaktik, peningkatan masa rawat inap di rumah
sakit dan mempengaruhi kualitas hidup pasien (Purnamasari, 2014).
Tindakan farmakologis sering menjadi pilihan utama dalam
menangani nyeri bagi pasien ortopedi,
akan tetapi tindakan ini dapat
menimbulkan efek samping yang merugikan bagi pasien seperti
mual, muntah, gatal-gatal, depresi pernafasan gangguan psikososial termasuk mempengaruhi kualitas hidup pasien (Pan, Hou, Liang, Fei, & Hong, 2015) (Bech et al., 2015).
Terapi dingin menjadi salah satu terapi nonfarmakologis yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi nyeri pada pasien ortopedi. Pemberian terapi dingin seperti es pada kulit sekitar area cidera dapat menyebabkan
konstriksi pembuluh darah sehingga menghambat konduksi nyeri oleh serabut saraf, melambatkan aliran darahan dan menurunkan udema jaringan sehinga dapat menurunkan intensitas nyeri. Akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi dingin mempunyai
efek yang merugikan pasien karena dapat
mengganggu homeostasis, menyebabkan
nekrosis jaringan dan thrombosis
(Thacoor & Sandiford, 2019).
Artikel ini bertujuan untuk mereview keefektifan terapi dingin terhadap
nyeri pasien ortopedi, patofisilogi dibalik effektifitas kompres dingin, dan mereview potensial resiko terkait penggunaan terapi dingin.
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah literature review mengenai
efektifitas terapi dingin terhadap nyeri pasien ortopedi.
Pencarian literature dilakukan
secara elektronik untuk menemukan penelitian-penelitian eksperimental
terkait topik terapi dingin dan nyeri pasien ortopedi.� Database dan laman
yang digunakan adalah
PubMed, Cochrane Library, Google Scholar, menggunakan
kata kunci: �terapi dingin�, �kompres dingin�, �nyeri pasien ortopedi�, �cold terapy�, �cold compress�, �pain of orthopedic patients�. Artikel yang digunakan adalah artikel dengan bahasa Inggris
dan Indonesia dan full-text article.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
Penelitian
Dengan
menggunakan kata kunci dan pembatasan artikel di atas, jumlah artikel
yang ditemukan adalah 56 artikel, namun hanya 10 yang relevan. Artikel-artikel yang dieksklusi adalah artikel yang bersifat komentar, studi kualitatif dan systematic review.
6 artikel menggunakan quasy experimental study, 4 diantaranya
menggunakan one group pretest and posttest
design, sedangkan 2 artkel menggunakan experimental group dan control group design. Partisipasi pada penelitian ini adalah pasien
dengan post knee arthroplasty, post anterior cruciate
ligament reconstruction, pasien dengan
fraktur, dan pasien post Open Reduction Interna
Fixation (ORIF). Hasil penelusuran literature disajikan dalam Tabel 1. berikut ini.
Tabel
1
Ekstraksi
Hasil Penelusuran Artikel Penelitian
No |
Penulis, Tahun |
Judul |
Partisipan |
Desain |
Intervensi |
Instrumen |
Hasil |
1. |
Kuyucu etal (2015) |
Is Cold Therapy Really Efficient After Knee
Arthroplasty? |
60 pasien yang post
knee arthroplasty |
Randomized Control Trial (RCT) |
Kelompok intervensi: 27 pasien
mendapat terapi dingin dengan menggunakan manset es yang diberikan 2 jam sebelum operasi dan setelah 6 jam post operasi dilanjutkan sampai hari ke
4 post operasi. Terapi dingin diberikan 2 jam setiap hari. Kelompok kontrol: 33 pasien
tidak diberi terapi dingin |
Visual Analog Scales (VAS) |
Terapi dingin dengan menggunakan manset es menurunkan skala nyeri lebih besar
dibandingkan���
dengan pasien yang
tidak mendapat terapi dingin. |
2. |
(Bech et al 2015) |
Device or Ice: The effect of Consistent Cooling
Using a Device Compared with Intermittent Cooling Using an Ice Bag After
Total Knee Arthroplasty |
78 pasien post knee
arthroplasty |
Randomized Control Trial (RCT) |
Kelompok intervensi: 37 pasien
diberi terapi dingin menggunakan alat (Don Joy Iceman) Kelompok kontrol: 34 pasien
diberi terapi dingin menggunakan ice bag. |
Numerical Pain Rating Scale (NPRS) |
Tidak ada perbedaan skala nyeri pasien
yang diberikan terapi es dengan menggunakan alat dan menggunakan ice bag.
Alat Don Joy Iceman meningkatkan tingkat kepuasan pasien. |
3. |
Pan et al (2015) |
Comparison the Effects of Pressurized Salt Ice Packs
With Water Ice Packs on Patients Following Total
Knee Arthroplasty |
69 pasien post knee
arthroplasty�� |
Quasy-experimental study |
Kelompok PIP: pasien diberi
terapi dingin menggunakan Pressurized Salt Ice Packs (PIP) 6 jam
post operasi selama tiga hari. Dilakukan
sehari 2 kali. Kelompok WIP: pasien diberi
terapi dingin menggunakan Water ice pack (WIP). 6 jam post operasi selama tiga hari. Dilakukan
sehari 2 kali. |
Visual Analog Scales (VAS) |
PIP lebih efektif dibandingkan WIP dalam menurunkan nyeri pasca operasi
knee arthroplasty |
4. |
(Engelhard et al 2019) |
Evaluation of the Effect of Cooling Strategies on
Recovery After Surgical Intervention |
36 pasien post anterior
cruciate ligament reconstruction |
Randomized Control Trial (RCT) |
Kelompok intervensi 1: 12 pasien
diberi terapi dingin menggunakan menthol Kelompok intervensi 2: 12 pasien
diberi terapi dingin dengan menggunakan cold pack Kontrol grup: 12 pasien tidak diberi terapi dingin |
NRS Scale |
Kelompok menthol�� menunjukkan
penurunan skala nyeri lebih besar
dari pada kelompok cold
pack pada masa rehabilitasi. Tidak ada perbedaan
penurunan nyeri yang signifikan diantara cold
pack group dan control group |
5. |
(Sastra & Despitasari 2018) |
Pengaruh Terapi Dingin
Cryotherapy Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Pasien Fraktur Ekstremitas
Tertutup |
12 Pasien fraktur ekstremitasTertutup |
Quasi Experimental One Group pretest
posttest design |
12 pasien dengan
fraktur ekstremitas tertutup
dengan diberikan kompres dingin dengan menggunakan ice pack
selama 20-30 menit |
Numerical Rating Scale |
Terapi dingin Cryoterapi
dapat menurunkan skala nyeri pada pasien fraktur tertutup (p
value 0,00) |
6. |
Mujahidin & Utami 2017 |
Pengaruh Kombinasi Kompres
Dingin dan Relaksai Nafas Falam Terhadap
Penurunan Intensitas
Nyeri Fraktur di Wilayah Kabupaten Provinsi Sumatra Utara |
30 pasien dengan fraktur tertutup |
Quasi Experimental One Group pretest
posttest design |
30 pasien diberi kompres dingin dengan menggunakan handuk dan air es. Dilakukan pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah tindakan. |
Numerical Rating Scale |
Kombinasi kompres dingin
dan relaksaksi nafas dalam memberikan pengaruh yang cukup Signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri (P= 0,000) |
7. |
Manengkey et al 2019 |
Perbandingan Pemberian Kompres
Dingin dan Hangat Terhadap Nyeri Pada Pasien
Fraktur Ekastremitas Tertutup
Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara tk III Manado |
44 pasien dengan fraktur ekstremitas |
Quasi Experimental One Group pretest
posttest design |
Kelompok kompres hangat:
22 pasien dengan fraktur ekstremitas diberi kompres air dingin Kelompok kompres dingin:
22 pasien dengan fraktur ekstremitas diberi kompres air hangat |
Numerical Rating Scale |
Pemberian kompres dingin lebih efektif dari kompres hangat dalam penanganan nyeri terhadap pasien fraktur ekstremitas tertutup |
