���������� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
�������� ��e-ISSN : 2548-1398
��������� �Vol. 2,
No 7 Juli 2017
PENGARUH APLIKASI MANAJEMEN LOGISTIK DAN DISIPLIN PEGAWAI TERHADAP KINERJA
PEGAWAI PADA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
Wawat Hermawati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cirebon
Abstrak
Pegawai merupakan satu dari
sebagian elemen lembaga yang memiliki peran vital. Suatu lembaga dapat disebut
baik tatkala memiliki sistem dan pegawai yang juga baik. Namun sebuah lembaga
dikatakan jelek apabila memiliki sistem dan pegawai yang juga jelek. Dalam
pelaksanaannya baik jelek pegawai tergantung pengaruh yang ditimbulkan oleh
beberapa hal, dua diantaranya adalah manajemen logistik serta disiplin kerja. Secara
umum peneltian ini mengkaji lebih jauh kedua hal tersebut dan perannya dalam
meningkatkan kinerja pegawai. Penelitian ini membahas secara lebih jauh tentang
dampak yang ditimbulkan dari aplikasi manajemen logistik dan disiplin pegawai tatas
kinerja pegawai di lingkup skreatiriat Kabupaten Kuningan. Penulis mendapati
pengaruh aplikasi manajemen logistik terhadap kinerja pegawai. Hal serupa juga
terjadi antara disiplin pegawai dan kinerja pegawai.
Disiplin pegawai mempunyai dampak dan/atau pengaruh yang relatif mencolok atas
kinerja pegawai. Merujuk dari hasil tersebut penulis menyimpulkan aplikasi
manajemen logistik dan disiplin pegawai mempunyai dampak serta pengaruh yang relatif
kontras dan signifikan atas kinerja pegawai. Dengan adanya hal tersebut
manajemen logistik dan disiplin pegawai dapat dimaksimalkan demi menigkatkan
kinerja atas pegawai itu sendiri.
Kata Kunci: Aplikasi Manajemen Logistik, Disiplin Pegawai, Kinerja
Pegawai.
Pendahuluan
Reformasi merupakan
titik tonggak perubahan paradigma kepemerintahan di Indonesia, adanya tuntutan
perubahan dalam kinerja aparat pemerintah menjadi pekerjaan rumah yang sangat
berat bagi pemerintah, betapa tidak kondisi yang telah berjalan bertahun-tahun harus
dirubah total. Tuntutan tersebut adanya perubahan kinerja pegawai pada proses
pelaksanaan tugas.
Berlakunya UU No. 22
Tahun 1999 mengani Pemerintahan Daerah, serta UU No. 25 Tahun 1999 mengenai
Perimbangan Keungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menegaskan bahwa ukuran
kewenangan Pemda untuk melaksanakan dan/atau memenuhi kebutuhannya sendiri
dengan semakin berkurangnya campur tangan pemeritah pusat. Melalui peraturan
pelaksanaan peyelenggaraan pemerintah daerah, daerah diberikan hak khusus
�dalam artian kewenangan� yang patut dan wajib dilaksanakan oleh pemerintah
Daerah kecuali urusan-urusan strategis yang rawan dan dapat mengakibatkan
disintegrasi bangsa. Pada tahun 2004 Undang-undang tersebut kemudian direvisi
menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan mengenai
Pemda� serta Undang-undang No. 33 tahun
2004 mengenai Perimbangan Keangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Secara legal formal
upaya perluasan otonomi daerah telah ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2008, yaitu tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 mengenai
Pemda dimana sebelumnya sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999.
Suatu kebijakan otomoni
daerah dalam lingkup UU No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemda, serta jelas
memberikan hak otomomi secara luas untuk masing-masing daerah yang mendapatkan
hak tersebut. Lebih lanjut, daerah dengan kebijakan ekonomi diberikan
kewenangan penuh untuk mengurus, mengelola, serta mengolah berbagai kepentingan
dan/atau kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Pemda seyogyanya harus secara
maksimalkan pembangunan daerah yang memiliki orientasi untuk kepentingan
masyarakat. Lebih dari itu, melalui UU No. 12 Tahun 2008 Pemda dan masyarakat
akan lebih diberdayakan, serta diberi tanggungjawab penuh guna mempercepat laju
pembangunan di daerahnya.
Sejalan dengan apa yang
disampaikan di atas, implementasi kebijakan otonomi sejatinya telah mengarah
pada perubahan, baik dalam lingkup struktural, fungsional, ataupun kultural
dalam tatanan penyelenggaraan Pemda itu sendiri. Satu dari sekian perubahan
yang esensial memiliki kaitan dengan kedudukan, tugas, serta fungsi kecamatan,
yang notabene merupakan perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Salah
satu perubahan yang sangat esensial yaitu menyangkut kedudukan, tugas pokok dan
fungsi kecamatan yang sebelumnya merupakan perangkat wilayah dalam kerangka
asas dekonsentralisasi, berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam
kerangka asas� desentralisasi.
Pegawai dalam
pembangunan merupakan sumber daya yang sangat penting. Oleh karena itulah dalam
GBHN atau umum disebut Garis-Garis Besar Haluan Negara,� Pembangunan Nasional dimaksudkan untuk
membangun manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia.
Untuk menjawab
tuntutan-tunttan tersebut maka melalui UU No. 28 Tahun 1999 mengenai
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, dalam dasar hukum tersebut
termaktub 7 asas penyelenggaraan Negara, yakni: asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.
Tuntutan masyarakat
untuk terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme tidak akan tecapai jika dari diri Pegawai Negeri Sipil
(PNS) itu sendiri tidak ada keinginan untuk berubah.
Adapun yang dimaksud
dengan pegawai adalah PNS sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1974 dan UU
No. �43 tahun 1999 tentang Perubahan UU
Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian sesuai pasal 1. Dalam dasar
hukum tersebut jelas diterangkan bahwa pegawai negeri merupakan setiap warga
negara RI yang telah memenuhi setiap syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh
seorang pejawab yang memiliki kewenangan khusus untuk diserahi tugas dalam
sebuah jabatan negeri, dan/atau dianugrahi tugas negara lain, serta disaji
berdasarkan peraturan pada perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai adalah
orang-orang yang bekerja dipemerintahan, atau pada umumnya disebut Pegawai
Negeri. Maka dalam konteks operasional kata pegawai mengandung pengertian:
seseorang yang tidak hanya bertanggungjawab kepada pimpinan atau atasannya
dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya; akan tetapi bertanggung jawab pula
kepada pihak yang telah memberi tugas dan berwenang kepada pimpinan atau
instansi dimana ia bekerja, maupun tanggungjawab ke pihak lain yang tidak
secara langsung.
Pemikiran yang
sedemikan itu bersumber dari pandangan bahwa sistem-sistem yang disusun oleh
rakyat akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Artinya daulat
rakyat, dan �pegawai� yang bekerja di dalam sistem pemerintahan tersebut harus
secacara moral bertanggungjawab kepada rakyat atau masyarakat, dan terlebih
lagi bila dikaitkan pada kenyataan bahwa masyarakat pun ikut menanggung beban
pembiayaan penyelenggaraan negara melalui pembayaran pajak, maka wajarlah
seandainya masyarakat menuntut kinerja pegawai yang sebaik-baiknya dari setiap
instansi dan/atau lembaga pemerintahan yang didalamnya terdapat �pegawai�.
Untuk mewujudkan
kinerja pegawai, diperlukan kedisiplinan kerja yang tinggi. Disiplin kerja
sangat diperlukan oleh seluruh instansi dan/atau organisasi, disiplin pada
akhirnya dapat menciptakan suasana kerja yang tertib dan berjalan sesuai dengan
aturan organisasi yang bersangkutan. Disiplin kerja merupakan suatu hal yang
kompleks, hal ini tidak dapat dipisahkan dengan hukuman dan aturan orgaisasi
tapi disiplin butuh kesadaran dan ketaatan kedua pihak baik pihak instansi
ataupun pegawai itu sendiri.
Sumber daya Aparatur adalah
aset yang sangat berharga untuk masing-masing instansi atau organisasi
pemerintahan maupun swasta karena dapat memberikan kontribusi yang berarti
kepada satuan kerja. Oleh karena itu bagaimana cara untuk mengembangkan,
memelihara dan memberi peningkatan atas kinerja pegawai adalah satu dari
sebagian faktor yang perlu diperhatikan bagi setiap organisasi. Demikian pula
didalam perubahan lingkungan yang strategik (politik, ekonomi, sosial, tekologi dan lain-lain) maka perlu
dituntut adanya kemampuan aparatur pemerintahan yang profesional dalam melaksanakan
tugasnya.
Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan arus globalisasi,
maka dituntut pula adaya sumber daya aparatur yang kapabel yakni aparatur yang dapat bekerja secara efisien, efektif,
produktif dan memiliki pengetahuan dan/atau kompetensi yang tidak kadaluwarsa
yang pada akhirnya mampu menampilkan kinerja yang memuaskan.
Namun dilema yang kerap
muncul pada birokrasi adalah munculnya tanggapan masyarakat akan kinerja
aparatur negara yang kurang profesional dalam melaksanakan tugas. Hal ini dapat
dilihat melalui berbagai penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi yang semakin
buruk serta berakibat pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi
menurun. Ketidak disiplinan pegawai dalam melaksanakan tugas nampaknya adalah
satu dari sebagian indikator buruknya kinerja yang dimiliki aparatur, hal ini
menjadi isu utama yang berkembang di masyarakat.
Kendala yang perlu
mendapat perhatian untuk menghadapi isu yang berkembang di atas serta untuk
mewujudkan kinerja aparatur yang baik setidak-tidakya dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Adapun faktor yang relatif dominan adalah salah manajemen
logistik yang terkadang dilalaikan beberapa pihak.
Manajemen logistik
sendiri merupakan cabang ilmu pengetahuan dan/atau seni perencanaan atau
pemenuhan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta
penghapusan alat-alat dan material (Subagya: 1994). Sedangkan pendapat lain
menerangkan bahwa manajemen logistik meruakan proses yang terstruktur mengatur
pemindahan, pengadaan, dan/atau penyimpanan barang dalam bentuk material dan
non material melalui organisasi.
Selain faktor tersebut,
kinerja pegawai juga dipengaruhi oleh disiplin pegawai itu sendiri. Secara umum
disiplin dimaknai sebagai sifat yang memiliki orientasi atas �ketaatan pelaku disiplin terhadap aturan yang
berlaku. Kata disiplin berasal dari bahasa latin, yakni disiplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan
kerohanian serta pengembangan tabiat (Wursanto: 1989). Sedangkan menurut
pendapat lain disiplin diartikan sebagai sikap serta mental yang tergambar
dalam perbuatan, baik berbentuk tingkah laku individu maupun kelompok yang
menunjukan sikap taat akan aturan atau etik, norma, dan kaidah yang berlaku di
masyarakat (Surachman: 1993). Sejalan dengan dua pendapat di atas Sutopo Yuwono
dalam bukunya Nurlita Witarsha (1988) mengungkapkan bahwa disiplin adalah sikap
kejiawaan atau kelompok yang menujukan sikap patuh terhadap putusan yang telah
ditetapkan.
Jika merujuk dari dua
hal di atas, penulis dapat menemukan peran keduanya dalam membentuk kualitas
pegawai yang disiplin dan produktif. Dari keduanya penulis mencoba melihat
lebih jauh bagaimana kedua faktor tersebut dapat memberi pengaruh atau dampak
atas kinerja pegawai pada sekretariat daerah Kabupaten Kuningan.
Metode
Penelitian
Secara umum penelitian
ini bermetodekan deskriptif analisis. Deskriptif analisis sendiri merupakan
metode penelitian yang memberi gambaran permasalahan yang ada dan berupaya
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengumpulkan, menyusun, menjelaskan,
lalu kemudian menganalisis masalah tersebut hingga ditemukannya jawaban atau
penyelesaian atas masalah tersebut (Surakhmad, 1994: 151)
Penelitian akan
dilaksanakan di Sekretariat Daerah (Sekda) Kabupaten Kuningan. Pemilihan tempat
tersebut disandarkan atas berbagai pertimbangan Sekda �Kabupaten Kuningan� yang dapat terjangkau dilakukan penelitian
baik dari sisi waktu dan tempat. Mengingat peneliti merupakan PNS di
Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.
Waktu untuk melakukan
penelitian ini diperkirakan selama empat bulan sejak disetujuinya rancangan
penelitian ini (Bulan Juli-Oktober 2013).
Penelitian menggunakan
dua variabel umum, yakni variabel bebas (X) dan variabel tetap (Y). Variabel
bebas yang digunakan disini adalah manajemen logistik (X1) dan disiplin kerja
(X2). Adapun variabel tetap (Y) yang diterapkan di penelitian ini ialah kinerja
pegawai di Sekda Kabupaten Kuningan (Y).
Secara umum penelitian
ini berorientasi pada kuesioner untuk hal teknik pengumpulan data. Dengan kata
lain, peneliti akan menyebar kuesioner kepada pegawai pemerintahan di
Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan, lalu mengambilnya sebagai tindak lanjut
atas proses penyebaran kuesioner. Data yang dikumpulkan disini kemudian diolah
dan diproses dalam pengolahan data lanjutan yang kemudian dianalisis. Data penelitian
bersifat primer karena didapat dari kuesioner yang disebar peneliti. Menurut
Bambang Supomo (1999)
data primer sendiri adalah data yang didapat langsung dari
sumber/responden.�
Guna memaksimalkan
peran kuesioner dan memudahkan responden untuk mengiisinya, peneliti telah
mencantumkan bobot nilai yang merujuk pada Skala Likert. Adapun bobot nilai
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Bobot Nilai
Kuesioner
Alternatif
Jawaban |
Skor |
|
SL |
Selalu |
5 |
SR |
Sering |
4 |
KD |
Kadang-Kadang |
3 |
JR |
Jarang |
2 |
TP |
Tidak Pernah |
1 |
Dalam tabel di atas peneliti menjelaskan nilai
tertinggi dimiliki oleh� alternative
jawaban selalu, sedang nilai terendah dimiliki oleh alternative jawaban tidak
pernah.
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan populasi dengan latar belakang pegawai Sekretariat Daerah
Kabupaten Kuningan. Populasi sendiri adalah wilayah generalisasi, baik itu
subjek/atau objek yang mempunyai ciri untuk dijadikan bahan penelitian
(Sugiyono: 2007). Populasi penelitian ini berjumlah 284 orang dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 2
Jumlah Populasi
Penelitian
No |
Bagian |
Jumlah |
1. |
Assisten Daerah |
3 |
2. |
Kepala Bagian |
10 |
3. |
Kepala sub Bagian |
30 |
4. |
Pelaksana/staff |
241 |
|
Jumlah |
284 |
Jika diperhatikan secara lanjut, jumlah populasi
penelitian tergolong luas dan banyak. Sehingga, untuk memaksimalkan proses
penelitian, peneliti kemudian menggunakan sampel penelitian. Sampel penelitian
sendiri adalah sebagian kecil karakteristik dipunyai populasi (Sugiyono: 1999).
Dalam pelaksanaannya, untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan,
peneliti menggunakan rumus Solvin (Husein
Umar: 2005) seperti berikut:
Keterangan:
N�������� = Populasi������������������
e���������� = Tingkat kesalahan yang bisa ditoleransi
n��������� =� sampel
e��������� = 0,05
Berdasarkan rumusan tersebut, maka sampel yang pakai
berdasarkan hasil dari rumusan berikut;
����������� Dengan demikian maka sampel penelitian keseluruhan yang
digunakan disini berjumlah 166 orang dengan latar belakang sebagai pegawai
Sekretariat Daerah Kabupaten� Kuningan.
Adapun untuk rincian jumlah sampel per bagian dapat disimak pada tabel berikut;
Tabel 3
Jumlah Sampel Penelitian Per Bagian
No. |
Bagian |
Jumlah |
Perhitungan |
Sampel |
1. |
Assisten Daerah |
3 |
|
2 |
2. |
Kepala Bagian |
10 |
|
6 |
3. |
Kepala sub Bagian |
30 |
|
17 |
4. |
Pelaksana/staff |
241 |
|
141 |
|
Jumlah |
284 |
|
166 |
Penelitian ini menggunakan 5 teknik
analisis data yang berbeda satu dengan yang lain. Adapun teknik analisis data
yang dimaksud adalah; (1) konversi data internal ke interval, (2) uji kualitas
data, (3) uji normalitas data, (4) uji t dan F, (5) uji analisis regresi dan
liner berganda.
Konversi data dilakukan
sebagai persyaratan untuk menggunakan statistik Parametrik, karena jenis data
yang peneliti� kumpulkan merupakan data
ordinal (rangking) maka harus dikonversi menjadi data interval (jarak antar
data bobotnya sama)Dalam mengkonversi data ordinal ke interval peneliti� menggunakan Metode of Successive Interval (MSI) dengan bantuan
aplikasi MS.Excel.2007.
Uji kualitas data
dilakukan dengan dua tahap pengujuan yang berbeda dan berkesinambungan satu
dengan yang lain. Pengujian data yang pertama adalah uji kevalidan data melalui
pemanfaatan program SPSS. Dalam penerapannya pengujian ini menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto: 1997)
����������� Keterangan:
����������� rxy������� = �������� Koefisien
korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan.
����������� Setelah
pengujian kevalidan data peneliti kemudian melanjutkan penelitian dengan
melakukan uji reabilitas. Pengujian reabilitas sendiri dilakukan untuk melihat
nilai reabel dari instrumen penelitian. Tujuan dari pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi instrumen secara keseluruhan. Lebih lanjut, pengukuran
ini juga dilakukan guna mengetahui kondisi instrumen, apakah instrumen yang
dimaksud akan menghasilkan suatu hasil yang sama apabila digunakan pada
subjek/objek lain atau tidak.
Dalam pelaksanaannya
pengujian reabilitas dilakukan menggunakan rumus seperti berikut:
Suharsimi
Arikunto (1997:191)
Keterangan
:
r11���������� ����������� = reliabilitas instrumen
k��������������������� = banyaknya butir
pertanyaan atau banyaknya soal.
����������� Setelah melakukan pengujian reabilitas peneliti
menerapkan pengujian normalitas data. Uji normalitas digunakan untuk mengukur
dan/atau mengetaui nilai kenormalan dari data yang diterapkan dalam sebuah
penelitian. Untuk melakukan pengujian ini peneliti menerapkan one
sample kolmogorov-Smirnov melalui SPSS.
Setelah uji
normalitas penelitian kemudian dilanjutkan pada uji t dan F. Pengujian�
t dilaksanakan melalui rumusan seperti berikut:
Keterangan:
r = koefisien korelasi parsial
k = jumlah variabel independen
n = jumlah data atau kasus�
(Dwi Prayitno, 2009:84)
dengan ketentuan: jika t hitung > t tabel,
maka Ho diterima.
����������� Adapun untuk pengujian F dilaksanakan
melalui rumusan sebagaimana yang terdapat di bawah ini:
Keterangan :
R2 ������ = koefesien determinasi
n��������� =
jumlah data atau kasus
k��������� =
jumlah variabel independen� (Dwi
Prayitno, 2009:81)
Dengan ketentuan: jika F hitung > F tabel,
maka Ho ditolak.
Untuk memudahkan perhitungan, uji t dan uji F
dihitung menggunakan bantuan program SPSS.
Setelah melakukan aneka pengujian di atas
peneliti kemudian melanjutkan analisis melalui penerapan analisi regresi linier berganda. Dalam lingkup pengertiannya, analisis regresi
linier berganda merupakan analisis yang diterapkan untuk mendapat taksiran nilai-nilai
variabel Y dan nilai-nilai variabel X1 dan X2 serta arah pengaruh yang disebabkan oleh nilai-nilai tersebut maka
digunakan analisis regresi ganda.
Dalam proses pelaksanaannya
analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menerapkan rumus seperti� berikut:
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Konversi data Ordinal ke� Interval
Konversi data dilakukan sebagai persyaratan untuk
menggunakan statistik Parametrik, karena jenis data yang penulis kumpulkan
merupakan data ordinal (rangking). maka harus dikonversi menjadi data interval
(jarak antar data bobotnya sama). Model
perhitungan konversi data yang diterapkan yaitu dengan menggunakan Method of Successive Interval (
2.
Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen perhitungannya
menggunakan melalui SPSS �17, dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05 (5%). Dengan kriteria pengujian, jika taraf signifikansinya <
0,05, maka item instrumen penelitian dinyatakan valid.
Adapun hasil uji validitas seluruh item instrumen
penelitian untuk variabel X1 variabel X2 �dan�
variabel Y disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4
Hasil
perhitungan uji validitas seluruh item�
instrumen variabel X1
|
total |
||
|
Pearson Correlation |
Sig. (2-tailed) |
N |
Total |
1 |
|
166 |
VAR00001 |
.583** |
.000 |
166 |
VAR00002 |
.641** |
.000 |
166 |
VAR00003 |
.680** |
.000 |
166 |
VAR00004 |
.507** |
.000 |
166 |
VAR00005 |
.646** |
.000 |
166 |
VAR00006 |
.644** |
.000 |
166 |
VAR00007 |
.651** |
.000 |
166 |
VAR00008 |
.630** |
.000 |
166 |
VAR00009 |
.465** |
.000 |
166 |
VAR00010 |
.639** |
.000 |
166 |
VAR00011 |
.600** |
.000 |
166 |
VAR00012 |
.702** |
.000 |
166 |
VAR00013 |
.659** |
.000 |
166 |
VAR00014 |
.613** |
.000 |
166 |
VAR00015 |
.662** |
.000 |
166 |
VAR00016 |
.651** |
.000 |
166 |
VAR00017 |
.649** |
.000 |
166 |
VAR00018 |
.695** |
.000 |
166 |
VAR00019 |
.521** |
.000 |
166 |
VAR00020 |
.695** |
.000 |
166 |
Berdasarkan data tabel diatas
dapat diperhatikan bahwa �taraf
signifikansi untuk seluruh item instrumen penelitian variabel X1 <
0,05, maka seluruh item instrumen peneitian tersebut dinyatakan valid dan dapat
dipergunakan untuk penelitian.
Tabel 5
Hasil
perhitungan uji validitas seluruh item�
instrumen variabel X2
|
total |
||
|
Pearson Correlation |
Sig. (2-tailed) |
N |
Total |
1 |
|
166 |
VAR00001 |
.472** |
.000 |
166 |
VAR00002 |
.584** |
.000 |
166 |
VAR00003 |
.537** |
.000 |
166 |
VAR00004 |
.519** |
.000 |
166 |
VAR00005 |
.569** |
.000 |
166 |
VAR00006 |
.559** |
.000 |
166 |
VAR00007 |
.572** |
.000 |
166 |
VAR00008 |
.572** |
.000 |
166 |
VAR00009 |
.487** |
.000 |
166 |
VAR00010 |
.555** |
.000 |
166 |
VAR00011 |
.549** |
.000 |
166 |
VAR00012 |
.571** |
.000 |
166 |
VAR00013 |
.541** |
.000 |
166 |
VAR00014 |
.562** |
.000 |
166 |
VAR00015 |
.586** |
.000 |
166 |
VAR00016 |
.538** |
.000 |
166 |
VAR00017 |
.671** |
.000 |
166 |
VAR00018 |
.634** |
.000 |
166 |
VAR00019 |
.575** |
.000 |
166 |
VAR00020 |
.593** |
.000 |
166 |
Berdasarkan data tabel diatas
dapat disimak bahwa variabel X2 dari 20 item, taraf signifikansinya <
0,05, maka 20 item dinyatakan valid dan dipergunakan untuk penelitian.
Tabel
6
Hasil
perhitungan uji validitas seluruh item�
instrumen variabel Y
|
Total |
||
|
Pearson Correlation |
Sig. (2-tailed) |
N |
Total |
1 |
|
166 |
VAR00001 |
.579** |
.000 |
166 |
VAR00002 |
.563** |
.000 |
166 |
VAR00003 |
.542** |
.000 |
166 |
VAR00004 |
.541** |
.000 |
166 |
VAR00005 |
.684** |
.000 |
166 |
VAR00006 |
.613** |
.000 |
166 |
VAR00007 |
.610** |
.000 |
166 |
VAR00008 |
.512** |
.000 |
166 |
VAR00009 |
.698** |
.000 |
166 |
VAR00010 |
.636** |
.000 |
166 |
VAR00011 |
.602** |
.000 |
166 |
VAR00012 |
.698** |
.000 |
166 |
VAR00013 |
.662** |
.000 |
166 |
VAR00014 |
.551** |
.000 |
166 |
VAR00015 |
.610** |
.000 |
166 |
VAR00016 |
.528** |
.000 |
166 |
VAR00017 |
.496** |
.000 |
166 |
VAR00018 |
.690** |
.000 |
166 |
VAR00019 |
.435** |
.000 |
166 |
VAR00020 |
.651** |
.000 |
166 |
Berdasarkan data tabel diatas
dapat disimak bahwa variabel Y dari 20 item, taraf signifikansinya < 0,05,
maka 20 item dinyatakan valid dan dipergunakan untuk penelitian.
3.
Uji Reabilitas
Hasil� pengujian reliabilitas variabel X1,
variabel X2 dan variabel Y melalui SPSS 17
for Windows, diperoleh nilai koefisien
reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil perhitungan reliabilitas variabel X1
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.919 |
20 |
Tabel 8
Hasil perhitungan reliabilitas variabel X2
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.887 |
20 |
Tabel 9
Hasil perhitungan reliabilitas variabel Y
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.903 |
20 |
Tabel di atas menerangkan bahwa nilai
koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk variabel X1 sebesar
0,919 dan untuk variabel X2 sebesar 0,887 dan variabel Y sebesar
0,903. Dengan berpedoman pada Nunnally dalam Uhar Suharsaputra (2002:46) bahwa
r11
4.
Uji Normalitas �
Guna
mengetahui tingkat kenormalan suatu data, peneliti melakukan perhitungan melalui
Program SPSS 17 For Windows dengan
model pengujian kolmogorov smirnov Test,
dengan ketentuan jika tingkat signifikansinya >0,05, maka data tersebut
dikatakan terdistribusi normal. Hasil dari pengujian yang dimaksud dapat
disimak pada tabel berikut:
Tabel
10
Hasil
perhitungan uji normalitas
|
|
manajemen logistik |
disiplin kerja |
kinerja |
N |
166 |
166 |
166 |
|
Normal Parametersa,,b |
Mean |
67.1988 |
65.1446 |
58.3795 |
Std. Deviation |
11.61620 |
12.14172 |
10.59991 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
.088 |
.070 |
.075 |
Positive |
.077 |
.048 |
.075 |
|
Negative |
-.088 |
-.070 |
-.061 |
|
Kolmogorov-Smirnov Z |
1.138 |
.907 |
.967 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.150 |
.384 |
.307 |
|
a. Test distribution is Normal. |
||||
b. Calculated from data. |
Tabel di atas menerangkan bahwa variabel X1
(manajemen logistik) diperoleh signifikansi 0,150, variabel X2
(disiplin kerja) diperoleh signifikansi 0,384 dan variabel Y (kinerja pegawai)
didapat nilai signifikansi melebihi 0,307, maka ketiga variabel memiliki
signifikansi melebihi 0,05.
Dengan demikian, hasil pengujian di atas menyimpulkan
argumen bahwa ketiga variabel tersebut berdistribusi normal.
5.
Pengujian
Hipotesis
a.
Pengaruh
variabel X1 terhadap Y dan pengaruh variabel X2 terhadap Y
1)
Pengaruh
Manajemen Logistik (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y)
Untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel (X1) secara individual
(parsial) atas variabel (Y) dapat
dilihat dari nilai t pada tabel Coefficients
dibawah ini dengan kriteria pengujian jika tingkat signifikansi <0,05, maka
hipotesis diterima. Adapun hasil pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut :
Tabel 11
Pengaruh
Manajemen Logistik (X1) Terhadap Kinerja Pegawai (Y)
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
21.792 |
4.078 |
|
5.344 |
.000 |
manajemen logistik |
.180 |
.085 |
.198 |
2.113 |
.036 |
|
disiplin kerja |
.375 |
.082 |
.430 |
4.595 |
.000 |
|
Dependent Variable: kinerja |
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji t diperoleh bahwa
nilai thitung variabel Manajemen
Logistik (X1) memiliki nilai sebesar p-value 0,036 <0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung
2,113 > dari ttabel 1,974 artinya signifikan. (ttabel
1,974 diperoleh dari derajat kebebasan (df) n-3 atau 166-3=163, dengan rumus
pada Microsof Excel =tinv(0,05;163). Artinya Manajemen Logistik (X1)
�secara parsial memiliki
pengaruh atas Kinerja
Pegawai� (Y).
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan persamaan regresi
linier:
Persamaan tersebut menyebutkan bahwa tiap-tiap
penambahan X1 sebesar 1 maka secara otomatis dapat meningkatkan Y
sebesar 0,180, artinya setiap peningkatan Manajemen Logistik dan Disiplin Kerja� sebesar 1, akan memberi peningkatan pada Kinerja
Pegawai sebesar 0,180.
Hal tersebut
berarti menerima hipotesis yang menyatakan: �Terdapat pengaruh signifikan Manajemen logistik terhadap Kinerja Pegawai�.
Selanjutnya untuk mengukur
seberapa berpengaruhnya Manajemen Logistik atas kinerja dapat
disimak dari perhitungan koefesien
determinasi pada� tabel berikut:
Tabel 12
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.515a |
.265 |
.261 |
9.11271 |
a. Predictors: (Constant), manajemen logistik |
Tabel di atas
memperlihatkan �bahwa R Square �sebesar 0,265, hal ini tersebut diartikan
sebagai 26,5% Kinerja pegawai dipengaruhi oleh variabel Manajemen Logistik,
sedangkan sisanya 73,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
b. Pengaruh
Disiplin Kerja (X2) dengan Kinerja Pegawai�
(Y)
Untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel (X1) secara individual
(parsial) atas variabel (Y) dapat
dilihat dari nilai t pada tabel 4.8
dengan kriteria pengujian jika tingkat signifikansi < 0,00, maka hipotesis
diterima.
Berdasarkan
tabel 4.8 hasil uji t diperoleh bahwa nilai thitung variabel
Disiplin Kerja� (X2) memiliki nilai sebesar p-value 0,000 <0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung
4,595 > dari ttabel 1,974 artinya signifikan. (ttabel 1,974 diperoleh dari derajat kebebasan (df) n-3 atau 166-3=163, dengan rumus pada Microsof Excel =tinv(0,05;163). Artinya Disiplin Kerja (X2) secara parsial dapat
memberikan pengaruh atas Kinerja
Pegawai (Y). �
Persamaan tersebut menyebutkan bahwa tiap-tiap
penambahan X2 sebesar 1 maka dapat meningkatkan Y sebesar 0,375,
artinya setiap peningkatan Disiplin
Kerja� sebesar 1, akan memberi
peningkatan terhadap Kinerja Pegawai sebesar 0,375.
Hal tersebut
berarti menerima hipotesis Hi yang menyatakan : �Terdapat pengaruh yang cukup signifikan disiplin kerja terhadap Kinerja Pegawai�.
Selanjutnya untuk mengukur
seberapa besar dampak yang timpul dari disiplin kerja atas Kinerja pegawai dapat dilihat dari hasil perhitungan koefesien determinasi pada� tabel dibawah ini:
Tabel 13
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.576a |
.332 |
.328 |
8.69087 |
a. Predictors: (Constant), disiplin kerja |
Tabel di atas
memperlihatkan bahwa R Square �sebesar 0,332, hal ini penulis artikan bahwa
33,2% Kinerja pegawai dipengaruhi oleh variabel disiplin kerja, sedangkan sisanya 66,8% dipengaruhi oleh
faktor lain.
c. Uji
F
1)
Pengaruh Manajemen Logistik dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh bersama-sama
Manajemen Logistik (X1) dan Disiplin Kerja �(X2)
terhadap Kinerja Pegawai (Y), diuji dengan uji F, hasil pengujian dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 14
Hasil Uji F
(Tabel ANOVAb)
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
6482.092 |
2 |
3241.046 |
43.816 |
.000a |
Residual |
12056.998 |
163 |
73.969 |
|
|
|
Total |
18539.090 |
165 |
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), disiplin kerja,
manajemen logistik |
||||||
b. Dependent Variable: kinerja |
Berdasarkan tabel hasil� uji anova atau F test didapat Fhitung
sebesar� 43,816 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal itu berarti
variabel Manajemen Logistik (X1) dan Disiplin Kerja (X2)
berpengaruh secara bersama-sama (Simultan) terhadap Kinerja Pegawai (Y). Hasil
uji F tersebut memiliki nilai p-value 0,000
<0,05 artinya signifikan, sedangkan Fhitung 43,816 >
dari Ftabel 3,051 artinya signifikan. (Ftabel
3,051 diperoleh dari df1=k-1 dan df2 = n-k, k adalah jumlah
variabel dependen dan independen, maka df1=3-1 = 2 dan df2= 166-2=64, dalam program Micrsoft Excel dengan
rumus = finv(0,05;2;164). Artinya Manajemen
Logistik (X1) dan Disiplin Kerja�
�(X2)
berpengaruh secara bersama-sama (Simultan) terhadap Kinerja Pegawai (Y).
Hal tersebut berarti menerima hipotesis yang menyatakan: �Terdapat pengaruh yang signifikan �Manajemen logistik� dan� �disiplin kerja terhadap Kinerja Pegawai�.
Selanjutnya untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh Manajemen Logistik dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja pegawai dapat dilihat dari hasil perhitungan koefesien determinasi
pada� tabel dibawah ini:
Tabel
15
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.591a |
.350 |
.342 |
8.60054 |
a.Predictors: (Constant),
disiplin kerja, manajemen logistik |
Dari tabel di atas terlihat bahwa R
Square �sebesar 0,350, hal ini
berarti bahwa 35% Kinerja pegawai dipengaruhi oleh variabel Manajemen Logistik
dan disiplin kerja, sedangkan sisanya 65% dipengaruhi oleh faktor lain.
6. Analisis
Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui persamaan
regresi dapat dilihat dari tabel 4.8. ��Persamaan tersebut
menyatakan bahwa setiap penambahan X1 dan X2 sebesar 1
maka akan meningkatkan Y sebesar 0,180 dan 0,375, artinya setiap peningkatan
peran Manajemen Logistik dan Disiplin
Kerja� sebesar 1, akan meningkatkan
Kinerja Pegawai sebesar 0,180 dan 0,375. Sedangkan untuk menguji signifikansi
(diukur dari tingkat signifikansi), dari tabel 4.8 terlihat signifikansi
variabel Manajemen Logistik (X1) sebesar 0,036 lebih kecil dari
0,05, yang berarti signifikan dan menerima hipotesis yang menyatakan Terdapat pengaruh Manajemen Logistik terhadap Kinerja
pegawai dan variabel Disiplin
Kerja� sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05, maka hipotesis diterima atau terdapat
pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja pegawai.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Manajemen
Logistik dan Disiplin Kerja�� terhadap
Kinerja pegawai dapat dilihat dari nilai Beta pada tabel 4.8 yang menunjukkan variabel Manajemen Logistik sebesar 0,198, hal ini berarti bahwa 19,8% Kinerja
pegawai dipengaruhi oleh variabel Manajemen
Logistik sedangkan sisanya 20,2%
dipengaruhi oleh faktor lain. dan variabel Disiplin Kerja sebesar 0,430, hal ini berarti bahwa 43% Kinerja pegawai dipengaruhi oleh Disiplin Kerja sedangkan sisanya 57% dipengaruhi oleh faktor
lain.
B. Pembahasan
Setelah
melakukan pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari jawaban terhadap
angket dari responden mengenai pengaruh Manajemen Logistik dan Disiplin
Kerja�� terhadap Kinerja pegawai
diperoleh gambaran sebagai berikut:
Gambar 1
Diagram
Pengaruh Variabel Penelitian
X1 X2 Y rX1Y=0,265 rX2Y=0,332 rX2 X1=0,350
Keterangan :
X1������� =
Variabel Manajemen Logistik
X2������� =
Variabel Disiplin Kerja��
Y�������� = Variabel Kinerja Pegawai�
1. Pengaruh Manajemen Logistik (X1) terhadap
Kinerja� (Y)
Pengujian secara parsial pengaruh
variabel Manajemen Logistik (X1) terhadap terhadap Kinerja Pegawai �(Y)
diperoleh
hasil bahwa variabel Manajemen Logistik dapat memprediksi terhadap Kinerja Pegawai �secara positif. Nilai signifikansi sebesar 0,036 mengandung arti bahwa hipotesis diterima. Apabila dilihat dari uji t diperoleh bahwa nilai
thitung sebesar 2,113 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,974. Dengan demikian diketahui bahwa thitung >
ttabel artinya bahwa hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya yang
menyatakan bahwa �Terdapat pengaruh yang signifikan Manajemen logistik terhadap Kinerja Pegawai� diterima atau terbukti. Atau
dengan kata lain Manajemen Logistik dapat memprediksi peningkatan Kinerja Pegawai. Adapun besarnya pengaruh Manajemen
Logistik terhadap terhadap Disiplin
Kerja adalah sebesar 26,5%.
Mengacu pada
hipotesis penelitian yang mengungkapkan bahwa �Terdapat pengaruh yang signifikan Manajemen
logistik terhadap Kinerja
Pegawai�, yang berarti bahwa untuk meningkatkan Kinerja Pegawai� dapat dilakukan melalui Manajemen
Logistik.
2. Pengaruh
Disiplin Kerja�� (X2) terhadap
Kinerja Pegawai (Y)
Pengujian secara parsial pengaruh
variabel Disiplin Kerja� (X2)� terhadap Kinerja Pegawai (Y)
diperoleh
hasil bahwa variabel Disiplin Kerja dapat memprediksi Kinerja Pegawai secara positif. Nilai signifikansi sebesar 0,000 mengandung arti bahwa hipotesis diterima. Apabila dilihat dari uji t diperoleh bahwa nilai
thitung sebesar 4,595 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,974. Dengan demikian diketahui bahwa thitung >
ttabel artinya bahwa hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya
bahwa �Terdapat pengaruh yang signifikan disiplin
kerja terhadap Kinerja Pegawai�
diterima atau terbukti. Atau dengan kata lain Disiplin Kerja�� dapat
memprediksi peningkatan Kinerja Pegawai. Adapun besarnya pengaruh Disiplin Kerja�� terhadap Kinerja Pegawai� adalah sebesar 33,2%.
Mengacu pada
hipotesis penelitian yang mengungkapkan bahwa �Terdapat pengaruh yang signifikan disiplin
kerja terhadap Kinerja Pegawai�,
yang berarti bahwa untuk meningkatkan Kinerja Pegawai� dapat ditingkatkan dengan Disiplin Kerja yang
kondusif.
3.
Pengaruh
Manajemen Logistik dan Disiplin
Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Pengujian secara bersama-sama pengaruh variabel Manajemen Logistik dan Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Pegawai diperoleh hasil bahwa
variabel Manajemen Logistik
dan Disiplin Kerja Pegawai dapat memprediksi Kinerja Pegawai secara bersama-sama. Nilai signifikansi sebesar 0,000 mengandung
arti bahwa hipotesis diterima. Apabila dilihat dari uji F diperoleh bahwa nilai thitung sebesar 43,816 sedangkan
nilai Ftabel
sebesar 3,051.
Dengan demikian diketahui bahwa Fhitung >
Ftabel
artinya bahwa hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya yang menyatakan bahwa
�Terdapat pengaruh yang signifikan �Manajemen logistik� dan� �disiplin kerja terhadap Kinerja Pegawai� diterima atau terbukti. Atau
dengan kata lain Manajemen Logistik dan Disiplin Kerja dapat memprediksi
peningkatan Kinerja Pegawai. Adapun besarnya pengaruh Manajemen Logistik dan
Disiplin Kerja Pegawai terhadap Kinerja Pegawai�
adalah sebesar 35%
Mengacu pada
hipotesis penelitian yang mengungkapkan bahwa �Terdapat pengaruh yang signifikan �Manajemen logistik� dan� �disiplin kerja terhadap Kinerja Pegawai�, yang berarti bahwa setiap
peningkatan Manajemen Logistik dan disiplin, akan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat pengaruh Manajemen
Logistik terhadap Kinerja Pegawai, hasil penelitian menunjukkan besarnya
pengaruh Manajemen Logistik terhadap Kinerja Pegawai� adalah sebesar 26,5%. Artinya bahwa 26,5%
kinerja pegawai� dipengaruhi oleh
manajemen logistik, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
2.
Terdapat pengaruh Disiplin terhadap Kinerja Pegawai, hasil penelitian menunjukkan besarnya pengaruh
positif Disiplin terhadap
Kinerja Pegawai� adalah sebesar 33,2%.
Artinya bahwa 33,2% kinerja pegawai�
dipengaruhi oleh Disiplin dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
3.
Terdapat
pengaruh Manajemen Logistik dan Disiplin terhadap Kinerja Pegawai.
Adapun besarnya pengaruh positif Manajemen Logistik dan Disiplin Kerja� terhadap
adalah Kinerja Pegawai sebesar 35%.
BIBLIOGRAFI
_______.
1999. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta:
Alfabeta.
Dwi Prayitno. 2009. Mandiri Belajar SPSS.
Jakarta: PT. Buku Kita.
Republik
Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaga Negara RI Tahun 1999.
Jakarta: Sekretariat Negara.
________________. 1999. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Lembaga Negara RI Tahun 1999. Jakarta:
Sekretariat Negara.
________________. 1999. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Lembaga
Negara RI Tahun 1999. Jakarta: Sekretariat Negara.
________________. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaga
Negara RI Tahun 2004. Jakarta: Sekretariat Negara.
________________. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Lembaga Negara RI Tahun 2004. Jakarta:
Sekretariat Negara.
________________. 2008. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaga
Negara RI Tahun 2004. Jakarta: Sekretariat Negara.
Subagya,
M. S. 1994. Manajemen Logistik. Cetakan
Keempat. Jakarta: Haji Masagung.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan. Bandung: CV. ALFABETA.
Supomo.
1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: Penerbit BPEE.
Umar, Husein. 2005. Metode
Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.Raja Grafindo.
Winarno
Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik.� Bandung: Tarsito.