Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6,
No. 2 Februari 2021
���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
HUBUNGAN ASUPAN MINERAL ZINC, TINGKAT PENDIDIKAN
IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR
�
Putri Wardarita, Mohammad
Zulkarnain dan Achmad
Fickry Faisyah, Rostika Flora dan Nur Alam Fajar
Universitas Sriwijaya
(UNSRI) Palembang, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
�
Abstract �
Zinc is a
micronutrient in protein synthesis, cell differentiation and regulated growth
for every cell in the body. Micronutrients such as zinc play a role in growth
which affects the hormones that play a role in bone growth. Zinc deficiency can
interfere with growth and development that is not optimal. This study aims to
see the relationship between zinc mineral intake, mother's education level and
family income with the nutritional status of elementary school children in Tuah Negeri, Musi Rawas District.
This type of research used an observational study with a cross-sectional
design. Sampling using simple random sampling technique. The number of samples
is 75 respondents. Retrieval of data on the level of mother's education and
family income with the interview method using a questionnaire. Data on the
adequacy of zinc intake were carried out. SQ-FFQ interviews were asked about
the amount of food in a questionnaire for the last period. Measurement of TB/u
was carried out using anthropometry. The results of the statistical study
showed that there was no relationship between the level of mother's education
and the nutritional status of elementary school children (p = 1000). There was
no relationship between zinc mineral intake and nutritional status in school
children (p = 0.161). There is a close relationship with parents' income (p =
0.028) with the nutritional status of school children. The conclusion of this
study is that children with a family income <UMR have the possibility of
4,327 times experiencing stuning.
Keywords:� mother's education, family income, zinc
intake
Zink merupakan mikronutrisi dalam mensintesis protein, diferensiasi sel dan pertumbuhan yang di butuhkan bagi setiap sel
di dalam tubuh. Zat gizi mikro
seperti zinc mempunyai peran pada pertumbuhan yaitu mempengaruhi hormon-hormon yang berperan dalam pertumbuhan tulang. Defisiensi zinc dapat menyebabkan gangguuan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan asupan mineral zinc, tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan status gizi anak sekolah dasar
di Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas. Jenis penelitian menggunakan penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Pengambilan
sampel menggunakan teknik simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak
75 responden. Pengambilan
data tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan metode wawancara menggunakan kuesioner, data kecukupan asupan zinc dilakukan wawancara SQ-FFQ ditanyakan konsumsi sejumlah bahan makanan dalam suatu
kuesioner untuk periode sebulan terakhir. Pengukuran Tb/u dilakukan menggunakan antropometri. Hasil penelitian hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak sekolah dasar
(p=1000). Tidak terdapat hubungan antara asupan mineral zinc dengan status
gizi pada anak sekolah (p=0,161). Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan orangtua (p=0.028) dengan status gizi pada anak sekolah. Kesimpulan penelitian ini adalah anak
dengan pendapatan keluarga <UMR mempunyai kemungkinan 4.327 kali mengalami stuning.
Kata kunci: pendidikan ibu; pendapatan keluarga; asupan zinc.
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan.
Status
gizi merupakan hal yang sangat penting harus diketahui
orangtua. Kehadiran zinc dalam tubuh akan
sangat berperan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan (Supariasa (2017) dalam District et al., 2020).
Kekurangan gizi masa anak-anak selalu dihubungkan dengan kekurangan vitamin mineral yang spesifik
dan berhubungan dengan mikronutrien tertentu. (Apriluana & Fikawati, 2018) Kekurangan mikronutrisi dimulai dari meningkatnya
resiko terhadap penyakit infeksi dan kematian yang dapat menghambat pertumbuhan. Zink merupakan
mikronutrisi yang penting untuk sintesa protein, diferensiasi sel dan pertumbuhan (kerdil) �(Amelia, 2019).
Sehingga kecukupan zink ini sangat
berguna untuk individu terutama pada anak yang mana pada anak tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan. �(Widhyari (2012) dalam Muhammad et al., 2018)
Hasil
penelitian Amelia, Syam dan
Fatimah pada tahun 2013 menyebutkan
bahwa antara asupan zink, asupan
energy protein berhubungan dengan
status gizi santri. �(Sudiarmanto & Sumarmi, 2020).
Pada penelitian (Dakhi, 2018) menyebutkan tidak ada hubungan antara
tingkat Pendapatan Perkapita Keluarga dengan stunting (pendek)
pada Balita. Hal ini bisa disebabkan karena �pendapatan yang
diterima tidak sepenuhnya dibelanjakan untuk kebutuhan makanan pokok, tetapi untuk kebutuhan
lainnya.
Global
Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan
bahwa Indonesia termasuk dalam 17 negara dari 117 negara
yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu
stunting, wasting dan overweight pada balita
(Ayuningtyas et al., 2018).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018� Prevalensi stunting di Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 2018 menjadi 30,8%10,11. (Mita Femidio, 2020)
. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2018 prevalensi stunting pada Balita usia 0-59 bulan sebesar 22.8%. Walaupun mengalami penurunan, stunting
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditangani karena prevalensinya melebihi 20% masih jauh batas
standar WHO. (Riskesdas Provinsi Sumsel, 2018)
Salah
satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi anak.� Stunting (pendek)
merupakan ganguan pertumbuhan linier yang disebabkan
adanya malnutrisi asupan zat gizi
kronis atau penyakit infeksi kronis maupun berulang
yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan
menurut umur (TB/U) kurang dari -2 SD
. Masa anak sekolah merupakan kelompok yang rentan mengalami kurang gizi salah satunya adalah stunting.� (Nasikhah & Margawati, 2012)
Ibu
memegang peranan penting dalam mendukung
upaya mengatasi masalah gizi, terutama
dalam hal asupan gizi keluarga,
mulai dari penyiapan makanan, pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan. Ibu yang memiliki status
gizi baik akan melahirkan anak yang bergizi baik. Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan baik dalam
jumlah maupun mutu gizinya sangat
berpengaruh bagi status gizi anak. Keluarga
dengan penghasilan relatif tetap, prevalensi berat kurang dan prevalensi kependekan lebih rendah dibandingkan dengan keluarga yang berpenghasilan tidak tetap (Anindita, 2012).
Hasil studi pendahuluan oleh
(Putri et al., 2018) bahwa terdapat hubungan antara konsumsi vitamin D dan zinc dengan
kejjadian Stunting pada anak
Sekolah Dasar Negeri Padang Serai Kota Bengkuluh. Maka berdasarkan hal tersebut yang menjadikan latar belakang penelitian dan dengan didukung data yang diambil dari hasil wawancara
dengan anak dan orangtua anak� maka
penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan asupan mineral zinc, tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan status gizi anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Tuah
Negeri Kabupaten Musi Rawas
Provinsi Sumatera Selatan.
Jenis
penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara simple random sampling, dengan menggunakan
rumus besar sampel uji beda dua proporsi (Dewi & Nindya, 2017).
Jenis penelitian digunakan karena variabel-variabel yang akan diteliti diambil dalam waktu bersamaan.
Analisis data menggunakan komputer (SPSS). Uji hubungan
yang digunakan adalah uji Chi
Square. (Yuantari & Handayani, 2017).
Peneliti melakukan pengukuran status gizi (TB/U) menggunakan microtois, hasil wawancara konsumsi asupan mineral zinc diolah dengan menggunakan
aplikasi nutria survei kemudian di bandingkan dengan nilai AKG pada anak.� Syarat uji chi square adalah
nilai expected yang kurang
dari lima dan atau nilai expected setiap sel yang kurang dari lima tidak boleh ≥ 50%. Apabila syarat uji Chi Square tidak
terpenuhi maka analisis hubungan menggunakan uji Fisher Exact. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan mineral zinc, tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan status gizi anak sekolah
dasar.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan
status gizi pada anak sekolah dasar
Tabel 1
Hubungan Tingkat Pendidikan ibu dengan
status gizi pada anak sekolah dasar kecamatan
Tuah Negeri
Status Gizi |
|
|
||||||
Pendidikan Ibu |
Stunted |
Normal |
Total |
P |
|
|||
|
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|
|
<SMA |
12 |
25.5 |
35 |
74.5 |
47 |
100 |
|
|
≥SMA |
7 |
25.0 |
21 |
75.0 |
28 |
100 |
1000 |
|
Total |
19 |
25.3 |
56 |
74.7 |
75 |
100 |
|
|
Dari
tabel 1 diketahui status gizi yang mengalami stunting
dengan pendidikan orangtua (Ibu) rendah pada anak sebesar 25.5%. Sedangkan status gizi anak stunting dengan pendidikan orangtua (Ibu) tinggi pada anak sebesar 25.0 %. Berdasarkan uji statistic
diperoleh p-value
= 0.1000 >0.05. Hasil ini menunjukan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna anatar pendidikan orangtua (Ibu) dengan status gizi anak.
Berdasarkan�� hasil�� penelitian�� yang��
telah�� dilakukan peneliti. Tabel
1 menunjukan tidak terdapat hubungan anatara pendidikan ibu dengan status gizi anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Tuah
Negeri. Diketahui bahwa status gizi
anak stunting/tidak
normal dengan� pendidikan
orang tua anak rendah yaitu� 12 orang dengan persentase (25.5%). Sedangkan
status gizi anak stunting
dengan pendidikan tinggi sebesar 25.0 %. Berdasarkan
analisa bivariat dengan uji Chi-Square didapatkan
p-velue
= 1000 > derajat kemaknaan
95% (α = 0,05). Artinya tidak
terdapat hubungan yang bermakna� antara pendidikan ibu dengan status Gizi anak.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh� (Mentari
& Hermansyah, 2019) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
stunting. Dalam penelitian
ini juga dikatakan bahwa pendidikan orang tua tidak menjadi
faktor risiko stunting dise-babkan karena faktor risiko terjadinya
stunting banyak, dimana
dalam penelitian ini tidak semua
faktor dilihat seperti pola asuh.
Pendidikan orang tua mempunyai
pengaruh langsung terhadap pola pengasuhan
anak. Dari
hasil analisis didapatkan bahwa status gizi anak normal pada anak ini banyak
terdapat pada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan rendah belum tentu
tidak memiliki pengetahuan tentang gizi. Tingkat pendidikan ibu tinggi tidak
menjamin anak terhindar dari malnutrisi karena tingkat pendidikan tinggi tidak berarti
ibu memiliki pengetahuan yang cukup akan gizi yang baik.
Orang tua yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih berorientasi pada tindakan preventif, tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik (Ngaisyah, 2015). Menurut teori dijelaskan bahwa tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap memahami pengetahuan gizi dan kesehatan. Hal ini berkaitan erat dengan wawasan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk konsumsi keluarga. Kondisi demikian ini menyebabkan orang tua kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan gizi anak, sehingga menyebabkan anak mengalami stunting. ( Ngaisyah, 2015).
2.
Hubungan Pendapatan Orangtua dengan status gizi pada anak sekolah dasar
Hasil analisis data berdasarkan pendapatan orangtua dengan status gizi anak responden penelitian 75 responden dapat dilihat pada table sebagai berikut:�
Tabel 2
Hubungan Pendapatan
Orangtua dengan status gizi pada anak sekolah dasar kecamatan
tuah negeri
Status Gizi |
|
|
||||||
Pendapatan Orangtua |
Stunting |
Normal |
Total |
P |
OR (95%) |
|||
|
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|
|
<UMR |
15 |
36.6 |
26 |
63.4 |
41 |
100 |
|
4.327 |
≥UMR |
4 |
11.8 |
30 |
88.2 |
34 |
100 |
0.028 |
(1.275-14.679) |
Total |
19 |
25.3 |
56 |
74.7 |
75 |
100 |
|
|
Dari tabel diketahui bahwa anak status gizi yang mengalami stunting dengan pendapatan orangtua <UMR pada anak sebesar 36.6%. Sedangkan status gizi anak stunted dengan pendapatan orangtua ≥UMR sebesar 11.8 %. Berdasarkan uji statistic diperoleh p-value = 0.028 < 0.05 Hasil ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dengan orangtua dengan status gizi anak. Anak dengan pendapatan keluarga <UMR mempunyai kemungkinan 4.327 kali mengalami stuning.
Dalam kehidupan dimsyarkat kondisi social ekonomi yang masing-masing keluarga tertentu berbeda dengan lainnya. Tak ada lapisan masyarakat yang homogen atau serba sama. Dengan demikian kita katakana bahwa di masyarakat terdapat lapisan-lapisan masyarakat yang dapat membedakan satu dengan yang lain. Berdasarkan pengertian tentang social dan status ekonomi diatas, maka penulis dapat menyampaikan bahwa status social ekonomi orangtua adalah kedudukan orang tua dalam hubungannya dengan orang tua lain atau masyarakat mengenai kehidupan sehari-hari dan cara mendapatkannya serta usaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Di sini dapat digaris bawahi bahwa status social dan ekonomi membedakan� antara keluarga satu dengan keluarga lainnya.� ( Soerjono Soekanto dalam Jatmiko, 2017)
Kejadian stunting berhubungan dengan berbagai macam faktor tidak langsung. Faktor sosial demografi yang meliputi pendapatan yang rendah, pendidikan orang tua yang rendah, jumlah anggota keluarga, dan faktor ekonomi dalam rumah tangga secara tidak langsung berhubungan dengan kejadian stunting. Indikator pendapatan dihubungkan dengan malnutrisi karena akan mempengaruhi pemenuhan zat gizi keluarga dan kesempatan dalam mengikuti pendidikan formal, begitu juga dengan rendahnya pendidikan serta pengetahuan gizi (Arlius et al., 2017)
3.
Hubungan Asupan mineral zinc dengan status gizi pada anak sekolah dasar
Tabel 2
Hubungan Asupan mineral zinc dengan
status gizi pada anak sekolah dasar
Status Gizi |
|
|
||||||
Asupan mineral zinc |
Stunting |
Normal |
Total |
P |
|
|||
|
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|
|
Kurang |
12 |
34.3 |
23 |
65.7 |
47 |
100 |
|
|
Cukup |
7 |
17.5 |
33 |
82.5 |
28 |
100 |
0.161 |
|
Total |
19 |
25.3 |
56 |
74.7 |
75 |
100 |
|
|
Berdasarkan hasil uji bivariate antara asupan zink dengan status gizi pada anak sekolah menunjukan bahwa variabel asupan zinc mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi. Diketahui bahwa asupan zinc kurang dengan anak stunting yaitu 12 orang dengan persentase (34.3%). Sedangkan asupan zinc cukup pada anak dengan anak stunting sebesar 17.0 %. Berdasarkan analisa bivariat dengan uji Chi-Square didapatkan p-velue = 0,161< derajat kemaknaan 95% (α = 0,05). Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zinc dengan status gizi anak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh� (Sudiarmanto & Sumarmi, 2020) yang menunjukkan bahwa tidak hubungan asupan kalsium dan zink dengan kejadian stunting pada siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya. Jumlah kebutuhan yang sangat sedikit tidak dapat diakomodasikan oleh tubuh sendiri. Tubuh membutuhkan asupan zink berdasarkan makanan yang kita konsumsi setiap hari dengan rutin. Data hasil wawancara dalam penelitian ini tidak dapat menggambarkan kebiasaan makan siswi karena makanan yang dikonsumsi selama satu bulan terakhir tidak dapat memberikan efek pertambahan tinggi badan secara langsung.� Sumber zinc berasal dari protein hewani seperti daging, hati, kerang, telur serta makanan laut namun berdasarkan hasil wawancara dengan SQFFQ yang dikonsumsi oleh anak-anak hanya berasal dari sayuran, dan telur. Frekuensi konsusmsi daging dan ikan laut sangat jarang dikonsumsi oleh anak di kecamatan tuah negeri. Sementara jajanan yang tersedia dan dikonsumsi anak di sekolah juga tidak banyak menyumbang asupan protein, kalsium dan zink, seperti minuman kemasan dan makanan ringan rendah kalori seperti bakso aci dan chiki.
Data mengenai riwayat penyakit infeksi dan genetik keturunan siswi tidak dapat digali dalam penelitian ini. Faktor asupan makanan dan penyakit infeksi merupakan faktor langsung yang mempengaruhi kejadian stunting. Faktor genetik merupakan faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang individu. Proses intruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur akan menghasilkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan (Adriani 2012 dalam Sudiarmanto & Sumarmi, 2020). Tinggi badan orang tua merupakan salah satu faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian stunting. Ibu yang pendek memiliki kemungkinan melahirkan bayi yang pendek pula (Amin & Julia, 2016)
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan ,
tentang �Hubungan Asupan mineral zinc, tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan status gizi anak sekolah
dasar� maka dapat disimpulkan bahwa Tidak terdapat
hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi pada anak sekolah dasar
dengan persentase (25.5%) ibu berpendidikan
<SMA yaitu p-velue = 1000< derajat kemaknaan 95% (α =
0,05. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan oarangtua� dengan
status gizi anak sekolah dasar� dengan persentase (36.6%) yang memiliki asupan zinc kurang yaitu p-velue = 0.028< derajat kemaknaan 95% (α = 0,05). Tidak terdapat hubungan antara Asupan mineral zinc dengan status
gizi anak sekolah dasar� dengan
persentase (34.3%) yang memiliki
asupan mineral zinc kurang yaitu p-velue = 0.161 > derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05)
BIBLIOGRAFI
Amelia, R. R. (2019). Prevalensi dan Zat Gizi Mikro
dalam Penanganan Stunting. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 6(2),
138�145.
Amin, N. A., & Julia, M. (2016). Faktor sosiodemografi
dan tinggi badan orang tua serta hubungannya dengan kejadian stunting pada
balita usia 6-23 bulan. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian
Journal of Nutrition and Dietetics), 2(3), 170.
Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu,
Pendapatan Keluarga, Kecukupan Protein & Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada
Balita Usia 6 � 35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 18764.
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis
Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di
Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan, 28(4), 247�256.
Arlius, A., Sudargo, T., & Subejo, S. (2017). Hubungan
Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Balita. Jurnal Ketahanan
Nasional, 23(3), 359.
Ayuningtyas, A., Simbolon, D., & Rizal, A. (2018). Asupan
Zat Gizi Makro dan Mikro terhadap Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal
Kesehatan, 9(3), 445.
Dakhi, A. (2019). Hubungan Pendapatan Keluarga,
Pendidikan, dan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting pada Anak
Umur 6-23 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara. 3�77.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/handle/123456789/1081
Dewi, E. K., & Nindya, T. S. (2017). Hubungan Tingkat
Kecukupan Zat Besi Dan Seng Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan
Correlation Between Iron and Zinc Adequacy Level With Stunting Incidence In
Children Aged 6 -23 Months. 361�368.
District, P., Regency, S., Pontang, G. S., Village, W.,
District, P., District, P., Regency, S., Antara, H., Protein, A., Pringapus,
K., Semarang, K., & Pontang, G. S. (2020). JGK-Vol.12 , No.1 Juli 2020.
12(1).
Jatmiko, R. P. (2017). Status sosial ekonomi, gaya, dan
prestasi belajar. Jurnal Penelitian Dan Pendidikan IPS (JPPI), 11(1),
38�53.
Mentari, S., & Hermansyah, A. (2019). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Stunting Anak Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Upk
Puskesmas Siantan Hulu. Pontianak Nutrition Journal (PNJ), 1(1),
1.
Mita Femidio, L. M. (2020). Perbedaan Pola Asuh dan
Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Balita Stunting dan Non-Stunting di Wilayah
Pesisir Kabupaten Probolinggo D.
Muhammad, F., Nurhajjah, S., & Revilla, G. (2018).
Pengaruh Pemberian Suplemen Zink Terhadap Status Gizi Anak Sekolah Dasar. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(2), 285.
Nasikhah, R., & Margawati, A. (2012). Faktor Risiko
Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24 � 36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur. Journal
of Nutrition College, 1(1), 176�184.
Ngaisyah, R. D. (2015). Hubungan Sosial Ekonomi Dengan
Kejadian Stunting. X, 65�70.
Putri, M. L., Simanjuntak, B. Y., & W., T. W. (2018).
Konsumsi Vitamin D dan Zink dengan Kejadian Stunting pada Anak Sekolah SD
Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan, 9(2),
267.
Riskesdas Provinsi Sumsel. (2018). Laporan Provinsi
Sumatera Selatan.
Sudiarmanto, A. R., & Sumarmi, S. (2020). Hubungan
Asupan Kalsium dan Zink dengan Kejadian Stunting Pada Siswi SMP Unggulan Bina
Insani Surabaya The Correlation Between Calcium Intake , Zinc Intake and
Stunting Prevalence On SMP Unggulan Bina Insani Surabaya Students. 1�9.
Yuantari, C., & Handayani, S. (2017). Buku Ajar
Statistik Deskriptif & Inferensial.