8. |
Purnamasari et al (2014) |
Efektivitas Kompres Dingin Terhadai Penurunan iNtensitas Nyeri Pada Pasien
Fraktur di RSUD Ungaran |
21 pasien fraktur |
Quasi Experimental One Group pretest
posttest design |
21 pasien diberi kompres dingin. Nyeri diukur sebelum dan sesudah tindakan. |
Numerical Rating Scale |
Kompres dingin efektif menurunkan nyeri ada pasien fraktur (p 0,000) |
9. � |
Kristanto & Arofiati 2016 |
Efektivitas Penggunaan Cold Pack Dibandingkan Relaksaksi Nafas Dalam Untuk
Mengatasi Nyeri Paska
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) |
30 Pasien Post ORIF |
Quasy Experimental Design pretest, posttest with control group |
Kelompok intervensi: 15 pasien
diberi intervensi kompres dingin dengan menggunakan cold pack selama 15 menit dan diulang 4 kali. Kelompok kontrol: 15 pasien
diberi intervensi nafas dalam selama
15 menit dan diulang selama 4 kali |
Visual Analog Scales (VAS) |
Pemberian cold pack memperlihatkan perbedaan penurunan skala nyeri� sebesar
4,33 poin dengan nilai T 20,55 dibandingkan pemberian relaksasi nafas dalam |
10. |
Anugrah et al 2017 |
Pengaruh Terapi Kompres Dingin Terhadap� Nyeri Post Operasi ORIF pada Pasien
Fraktur |
10 pasien post ORIF |
Experimental One Group PreTest
and Post Test Design |
10 Pasien post ORIF hari ke-1 diberi kompres dinging selama 10 menit. Pengukuran skala nyeri dilakuakan
sebelum dan sesudah kompres |
Verbal Descriptor Scale |
Ada pengaruh yang signifikan� dari terapi kompres dingin terhadap nyeri post operasi fraktur ORIF |
B. Pembahasan
1. Nyeri
Nyeri
menjadi sebuah tolok ukur yang paling banyak diteliti untuk mengidentifikasi keefektivan dari terapi dingin. (Kuyucu, B�lb�l, Kara, Ko�yiğit, & Erdil,
2015) mengemukakan bahwa terapi dingin menurunkan
skala nyeri lebih banyak dibandingkan
dengan pasien yang tidak diberi terapi
dingin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sastra & Despitasari, 2018)
yang mendapatkan hasil bahwa terapi dingin
dapat menurunkan skala nyeri pada pasien fraktur tertutup. Penelitian (Anugerah, Purwandari, & Hakam, 2017) juga
menunjukkan bahwa pemberian kompres dingin selama 10 menit pada pasien post ORIF hari pertama terbukti
efektif menurunkan nyeri. (Kristanto & Arofiati, 2016) mencoba membandingkan efektifitas pemberian terapi dingin dengan
nafas dalam untuk menurunkan nyeri. Hasil penelitian didapat bahwa terapi
dingin lebih efektif untuk menurunkan
nyeri dari pada penggunaan teknik relaksaksi pada pasien ortopedi. Akan tetapi kombinasi antara terapi dingin dan teknik relaksasi memberikan hasil yang lebih efektif �(Palas. R. Mujahidin & Utami, 2017).
Pemberian
terapi dingin seperti pemberian kompres es pada kulit sekitar area cidera akan mendinginkan kulit dan jaringan yang diberi kompres air dingin serta mendinginkan
intra-artikular. Hal ini akan menghambat penghantaran sensasi nyeri oleh serabut saraf. Selain itu
terapi dingin akan menyebabkan konstriksi pembuluh darah. Sehingga melambatkan aliran darahan dan menurunkan edema jaringan (Thacoor & Sandiford, 2019).
Hal inilah yang membuat terapi dingin efektif
untuk menurunkan intensitas nyeri pasien ortopedi.
2. Alat
terapi dingin
Pemberian
terapi dingin semakin dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya berbagai
macam alat dan metode pemberian terapi dingin. Dalam penelitian yang dilakukan (Kuyucu et al., 2015) menunjukkan bahwa penggunaan manset es terbukti efektif menurunkan nyeri dibandingkan dengan kelompok� yang tidak diberi terapi
dingin. Penelitian lain menunjukan tidak ada perbedaan skala
nyeri pasien diberikan terapi es dengan menggunakan alat (Don Joy Iceman) dan menggunakan
ice pack. Akan tetapi Don Joy Iceman meningkatkan tingkat kepuasan dan kenyamanan pasien (Bech et al., 2015).
Menurut
(Pan et al., 2015) membandingkan pemberian terapi dingin dengan
menggunakan Pressurized Salt Ice Packs (PIP) dan
Water Ice Pack (WIP). Hasil menunjukkan bahwa PIP lebih efektif dibandingkan WIP dalam menurunkan nyeri. Hal ini terkait dengan suhu pada PIP lebih rendah dari pada suhu pada WIP. Penelitian serupa dilakukan oleh (Engelhard, Hofer, & Annaheim, 2019) yang
mencoba membandingkan pemberian terapi dingin dengan menthol dan menggunakan ice pack. Hasil menunjukkan
bahwa pemberian terapi dingin dengan
menthol menunjukkan penurunan
skala nyeri lebih besar dari
pada dengan cold pack pada masa rehabilitasi,
akan tetapi perbedaan penurunan nyeri tidak terlalu
signifikan.
Pemberian
terapi dingin dengan menggunakan alat tidak terlalu
memberi hasil yang signifikan pada penurunan nyeri pasien ortopedi,
akan tetapi berpengaruh pada tingkat kenyamanan dan juga kemampuan dalam� mempertahankan
suhu sehingga terapi dingin akan
lebih efektif.
3. Efek samping terapi dingin
Terapi
dingin memiliki potensi resiko dalam penggunaannya sehubungan dengan reaksi hipotermi. (Potter et al., 2009) menjelaskan bahwa terapi dingin harus
dihentikan setiap 5-10 menit. Durasi yang terlalu lama dan tekanan yang terlalu tinggi dapat membahayakan sirkulasi didaerah kulit yang tekena. Pendinginan yang berkepanjangan kurang dari 5oC dapat menyebabkan nekrosis dan trombosis. Terapi dingin efektif
digunakan dalam waktu 20 menit sampai 2 jam (Thacoor & Sandiford, 2019) (M. A.Burton & Ludwig, 2015) menjelaskan bahwa terapi dingin tidak
boleh digunakan lebih dari 20-30 menit, karena akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang berkepanjangan sehingga sel dapat mengalami
kekurangan oksigen dan nutrisi yang dapat menyebabkan kematian sel. Sedangkan (Kuyucu et al., 2015) menjelaskan jika terapi dingin merupakan
terapi yang aman dan mudah diaplikasikan, tanpa menimbulkan masalah iritasi dan mengganggu penyembuhan luka. Terapi dingin
aman bila dilakukan sesuai dengan prosedur.
Kesimpulan
Terapi dingin merupakan intervensi yang efektif untuk menurunkan nyeri pada pasien dengan gangguan ortopedi baik karena
trauma/cidera atau efek dari pembedahan.
