����������������������������������������� Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 5, No. 10, Oktober 2020

�

POTENSI BAWANG MERAH SEBAGAI TANAMAN HERBAL UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT DESA JEMASIH� KEC. KETANGGUNGAN KAB. BREBES

 

Hartoyo

Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) Brebes Jawa Tengah, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstract

This study aims to determine the potential of shallot as a herbal plant for public health in Jemasih Village, Ketanggungan District, Brebes Regency. This research is expected to provide understanding and knowledge that shallots have quite high properties and properties for public health. In the management and cultivation of shallots carried out by the people of Jemasih Village, it will have a positive impact on both the village economy and the health of the village community which can be used as a potential source of income for the community and maintaining public health. with herbal plants. The research methodology used in this study used qualitative research with a survey approach in Jemasih Village, Ketanggungan District, Brebes Regency. Based on the results of the research conducted, the potential of shallots as an herbal plant can be felt by the people of Indonesia because the nutritional content of onions has an effect on human immunity and immunity which can be used as a traditional medicine that has high properties in maintaining health. . The potential of red onions apart from being an herbal plant can also be used for cooking spices that can give each dish its own taste, especially traditional Indonesian dishes

 

Keywords: Shallots; Herbal Plants; Health

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi bawang merah sebagai tanaman herbal untuk kesehatan masyarakat desa jemasih kecamatan ketanggungan kabupaten brebes. Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan bahwa bawang merah memiliki manfaat dan khasiat yang cukup tinggi untuk kesehatan masyarakat. Dalam pengelolaan dan budidaya bawang merah yang dilakukan oleh masyarakat desa jemasih akan memberikan dampak positif baik dalam perekonomian desa maupun kesehatan masyarakat desa yang dapat dijadikan sumber potensi penghasilan bagi masyarakat dan menjaga kesehatan masyarakat dengan tanaman herbal. Metodologi penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan survey di desa jemasih kecamatan ketanggungan kabupaten brebes. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan bahwa potensi bawang merah sebagai tanaman herbal sudah dapat dirasakan menfaatnya oleh masyarakat Indonesia karena kandungan gizi yang ada dalam bawang merah memiliki pengaruh terhadap sistem imun dan kekebalan tubuh bagi manusia yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang memiliki khasiat tinggi dalam menjaga kesehatan. Potensi bawang merah disamping sebagai tanaman herbal juga dapat dimanfaatkan untuk bumbu dapur sebagai penyedap dalam memasak yang dapat memberikan cita rasa sendiri pada setiap masakan khususnya masakan tradisional asli Indonesia.

 

Kata kunci: Bawang Merah; Tanaman Herbal; Kesehatan

 

Pendahuluan

Pemerintah telah memberikan kebijakan terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia yang disebut intensifikasi pertanian, hal ini dilakukan untuk memupuk laju pertambahan penduduk yang terus meningkat dan bagian dari keharusan memperoleh pendapatan negara yang berasal dari pertanian. Pertanian memiliki peran penting dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara. Ketahanan komoditas pertanian harus dapat bersaing dalam pasar domestik maupun internasional karena era yang ada pada saat ini untuk tetap kokoh dalam arus globalisasi perdagangan dunia. Era globalisasi ini ditandai dengan masuknya pasar bebas dari berbagai negara di dunia yang salah satu produk penjualannya adalah komoditas pertanian termasuk didalamnya sayuran dan tanaman herbal. Indonesia menjadi salah satu negara dengan komoditas hortikultura terbesar di asia, dengan adanya potensi tersebut indonesia memiliki prospek yang bagus dalam mengembangkan iklim bisnis hortikultura yang didukung dengan kebijakan ekonomi secara mikro maupun makro. Disamping itu, bisnis ini memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan perekonomian petani dan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan negara (Zuraida, 2003). Kesejahteraan menjadi salah satu fokus pemerintah dalam penanganan ekonomi masyarakat dalam� berbagai� faktor� yang� berkaitan. Dalam prinsip ekonomi Islam terdapat beberapa instrumen ekonomi yang dapat membantu kepentingan� sosial salah� satunya pemanfaatan� dana sosial (Ridwan, M., Andalasari, L., Setiani, R. I., & Merliana, R, 2020).

Menurut M rachmat, Penyediaan pangan merupakan aspek strategis bagi Indonesia sebagai negara berpenduduk besar dengan wilayah berbentuk kepulauan dengan area yang sangat luas (Rachmat & Muslim, 2013). Produksi yang dihasilkan dari komoditas sayuran di Indonesia cukup besar setiap tahunnya dapat mencapai 80% dari produksi hasil pangan dalam negeri sehingga peluang untuk mengembangkannya masih berpotensi besar untuk kesejahteraan Indonesia. Dari komoditas sayuran tersebut, bawang merah merupakan salah satu komodits hortikultura yang memberikan sumbangan besar dalam produksi komoditas sayuran di Indonesia pada tahun 2016/2017 sampai 2018/2019, dimana kebutuhan komoditas tersebut mengalami peningkatan rata-rata 5% per tahun. Dari data yang di dapat, besarnya produksi komoditas tersebut salah satu sumbangan terbesar dari Provinsi Jawa Tengah yang memberikan kontribusi sekitar 23,14% dari produksi nasional� pertanian bawang merah di Indonesia.

Komoditas yang paling banyak dibutuhkan masyarakat di antaranya adalah bawang merah. Menurut Rosihan, bawang merah merupakan salah satu komoditi pertanian yang potensial untuk dikembangkan (Asmara & Ardhiani, 2010). Namun karakteristik dari bawang merah memiliki struktur yang mudah berubah secara kualitas dan mutunya seperti perubahan volatile, susut bobot, dan mudah rusak atau busuk karena kandungan air yang ada pada bawang merah cukup tinggi (Mutia, A. K., Purwanto, Y. A., & Pujantoro, L, 2014). Petani indonesia telah sejak lama mengusahakan agar pertanian bawang merah menjadi bagian dari salah satu komoditas unggulan di bidang sayuran yang dikelola secara intensif. Keberadaan komoditas bawang merah telah memberikan kontribusi besar dalam peningkatan ekonomi masyarakat petani sehingga komoditas ini banyak dijadikan sebagai sumber pandapatan pengusaha bididaya bawang merah yang hampir seluruhnya tersebar di semua provinsi di Indonesia. Namun bertani bawang merah tidaklah mudah karena dalam pengelolaan pertaniannya memiliki berbagai kendala yang dialami petani, baik kendala yang bersifat teknis maupun ekonomis (Nani Sumami, 2005). Hal ini terjadi dikarenakan belum berfungsinya aspek-aspek manajemen yang terstruktur berdasarkan fungsi manajemen yakni perencanaan, pengelompokan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengawasan sebagai bagian dari manajemen usaha (Ridwan, 2019).

Salah satu komoditas hortikultura yang berasal dari asia tengah adalah bawang Merah atau dalam bahasa latin Allium Ascalonicum L dengan golongan family lilyceae bawang merah ini juga biasa digunakan oleh masyarakat untuk penyedap masakan. disamping itu, kandungan gizi dan senyawa yang ada pada bawang merah tergolong memiliki enzim yang bermanfaat untuk terapi dan dapat meningkatkan kesehatan tubuh manusia. Produktifitas bawang merah setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 5% secara populasi nasional hal ini dikarenakan dengna bertambahnya jumlah penduduk yang semakin berkembang dan kebutuhan konsumsi publik yang semakin meningkat. Selain itu, bawang merah juga bagian dari tanaman herbal yang memiliki khasiat dan manfaat berdasarkan penelitian-penelitian kesehatan yang telah dikaji (Harun, Ruskam, Baharuddin, Othman, & Sarip, 2015).

