Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 12, Desember 2024
EFEKTIVITAS
PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
DI KABUPATEN BINTAN
Friska
Agustina Sianturi1, Rudi Subiyakto2, Darmanto3
Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis efektivitas program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan dengan mengukur
implementasi program serta faktor-faktor keberhasilan atau kegagalannya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain retrospektif, menggunakan data primer dan sekunder
dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bintan, DP3KB Kabupaten Bintan, Bapelitbang Kabupaten Bintan, serta hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
Instrumen penelitian meliputi observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan:
reduksi data, tampilan
data, dan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan telah cukup efektif
dalam menurunkan prevalensi stunting melalui berbagai intervensi seperti peningkatan kualitas asupan gizi dan edukasi pola asuh. TPPS Kabupaten Bintan telah melaksanakan berbagai program yang perlu ditingkatkan lebih lanjut, termasuk Rantang Sehat dan Rumah Asuh Bintan Kasih. Upaya percepatan penurunan stunting dilakukan secara konvergen dan kolaboratif dengan melibatkan seluruh perangkat daerah, swasta, dan masyarakat. Kesimpulannya,
program penurunan stunting di Kabupaten
Bintan menunjukkan kemajuan signifikan, namun beberapa aspek masih memerlukan
peningkatan. Implikasi penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
penyempurnaan program kebijakan
stunting di masa depan.
Kata kunci: stunting, efektivitas
program, penelitian kualitatif,
kebijakan kesehatan, Kabupaten Bintan.
Abstract
This study aims
to analyze the effectiveness of the stunting
reduction acceleration program in Bintan Regency by
measuring the implementation of the program and the factors contributing to its
success or fxailure. The research approach used is
qualitative with a retrospective design, utilizing primary and secondary data
from the Bintan Regency Health Office, DP3KB Bintan Regency, Bapelitbang Bintan Regency, as well as interviews, observations, and
documentation. Research instruments include direct observation, in-depth
interviews, and documentation. Data analysis was carried out through three
stages: data reduction, data display, and conclusion drawing and verification.
The results show that the stunting reduction acceleration program in Bintan Regency has been quite effective in reducing the
prevalence of stunting through various interventions such as improving
nutritional intake quality and parenting education. TPPS Bintan
Regency has implemented various programs that need further enhancement,
including Rantang Sehat and Rumah
Asuh Bintan Kasih. The
stunting reduction efforts are carried out convergently and collaboratively,
involving all regional apparatuses, the private sector, and the community. In
conclusion, the stunting reduction program in Bintan
Regency shows significant progress, although some aspects still require
improvement. The implications of this research can be used as a basis for
refining future stunting policy programs.
Keywords: stunting,
program effectiveness, qualitative research, health policy, Bintan
Regency.
Pendahuluan
Di Indonesia terdapat masalah kesehatan
pada masyarakat yang harus di tangani secara serius. Salah satu yang paling
memprihatinkan adalah Masalah gizi pada anak
Stunting (balita pendek) merupakan permasalahan
gizi yang sangat krusial yang dihadapi oleh negara berkembangan
maupun negara miskin. Stunting
berdampak terhadap tumbuh kembang anak. Stunting bukan hanya masalah gangguan pertumbuhan fisik,
namun dapat mengakibatkan anak menjadi rentan terhadap penyakit dan dapat
mengganggu perkembangan otak dan kecerdasan sehingga dapat mengancam kualitas
sumber daya manusia di Indonesia
Indonesia adalah Negara Berkembang yang
melaksanakan sistem pemerintahannya berdasar kepada UUD 1945. Dalam Pasal 28 H
ayat 1 dijelaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
negara wajib menyediakannya. Dalam UU No 23 Tahun
1992 pasal 10 dan 11 dijelaskan juga bahwa upaya peningkatan kesehatan
masyarakat juga termasuk perbaikan gizi, kesehatan lingkungan serta penyuluhan
kesehatan masyarakat.
Kepala Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan mengatakan dampak stunting tidak hanya dialami oleh anak namun sangat
mempengaruhi kehidupan pada masa yang akan datang sehingga dapat berdampak
terhadap rendahnya tingkat produktivitas. Permasalahan stunting juga memiliki dampak
yang serius karena dapat mengakibatkan tidak terwujudnya target pembangunan
nasional serta timbulnya resiko beban besar yang
nantinya harus ditanggung oleh negara karena kurang berkualitasnya sumber daya
manusia
Pada Tahun 2013 melalui Peraturan
Presiden No 42 Tahun 2013 Pemerintah telah
menggerakkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Pada Tahun 2019
dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Angka Kecakupan
Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Segala Kebijakan ataupun
aturan yang dikeluarkan ini dapat di implementasikan dengan baik jika seluruh
pemangku kepentingan baik itu pemerintah maupun swasta dapat melaksanakan
peranannya masing – masing
sebagai mana mestinya.
Bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
gizi sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik dan peningkatan kecerdasan anak.
Gizi adalah faktor penunjang utama bagi anak – anak agar berat badan dalam
kategori normal dan fisik diketegorikan sehat. Jika
tumbuh kembang fisik dan kesehatan anak normal maka tidak mudah diserang oleh
infeksi maupun penyakit lainnya termasuk penyakit kronik yang mematikan
sehingga produktivitas motorik anak dapat bekerja dengan baik.
Pemerintah memiliki peran melakukan
pembinaan dan pengawasan dalam hal kesehatan masyarakat. Pemerintah dalam hal
ini yaitu Kementrian kesehatan di tingkat pusat dan
dinas kesehatan pada tingkat provinsi maupun kabupaten. Untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat maka salah satu langkah yang harus dilakukan oleh
pemerintah adalah membuat kebijakan yang dapat menunjang meningkatkan kesehatan
masyarakat secara umum.
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
demi mewujudkan UUD 1945 dapat direalisasikan oleh Pelayan Publik yang
berkompeten dalam sektor kesehatan. Pelayanan Publik yang diberikan berdasarkan
kepada kebijakan dan aturan Pemerintah yang diberlakukan serta sesuai dengan
ketentuan pelayanan publik dan standart operasional
prosedur yang berlaku dalam bidang kesehatan.
Upaya terus dilakukan untuk
meningkatkan mutu kesehatan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan.
Langkah kongkret yang telah dilakukan adalah dengan melakukan langkah promotif,
preventif, kuratif serta rehabilitatif. Langkah – langkah ini terus dilakukan
secara adil, terpadu, merata dan berkesinambungan terhadap seluruh masyarakat.
Berdasarkan standard
dari WHO angka prevalensi stunting harus berada dibawah
angka 20%. Angka stunting
di Dunia berdasarkan data dari WHO masih mencapai angka 22% pada tahun 2020.
Masalah stunting
adalah sebuah masalah besar bagi dunia. Karena jika 1.000 hari pertama dari
kehidupan seorang anak tidak diperhatikan nutrisi atau gizi yang diperoleh
makan berakibat fatal terhadap tumbuh kembang anak yang mengakibatkan masuk
dalam kategori kekurangan nutrisi kronis.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) memiliki target pencapaian prevalensi stunting pada tahun 2024 adalah
sebesar 14%. Berdasarkan data yang bersumber dari Kemenkes RI tahun 2021
Kondisi prevalensi stunting
di Indonesia tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga,
seperti singapura 4%, Malaysia 17%, Vietnam 23% dan Thailand 16%.
Beberapa Pemerintah daerah di Indonesia
telah melakukan upaya untuk menurunkan angka stunting pada daerah
pemerintahannya masing – masing,
misalnya Pemerintah Kabupaten Enrekang dan Pemerintah Kabupaten Balangan.
Pemerintah Kabupaten Balangan telah melakukan upaya mengatasi masalah stunting secara
khusus di kecamatan Batumandi untuk meningkatkan gizi masyarakat. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk meningkatkan
status gizi anak. Dalam anggaran tahun 2020 dialokasikan dana desa untuk penanganan stunting serentak dilakukan di
Kecamatan Batumandi .
Pemerintah Kabupaten Enrekang telah
mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang No
29 tahun 2020 tentang Peran Desa dalam pencegahan stunting, Peraturan Daerah
Enrekang Nomor 44 Tahun 2021 tentang Penurunan Stunting berbasis Pencegahan dari
Hulu dan SK Bupati Enrekang No 141/KEP/III/2022
tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Enrekang.
Peraturan – peraturan yang ada ini sebagai bentuk langkah awal yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Enrekang untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Enrekang
Angka prevalensi stunting Indonesia berdasarkan
data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 adalah sebesar 24,4 %
menurun 3,3% dibanding angka prevalensi stunting tahun 2019
Kabupaten Bintan adalah salah satu
kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada tahun 2021 jumlah balita di
Kabupaten Bintan tercatat sebanyak 10. 946 anak yang terdata
di 15 Puskesmas dengan jumlah balita yang masuk dalam kategori stunting sebanyak
570 anak dengan prevalensi stunting 5,21%. Pada tahun 2022 Dinas Kesehatan Kabupaten
Bintan juga mencatat jumlah balita kategori stunting sebanyak 383 anak dengan
prevalensi stunting
3,41%.
Data pada tahun 2022 tersebut juga
menunjukkan bahwa Desa Teluk Sasah yang berada di
Kecamatan Seri Kuala Lobam memiliki angka stunting yang
cukup tinggi sebanyak 31 kasus stunting. Kasus stunting di Desa Teluk Sasah ini
cukup tinggi dikarenakan sebagaian besar orangtua bekerja sehingga kebanyakan anak mereka dititipkan
kepada orang lain untuk menjaga selama mereka bekerja. Selain itu, Di Kecamatan
Bintan Timur tepatnya pada Kelurahan Gunung Lengkuas terdapat 31 kasus stunting dan di
Kelurahan Kijang Kota terdapat 22 Kasus Stunting.
Bupati Bintan telah memberikan arahan
bahwa angka stunting
di Kabupaten Bintan harus zero stunting (batamnews, 2022). Dengan
tujuan Kabupaten Bintan yang bebas stunting maka langkah pencegahan yang dilakukan adalah
bagaimana agar tidak munculnya kasus stunting baru di Kabupaten Bintan. Untuk mendukung langkah
pencegahan tersebut, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) telah bekerjasama untuk mendukung Kabupaten Bintan bebas stunting.
Bupati Bintan telah mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor : 144/II/2023 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting
Kabupaten Bintan tahun 2023. Adapun yang tergabung dalam Tim Percepatan
Penurunan Stunting
(TPPS) ini yang tercapat dalam SK adalah Badan
Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbang)
Kabupaten Bintan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DP3KB) Kabupaten Bintan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD)
Kabupaten Bintan serta organisasi kemasyarakatan yakni Tim Penggerak Pemberdaayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten
Bintan.
Penelitian ini ingin menganalisis
efektivitas program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan.
Bagaimana implementasi program yang telah diupayakan dari beberapa tahun
sebelumnya namun pada tahun 2023 ini tujuan untuk menjadikan Kabupaten Bintan
bebas dari stunting
belum bisa terealisasi.
Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian sebelumnya, yang hasilnya dijadikan referensi oleh penulis. Misalnya, Muthia et al.
Selain itu, penelitian
oleh Mugianti et al.
Sehingga berdasarkan latar belakang
yang telah disampaikan, penelitian
ini bertujuan; (1) untuk menganalisis data bagaimana aturan
yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah terkait penanganan masalah stunting, (2) untuk menganalisis data sudah sejauh mana
program percepatan penurunan stunting tersebut dapat di implementasikan, dan (3) untuk menganalisis data hal apa saja yang
menjadi faktor keberhasilan atau kegagalan program percepatan penurunan stunting yang
telah di laksanakan oleh Pemerintah.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain retrospektif. Pendekatan kualitatif berfokus pada pengamatan mendalam terhadap objek penelitian untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek. Penelitian retrospektif dilakukan berdasarkan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya,
memungkinkan peneliti untuk melihat hubungan
penyebab dan dampak yang ditimbulkan pada fenomena yang sedang diidentifikasi. Sumber informasi dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan sekunder yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bintan, DP3KB Kabupaten Bintan, Bapelitbang Kabupaten Bintan, serta data wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Instrumen penelitian yang digunakan
meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang akurat terkait strategi pemerintah dalam mengatasi stunting. Wawancara dilakukan dengan keluarga yang memiliki anak kategori
stunting dan pejabat terkait
untuk memperoleh data yang
valid. Dokumentasi diperoleh
dari foto-foto, media elektronik, dan hasil observasi langsung. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu reduksi data, tampilan data, dan kesimpulan serta verifikasi. Reduksi data bertujuan untuk mengurangi dan mengubah data agar lebih mudah dipahami, tampilan data mengorganisir data
yang disajikan, dan kesimpulan
serta verifikasi mengevaluasi hasil penelitian.
Hasil
dan Pembahasan
Efektivitas
Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten
Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Ketepatan Sasaran Program
Ketepatan
sasaran program yaitu melihat sasaran dari program yang dilaksanakan apakah
sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya berkaitan dengan
program yang dilaksanakan.
Berdasarkan fakta dilapangan,
TPPS Kabupaten Bintan telah melakukan program yang dapat mendukung percepatan
penurunan Stunting. Program yang telah dilakukan adalah dengan
pemberian makanan tambahan yang tinggi protein diharap ibu dan balita dapat
beradaptasi dan dapat mempraktikan kedalam keluarga dengan menu yang bergizi, melakukan
Pengukuran Panjang/Tinggi Badan Balita, Pengukuran Berat Badan Balita, Survei
Kesehatan dan Gizi, dll.
Berdasarkan
temuan dilapangan, TPPS Kabupaten Bintan telah
menjalankan program Rantang Sehat yang merupakan bentuk intervensi stunting dengan cara pemberian makanan dengan menu seimbang
tinggi energi dan protein kepada balita stunting/ beresiko stunting. Program
rantang sehat itu sendiri difokuskan kepada kelompok sasaran yaitu baduta dan balita.
Pihak
TPPS Kabupaten Bintan juga menjalankan program Bakul Sehat Balita dan Ibu atau
yang disingkat dengan BAKUL SEHATI merupakan suatu kegiatan penyediaan bahan
pangan pokok yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Jika Rantang sehat
merupakan pemberian makanan siap makan kepada baduta
dan balita, maka BAKUL SEHATI merupakan penyediaan bahan pokok mentah kepada
keluarga. Tujuannya agar kebutuhan asupan gizi kepada keluarga, terutaama Ibu Hamil dan Menyusui dapat terjaga.
Gambar
1. Program Rantang Sehat dan Bakul Sehati Kabupaten Bintan
Program Rantang Sehat dan Bakul Sehati
dilaksanakan berdasarkan data yang ada tanpa melihat latar belakang keluarga
dan lain sebagainya. Untuk mengetahui sejauh mana program yang dilaksanakn tepat sasaran peneliti melakukan wawancara
bersama Bapak Yendy Ulpha Gemilang, S.IP., MPA selaku
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerak Dinas
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana ( DP3KB ), Beliau mengatakan bahwa :
“
Untuk menangani Stunting Pemerintah
Pusat menekankan kepada Pemerintah Daerah bahwa harus serius dalam melakukan
Intervensi Angka Stunting. Atas arahan
pemerintah pusat itulah Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan beberapa upaya
ataupun membuat program yang bersentuhan langsung dengan anak kategori stunting secara langsung.
Salah satu Programnya adalah Pemberian Makanan Tambahan pada anak Stunting. Adapun sasaran dari program ini
memang berdasarkan Data yang ada tidak sekedar dilaksanakan dan yang menerima
juga sistem pilih – pilih.”
Efektivitas
Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten
Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Sosialisasi Program
Sosialisasi
Program adalah tentang bagaimana proses komunikasi ataupun pengenalan program
yang dilakukan oleh pemerintah sehingga informasi terkait program yang
dilaksanakan sampai ke masyarakat.
Program
percepatan penurunan stunting melibatkan serangkaian
langkah dan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat stunting pada anak-anak. Proses sosialialisasi
memberikan damnpak efektivitas terhadap program
percepatan penurunan stunting.
Proses sosialisasi sangat berperan cukup
signifikan untuk menyampaikan permasalahan-permasalahan stunting.
Sosialisasi adalah konsep umum yang diartikan sebuah proses di mana kita
belajar interaksi dengan orang lain, tentang cara bertindak, berpikir, dan
merasakan, di mana semua itu merupakan hal penting dalam menghasilkan
partisipasi sosial yang efektif.
Berdasarkan
hasil penelitian yang peneliti temui di lapangan, proses sosialisasi program
penurunan stunting yang dilakukan oleh TPPS Kabupaten
Bintan yaitu memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat tentang pentingnya
nutrisi yang baik selama kehamilan, menyusui, dan pertumbuhan anak, serta
mengajak masyarakat untuk mengadopsi praktik-praktik pangan sehat dan kebiasaan
hidup bersih.
Upaya
mengkampanyekan stunting
di Kabupaten Bintan dilakukan melalui berbagai media salah satunya dengan media
penyiaran radio. Pemitraan dengan media penyiaran ini dilakukan kepada berbagai
lembaga penyiaran seperti Radio Bintan, LPP RRI Tanjung Pinang yang menjaring
masyarakat luas hingga kepada o’Nine Radio yang
menyasar kepada Kawula Muda. Tujuannya agar informasi tentang bahaya stunting dapat menyasar kepada berbagai lapisan dan
kalangan. Sehingga upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting menjadi lebih masif digalakkan.