Terapi dingin merupakan prosedur yang mudah diaplikasikan dan aman bila dilakukan
sesuai prosedur. Modifikasi penggunaan alat terapi dingin
tidak memberi efek yang signifikan terhadap nyeri akan tetapi meningkatkan
kenyamana pasien. Efek samping penggunaan
terapi dingin perlu diteliti lebih lanjut untuk
memudahkan penyusunan prosedur yang aman dalam implementasi pemberian terapi dingin pada pasien ortopedi.
BIBLIOGRAFI
Anugerah, Amanda Putri, Purwandari, Retno & Hakam,
Mulia. (2017). Pengaruh Terapi Kompres Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF
(Open Reduction Internal Fixation) pada Pasien Fraktur di RSD Dr. H. Koesnadi
Bondowoso (The Effect of Cold Compress Therapy Toward Post Operative Pain in
Patients ORIF Fracture in RSD Dr. H. Pustaka Kesehatan, 5(2),
247�252.
Bech, Michelle, Moorhen, Joanne, Cho, Mary, Lavergne, M.
Ruth, Stothers, Keith, & Hoens, Alison M. (2015). Device or Ice: The Effect
of Consistent Cooling Using a Device Compared with Intermittent Cooling Using an
Ice Bag After Total Knee Arthroplasty. Physiotherapy Canada, 67(1),
48�55.
Briggs, Andrew M., Woolf, Anthony D., Dreinh�fer, Karsten,
Homb, Nicole, Hoy, Damian G., Kopansky-Giles, Deborah, �kesson, Kristina, &
March, Lyn. (2018). Reducing the global burden of musculoskeletal conditions. Bulletin
of the World Health Organization, 96(5), 366.
Engelhard, Daniel, Hofer, Pierre, & Annaheim, Simon.
(2019). Evaluation of the effect of cooling strategies on recovery after
surgical intervention. BMJ Open Sport & Exercise Medicine, 5(1)
Kneale, Julia, & Davis, Petter. (2011). Keperawatan ortopedik
dan trauma. In Jakarta. EGC.
Kristanto, Agung, & Arofiati, Fitri. (2016). Efektifitas
Penggunaan Cold Pack dibandingkan Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengatasi Nyeri
Pasca Open Reduction Internal Fixation (ORIF). IJNP (Indonesian Journal of
Nursing Practices), 1(1), 68�76.
Kuyucu, Ersin, B�lb�l, Murat, Kara, Adnan, Ko�yiğit,
Figen, & Erdil, Mehmet. (2015). Is Cold Therapy Really Efficient After Knee
Arthroplasty? Annals of Medicine and Surgery, 4(4), 475�478.
M. A.Burton & Ludwig, L. J. M. (2015). Fundamental of
Nursing Care, Consepts, Connections, & Skiils (2nd ed.). F. A. Davis
Company.
Palas. R. Mujahidin & Utami, S. R. N. (2017). Pengaruh
Kombinasi Kompres Dingin dan Relaksai Nafas Falam Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Fraktur di Wilayah Kabupaten Provinsi Sumatra Utara. Jurnal Ilmiah
Multi Science Kesehatan, 8, 37�49.
Pan, Liying, Hou, Dong, Liang, Wei, Fei, Jiali, & Hong,
Zongyuan. (2015). Comparison The Effects of Pressurized Salt Ice Packs with Water
Ice Packs on Patients Following Total Knee Arthroplasty. International
Journal of Clinical and Experimental Medicine, 8(10), 18179.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin Ed, Hall, Amy Ed,
& Stockert, Patricia A. (2009). Fundamentals of Nursing. Elsevier mosby.
Purnamasari, Elia. (2014). Efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Di RSUD Ungaran. Karya
Ilmiah.
Sastra, Lenni, & Despitasari, Lola. (2018). Pengaruh
Terapi Dingin Cryotherapy Terhadap Penurunan Nyeri Pada Fraktur Ekstremitas
Tertutup. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 6(2), 28�36.
Thacoor, A., & Sandiford, N. A. (2019). Cryotherapy Following
Total Knee Arthroplasty: What Is The Evidence? Journal of Orthopaedic
Surgery, 27(1).