Penelitian tentang bawang merah telah beberapa kali dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang menunjukan bahwa kandungan quercetin yang ada dalam bawang merah memiliki kandungan yang cukup tinggi. Quercetin sendiri merupakan salah satu senyawa flavonoid yang ada dalam bawang merah yang memiliki manfaat tinggi untuk kesehatan. Penelitian ini menunjukkan potensi quercetin sebagai agen hipoglikemik berfungsi sebagai pemecah karbohidrat yang dibantu enzim dalam pemecahan karbohidrat untuk merendahkan glukosa pada darah (Wulandari, 2010). Penelitian lain juga pernah dilakukan pada pertumbuhan Staphylococcus� aureus� dan Escherichia� coli� secara� in� vitro� untuk menguji antibakteri pada perasan umbi lapis bawang merah (Allium cepa L.) dimana hasilnya membuktikan� bahwa� bawang� merah mempunyai� aktivitas� antibakteri (Surono, 2013).

Disamping penelitian tentang bawang merah, penelitian tentang kulit bawang merah pernah dikaji juga dengan hasil penelitian dijelaskan bahwa pertumbuhan bakteri S. epidermidis, S. aureus, S. thypi, E. coli dan jamur Trichophyton mentagrophytes dapat dihambat dengan ekstrak etanol kulit bawang merah. Hal ini berarti bahwa kulit bawang merah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bakteri yang ada dalam tubuh manusia (Oktaviani 2019).

Kabupaten brebes sebagai salah satu kabupaten di jawa tengah yang produksinya bawang merah dengan tingkat produktivitas tinggi menjadikan bawang merah sebagai trade mark yang cukup dipertimbangkan pemerintah daerah dalam tatanan poduktivitas nasional. Walaupun di daerah brebes dalam sektor pertaniannya bukan hanya bawang merah yang menjadi komoditas unggulannya melainkan komoditas sayuran lain yang ada pada sektor pertanian di brebes diantaranya kentang granula, cabe merah dan pisang raja. Penggunaan pupuk dan pestisida dikalangan masyarakat brebes menjadi hal yang lumrah dan mudah ditemui dipasaran padahal berdasarkan penyuluhan dari dinas pertanian mengatakan bahwa penggunaan pestisida dengan skala besar dapat mencemari lingkungan sekitar yang berdampak pada masyarakat.

Pencemaran lingkungan ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh penggunaan pestisida yang berlebihan namun juga disebabkan oleh faktor alam yang dapat merusak ekosistem kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan makhluk hidup. Salah satu pencemaran lingkungan yang sering terjadi karena faktor lingkungan diantaranya adalah derasnya air hujan atau banjir dari suatu daerah pertanian. Berdasarkan uraian tersebut, maka kajian penelitian tentang perilaku petani bawang merah dalam penggunaan dan penanganan pestisida dan dampak yang mungkin terjadi di lingkungan sekitarnya dilakukan (Wahyuni, 2010). padahal dalam budidaya tanaman bawang merah untuk menyuburkan tanaman tidak harus menggunakan pestisida namun dapat juga dengan penggunaan komposisi media tanam yang berbeda tidak berpengaruh nyata pada peubah tingkat kehijauan daun. Kesuburan dalam budidaya bawang merah jauh lebih baik dan subur serta alami jika diberikan pupuk kandang ayam dan media tanam tanah (Kurnianingsih & Sefrila, 2018). Budidaya bawang merah saat ini seharusnya tidak hanya menggunakan teknik konvensional yang dalam budidayanya membutuhkan banyak lahan seperti lahan persawahan tetapi dapat juga dengan teknik vertikultur (Kurnianingsih & Sefrila, 2018). Penelitian lain juga pernah dilakukan dengan cara memperbesar diameter, panjang, tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah umbi per rumpun serta berat basah tanaman yang dilakukan melalui budidaya bawang merah dengan memberi berbagai unsur hara (makro-mikro), vitamin, protein dan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diatur sesuai dosis anjuran dan dosis triple pada sistem (Kurnianingsih & Sefrila, 2018).

Pada prinsipnya bawang merah memiliki pengaruh yang cukup baik dan besar bagi kesehatan masyarakat sehingga produktivitas bawang merah menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi kebutuhan masyarakat baik sebagai tanaman herbal maupun sebagai kebutuhan pokok sehari-hari untuk memasak, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kajian tentang potensi bawang merah untuk kesehatan masyarakat dianggap penting sehingga dalam penelitian ini diambil judul mengenai Potensi Bawang Merah Sebagai Tanaman Herbal Untuk Kesehatan Masyarakat Desa Jemasih Kec. Ketanggungan Kab. Brebes.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Desa Jemasih Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Jawa Tengah yang mayoritas warganya merupakan petani bawang merah dimana produktivitas hasil pertaniannya cukup luas dan pemasarannya dampai ke tingkat nasional. Berdasarkan data dari badan pusat stastistik kabupaten brebes menyebutkan bahwa produksi bawang merah desa jemasih ini cukup tinggi dan dipasarkkan hingga tingkat nasional. Dalam penelitian ini waktu penelitian dibutuhkan sekitar satu bulan yang dilakukan pada tanggal 4 Januari sampai dengan tanggal 14 Februari 2020.

Pilihan metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan survey, karena penggunaan metode dan pendekatan ini memerpukan data empirik untuk mencari, dan mengumpulkan sejumlah data tentang gambaran dan fakta yang ada. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang sesuai kebutuhan.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    �Potensi Bawang Merah Sebagai Tanaman Herbal

Bawang merah adalah bagian dari tanaman herbal unggulan yang diproduksi dan dibudidaya oleh banyak petani secara intensif yang ada di Indonesia terutama daerah kabupaten brebes. Tanaman ini termasuk bagian dari komoditi hortikultura yang dikategorikan sebagai kelompok rempah dan dapat dijadikan sebagai bumbu dalam pembuatan makanan dan obat tradisional oleh masyarakat Indonesia khususnya jawa. Pertanian bawang merah ini merupakan salah satu sumber matapencaharian masyarakat petani di kabupaten brebes terutama di desa jemasih kecamatan ketanggungan kabupaten brebes yang mayoritas pendapatannya berasal dari pertanian bawang merah.

Bawang merah sebagai tanaman herbal sebenarnya berasal dari negeri syam yang sekarang dikenal sebagai negara Syria, tanaman ini sudah dikenal masyarakat sebagai tanaman herbal dan bumbu pada masakan sudah sekitar seribu tahun lalu yang akhirnya sampai juga ke Indonesia. Baik di Indonesia maupun di negara lainnya bahwa tanaman bawang merah sudah dikenal sebagai tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat dan khasiat terutama untuk kesehatan hal ini dapat dibuktikan dari adanya kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi bawang merah sebagai obat penghilang demam, pusing dan lain-lain.

Semenjak masuk abad ke 8 masehi produktivitas tanaman bawang merah sudah mulai menyebar ke berbagai penjuru dunia mulai dari benua eropa, amerika, asia timur dan asia tenggara. Hal ini menunjukan bahwa bawang merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat untuk berbagai masyarakat di seluruh dunia sesuai dengan kebutuhannya. Indonesia termasuk salah satu negara yang menghasilkan tanaman bawang merah terbesar di dunia hal ini dikarenakan suburnya pertanian dan tanah agraria negara Indonesia sehingga dapat menghasilkan komoditas tanaman bawang merah yang cukup besar.

Di Indonesia sendiri, daerah penghasil bawang merah terbesar terbagi menjadi beberapa wilayah di antaranya adalah Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Wates (Yogyakarta), Lombok Timur dan Samosir. Jika dilihat dari daerahnya brebes merupakan salah satu kabupaten yang termasuk daerah penghasil bawang merah yang memiliki potensi alam yang cukup mendukung pertanian bawang merah tersebut. Produktivitas hasil bawang merah di kabupaten brebes cukup tinggi, karena potensi hasil yang dapat dicapai sekitar 2000 t/ha untuk keberhasilan budidaya bawang merah yang menggunakan varietas unggul pertumbuhan dan budidayanya cukup baik.

Berdasarkan suhu dan cuaca yang ada, tanaman bawang merah cenderung lebih cepat berkembang di daerah yang iklimnya kering dan panas daripada daerah yang curah hujan dan intensitas hujannya tinggi dan berkabut hal ini dikarenakan bawang merah membutuhkan sinar matahari langsung dengan kategori 70% penyinaran langsung dari sinar matahari dengan durasi lebih dari 12 jam. Disamping itu, tanaman bawang merah juga membutuhkan suhu udara antara 25-32�C, dengan kelembaban antara 50-70%. Dengan kondisi cuaca, suhu dan kelembaban yang sesuai kebutuhan tanaman bawang merah akan membentuk umbi yang lebih besar dan bermutu dibandingkan dengan daerah yang kondisi cuaca, iklim dan suhu kelembabannya tidak sesuai dengan kebutuhan pertanian bawang merah. Jika dilihat dari proses pertumbuhannya tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bawang merah di dataran rendah yang cuaca dan suhunya lebih panas dari dataran tinggi.

Potensi bawang merah yang tumbuh di Indonesia memiliki ciri khas dan manfaat tersendiri khususnya sebagai tanaman herbal yang berfungsi sebagai obat tradisional pada kalangan masyarakat Indonesia yang terkenal dengan pengobatan herbal dan rempah-rempahnya sebagai bagian dari warisan budaya leluhur masyarakat yang mencintai produk herbal dalam negeri. Bawang merah sebagai tanaman herbal tentu memiliki kandungan gizi dan senyawa kimia aktif yang alami yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia khususnya sebagai pengobatan herbal dari tanaman. Bawang merah dalam kandungan gizinya memiliki nilai gizi yang tinggi dan dapat bermanfaat bagi tubuh manusia. Kandungan gizi pada tanaman herbal bawang merah tergambarkan dalam Tabel berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 1

Kandungan gizi dan nilai gizi bawang merah mentah.

Kandungan gizi

Nilai gizi per 100 g

Energi

72 kkal

Air

79,80 g

Karbohidrat

16,80 g

Gula total

7,87 g

Serat total

3,2 g

Protein

2,5 g

Lemak total

0,1 g

Asam lemak jenuh

0,089g

Asam lemak tak jenuh tunggal

0,011 g

Asam lemak tak jenuh majemuk

0,249 g

Vitamin C

31,2 mg

Vitamin B1 (thiamin)

0,20 mg

Vitamin B2 (riboflavin)

,11 mg

Vitamin B3 (niasin)

0,7mg

Vitamin B6 (piridoksin)

1,235mg

Vitamin B9 (asam folat)

3 ug

Vitamin A

9 IU I

Vitamin E

0,08mg

Vitamin K

1,7 ug

Kalsium

181 mg

Zat besi

1,7 mg

Magnesium

25 mg

Fosfor

153 mg

Kalium

401 mg

Natrium/sodium

17 mg

Seng

1,16 mg

Selenium

14,2 ug

Sumber: (Kuswardhani, 2016)

 

Berdasarkan tabel tersebut menjelaskan bahwa kandungan mineral kalium yang ada pada bawang merah cukup besar. Fungsi dari kalium sendiri sangat baik untuk metabolisme dalam tubuh, disamping itu bawang merah juga memiliki kandungan mineral yang dapat menyeimbangkan tekanan darah, mengantisipasi pengentalan pembuluh darah, mensterilkan pembuluh darah dari unsur kolesterol jahat, dan mengatur proses kontraksi otot syaraf dan otak pada manusia. Kandungan lain yang ada dalam bawang merah adalah mineral kalsium dan fosfor yang dapat menjaga kesehatan tulang dan gigi (Aryanta, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa potensi bawang merah sebagai tanaman herbal sudah dapat dirasakan menfaatnya oleh masyarakat Indonesia karena kandungan gizi yang ada dalam bawang merah memiliki pengaruh terhadap sistem imun dan kekebalan tubuh bagi manusia yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang memiliki khasiat tinggi dalam menjaga kesehatan.

B.     Kesehatan Masyarakat Desa Jemasih Kec. Ketanggungan Kab. Brebes

Desa jemasih merupakan bagian dari desa di wilayah kecamatan ketanggungan kabupaten brebes. Secara geografis, kondisi alam desa Jemasih memiliki banyak bukit dan hutan yang dalam hal ini sangat berbeda dengan daerah pertanian lain yang ada di kabupaten brebes yang secara umum memiliki cuaca panas apalagi daerah pinggiran pesisir yang notabene nya dekat dengan laut. Daerah jemasih berada di dataran tinggi pegunungan sehingga udara dan iklim yang ada di desa jemasih sangat dingin jika musim hujan tiba dan terdapat angin kumbang jika tiba musim kemarau. Hal ini dikarenakan lokasi desa yang dekat dengan lereng gunung kumbang yang menjadikan kepercayaan oleh masyarakat Brebes dinamakan angin kumbang dimana angin tersebut memberikan sirkulasi udara yang bagus untuk tanaman bawang merah dan cabe.

Adat dan kebiasaan masyarakat jemasih agak berbeda dengan daerah lain di brebes hal ini dikarenakan desa jemasih memiliki keunikan tersendiri dimana masyarakat mayoritas daerah jawa tengah dan brebes menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa keseharian namun di desa jemasih masyarakatnya menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa masyarakat pada umumnya. Produktifitas pertanian desa Jemasih cukup subur dan melimpah, diantara mayoritas pertanian masyarakat desa jemasih adalah bawang merah karena hampir seluruh masyarakat jemasih bertani bawang merah sebagai produk unggulan pertanian desa. Mengingat kesuburan tanah dan kondisi geografis inilah desa jemasih menjadi salah satu desa penghasil bawang merah terbesar di kabupaten brebes bahkan sampai tingkat nasional. Pertanian lain yang dikelola petani desa jemasih pada prinsipnya bukan hanya bawang merah melainkan ada berbagai macam sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan misalkan wortel dari jenis sayuran dan melon dari jenis buah-buahan.

Dari sisi letak dan peta geografisnya desa jemasih memiliki tetangga desa dan perbatasan yang cukup kompleks dimana perbatasan barat desa berbatasan dengan desa karanganyar, sebelah timur dengan desa kebandungan kecamatan bantarkawung yang berbeda kecamatan dengan desa jemasih dan perbatasan sebelah utara dengan desa kamal kecamatan larangan sedangkan sebelah selatan tepat dengan kantor kuwu desa jemasih. Hal ini menunjukan bahwa desa jemasih merupakan desa yang paling pojok dari desa� yang ada di kecamatan ketanggungan.

Dilihat dari sektor pertanian dan perkebunan desa jemasih memiliki keunggulan yang berbeda dengan desa lai di kabupaten brebes yakni produktifitas utamanya adalah pertanian bawang merah yang dapat dijadikan sebagai tanaman herbal. Disamping itu, hasil pertanian lain desa jemasih selain bawang merah juga memproduksi berbagai macam sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan seperti contoh sayuran kol, wortel dan cabe dari jenis sayuran dan rambutan dan melon dari jenis buah-buahan.

Dari sektor peternakan, Desa Jemasih tidak kalah dengan daerah lain karena di desa ini potensi peternakan juga cukup besar dan berkembang biak dikarenakan kesuburan tanahnya mengakibatkan lahan hijau seperti rerumputan tumbuh subur dan tersebar hampir di seluruh desa sebagai bagian dari potensi pakan ternak di desa tersebut. Hal ini memberikan dampak positif dan unggul dalam usaha peternakan baik jenis ternak besar seperti ternak domba, sapi, dan kerbau maupun ternak hewan kecil misalkan ayam kampung, bebek dan kelinci. Pada sektor kehutanan desa jemasih juga cukup produktif dengan komoditas unggulan sektor kehutanan desa jemasih adalah kayu jati, mahoni dan sonokeling yang produksi hasil hutannya mengalami peningkatan drastis, apalagi sejak dilakukan penghijauan pada tahun 2004 yang memberikan dampak baik untuk desa jemasih sebagai desa agraris terbaik di kabupaten brebes dengan pemasaran hasilnya tingkat nasional.

Dari sektor kesehatan desa jemasih cukup serius dan fokus dalam penanganan kesehatan masyarakat desa jemasih sehingga sektor ini menjadi bagian dari focus pemerintahan desa, karena hal ini penting untuk keberlangsungan kemajuan masyarakat desa. Salah satu usaha yang dilakukan untuk kesehatan masyarakatnya adalah dengan menggunakan bawang merah sebagai tanaman herbal yang dapat menghilangkan berbagai penyakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar.

Dari sisi kesehatan, bawang merah memiliki kandungan zat-zat gizi tinggi dan senyawa kimiawi yang alamiah untuk �kesehatan masyarakat dikarenakan memiliki efek farmakologi yang cukup besar dalam kandungan obat tradisional bawang merah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kandungan obat tradisional bawang merah dapat mengobati masuk angin, kembung, perut mulas asma, dan lain-lain bahkan dapat mengobati penyakit berat seperti diabetes, hipertensi, kolestrol jahat dan sebagainya (Aryanta, 2019).

Oleh karena itu, bawang merah sebagai tanaman herbal secara alami dapat meningkatkan kesehatan masyarakat desa. Hal ini akan memiliki manfaat yang cukup besar jika dicampur dengan berbagai tanaman herbal yang lain seperti rempah-rempah yang secara analisis kesehatan mengandung zat antioksidan, antibakteri, antikapang, antikhamir, antiseptik, antikanker, dan antibiotik, yang secara keseluruhan sangat baik untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. (Supriani, 2019) peran antioksidan pada tanaman memiliki kandungan yang cukup baik karena terdapat senyawa fenol. Dimana senyawa ini merupakan jenis yang sangat efektif dalam kandungan antioksidan. Dalam senyawa fenol kandungan antioksidannya sangat bagus untuk bahan pangan. Selain senyawa fenol, rempah-rempah lain juga mengandung antioksidan yang berupa protein, amin, dan asam-asam organik yang memiliki manfaat baik untuk mencegah radikal bebas dalam peningkatan imun dan kesehatan masyarakat.

Secara ilmu kesehatan, antioksidan terbagi menjadi dua macam yakni antioksidan primer dan sekunder. Yang pertama antioksidan primer yaitu antioksidan yang dapat bekerja dan bereaksi dengan radikal lipida, antioksidan ini dapat berupa komponen fenolik, tokoferol alami dan sintetis, alkil galat, Butylated Hidroksianisol (BHA), Butylated Hidroksitoluen (BHT) atau Tertiary Butyl Hidroquinon (TBHQ) yang dapat memberikan ketahanan tubuh dan sistem imun yang baik. Yang kedua yaitu antioksidan sekunder yang dapat bermanfaat untuk mencegah radikal bebas yang datang dari kondisi dan udara yang tidak stabil. Radikal bebas dapat menempel dalam tubuh secara alami yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan menyebabkan timbulnya penyakit diantaranya adalah penyakit kronis yang berhubungan dengan penuaan. Dengan mengkonsumsi makanan dan tanaman yang mengandung anti oksidan dipercaya oleh masyarakat dapat membantu tubuh dalam menghambat pertumbuhan radikal bebas dan kesehatan masyarakat. Selain bawang merah, tanaman herbal yang bersifat antioksidan dan dapat berinteraksi secara fisiologis untuk menghambat radikal bebas adalah rempah-rempah yang dapat membunuh sel kanker, bakteri dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat (Yusuf, 2012).

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang Potensi Bawang Merah Sebagai Tanaman Herbal Untuk Kesehatan Masyarakat Desa Jemasih Kec. Ketanggungan Kab. Brebes maka dapat disimpulkan hasilnya sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa potensi bawang merah sebagai tanaman herbal sudah dapat dirasakan menfaatnya oleh masyarakat Indonesia karena kandungan gizi yang ada dalam bawang merah memiliki pengaruh terhadap sistem imun dan kekebalan tubuh bagi manusia dan termasuk bagian dari obat tradisional yang memiliki khasiat tinggi dalam menjaga kesehatan.

Kesehatan masyarakat desa jemasih menjadi bagian dari focus pemerintahan desa karena hal ini penting untuk keberlangsungan kemajuan masyarakat desa, dimana salah satu usaha yang dilakukan untuk kesehatan masyarakatnya adalah dengan menggunakan bawang merah sebagai tanaman herbal yang dapat menghilangkan berbagai penyakit.�

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Aryanta, I. Wayan Redi. (2019). Bawang Merah dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Widya Kesehatan. Jurnal Widya Kesehatan. 1(1), 29�35.

 

Asmara, Rosihan, & Ardhiani, Ruri. (2010). Integrasi Pasar dalam Sistem Pemasaran Bawang Merah. Agricultural Socio-Economics Journal, 10(3), 164.

 

Harun, Mohammad Amir Wan, Ruskam, Aminuddin, Baharuddin, Ahmad Syukran, Othman, Rashidah, & Sarip, Mohd Ariff Abdul. (2015). Analisis Khasiat Bawang Merah terhadap Kesihatan dari Perspektif Sarjana Perubatan Islam dan Kajian Saintifik. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia (Malaysian Journal of Health Sciences), 13(1).

 

Kurnianingsih, Astuti, & Sefrila, Marlin. (2018). Karakter pertumbuhan tanaman bawang merah pada berbagai komposisi media tanam. Jurnal Hortikultura Indonesia, 9(3), 167�173.

 

Kuswardhani, Dian S. (2016). Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Merah dan Bawang Putih. Yogyakarta: Rapha Publishing.

 

Sumami, Nani. (2005). Budidaya Bawang Merah. Balitsa. Http://Balitsa.Litbang.Pertanian.Go.Id.

 

Oktaviani, Zurlaily. (2019). Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Akibat Konsentrasi Giberelin dan Interval Pemberian Pupuk Organik Cair Nasa. Etd Unsyiah.

 

Rachmat, Muchjidin, & Muslim, Chaerul. (2013). Peran dan tantangan implementasi uu 41/2009 dalam melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kemandirian Pangan Indonesia Dalam Presfektif Kebijakan MP3EI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian, Jakarta.

 

Ridwan, Mohammad. (2019). Pengelolaan Zakat. Journal of Syntax Idea, 53(9), 1689�1699.

 

Supriani, Anik. (2019). Peranan Minuman Dari Ekstrak Jahecang Untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Sain Health, 3(1), 30�39.

 

Surono, Angela Stevy. (2013). Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Merah (Allium Cepa L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli. Calyptra, 2(1), 1�15.

 

Wahyuni, Sri. (2010). Perilaku Petani Bawang Merah dalam Penggunaan dan Penanganan Pestisida serta Dampaknya terhadap Lingkungan (Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes). Magister Ilmu Lingkungan.

 

Wulandari, Catharina Endah. (2010). Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus wistar dengan hiperglikemia. Faculty of Medicine.

 

Yusuf, Muhammad. (2012). Khasiat Kayu Secang Pada Jahe Merah. https://es-la.facebook.com/343837535649519/posts/khasiat-kayu-secang-pada-jahe-merah-karomahmay-30-2012by-muhammad-yusuf-pemilik-/495210450512226/

 

Zuraida, N. (2003). Sumarno, 2003. Partisipasi Petani dalam Pemuliaan Tanaman dan Konservasi Plasma Nutfah Secara�On Farm. Zuriat, 14(2), 67�76.