Dalam rangka untuk mengetahui sejauh
mana aspek sosialisasi program ini berjalan dengan baik, peneliti mewawancarai
salah satu kader posyandu yang ada di Kelurahan Tanjung Uban Utara Ibu Yanti,
beliau mengatakan :
“
Bahwa PKK Kabupaten Bintan melalui Pokja 4 bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Bintan selalu berkomunikasi kepada kami terkait
informasi apapun yang berkaitan dengan Stunting baik itu tentang program yang akan
dilaksanakan maupun evaluasi dari program yang telah dilaksanakan. Jadi ketika
kami mendapatkan informasi terbaru kami juga langsung menyampaikan kepada
masyarakat pada waktu Posyandu ataupun pada pertemuan lainnya”.
Gambar 2. Sosialisasi program penurunan
Stunting Kabupaten Bintan
Berdasarkan uraian diatas
dapat disampulkan bahwa Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan
Aspek Sosialisasi Program sudah berjalan sesuai dengan efektif. Hal tersebut
dikarenakan pihak TPPS Kabupaten Bintan telah berkomunikasi dan saling
berkontribusi, dimana pihak TPPS Kabupaten Bintan dan
pihak puskesmas serta posyandu secara berkala setiap satu bulan sekali telah
melakukan penyuluhan mengenai gizi dan pentingnya nutrisi yang baik selama
kehamilan, menyusui dan pertumbuhan anak sehingga Masyarakat dapat mempraktekkan hal tersebut dalam kehidupan sehari hari dan
memberikan efek penurunan stunting pada balita.
Efektivitas
Program Percepatan Penurunan Stunting di
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Tujuan Program
Tujuan
Program adalah sebagai dasar untuk melihat apakah tujuan program yang
direncanakan sama dengan hasil yang di dapat ketika program telah dilaksanakan.
Pencapaian tujuan merupakan suatu proses yang merupakan bagian puncak dari
usaha keseluruhan suatu program. Upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses karena dari pencapaian tujuan tersebut dapat diketahui
apakah tujuan dari program yang dijalankan berjalan dengan optimal atau tidak.
Dimensi dalam indikator ini yaitu kurun
waktu pencapaian dan sasaran yang konkrit. Pada
Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tentunya memiliki tolok ukur untuk pencapaian
tujuan. Adapun terdapat aspek pencapaian tujuan dalam program penanganan stunting yaitu:
a.
Menurunkan Prevalensi Stunting
Penurunan prevalensi stunting menitik beratkan pada penanganan penyebab masalah
gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses
terhadap pangan bergizi (makanan) intervensi tersebut diharapkan dapat mencegah
masalah gizi sehingga dapat tercapai penurunan prevalensi stunting.
Berdasarkan fakta dilapangan, puskesmas Tanah Kali Kedinding Bersama dengan posyandu merancang program
Pendidikan Kesehatan Masyarakat, pelayanan Kesehatan, diversifikasi pangan,
pengembangan program keterlibatan Masyarakat dalam penurunan stunting, evaluasi berkala untuk menilai dampak program
terhadap prevalensi stunting dan menyesuaikan program
berdasarkan temuan evaluasi untuk meningkatkan efektivitas penurunan stunting.
Stunting di Kabupaten Bintan telah mencapai
tujuan yang sangat cukup untuk ibu balita stunting
sejauh ini dapat dilihat di data pada tahun 2021 yang berjumlah 569 balita
mengalami stunting dan pada tahun 2022 turun menjadi
383. Adanya penurunan angka stunting dikarenakan
telah mengoptimalkan pemahaman ibu balita stunting
terkait gizi seimbang dan pola makan sehat dan ibu balita stunting
dapat bekerjasama dengan baik.
Penting untuk memahami konteks lokal
dan mengakomodasi kebutuhan spesifik masyarakat setempat dalam merancang
program dan intervensi. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga swasta, LSM, dan
masyarakat sipil juga merupakan kunci untuk mengatasi kendala-kendala ini
secara holistik dan berkelanjutan.
Adapun
penurunan jumlah balita stunting di Kabupaten Bintan
bisa dilihat pada grafik dibawah ini:
Tahun 2022
Gambar
3. Grafik Angka Prevalensi Stunting di Kab.Bintan
melalui E-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat)
Tahun 2021& 2022 per Desa/Kelurahan
Berdasarkan urian diatas
dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan aspek penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Bintan sudah efektif hal ini
dibuktikan adanya penurunan angka prevalensi stunting
di masing-masing desa dan kelurahan.
b.
Peningkatan kualitas penyiapan
kehidupan berkeluarga
Peningkatan kualitas penyiapan
kehidupan berkeluarga yang dilaksanakan berkaitan dengan bidang kehidupan yakni
mempraktekkan hidup secara sehat (praktek
hidup sehat)
Berdasarkan fakta dilapangan,
pihak puskesmas dan posyandu di masing-masing desa di Kabupaten Bintan telah
melakukan pendekatan seperti pemeriksaan ibu hamil dan balita untuk
meningkatkan kesiapan dari segi kesehatan dan gizi dalam kehidupan berkeluarga
untuk mengurangi kasus stunting. Pemerintah Kabupaten
Bintan juga menjalankan program ANJAB Posyandu yang merupakan akronim dari
Antar Jemput Balita Posyandu merupakan suatu upaya penyediaan layanan
penjemputan balita sebagai bentuk penjaringan dan surveilans
balita agar terpenuhinya data validasi pada aplikasi EPPGBM setiap bulannya.
Output yang diharapkan yaitu terpantaunya
tumbuh kembang seluruh balita pada suatu wilayah sebagai bahan intervensi yang
akan dilakukan yang dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Gambar
4. Pemeriksaan Ibu hamil dan balita
c.
Penjaminan Pemenuhan Asupan Gizi
Asupan zat gizi merupakan jumlah zat
gizi yang masuk melalui konsumsi makanan sehari – hari untuk memperoleh energi
guna melakukan kegiatan fisik sehari – hari. Pemenuhan asupan gizi yang
seimbang dapat menekan angka pertumbuhan stunting.
Berdasarkan temuan dilapangan
Pihak puskesmas di wilayah Kabupaten Bintan bekerja sama dengan posyandu
memberikan penjaminan asupan gizi diberikan khusus kepada balita indikasi stunting berupa pemberian makanan tambahan (PMT), pemberian
susu dan vitamin yang dilaksanakan untuk mengatasi stunting.
Program yang dilakukan oleh TPPS
Kabupaten Bintan yaitu dengan memberikan paket balita stunting
sebagai Upaya perbaikan gizi balita, terutama kepada balita stunting
menjadi upaya prioritas yang dilakukan. Untuk mewujudkan hal tersebut, tidak
bisa hanya mengandalkan upaya dari pemerintah semata, namun perlu melibatkan
berbagai stakeholder.
Upaya pemenuhan kebutuhan balita
tersebut juga dengan menggandeng pihak swasta, seperti yang dilakukan oleh PT.
Bintan Inti Industrial Estate (BIIE), maupun juga masyarakat salah satunya
seperti Bapak Asuh maupun Teluk Sebong Menderma.
Gambar
5. Paket Balita Stunting
d.
Perbaikan pola asuh
Pola asuh orang tua yang salah dapat
menyebabkan terjadinya stunting yaitu kesalahan ibu
dalam pemberian nutrisi anak, adapun faktor lingkungan, karena faktor
lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua.
Apabila hambatan yang dialami orang tua dalam memberikan pola asuh anak tidak
dapat diidentifikasi, maka anak akan mengalami stunting
akibat tidak tercukupinya kebutuhan untuk menunjang pertumbuhan.
Berdasarkan temuan dilapangan
Pihak TPPS Kabupaten Bintan, adanya pola asuh orang tua terutama ibu balita
yang kurang, dan ditemukan lingkungan yang kurang terjamin untuk kehidupan
balita sehingga pihak memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
edukasi, dukungan, dan perubahan perilaku yang melibatkan keluarga dalam upaya
menurunkan stunting seperti menyediakan dukungan
psikososial kepada orang tua, terutama ibu, untuk membantu mengelola stres dan
tekanan, mengadakan kelompok dukungan orang tua untuk berbagi pengalaman dan
mendapatkan informasi berguna, serta mendorong orang tua untuk rutin memantau
pertumbuhan anak dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan jika ada masalah.
Dengan adanya permasalahan ini, TPPS
Kabupaten Bintan mengadakan program Rumah Asuh Bintan Kasih. Pembangunan Rumah
asuh bintan kasih merupakan salah satu inovasi Pemerintah Kabupaten Bintan
dalam penurunan stunting. Konsep yang dibangun adalah
dengan mewujudkan Rumah Penitipan Anak (daycare) bagi
abak-anak stunting. Saat
ini Rumah Asuh Bintan Kasih itu sendiri telahberdiri
dan berjalan di Kabupaten Bintan, tepatnya di Desa Teluk Sasah
Kecamatan Seri Kuala Lobam. Hal ini didasari oleh
faktor masyarakat sekitar yang berada di kawasan perindustrian, sehingga faktor
pengasuhan dapat menyebabkan kurangnya asupan gizi oleh balita. Oleh sebab itu,
dengan adanya Rumah Asuh tersebut, maka diharapkan persoalan pengasuhan yang
dihadapi dapat terselesaikan. Dimana para orang tua
pekerja dengan balita kasus stunting yang berada di
wilayah tersebut dapat menitipkan anak-anak mereka.
Gambar
6. Program Rumah Asuh Bintan Kasih
e.
Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan
Kesehatan
Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan
Kesehatan adalah upaya meningkatkan akses masyarakat kepada fasilitas pelayanan
kesehatan melalui sistem ketahanan kesehatan yang tangguh, SDM kesehatan yang
kompeten, sistem pembiayaan kesehatan yang efektif, serta penyelenggaraan
kesehatan dengan tata kelola pemerintahan yang baik, didukung oleh inovasi dan
pemanfaatan teknologi.
Berdasarkan temuan dilapangan
dari TPPS Kabupaten Bintan melakukan program MINTAMA atau Minum Tablet Tambah
Darah Bersama, merupakan program inovasi yang dilakukan dengan menyasar kepada
para remaja, terutama para siswa disekolah. Dengan program MINTAMA tersebut,
para siswa tidak hanya diberi dan dibagikan tablet tambah darah, namun juga
meminum tablet tersebut bersama-sama di Sekolah. Hal ini dilakukan untuk
mengedukasi dan menumbuhkan kebersamaan di kalangan siswa untuk menjaga
kesehatan, terutama kebutuhan akan asupan zat besi pada tubuh untuk menghindari
anemia. Karena pencegahan stunting dari hulu sejak
remaja dengan menjaga asupan kebutuhan zat besi sejak dini merupakan suatu
bentuk upaya penting dalam mencegah stunting.
Gambar
7. Program Minum Tablet Tambah Darah Bersama
Efektivitas
Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten
Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Pemantauan Program
Pemantauan
Program adalah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk melihat apakah
program yang telah dilaksanakan telah berjalan dengan efektif. Pemantauan program dalam Intervensi Stunting selalu melibatkan berbagai instansi
maupun organisasi yang membidangi. Secara umum Kepala Daerah menugaskan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bintan untuk terus melakukan pemantauan agar angka anak
Katagori Stunting tidak meningkat.
Berdasarkan hasil pemantauan dilapangan, Dinas
Kesehatan melibat PKK dan Tim Pendamping Keluarga yang dimana
Tim Pendamping keluarga ini dibawah naungan langsung
BKKBN.
Untuk
melihat dari aspek pemantauan program peneliti mewawancarai ibu Kartini sebagai
pengurus PKK, beliau mengatakan :
“Tiap
bulan PKK yang dalam hal ini di bidangi oleh Pokja 4 secara rutin melakukan
pertemukan dengan Pendamping Keluarga dan Kader Posyandu ditingkat Kabupaten,
bahkan sampai kepada kecamatan rutin dilaksanakan Lokakarya Mini yang dimana peserta pertemuan tersebut adalah semua yang
terlibat dalam intervensi Stunting di
tingkat kelurahan/desa.”
Faktor
Pendukung Program Percepatan Penurunan Stunting di
Kabupaten Bintan
Partisipasi aktif masyarakat dalam
program menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif
dapat meningkatkan efektivitas intervensi. Koordinasi yang baik antar instansi
dan edukasi yang berkelanjutan juga merupakan faktor penting. Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan menunjukkan adanya penurunan tingkat stunting di wilayah Kabupaten Bintan setelah pelaksanaan
program. Faktor keberhasilan program melibatkan peran aktif masyarakat,
pemahaman yang baik tentang manfaat program, serta keterlibatan aktif dari pihak
terkait. Namun keberhasilan yang diperoleh ini perlu dilakukan pemantauan
jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan penurunan stunting
dan melakukan identifikasi area yang memerlukan perbaikan lebih lanjut.
Efektivitas program percepatan
penurunan stunting di Kabupaten Bintan ini juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat
mendukung efektivitas program tersebut:
a.
Kualitas SDM Pada Puskesmas dan
Posyandu sudah sesuai dengan bidangnya. Adanya sumber daya manusia yang
terlatih dan kompeten, terutama tenaga kesehatan, dapat memastikan pelayanan
yang berkualitas dan efektif untuk Program Percepatan Penurunan Stunting. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
temui di lapangan banyak sekali faktor pendukung dalam program penurunan stunting yang ada di Kabupaten Bintan oleh TPPS, seperti
ahli gizi puskesmas dan kader posyandu yang kooperatif serta ibu-ibu setempat
yang telah mengikuti sosialisasi.
b.
Kerjasama antara sektor kesehatan, dan
pemerintah daerah dapat mendukung implementasi program. berdasarkan temuan di
lapangan Ini mencakup penyediaan fasilitas kesehatan yang baik, pendidikan
gizi, dan dukungan lintas sektor. adapun Bupati Bintan, Bapak Roby Kurniawan
sangat memperhatikan dan langsung turun ke lapangan untuk dapat melihat
bagaimana pihak Puskesmas dalam menangani Penurunan Balita Stunting
dan juga melakukan rapat rekonsiliasi untuk percepatan penurunan Stunting di Kabupaten Bintan
Gambar
8. Kerja sama antar sektor untuk penurunan Stunting
di Kabupaten Bintan
Faktor Penghambat Program Percepatan
Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan
Percepatan penurunan stunting merupakan suatu program yang penting dalam upaya
meningkatkan kesehatan anak-anak dan mencegah masalah gizi buruk. Namun,
beberapa faktor penghambat dapat muncul dan mempengaruhi efektivitas program
tersebut. Tantangan sumber daya dan pemahaman yang kurang dari masyarakat
menunjukkan perlunya meningkatkan alokasi sumber daya dan upaya edukasi yang
lebih intensif. Serta adanya faktor tradisional yang biasanya di lakukan oleh
orang terdahulu untuk balita seperti Keyakinan dan Tradisi.
TPPS Kabupaten Bintan melakukan
pendekatan dan intervensi didalam upaya percepatan
penurunan stunting. Intervensi itu sendiri meliputi
intervensi spesifik yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi
dan kesehatan, dan intervensi sensitif, yakni intervensi pendukung untuk
penurunan kecepatan stuunting, seperti penyediaan air
bersih dan sanitasi. Faktor-faktor inilah yang turut serta mendorong kepada
penurunan angka prevalensi stunting setiap tahunnya
di Kabupaten Bintan. Namun, disamping faktor-faktor
yang berpengaruh positif terhadap pencapaian penurunan stunting
di Kabupaten Bintan, masih ditemui beberapa kendala dan permasalahan pada praktek pelaksanaannya di lapangan. Adapun permasalahan
percepatan penurunan stunting dan juga strategi untuk
mengatasi pada Kabupaten Bintan yang dihadapi antara lain.
Table 1.
Strategi Untuk Mengatasi Stunting Pada
Kabupaten Bintan
No |
Indikator |
Perihal/Masalah/Kendala Capaian |
Strategi |
1 |
Remaja
putri yang mengonsumsi Tablet Tambah
Darah (TTD) |
Kurangnya
pemahaman remaja putri tentang manfaat TTD dan kurangnya pengawasan |
Pendampingan
Remaja putri yang mengonsumsi tablet tambah
darah (TTD), mintama (minum
tablet tambah darah
bersama) |
2 |
Remaja
putri yang menerima layanan pemeriksaan
status anemia (hemoglobin) |
Kurangnya
pemahaman remaja putri tentang manfaat TTD,
kurangnya pengawasan, kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pemeriksaan status anemia |
pelaksanaan
layanan pemeriksaan status anemia (hemoglobin)melalui PIK atau BKR |
3 |
Calon
pengantin /calon ibu yang menerima
Tablet Tambah Darah (TTD) |
Belum semua
calon pengantin menerima TTD |
Pemberian
calon pengantin/calon ibu tablet tambah Darah (TTD) pada ibu Hamil anemia, KIE pentingnya TTD pada calon pengantin dan calon ibu |
4 |
Pasangan
calon pengantin yang mendapatkan
bimbingan perkawinan dengan materi
pencegahan stunting |
Belum
semua PUS mendaptkan materi stunting
pada bimbingan perkawinan |
Penambahan
materi stunting pada calon pengantin di KUA, gereja, wihara dan pura |
5 |
Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang menerima bantuan
tunai bersyarat |
Belum
semua PUS miskin dan PPKS masuk data penerima bantuan tunai bersyaratan |
Verifikasi dan validasi data
kemiskinan termasuk PUS miskin dan PPKS,
Pemberian BTS kepada pasangan Usia subur (PUS) dengan status miskin
dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial |
6 |
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial yang
menerima bantuan pangan nontunai |
Belum
semua PUS masuk data penerima bantuan tunai pangan non tunai |
verifikasi
dan validasi data kemiskinan termasuk PUS miskin dan PPKS, Pemberian bantuan tunai non tunai pangan kepada pasangan usia subur (PUS) dengan status
miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial |
7 |
Cakupan
Pasangan Usia Subur (PUS) fakir
miskin dan orang tidak mampu yang
menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan |
Belum semua
PUS masuk data penerima PBI |
Pemberian
jaminan kesehatan pada pasangan usia subur (PUS) fakir miskin dan
orang tidak mampu |
8 |
Persentase
Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet
Tambah Darah (TTD) minimal 90
tablet selama masa kehamilan |
Belum
semua ibu hamil mendapatkan TTD hamil khususnya pada wilayah pesisir dikarenakan pada K4 Ibu hamil meninggal wilayah
tersebut untuk melakukan persalinan di rumah
orang tua |
Pendampingan
ibu Hamil yang mengkonsumsi tablet tambah Daerah (TTD) minimal 90 tablet selama
masa kehamilan pada ibu hamil
yang melakukan persalinan diluar wilayah pesisir, pemantauan kartu P4K untuk mengurang lost contact ibu hamil |
9 |
Persentase
Unmet Need pelayanan keluarga berencana |
Masih
ada masyarakat yang memandang bahwa ber LB tidak syar'i, kesadaran masyarakat masih kurang |
Pemberian
pelayanan KB gratis dan KIE program KB, kampung KB |
10 |
Persentase
Kehamilan yang tidak diinginkan |
Masih
ditemukannya kehamilan tidak diinginkan, pergaulan bebas pada remaja
menjadikan kehamilan yang
tidak diinginkan |
Pendampingan
kespro pada remaja dan KIE pada PUS resiko tinggi |
11 |
Bayi
usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu
(ASI) eksklusif |
Masih
ditemukannya Bayi tidak ASI Eksklusif, Budaya dan Pemahaman yang masih
kurang |
Pendampingan
ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui, KIE pentingnya asupan gizi pada
ibu hamil, penyediaan sarana untuk pojok
laktasi |
12 |
Anak
berusia di bawah lima tahun (balita)
yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya |
Masih
ditemukannya balita yang belum terpantau tumbuh kembang di posyandu |
Anak
berusia dibawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, posyandu,PAUD dan BKB |
13 |
Balita
yang memperoleh imunisasi dasar lengkap |
Pada
masa pandemi covid, Cakupan imunisasi mengalami penurunan |
Pemberian
Imunisasi pada bayi dan balita melalui posyandu dan puskesmas serta dokter praktek
swasta, bidan praktek swasta dan faskes
rujukan |
14 |
Persentase
keluarga yang stop Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) |
Penggunaan
popok sekali pakai belum sesuai ketentuan dan masih ada keluarga yang belum memiliki akses jamban sehat |
Pendampingan STBM dan pemerian akses sanitasi |
15 |
Persentase
keluarga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) |
Masih
ditemukan keluarga belum memahami dan melaksanakan PHBS |
Penampingan keluarga yang melaksanakan PHBS
melalui PKK |
16 |
Keluarga
berisiko stunting yang mendapatkan promosi
peningkatan konsumsi ikan dalam negeri |
Belum
ada program pada semua keluarga beresiko stunting |
Pendampingan
keluarga beresiko stunting
yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri |
17 |
Pelayanan
Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan |
belum
semua ibu hamil pasca persalinan mendapatkan layanan |
pelayanan
keluarga berencana (KB) pasca persalinan pada PUS resiko
tinggi |
18 |
Cakupan
keluarga berisiko stunting yang memperoleh
pendampingan |
belum
dilaksanakan di tahun 2021 |
Pendampingan
keluarga beresiko stunting |
19 |
Keluarga berisiko stunting
yang mendapatkan manfaat sumber daya pekarangan untuk peningkatan asupan
gizi |
Konsep
ini baru dijalankan tahun 2022 dengan adanya konsep penanganan stunting versi BKKBN |
Pendampingan
keluarga berisiko stunting dalam pemanfaatan sumber
daya pekarangan untuk peningkatan asupan gizi oleh kader TPK dan PKK |
20 |
Rumah
tangga yang mendapatkan akses air minum layak |
masih
ada keluarga yang belum mendapatkan akses air minum layak, kurangnya SR PDAM dan PAMSIMAS belum
terjangkau |
Pendampingan
rumah tangga mendapatkan akses air minum
layak |
21 |
Rumah
tangga yang mendapatkan akses
sanitasi (air limbah domestik) layak |
Belum semua
rumah tangga memiliki akses sanitasi layak |
Pembangunan jamban
jamak |
22 |
Persentase
desa/kelurahan yang melaksanakan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) |
Pelaksanaan
STBM baru 2 pilar yaitu CTPS dan
ODF, jangkauan terlalu
besar dengan SDM yang terbatas |
Pendapingan sanitasi total bebasis masyarakat (STBM) |
23 |
Persentase kabupaten/kota yang mengimplementasikan sistem data Surveilans
gizi elektronik dalam pemantauan intervensi gizi untuk penurunan stunting |
Belum semua
data terintegrasi dengan
E-PPGBM |
Pendampingan pengisian melalui E-PPGBM |
24 |
Jumlah
Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan (ODF) |
Metode dan anggaran belum
mampu mencapai ODF |
Pendampingan Pelaksanaan ODF |
25 |
Desa/kelurahan
yang memiliki guru PAUD terlatih
pengasuhan stimulasi penanganan stunting sebagai hasil
pendidikan dan pelatihan di Kabupaten/Kota |
belum tersedia kegiatan |
Pendampingan
desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD dalam
pengasuhan stimulasi penanganan stunting
sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di Kabupaten/kota |
26 |
Persentase
Lembaga PAUD yang mengembangkan
Pendidikan Anak Usia Dini
Holistik Integratif (PAUD
HI) |
Belum semua
PAUD melakukan PAUD
HI |
Pendampingan
lembaga PAUD yang mengembangkan pendidikan
anak usia dini holistik integratif (PAUD
HI) |
27 |
Terlaksananya forum komunikasi perubahan perilaku dalam penurunan stunting lintas agama |
belum terbentuk dan belum terkoordinasi dengan FKUB |
Penguatan
FKUB dalam perubahan perilaku pada tokoh agama dalam penanganan stunting |
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian, kesimpulannya adalah; (1) Dalam efektivitas program
percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan
dengan aspek Pencapaian Tujuan, Integrasi dan Adaptasi, Berdasarkan temuan
penelitian menunjukkan penurunan angka prevalensi stunting,
meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan
asupan gizi, memperbaiki pola asuh, namun terdapat aspek meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan yang telah dijalankan untuk Efektivitas Program
Percepatan Penurunan stunting di Kabupaten Bintan
sudah cukup efektif. Angka stunting di Kabupaten
Bintan menunjukkan kemajuan dalam mencapai target penurunan stunting,
terutama melalui pendekatan edukasi dan keterlibatan pola asuh masyarakat. (2) TPPS
Kabupaten Bintan telah menjalankan beberapa program yang harus ditingkatkan
untuk percepatan penuruan stunting
di Kabupaten Bintan. Adapun program-programnya adalah Rantang Sehat, ANJAB
Posyandu, Bakul Sehati, Mintama, Sosialiasi
Media, Paket Balita Stunting, dan Rumah Asuh Bintan
Kasih. (3) Upaya percepatan penurunan stunting yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dilakukan secara konvergen dan
kolaboratif. Seluruh Perangkat Daerah terkait, swasta hingga masyarakat ikut
berperan serta mensukseskannya. Dalam rangka
percepatan penurunan stunting tersebut, dan
berdasarkan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021, maka
dibentuklah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)
Kabupaten Bintan.
BIBLIOGRAFI
Arafah, S., Hartaty, N., Arnita, Y., Program Studi Profesi Ners, M., Keperawatan Universitas Syiah Kuala, F.,
Keilmuan Keperawatan Keluarga, B., & Keperawatan, F. (2022). Perawatan
Masalah Gizi Seimbang Dan Tumbuh Kembang Pada Balita: Suatu Studi Kasus. Jim.Unsyiah.Ac.Id, 1.
Fentiana, N., Tambunan, F., & Ginting, D. (2022). Peran
Pemantauan Pertumbuhan Dalam Upaya Pencegahan Stunting
Anak 0-23 Bulan di Indonesia: Temuan Riskesdas 2013.
Jurnal Semesta Sehat (J-Mestahat), 2(2).
https://doi.org/10.58185/j-mestahat.v2i2.96
Handayani, S. (2023). Selamatkan Generasi Bangsa Dari
Bahaya Stunting: Save The Nation’s
Generation From The Dangers of Stunting.
Journal of Midwifery Science and Women’s Health,
3(2), 87–92.
Mediani, H. S., Setyawati, A., Hendrawati, S., Nurhidayah,
I., & Firdianty, N. F. (2023). Pengaruh Faktor
Maternal terhadap Insidensi Stunting
pada Anak Balita di Negara Berkembang: Narrative Review. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 7(2). https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i2.4160
Mugianti, S., Mulyadi, A., Anam, A. K., & Najah, Z. L. (2018).
Faktor Penyebab Anak Stunting Usia 25-60 Bulan di
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 5(3).
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.art.p268-278
Muthia, G., Edison, E., & Yantri, E. (2020). Evaluasi
Pelaksanaan Program Pencegahan Stunting Ditinjau
dari Intervensi Gizi Spesifik Gerakan 1000 HPK Di Puskesmas Pegang Baru
Kabupaten Pasaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4).
https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1125
Norsanti, N. (2021). Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting Di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan (Studi
Kasus Pada Desa Mampari dan Desa Banua Hanyar). Jurnal Administrasi Publik Dan Pembangunan,
3(1), 10–21.
Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M.
(2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting
pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 5(2). https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1169
Oktarina, N. D., Wijayanti, F., & Setyoningrum, U.
(2023). Edukasi Pemenuhan Gizi Seimbang pada Anak Sekolah. Jurnal
Pengabdian Perawat, 2(2). https://doi.org/10.32584/jpp.v2i2.2401
Pratiwi, R., Untari, J., & Samosir, H. R. (2024). Peran
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam Percepatan
Penurunan Stunting di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 9(3), 196–209.
Putra, A., & Fitri, Y. (2021). Studi Meta Analisis: Efektifitas Pencegahan Stunting
Melalui Program Literasi Gizi Menggunakan Pendekatan
Pendidikan Keluarga. Jurnal Obor Penmas: Pendidikan Luar Sekolah, 4(1).
https://doi.org/10.32832/oborpenmas.v4i1.4727
Rahman, H., Rahmah, M., & Saribulan,
N. (2023). Upaya Penanganan Stunting di Indonesia:
Analisis Bibliometrik Dan Analisis Konten. Jurnal
Ilmu Pemerintahan Suara Khatulistiwa, 8(1), 44–59.
Riyadh, N. A., Batara, A. S., Nurlinda, A. (2023).
Efektivitas Kebijakan dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Stunting di Kabupaten Enrekang. Journal
of Muslim Community Health (JMCH) 2023, 4(1).
Saputri, R. A. (2019). Upaya pemerintah daerah dalam
penanggulangan stunting di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Jdp (Jurnal Dinamika
Pemerintahan), 2(2), 152–168.
Setiaputri, K. A. (2023). Mengenal Stunting,
dari Penyebab hingga Penanganannya.
Sulistyadewi, N. P. E., & Wasita, R. R. R. (2022). Pengetahuan Gizi
Seimbang Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Pada Remaja di SMK
Kesehatan Bali Khresna Medika. Jurnal Kesehatan, 10(3).
https://doi.org/10.25047/j-kes.v10i3.338
Copyright
holder: Friska Agustina Sianturi, Rudi Subiyakto, Darmanto (2024) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |