Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

EFEKTIVITAS PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI KABUPATEN BINTAN

 

Friska Agustina Sianturi1, Rudi Subiyakto2, Darmanto3

Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan dengan mengukur implementasi program serta faktor-faktor keberhasilan atau kegagalannya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain retrospektif, menggunakan data primer dan sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, DP3KB Kabupaten Bintan, Bapelitbang Kabupaten Bintan, serta hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian meliputi observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan: reduksi data, tampilan data, dan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan telah cukup efektif dalam menurunkan prevalensi stunting melalui berbagai intervensi seperti peningkatan kualitas asupan gizi dan edukasi pola asuh. TPPS Kabupaten Bintan telah melaksanakan berbagai program yang perlu ditingkatkan lebih lanjut, termasuk Rantang Sehat dan Rumah Asuh Bintan Kasih. Upaya percepatan penurunan stunting dilakukan secara konvergen dan kolaboratif dengan melibatkan seluruh perangkat daerah, swasta, dan masyarakat. Kesimpulannya, program penurunan stunting di Kabupaten Bintan menunjukkan kemajuan signifikan, namun beberapa aspek masih memerlukan peningkatan. Implikasi penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan program kebijakan stunting di masa depan.

Kata kunci: stunting, efektivitas program, penelitian kualitatif, kebijakan kesehatan, Kabupaten Bintan.

 

Abstract

This study aims to analyze the effectiveness of the stunting reduction acceleration program in Bintan Regency by measuring the implementation of the program and the factors contributing to its success or fxailure. The research approach used is qualitative with a retrospective design, utilizing primary and secondary data from the Bintan Regency Health Office, DP3KB Bintan Regency, Bapelitbang Bintan Regency, as well as interviews, observations, and documentation. Research instruments include direct observation, in-depth interviews, and documentation. Data analysis was carried out through three stages: data reduction, data display, and conclusion drawing and verification. The results show that the stunting reduction acceleration program in Bintan Regency has been quite effective in reducing the prevalence of stunting through various interventions such as improving nutritional intake quality and parenting education. TPPS Bintan Regency has implemented various programs that need further enhancement, including Rantang Sehat and Rumah Asuh Bintan Kasih. The stunting reduction efforts are carried out convergently and collaboratively, involving all regional apparatuses, the private sector, and the community. In conclusion, the stunting reduction program in Bintan Regency shows significant progress, although some aspects still require improvement. The implications of this research can be used as a basis for refining future stunting policy programs.

Keywords: stunting, program effectiveness, qualitative research, health policy, Bintan Regency.

 

 

 

Pendahuluan

Di Indonesia terdapat masalah kesehatan pada masyarakat yang harus di tangani secara serius. Salah satu yang paling memprihatinkan adalah Masalah gizi pada anak (Arafah et al., 2022; Oktarina et al., 2023; Sulistyadewi & Wasita, 2022).  Terdapat beberapa masalah kesehatan pada anak yang harus diperhatikan oleh Pemerintah yaitu Stunting atau bertubuh pendek dan Wasting atau bertubuh kurus. Masalah gizi ini dapat terjadi dikarenakan anak tidak memperoleh gizi seimbang yang dibutuhkan oleh anak – anak seusianya sesuai dengan aturan yang ada yang sering disebut dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tidak sesuai disini dapat diartikan seperti kekurangan ataupun kelebihan. 

Stunting (balita pendek) merupakan permasalahan gizi yang sangat krusial yang dihadapi oleh negara berkembangan maupun negara miskin. Stunting berdampak terhadap tumbuh kembang anak. Stunting bukan hanya masalah gangguan pertumbuhan fisik, namun dapat mengakibatkan anak menjadi rentan terhadap penyakit dan dapat mengganggu perkembangan otak dan kecerdasan sehingga dapat mengancam kualitas sumber daya manusia di Indonesia (Saputri, 2019). Stunting dapat menghambat perkembangan motorik, kognitif dan bahasa (Fentiana et al., 2022; Mediani et al., 2023; Nugroho et al., 2021).

Indonesia adalah Negara Berkembang yang melaksanakan sistem pemerintahannya berdasar kepada UUD 1945. Dalam Pasal 28 H ayat 1 dijelaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan negara wajib menyediakannya. Dalam UU No 23 Tahun 1992 pasal 10 dan 11 dijelaskan juga bahwa upaya peningkatan kesehatan masyarakat juga termasuk perbaikan gizi, kesehatan lingkungan serta penyuluhan kesehatan masyarakat.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan mengatakan dampak stunting tidak hanya dialami oleh anak namun sangat mempengaruhi kehidupan pada masa yang akan datang sehingga dapat berdampak terhadap rendahnya tingkat produktivitas. Permasalahan stunting juga memiliki dampak yang serius karena dapat mengakibatkan tidak terwujudnya target pembangunan nasional serta timbulnya resiko beban besar yang nantinya harus ditanggung oleh negara karena kurang berkualitasnya sumber daya manusia (Norsanti, 2021). Stunting merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur status gizi kehidupan masyarakat. Jika angka stunting pada balita disuatu daerah tinggi, maka sudah dipastikan bahwa didaerah tersebut mengalami masalah pembangunan seperti ketersediaan air bersih, pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan lain – lain (Setiaputri, 2023).

Pada Tahun 2013 melalui Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 Pemerintah telah menggerakkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Pada Tahun 2019 dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Angka Kecakupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Segala Kebijakan ataupun aturan yang dikeluarkan ini dapat di implementasikan dengan baik jika seluruh pemangku kepentingan baik itu pemerintah maupun swasta dapat melaksanakan peranannya masingmasing sebagai mana mestinya.

Bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, gizi sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik dan peningkatan kecerdasan anak. Gizi adalah faktor penunjang utama bagi anak – anak agar berat badan dalam kategori normal dan fisik diketegorikan sehat. Jika tumbuh kembang fisik dan kesehatan anak normal maka tidak mudah diserang oleh infeksi maupun penyakit lainnya termasuk penyakit kronik yang mematikan sehingga produktivitas motorik anak dapat bekerja dengan baik.

Pemerintah memiliki peran melakukan pembinaan dan pengawasan dalam hal kesehatan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini yaitu Kementrian kesehatan di tingkat pusat dan dinas kesehatan pada tingkat provinsi maupun kabupaten. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka salah satu langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah membuat kebijakan yang dapat menunjang meningkatkan kesehatan masyarakat secara umum.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah demi mewujudkan UUD 1945 dapat direalisasikan oleh Pelayan Publik yang berkompeten dalam sektor kesehatan. Pelayanan Publik yang diberikan berdasarkan kepada kebijakan dan aturan Pemerintah yang diberlakukan serta sesuai dengan ketentuan pelayanan publik dan standart operasional prosedur yang berlaku dalam bidang kesehatan.

Upaya terus dilakukan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan. Langkah kongkret yang telah dilakukan adalah dengan melakukan langkah promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif. Langkah – langkah ini terus dilakukan secara adil, terpadu, merata dan berkesinambungan terhadap seluruh masyarakat.

Berdasarkan standard dari WHO angka prevalensi stunting harus berada dibawah angka 20%. Angka stunting di Dunia berdasarkan data dari WHO masih mencapai angka 22% pada tahun 2020. Masalah stunting adalah sebuah masalah besar bagi dunia. Karena jika 1.000 hari pertama dari kehidupan seorang anak tidak diperhatikan nutrisi atau gizi yang diperoleh makan berakibat fatal terhadap tumbuh kembang anak yang mengakibatkan masuk dalam kategori kekurangan nutrisi kronis.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) memiliki target pencapaian prevalensi stunting pada tahun 2024 adalah sebesar 14%. Berdasarkan data yang bersumber dari Kemenkes RI tahun 2021 Kondisi prevalensi stunting di Indonesia tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti singapura 4%, Malaysia 17%, Vietnam 23% dan Thailand 16%. 

Beberapa Pemerintah daerah di Indonesia telah melakukan upaya untuk menurunkan angka stunting pada daerah pemerintahannya masingmasing, misalnya Pemerintah Kabupaten Enrekang dan Pemerintah Kabupaten Balangan. Pemerintah Kabupaten Balangan telah melakukan upaya mengatasi masalah stunting secara khusus di kecamatan Batumandi untuk meningkatkan gizi masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak. Dalam anggaran tahun 2020 dialokasikan dana desa  untuk penanganan stunting serentak dilakukan di Kecamatan Batumandi .

Pemerintah Kabupaten Enrekang telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang No 29 tahun 2020 tentang Peran Desa dalam pencegahan stunting, Peraturan Daerah Enrekang Nomor 44 Tahun 2021 tentang Penurunan Stunting berbasis Pencegahan dari Hulu dan SK Bupati Enrekang No 141/KEP/III/2022 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Enrekang. Peraturan – peraturan yang ada ini sebagai bentuk langkah awal yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Enrekang untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Enrekang (Riyadh, N. A., Batara, A. S., Nurlinda, 2023).

Angka prevalensi stunting Indonesia berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 adalah sebesar 24,4 % menurun 3,3% dibanding angka prevalensi stunting tahun 2019 (Handayani, 2023; Rahman et al., 2023). Data SSGI tahun 2021 mencatat ada 6 provinsi dengan prevalensi stunting <20% yaitu Bangka Belitung, Lampung, Kepulauan Riau, Daerah Ibukota Yogjakarta, Daerah Ibukota Jakarta dan Bali.

Kabupaten Bintan adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada tahun 2021 jumlah balita di Kabupaten Bintan tercatat sebanyak 10. 946 anak yang terdata di 15 Puskesmas dengan jumlah balita yang masuk dalam kategori stunting sebanyak 570 anak dengan prevalensi stunting 5,21%. Pada tahun 2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan juga mencatat jumlah balita kategori stunting sebanyak 383 anak dengan prevalensi stunting 3,41%.

Data pada tahun 2022 tersebut juga menunjukkan bahwa Desa Teluk Sasah yang berada di Kecamatan Seri Kuala Lobam memiliki angka stunting yang cukup tinggi sebanyak 31 kasus stunting. Kasus stunting di Desa Teluk Sasah ini cukup tinggi dikarenakan sebagaian besar orangtua bekerja sehingga kebanyakan anak mereka dititipkan kepada orang lain untuk menjaga selama mereka bekerja. Selain itu, Di Kecamatan Bintan Timur tepatnya pada Kelurahan Gunung Lengkuas terdapat 31 kasus stunting dan di Kelurahan Kijang Kota terdapat 22 Kasus Stunting.

Bupati Bintan telah memberikan arahan bahwa angka stunting di Kabupaten Bintan harus zero stunting (batamnews, 2022). Dengan tujuan Kabupaten Bintan yang bebas stunting maka langkah pencegahan yang dilakukan adalah bagaimana agar tidak munculnya kasus stunting baru di Kabupaten Bintan. Untuk mendukung langkah pencegahan tersebut, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) telah bekerjasama untuk mendukung Kabupaten Bintan bebas stunting.

Bupati Bintan telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : 144/II/2023 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bintan tahun 2023. Adapun yang tergabung dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) ini yang tercapat dalam SK adalah Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbang) Kabupaten Bintan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB) Kabupaten Bintan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Bintan serta organisasi kemasyarakatan yakni Tim Penggerak Pemberdaayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Bintan.

Penelitian ini ingin menganalisis efektivitas program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan. Bagaimana implementasi program yang telah diupayakan dari beberapa tahun sebelumnya namun pada tahun 2023 ini tujuan untuk menjadikan Kabupaten Bintan bebas dari stunting belum bisa terealisasi.

Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian sebelumnya, yang hasilnya dijadikan referensi oleh penulis. Misalnya, Muthia et al. (2020) mengevaluasi program pencegahan stunting dengan intervensi gizi spesifik di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman dan menemukan bahwa program tersebut cukup baik. Pratiwi et al. (2024) meneliti strategi BKKBN dalam menanggulangi stunting di Desa Sidoharjo Kabupaten Kulon Progo DIY, dan menemukan bahwa edukasi masyarakat oleh BKKBN sangat efektif. Arum Fitria (2019) menganalisis peran Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) di Kampung KB ‘Ngudi KencanaDesa Kalitinggar Kidul Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga dalam mengatasi stunting, dan menemukan bahwa IMP telah melaksanakan enam langkah penting dalam menurunkan tingkat stunting. Putra dan Fitri (2021) meneliti efektivitas program literasi gizi melalui pendekatan pendidikan keluarga dan menemukan bahwa ketidaktahuan tentang pola hidup sehat menjadi penyebab meningkatnya kasus stunting, sehingga pendidikan keluarga sangat diperlukan.

Selain itu, penelitian oleh Mugianti et al. (2018) menggambarkan faktor penyebab stunting pada anak usia 25-60 bulan di Kecamatan Sukerejo Kota Blitar, dan menunjukkan bahwa asupan energi balita rendah berdasarkan metode food recall 24 jam. Penelitian sebelumnya juga mengkaji kebijakan publik terkait percepatan penurunan stunting, dengan tujuan umum untuk menggambarkan penghambat sulitnya terlaksana program percepatan penurunan stunting. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengukur efektivitas kebijakan publik yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, dengan melihat secara menyeluruh input, proses, serta output program penurunan stunting, dan diharapkan dapat mengidentifikasi setiap tahapan serta menemukan titik penghambat program yang tidak dapat berjalan dengan baik.

Sehingga berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penelitian ini bertujuan; (1) untuk menganalisis data bagaimana aturan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah terkait penanganan masalah stunting, (2) untuk menganalisis data sudah sejauh mana program percepatan penurunan stunting tersebut dapat di implementasikan, dan (3) untuk menganalisis data hal apa saja yang menjadi faktor keberhasilan atau kegagalan program percepatan penurunan stunting yang telah di laksanakan oleh Pemerintah.

       

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain retrospektif. Pendekatan kualitatif berfokus pada pengamatan mendalam terhadap objek penelitian untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek. Penelitian retrospektif dilakukan berdasarkan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya, memungkinkan peneliti untuk melihat hubungan penyebab dan dampak yang ditimbulkan pada fenomena yang sedang diidentifikasi. Sumber informasi dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, DP3KB Kabupaten Bintan, Bapelitbang Kabupaten Bintan, serta data wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Instrumen penelitian yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang akurat terkait strategi pemerintah dalam mengatasi stunting. Wawancara dilakukan dengan keluarga yang memiliki anak kategori stunting dan pejabat terkait untuk memperoleh data yang valid. Dokumentasi diperoleh dari foto-foto, media elektronik, dan hasil observasi langsung. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, tampilan data, dan kesimpulan serta verifikasi. Reduksi data bertujuan untuk mengurangi dan mengubah data agar lebih mudah dipahami, tampilan data mengorganisir data yang disajikan, dan kesimpulan serta verifikasi mengevaluasi hasil penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Ketepatan  Sasaran Program

  Ketepatan sasaran program yaitu melihat sasaran dari program yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya berkaitan dengan program yang dilaksanakan. 

         Berdasarkan fakta dilapangan, TPPS Kabupaten Bintan telah melakukan program yang dapat mendukung percepatan penurunan Stunting.  Program yang telah dilakukan adalah dengan pemberian makanan tambahan yang tinggi protein diharap ibu dan balita dapat beradaptasi dan dapat mempraktikan kedalam keluarga dengan menu yang bergizi, melakukan Pengukuran Panjang/Tinggi Badan Balita, Pengukuran Berat Badan Balita, Survei Kesehatan dan Gizi, dll.

         Berdasarkan temuan dilapangan, TPPS Kabupaten Bintan telah menjalankan program Rantang Sehat yang merupakan bentuk intervensi stunting dengan cara pemberian makanan dengan menu seimbang tinggi energi dan protein kepada balita stunting/ beresiko stunting. Program rantang sehat itu sendiri difokuskan kepada kelompok sasaran yaitu baduta dan balita.

         Pihak TPPS Kabupaten Bintan juga menjalankan program Bakul Sehat Balita dan Ibu atau yang disingkat dengan BAKUL SEHATI merupakan suatu kegiatan penyediaan bahan pangan pokok yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Jika Rantang sehat merupakan pemberian makanan siap makan kepada baduta dan balita, maka BAKUL SEHATI merupakan penyediaan bahan pokok mentah kepada keluarga. Tujuannya agar kebutuhan asupan gizi kepada keluarga, terutaama Ibu Hamil dan Menyusui dapat terjaga.

A screenshot of a computer

Description automatically generated 


A screenshot of a computer

Description automatically generated

Gambar 1. Program Rantang Sehat dan Bakul Sehati Kabupaten Bintan

 

         Program Rantang Sehat dan Bakul Sehati dilaksanakan berdasarkan data yang ada tanpa melihat latar belakang keluarga dan lain sebagainya. Untuk mengetahui sejauh mana program yang dilaksanakn tepat sasaran peneliti melakukan wawancara bersama Bapak Yendy Ulpha Gemilang, S.IP., MPA selaku Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana ( DP3KB ), Beliau mengatakan bahwa :

“ Untuk menangani Stunting Pemerintah Pusat menekankan kepada Pemerintah Daerah bahwa harus serius dalam melakukan Intervensi Angka Stunting. Atas arahan pemerintah pusat itulah Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan beberapa upaya ataupun membuat program yang bersentuhan langsung dengan anak kategori stunting secara langsung.  Salah satu Programnya adalah Pemberian Makanan Tambahan pada anak Stunting. Adapun sasaran dari program ini memang berdasarkan Data yang ada tidak sekedar dilaksanakan dan yang menerima juga sistem pilih – pilih.”

 

Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Sosialisasi Program

  Sosialisasi Program adalah tentang bagaimana proses komunikasi ataupun pengenalan program yang dilakukan oleh pemerintah sehingga informasi terkait program yang dilaksanakan sampai ke masyarakat.

         Program percepatan penurunan stunting melibatkan serangkaian langkah dan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat stunting pada anak-anak. Proses sosialialisasi memberikan damnpak efektivitas terhadap program percepatan penurunan stunting.

         Proses sosialisasi sangat berperan cukup signifikan untuk menyampaikan permasalahan-permasalahan stunting. Sosialisasi adalah konsep umum yang diartikan sebuah proses di mana kita belajar interaksi dengan orang lain, tentang cara bertindak, berpikir, dan merasakan, di mana semua itu merupakan hal penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.

         Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti temui di lapangan, proses sosialisasi program penurunan stunting yang dilakukan oleh TPPS Kabupaten Bintan yaitu memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang baik selama kehamilan, menyusui, dan pertumbuhan anak, serta mengajak masyarakat untuk mengadopsi praktik-praktik pangan sehat dan kebiasaan hidup bersih.

         Upaya mengkampanyekan stunting di Kabupaten Bintan dilakukan melalui berbagai media salah satunya dengan media penyiaran radio. Pemitraan dengan media penyiaran ini dilakukan kepada berbagai lembaga penyiaran seperti Radio Bintan, LPP RRI Tanjung Pinang yang menjaring masyarakat luas hingga kepada o’Nine Radio yang menyasar kepada Kawula Muda. Tujuannya agar informasi tentang bahaya stunting dapat menyasar kepada berbagai lapisan dan kalangan. Sehingga upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting menjadi lebih masif digalakkan.

Dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana aspek sosialisasi program ini berjalan dengan baik, peneliti mewawancarai salah satu kader posyandu yang ada di Kelurahan Tanjung Uban Utara Ibu Yanti, beliau mengatakan :

“ Bahwa PKK Kabupaten Bintan melalui Pokja 4 bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Bintan selalu berkomunikasi kepada kami terkait informasi apapun yang berkaitan dengan Stunting baik itu tentang program yang akan dilaksanakan maupun evaluasi dari program yang telah dilaksanakan. Jadi ketika kami mendapatkan informasi terbaru kami juga langsung menyampaikan kepada masyarakat pada waktu Posyandu ataupun pada pertemuan lainnya”.

A screenshot of a computer

Description automatically generated

Gambar 2. Sosialisasi program penurunan Stunting Kabupaten Bintan

 

Berdasarkan uraian diatas dapat disampulkan bahwa Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Sosialisasi Program sudah berjalan sesuai dengan efektif. Hal tersebut dikarenakan pihak TPPS Kabupaten Bintan telah berkomunikasi dan saling berkontribusi, dimana pihak TPPS Kabupaten Bintan dan pihak puskesmas serta posyandu secara berkala setiap satu bulan sekali telah melakukan penyuluhan mengenai gizi dan pentingnya nutrisi yang baik selama kehamilan, menyusui dan pertumbuhan anak sehingga Masyarakat dapat mempraktekkan hal tersebut dalam kehidupan sehari hari dan memberikan efek penurunan stunting pada balita.

 

Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Tujuan Program

Tujuan Program adalah sebagai dasar untuk melihat apakah tujuan program yang direncanakan sama dengan hasil yang di dapat ketika program telah dilaksanakan. Pencapaian tujuan merupakan suatu proses yang merupakan bagian puncak dari usaha keseluruhan suatu program. Upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses karena dari pencapaian tujuan tersebut dapat diketahui apakah tujuan dari program yang dijalankan berjalan dengan optimal atau tidak.

Dimensi dalam indikator ini yaitu kurun waktu pencapaian dan sasaran yang konkrit. Pada Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tentunya memiliki tolok ukur untuk pencapaian tujuan. Adapun terdapat aspek pencapaian tujuan dalam program penanganan stunting yaitu:

a.   Menurunkan Prevalensi Stunting

Penurunan prevalensi stunting menitik beratkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan) intervensi tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi sehingga dapat tercapai penurunan prevalensi stunting. Berdasarkan fakta dilapangan, puskesmas Tanah Kali Kedinding Bersama dengan posyandu merancang program Pendidikan Kesehatan Masyarakat, pelayanan Kesehatan, diversifikasi pangan, pengembangan program keterlibatan Masyarakat dalam penurunan stunting, evaluasi berkala untuk menilai dampak program terhadap prevalensi stunting dan menyesuaikan program berdasarkan temuan evaluasi untuk meningkatkan efektivitas penurunan stunting.

Stunting di Kabupaten Bintan telah mencapai tujuan yang sangat cukup untuk ibu balita stunting sejauh ini dapat dilihat di data pada tahun 2021 yang berjumlah 569 balita mengalami stunting dan pada tahun 2022 turun menjadi 383. Adanya penurunan angka stunting dikarenakan telah mengoptimalkan pemahaman ibu balita stunting terkait gizi seimbang dan pola makan sehat dan ibu balita stunting dapat bekerjasama dengan baik.

Penting untuk memahami konteks lokal dan mengakomodasi kebutuhan spesifik masyarakat setempat dalam merancang program dan intervensi. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga swasta, LSM, dan masyarakat sipil juga merupakan kunci untuk mengatasi kendala-kendala ini secara holistik dan berkelanjutan.

Adapun penurunan jumlah balita stunting di Kabupaten Bintan bisa dilihat pada grafik dibawah ini:

 

Tahun 2022

 
A screenshot of a computer

Description automatically generated

 

A screenshot of a computer

Description automatically generated

 

Gambar 3. Grafik Angka Prevalensi Stunting di Kab.Bintan
melalui E-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Tahun 2021& 2022 per Desa/Keluraha
n

 

Berdasarkan urian diatas dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan aspek penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Bintan sudah efektif hal ini dibuktikan adanya penurunan angka prevalensi stunting di masing-masing desa dan kelurahan.

b.   Peningkatan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga

Peningkatan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga yang dilaksanakan berkaitan dengan bidang kehidupan yakni mempraktekkan hidup secara sehat (praktek hidup sehat)

Berdasarkan fakta dilapangan, pihak puskesmas dan posyandu di masing-masing desa di Kabupaten Bintan telah melakukan pendekatan seperti pemeriksaan ibu hamil dan balita untuk meningkatkan kesiapan dari segi kesehatan dan gizi dalam kehidupan berkeluarga untuk mengurangi kasus stunting. Pemerintah Kabupaten Bintan juga menjalankan program ANJAB Posyandu yang merupakan akronim dari Antar Jemput Balita Posyandu merupakan suatu upaya penyediaan layanan penjemputan balita sebagai bentuk penjaringan dan surveilans balita agar terpenuhinya data validasi pada aplikasi EPPGBM setiap bulannya.

Output yang diharapkan yaitu terpantaunya tumbuh kembang seluruh balita pada suatu wilayah sebagai bahan intervensi yang akan dilakukan yang dapat dilihat dari gambar berikut ini:

A screenshot of a computer

Description automatically generated

Gambar 4. Pemeriksaan Ibu hamil dan balita

 

c.   Penjaminan Pemenuhan Asupan Gizi

Asupan zat gizi merupakan jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi makanan sehari – hari untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari – hari. Pemenuhan asupan gizi yang seimbang dapat menekan angka pertumbuhan stunting.

Berdasarkan temuan dilapangan Pihak puskesmas di wilayah Kabupaten Bintan bekerja sama dengan posyandu memberikan penjaminan asupan gizi diberikan khusus kepada balita indikasi stunting berupa pemberian makanan tambahan (PMT), pemberian susu dan vitamin yang dilaksanakan untuk mengatasi stunting.

Program yang dilakukan oleh TPPS Kabupaten Bintan yaitu dengan memberikan paket balita stunting sebagai Upaya perbaikan gizi balita, terutama kepada balita stunting menjadi upaya prioritas yang dilakukan. Untuk mewujudkan hal tersebut, tidak bisa hanya mengandalkan upaya dari pemerintah semata, namun perlu melibatkan berbagai stakeholder.

Upaya pemenuhan kebutuhan balita tersebut juga dengan menggandeng pihak swasta, seperti yang dilakukan oleh PT. Bintan Inti Industrial Estate (BIIE), maupun juga masyarakat salah satunya seperti Bapak Asuh maupun Teluk Sebong Menderma.

A screenshot of a computer

Description automatically generated

Gambar 5. Paket Balita Stunting

 

d.   Perbaikan pola asuh

Pola asuh orang tua yang salah dapat menyebabkan terjadinya stunting yaitu kesalahan ibu dalam pemberian nutrisi anak, adapun faktor lingkungan, karena faktor lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua. Apabila hambatan yang dialami orang tua dalam memberikan pola asuh anak tidak dapat diidentifikasi, maka anak akan mengalami stunting akibat tidak tercukupinya kebutuhan untuk menunjang pertumbuhan.

Berdasarkan temuan dilapangan Pihak TPPS Kabupaten Bintan, adanya pola asuh orang tua terutama ibu balita yang kurang, dan ditemukan lingkungan yang kurang terjamin untuk kehidupan balita sehingga pihak memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai edukasi, dukungan, dan perubahan perilaku yang melibatkan keluarga dalam upaya menurunkan stunting seperti menyediakan dukungan psikososial kepada orang tua, terutama ibu, untuk membantu mengelola stres dan tekanan, mengadakan kelompok dukungan orang tua untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan informasi berguna, serta mendorong orang tua untuk rutin memantau pertumbuhan anak dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan jika ada masalah.

Dengan adanya permasalahan ini, TPPS Kabupaten Bintan mengadakan program Rumah Asuh Bintan Kasih. Pembangunan Rumah asuh bintan kasih merupakan salah satu inovasi Pemerintah Kabupaten Bintan dalam penurunan stunting. Konsep yang dibangun adalah dengan mewujudkan Rumah Penitipan Anak (daycare) bagi abak-anak stunting. Saat ini Rumah Asuh Bintan Kasih itu sendiri telahberdiri dan berjalan di Kabupaten Bintan, tepatnya di Desa Teluk Sasah Kecamatan Seri Kuala Lobam. Hal ini didasari oleh faktor masyarakat sekitar yang berada di kawasan perindustrian, sehingga faktor pengasuhan dapat menyebabkan kurangnya asupan gizi oleh balita. Oleh sebab itu, dengan adanya Rumah Asuh tersebut, maka diharapkan persoalan pengasuhan yang dihadapi dapat terselesaikan. Dimana para orang tua pekerja dengan balita kasus stunting yang berada di wilayah tersebut dapat menitipkan anak-anak mereka.

 

A screenshot of a computer

Description automatically generated

Gambar 6. Program Rumah Asuh Bintan Kasih

 

e.   Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah upaya meningkatkan akses masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem ketahanan kesehatan yang tangguh, SDM kesehatan yang kompeten, sistem pembiayaan kesehatan yang efektif, serta penyelenggaraan kesehatan dengan tata kelola pemerintahan yang baik, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi.

Berdasarkan temuan dilapangan dari TPPS Kabupaten Bintan melakukan program MINTAMA atau Minum Tablet Tambah Darah Bersama, merupakan program inovasi yang dilakukan dengan menyasar kepada para remaja, terutama para siswa disekolah. Dengan program MINTAMA tersebut, para siswa tidak hanya diberi dan dibagikan tablet tambah darah, namun juga meminum tablet tersebut bersama-sama di Sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengedukasi dan menumbuhkan kebersamaan di kalangan siswa untuk menjaga kesehatan, terutama kebutuhan akan asupan zat besi pada tubuh untuk menghindari anemia. Karena pencegahan stunting dari hulu sejak remaja dengan menjaga asupan kebutuhan zat besi sejak dini merupakan suatu bentuk upaya penting dalam mencegah stunting.

A screenshot of a computer

Description automatically generated

Gambar 7. Program Minum Tablet Tambah Darah Bersama

 

Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Berdasarkan Aspek Pemantauan Program

Pemantauan Program adalah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk melihat apakah program yang telah dilaksanakan telah berjalan dengan efektif. Pemantauan program dalam Intervensi Stunting selalu melibatkan berbagai instansi maupun organisasi yang membidangi. Secara umum Kepala Daerah menugaskan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan untuk terus melakukan pemantauan agar angka anak Katagori Stunting tidak meningkat. Berdasarkan hasil pemantauan dilapangan, Dinas Kesehatan melibat PKK dan Tim Pendamping Keluarga yang dimana Tim Pendamping keluarga ini dibawah naungan langsung BKKBN.

Untuk melihat dari aspek pemantauan program peneliti mewawancarai ibu Kartini sebagai pengurus PKK, beliau mengatakan :

“Tiap bulan PKK yang dalam hal ini di bidangi oleh Pokja 4 secara rutin melakukan pertemukan dengan Pendamping Keluarga dan Kader Posyandu ditingkat Kabupaten, bahkan sampai kepada kecamatan rutin dilaksanakan Lokakarya Mini yang dimana peserta pertemuan tersebut adalah semua yang terlibat dalam intervensi Stunting di tingkat kelurahan/desa.”

 

Faktor Pendukung Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan

Partisipasi aktif masyarakat dalam program menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif dapat meningkatkan efektivitas intervensi. Koordinasi yang baik antar instansi dan edukasi yang berkelanjutan juga merupakan faktor penting. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan menunjukkan adanya penurunan tingkat stunting di wilayah Kabupaten Bintan setelah pelaksanaan program. Faktor keberhasilan program melibatkan peran aktif masyarakat, pemahaman yang baik tentang manfaat program, serta keterlibatan aktif dari pihak terkait. Namun keberhasilan yang diperoleh ini perlu dilakukan pemantauan jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan penurunan stunting dan melakukan identifikasi area yang memerlukan perbaikan lebih lanjut.

Efektivitas program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mendukung efektivitas program tersebut:

a.   Kualitas SDM Pada Puskesmas dan Posyandu sudah sesuai dengan bidangnya. Adanya sumber daya manusia yang terlatih dan kompeten, terutama tenaga kesehatan, dapat memastikan pelayanan yang berkualitas dan efektif untuk Program Percepatan Penurunan Stunting. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti temui di lapangan banyak sekali faktor pendukung dalam program penurunan stunting yang ada di Kabupaten Bintan oleh TPPS, seperti ahli gizi puskesmas dan kader posyandu yang kooperatif serta ibu-ibu setempat yang telah mengikuti sosialisasi.

b.   Kerjasama antara sektor kesehatan, dan pemerintah daerah dapat mendukung implementasi program. berdasarkan temuan di lapangan Ini mencakup penyediaan fasilitas kesehatan yang baik, pendidikan gizi, dan dukungan lintas sektor. adapun Bupati Bintan, Bapak Roby Kurniawan sangat memperhatikan dan langsung turun ke lapangan untuk dapat melihat bagaimana pihak Puskesmas dalam menangani Penurunan Balita Stunting dan juga melakukan rapat rekonsiliasi untuk percepatan penurunan Stunting di Kabupaten Bintan

 

A screenshot of a computer

Description automatically generated

Gambar 8. Kerja sama antar sektor untuk penurunan Stunting di Kabupaten Bintan

 

Faktor Penghambat Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bintan

Percepatan penurunan stunting merupakan suatu program yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan anak-anak dan mencegah masalah gizi buruk. Namun, beberapa faktor penghambat dapat muncul dan mempengaruhi efektivitas program tersebut. Tantangan sumber daya dan pemahaman yang kurang dari masyarakat menunjukkan perlunya meningkatkan alokasi sumber daya dan upaya edukasi yang lebih intensif. Serta adanya faktor tradisional yang biasanya di lakukan oleh orang terdahulu untuk balita seperti Keyakinan dan Tradisi.

TPPS Kabupaten Bintan melakukan pendekatan dan intervensi didalam upaya percepatan penurunan stunting. Intervensi itu sendiri meliputi intervensi spesifik yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan, dan intervensi sensitif, yakni intervensi pendukung untuk penurunan kecepatan stuunting, seperti penyediaan air bersih dan sanitasi. Faktor-faktor inilah yang turut serta mendorong kepada penurunan angka prevalensi stunting setiap tahunnya di Kabupaten Bintan. Namun, disamping faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap pencapaian penurunan stunting di Kabupaten Bintan, masih ditemui beberapa kendala dan permasalahan pada praktek pelaksanaannya di lapangan. Adapun permasalahan percepatan penurunan stunting dan juga strategi untuk mengatasi pada Kabupaten Bintan yang dihadapi antara lain.

 

Table 1. Strategi Untuk Mengatasi Stunting Pada Kabupaten Bintan

No

Indikator

Perihal/Masalah/Kendala Capaian

Strategi

1

Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)

Kurangnya pemahaman remaja putri tentang manfaat TTD dan kurangnya pengawasan

Pendampingan Remaja putri yang mengonsumsi tablet tambah darah (TTD), mintama (minum tablet tambah darah bersama)

2

Remaja putri yang menerima layanan pemeriksaan status anemia (hemoglobin)

Kurangnya pemahaman remaja putri tentang manfaat TTD, kurangnya pengawasan, kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pemeriksaan status anemia

pelaksanaan layanan pemeriksaan status anemia (hemoglobin)melalui PIK atau BKR

3

Calon pengantin /calon ibu yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD)

Belum semua calon pengantin menerima TTD

Pemberian calon pengantin/calon ibu tablet tambah Darah (TTD) pada ibu Hamil anemia, KIE pentingnya TTD pada calon pengantin dan calon ibu

4

Pasangan calon pengantin yang mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting

Belum semua PUS mendaptkan materi stunting pada bimbingan perkawinan

Penambahan materi stunting pada calon pengantin di KUA, gereja, wihara dan pura

5

Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

menerima bantuan tunai bersyarat

Belum semua PUS miskin dan PPKS masuk data penerima bantuan tunai bersyaratan

Verifikasi dan validasi data kemiskinan termasuk PUS miskin dan PPKS, Pemberian BTS kepada pasangan Usia subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan

sosial

6

Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan

pangan nontunai

Belum semua PUS masuk data penerima bantuan tunai pangan non tunai

verifikasi dan validasi data kemiskinan termasuk PUS miskin dan PPKS, Pemberian bantuan tunai non tunai pangan kepada pasangan usia subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial

7

Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu yang menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan

Belum semua PUS masuk data penerima PBI

Pemberian jaminan kesehatan pada pasangan usia subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu

8

Persentase Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan

Belum semua ibu hamil mendapatkan TTD hamil khususnya pada wilayah pesisir dikarenakan pada K4 Ibu hamil meninggal wilayah tersebut untuk melakukan persalinan di rumah orang tua

Pendampingan ibu Hamil yang mengkonsumsi tablet tambah Daerah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan pada ibu hamil yang melakukan persalinan diluar wilayah pesisir, pemantauan kartu P4K untuk mengurang lost contact ibu hamil

9

Persentase Unmet Need pelayanan keluarga berencana

Masih ada masyarakat yang memandang bahwa ber LB tidak syar'i, kesadaran masyarakat masih kurang

Pemberian pelayanan KB gratis dan KIE program KB, kampung KB

10

Persentase Kehamilan yang tidak diinginkan

Masih ditemukannya kehamilan tidak diinginkan, pergaulan bebas pada remaja menjadikan kehamilan yang tidak diinginkan

Pendampingan kespro pada remaja dan KIE pada PUS resiko tinggi

11

Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

Masih ditemukannya Bayi tidak ASI Eksklusif, Budaya dan Pemahaman yang masih kurang

Pendampingan ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui, KIE pentingnya asupan gizi pada ibu hamil, penyediaan sarana untuk pojok laktasi

12

Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya

Masih ditemukannya balita yang belum terpantau tumbuh kembang di posyandu

Anak berusia dibawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, posyandu,PAUD dan BKB

13

Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap

Pada masa pandemi covid, Cakupan imunisasi mengalami penurunan

Pemberian Imunisasi pada bayi dan balita melalui posyandu dan puskesmas serta dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan faskes rujukan

14

Persentase keluarga yang stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Penggunaan popok sekali pakai belum sesuai ketentuan dan masih ada keluarga yang belum memiliki akses jamban sehat

Pendampingan STBM dan pemerian akses sanitasi

15

Persentase keluarga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Masih ditemukan keluarga belum memahami dan melaksanakan PHBS

Penampingan keluarga yang melaksanakan PHBS melalui PKK

16

Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri

Belum ada program pada semua keluarga beresiko stunting

Pendampingan keluarga beresiko stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri

17

Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan

belum semua ibu hamil pasca persalinan mendapatkan layanan

pelayanan keluarga berencana (KB) pasca persalinan pada PUS resiko tinggi

18

Cakupan keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampingan

belum dilaksanakan di tahun 2021

Pendampingan keluarga beresiko stunting

19

Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya pekarangan untuk peningkatan

asupan gizi

Konsep ini baru dijalankan tahun 2022 dengan adanya konsep penanganan stunting versi BKKBN

Pendampingan keluarga berisiko stunting dalam pemanfaatan sumber daya pekarangan untuk peningkatan asupan gizi oleh kader TPK dan PKK

20

Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak

masih ada keluarga yang belum mendapatkan akses air minum layak, kurangnya SR PDAM dan PAMSIMAS belum terjangkau

Pendampingan rumah tangga mendapatkan akses air minum layak

21

Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah domestik) layak

Belum semua rumah tangga memiliki akses sanitasi layak

Pembangunan jamban jamak

22

Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Pelaksanaan STBM baru 2 pilar yaitu CTPS dan ODF, jangkauan terlalu besar dengan SDM yang terbatas

Pendapingan sanitasi total bebasis masyarakat (STBM)

23

Persentase kabupaten/kota yang mengimplementasikan sistem data Surveilans gizi elektronik dalam pemantauan intervensi gizi untuk

penurunan stunting

Belum semua data terintegrasi dengan E-PPGBM

Pendampingan pengisian melalui E-PPGBM

24

Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan (ODF)

Metode dan anggaran belum mampu mencapai ODF

Pendampingan Pelaksanaan ODF

25

Desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD terlatih pengasuhan stimulasi penanganan stunting sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di

Kabupaten/Kota

belum tersedia kegiatan

Pendampingan desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD dalam pengasuhan stimulasi penanganan stunting sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di Kabupaten/kota

26

Persentase Lembaga PAUD yang mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI)

Belum semua PAUD melakukan PAUD HI

Pendampingan lembaga PAUD yang mengembangkan pendidikan anak usia dini holistik integratif (PAUD HI)

27

Terlaksananya forum komunikasi perubahan perilaku dalam penurunan

stunting lintas agama

belum terbentuk dan belum terkoordinasi dengan FKUB

Penguatan FKUB dalam perubahan perilaku pada tokoh agama dalam penanganan stunting

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulannya adalah; (1) Dalam efektivitas program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bintan dengan aspek Pencapaian Tujuan, Integrasi dan Adaptasi, Berdasarkan temuan penelitian menunjukkan penurunan angka prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, namun terdapat aspek meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang telah dijalankan untuk Efektivitas Program Percepatan Penurunan stunting di Kabupaten Bintan sudah cukup efektif. Angka stunting di Kabupaten Bintan menunjukkan kemajuan dalam mencapai target penurunan stunting, terutama melalui pendekatan edukasi dan keterlibatan pola asuh masyarakat. (2) TPPS Kabupaten Bintan telah menjalankan beberapa program yang harus ditingkatkan untuk percepatan penuruan stunting di Kabupaten Bintan. Adapun program-programnya adalah Rantang Sehat, ANJAB Posyandu, Bakul Sehati, Mintama, Sosialiasi Media, Paket Balita Stunting, dan Rumah Asuh Bintan Kasih. (3) Upaya percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dilakukan secara konvergen dan kolaboratif. Seluruh Perangkat Daerah terkait, swasta hingga masyarakat ikut berperan serta mensukseskannya. Dalam rangka percepatan penurunan stunting tersebut, dan berdasarkan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021, maka dibentuklah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Bintan.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Arafah, S., Hartaty, N., Arnita, Y., Program Studi Profesi Ners, M., Keperawatan Universitas Syiah Kuala, F., Keilmuan Keperawatan Keluarga, B., & Keperawatan, F. (2022). Perawatan Masalah Gizi Seimbang Dan Tumbuh Kembang Pada Balita: Suatu Studi Kasus. Jim.Unsyiah.Ac.Id, 1.

Fentiana, N., Tambunan, F., & Ginting, D. (2022). Peran Pemantauan Pertumbuhan Dalam Upaya Pencegahan Stunting Anak 0-23 Bulan di Indonesia: Temuan Riskesdas 2013. Jurnal Semesta Sehat (J-Mestahat), 2(2). https://doi.org/10.58185/j-mestahat.v2i2.96

Handayani, S. (2023). Selamatkan Generasi Bangsa Dari Bahaya Stunting: Save The Nation’s Generation From The Dangers of Stunting. Journal of Midwifery Science and Women’s Health, 3(2), 87–92.

Mediani, H. S., Setyawati, A., Hendrawati, S., Nurhidayah, I., & Firdianty, N. F. (2023). Pengaruh Faktor Maternal terhadap Insidensi Stunting pada Anak Balita di Negara Berkembang: Narrative Review. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2). https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i2.4160

Mugianti, S., Mulyadi, A., Anam, A. K., & Najah, Z. L. (2018). Faktor Penyebab Anak Stunting Usia 25-60 Bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(3). https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.art.p268-278

Muthia, G., Edison, E., & Yantri, E. (2020). Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan Stunting Ditinjau dari Intervensi Gizi Spesifik Gerakan 1000 HPK Di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4). https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1125

Norsanti, N. (2021). Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting Di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan (Studi Kasus Pada Desa Mampari dan Desa Banua Hanyar). Jurnal Administrasi Publik Dan Pembangunan, 3(1), 10–21.

Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2). https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1169

Oktarina, N. D., Wijayanti, F., & Setyoningrum, U. (2023). Edukasi Pemenuhan Gizi Seimbang pada Anak Sekolah. Jurnal Pengabdian Perawat, 2(2). https://doi.org/10.32584/jpp.v2i2.2401

Pratiwi, R., Untari, J., & Samosir, H. R. (2024). Peran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 9(3), 196–209.

Putra, A., & Fitri, Y. (2021). Studi Meta Analisis: Efektifitas Pencegahan Stunting Melalui Program Literasi Gizi Menggunakan Pendekatan Pendidikan Keluarga. Jurnal Obor Penmas: Pendidikan Luar Sekolah, 4(1). https://doi.org/10.32832/oborpenmas.v4i1.4727

Rahman, H., Rahmah, M., & Saribulan, N. (2023). Upaya Penanganan Stunting di Indonesia: Analisis Bibliometrik Dan Analisis Konten. Jurnal Ilmu Pemerintahan Suara Khatulistiwa, 8(1), 44–59.

Riyadh, N. A., Batara, A. S., Nurlinda, A. (2023). Efektivitas Kebijakan dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Stunting di Kabupaten Enrekang. Journal of Muslim Community Health (JMCH) 2023, 4(1).

Saputri, R. A. (2019). Upaya pemerintah daerah dalam penanggulangan stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jdp (Jurnal Dinamika Pemerintahan), 2(2), 152–168.

Setiaputri, K. A. (2023). Mengenal Stunting, dari Penyebab hingga Penanganannya.

Sulistyadewi, N. P. E., & Wasita, R. R. R. (2022). Pengetahuan Gizi Seimbang Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Pada Remaja di SMK Kesehatan Bali Khresna Medika. Jurnal Kesehatan, 10(3). https://doi.org/10.25047/j-kes.v10i3.338

 

 

Copyright holder:

Friska Agustina Sianturi, Rudi Subiyakto, Darmanto (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: