����� ��������������������Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��������� ���������������e-ISSN: 2548-1398
��������� ���������������Vol. 5, No. 11, November
2020
PERAMALAN
EKSPOR HASIL HUTAN INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT TAHUN 2019 - 2028
Defilia Winrianti Pasinggi, Ridwan dan Syamsu Alam
Universitas Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Email: �[email protected],
[email protected] dan [email protected]
Abstract
This study aims to
predict the potential export volume of Indonesian forest products in the form
of furniture, veneer, lac, gum and resin to the United States from 2019 to
2028. The analytical method used is quantitative forecasting with the time
series method. The time series of data for nineteen years is the data used from
2000-2018. In forest product forecasting, 3 equations are used, namely the
linear trend equation, the quadratic trend and the exponential trend. Forest
product forecasting is carried out by analyzing the three equations, then
selecting which equations are best used in forecasting. In determining the best
equation, the Least Square method is used. The principle of the Least Square
method is to minimize the number of squares difference between the actual value
variable (Y) and the trend value (Yt), so that the
Least Square method produces ∑▒〖 (Y〗- Yt)2 which is the smallest possible value. The
volume of research results forecasting furniture exports for the 2019-2028
period has an increasing trend. The average furniture export value for the
2019-2028 period is 5,984,424.53 m3 each year. With the total increase during
the period amounted to 59,844,245.32 m3.
Keywords: Export Forecasting; Furniture; Lac; Gum
and Resin; Veneer; United States
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
memprediksi potensi volume ekspor hasil hutan
Indonesia berupa furnitur,
veneer, lac, permen karet
dan resin ke Amerika Serikat
dari tahun 2019 hingga 2028. Metode analitik yang digunakan adalah perkiraan kuantitatif dengan metode rangkaian waktu. Rangkaian waktu data selama sembilan belas tahun adalah data yang digunakan dari 2000-2018. Dalam prakiraan produk hutan, 3 persamaan digunakan, yaitu persamaan tren linear, tren kuadrat dan tren eksponensial. Prakiraan produk hutan dilakukan dengan menganalisis tiga persamaan, kemudian memilih persamaan mana yang
paling baik digunakan dalam perkiraan. Dalam menentukan persamaan terbaik, metode Least Square
digunakan. Prinsip metode Least Square
adalah untuk meminimalkan jumlah perbedaan kuadrat antara variabel nilai aktual (Y) dan
nilai tren (Yt), sehingga metode Least Square
menghasilkan ∑▒〖 (Y〗- Yt)2 yang
merupakan nilai terkecil yang mungkin. Volume
hasil penelitian yang memperkirakan ekspor furnitur untuk periode 2019-2028 memiliki tren yang
meningkat. Nilai
ekspor furnitur rata-rata untuk periode 2019-2028 adalah 5.984.424,53 m3 setiap tahunnya. Dengan total kenaikan selama periode tersebut
berjumlah 59.844.245,32 m3.
Kata kunci: Prakiraan Ekspor; Furnitur; Lac; Permen karet dan Resin; Veneer; Amerika Serikat
Pendahuluan
Peramalan merupakan
suatu studi mengenai data histories yang digunakan
untuk menemukan suatu hubungan dan pola yang sistematis. Peramalan sangat dikaitkan dengan perencanaan perusahaan, dimana hasil dari
peramalan dalam lingkungan ekonomi dan pasar dapat memungkinkan perencanaan mengalihkan kebijakan perusahaan ke sektor-sektor yang memberikan peluang keuntungan tertinggi yang mungkin dicapai. Kegiatan yang dianggap mampu untuk dijadikan
sebuah dasar untuk kemajuan suatu perusahaan yaitu melakukan peramalan produksi dan peramalan terhadap penjualan produk pada suatu perusahaan. �
Pendekatan peramalan
kuantitatif dengan metode times series akan menentukan nilai data masukan dari sekumpulan
data serial atau berkala dari transaksi pada suatu jangka waktu
tertentu. Data dibagi menjadi data pelatihan, pengujian dan validasi. Proses peramalan menggunakan metode certainty factor (CFf) sebagai nilai pembanding
pada bobot koreksi yang telah di latih dalam jaringan backpropagation untuk prediksi yang optimal (Pakaja,
Naba, & Purwanto, 2012). Usaha untuk
melihat situasi dan kondisi pada masa yang akan datang merupakan untuk memperbaiki pengaruh situasi dan kondisi yang berlaku terhadap perkembangan dimasa yang akan datang. Usaha untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi tersebut tidak terlepas dari peramalan
(Rambe,
2010).
�Indonesia sebagai suatu negara yang memiliki suatu wilayah hutan yang luas maka berbagai
industri hasil hutan mempunyai prospek cukup baik
untuk dikembangkan terutama jika dalam
pengembangannya direncanakan
dan dikelola dengan baik dan benar. Salah satu industri pengolahan
hasil hutan tersebut yaitu industri furnitur. Furnitur merupakan salah satu komoditas strategis bagi ekonomi Indonesia. Beberapa kriteria yang menjadikan furnitur sebagai komoditas strategis karena furnitur merupakan produk yang bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global. Produk furnitur Indonesia berdaya saing karena tidak
saja Indonesia memiliki sumber bahan baku
alami yang melimpah dan berkelanjutan, namun juga didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal
serta ditunjang oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang cukup kompeten. Melimpahnya bahan baku yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi keunggulan yang tak dimiliki negeri lain, berupa kayu, rotan maupun bambu. Tingginya daya saing furnitur
Indonesia juga karena desain
yang unik serta bahan baku yang khas seperti rotan, bambu, dan kayu jati dibandingkan furnitur yang diproduksi oleh
negara lain (Salim & Munadi, 2017).
Lak merupakan
suatu jenis damar alam yang bersifat resin dihasilkan oleh sekresi insekta yang disebut L. Lacca Kerr, yang mana sekresi ini digunakan oleh serangga untuk membuat rumah dan melindungi diri dari serangan musuhnya.
Secara umum di Indonesia, lak digunakan sebagai
pelitur untuk barang meubel. Di luar negeri, lak digunakan sebagai bahan pelapis makanan
(coklat dan permen) serta untuk industri
farmasi. Disamping itu lak banyak
digunakan sebagai bahan isolasi listrik,
bahan piringan hitam, bahan tinta
cetak, bahan perekat, bahan campuran dalam industri semir sepatu, dan bahan penyamak kulit (Baharuddin,
2010).
Menurut (Nur,
2016), dalam bidang pengolahan kayu, veneer merupakan potongan kayu tipis dimana memiliki ketebalan sekitar 3 mm yang nantinya akan direkatkan
menjadi plywood. Tujuan dari pembuatan veneer dan kayu lapis adalah untuk menciptakan permukaan yang rata sehingga dapat dibuat berbagai
macam furniture. Dibandingkan
dengan kayu alami secara langung,
salah satu keuntungan utama penggunaan veneer untuk plywood adalah sifatnya yang stabil, yang artinya tidak rentan
mengalami pelengkungan dan keretakan. Keunggulan lainnya yaitu dapat
bertahan pada kondisi lembab dan suhu berfluktuasi serta harga produk yang jauh lebih murah.
Veneer memiliki berbagai macam jenis, namun
yang umum digunakan dalam pembuatan plywood adalah veneer jenis face (lapian atas atau
lapisan permukaan) dan
veneer jenis core (lapisan dalam). Adapun perbedaan penggunaan bahan baku kayu pada face veneer dan
core veneer adalah Sebagai berikut (Mulyana & Asmarahman,
2012) :
1. Face
veneer (lapisan atas atau lapisan permukaan)
-
Diameter kayu minimum 45 cm.
-
Log harus
lurus, bulat, dan silindris.
-
Kayu harus
segar.
-
Tidak
terdapat cacat.
-
Tidak
terdapat mata kayu yang tidak sehat.
2. Core
veneer (lapian dalam)
-
Diameter kayu minimum 45 cm.
-
Log minimum 85% silindris.
-
Kayu harus
segar.
-
Boleh
ada bagian yang bengkok, tetapi tidak berbentuk parabola.
-
Boleh
ada cacat kayu berupa mata
kayu dan lapuk, asalkan diameternya kurang dari sepertiga
diameter keseluruhan.
Industri Veneer Indonesia mampu menembus pasar perdagangan internasional
di antaranya mampu
mengekspor Veneer ke luar negeri. Dalam rangka untuk meningkatkan
daya saing di luar negeri, eksportir senantiasa meningkatkan kuwalitas barang ekspornya, sehingga mampu bersaing dan meningkatkan devisa negara (M
BAHRUL, 2019). Ekspor adalah penjualan barang ke luar
negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir.� Permintaan ekspor adalah jumlah
barang/jasa yang diminta untuk diekspor
dari suatu negara ke negara lain (Sadono, 2010). Ekspor dapat
diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain
dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan negara pengekspor. Ekspor terjadi karena negara-negara cenderung mengekspor barang-barang yang diproduksinya padat dalam faktor-faktor dimana negara tersebut dikaruniai kelimpahan dalam faktor-faktor tersebut (Marbun,
2015). Peranan ekspor dalam suatu
pertumbuhan ekonomi pada sebuah negara berkembang seperti Indoneia adalah penting. Pertambahan jumlah ekspor dapat meningkatkan
kapasitas produksi dalam negeri, situasi tersebut akan memiliki
dampak terhadap perluasan kesempatan kerja dan bepengaruh terhadap peningkatan penerimaan devisa.
Adanya suatu permintaan dari berbagai negara yang menyebabkan terjadinya perdagangan produk dari Indonesia sebagai negara pengekspor ke negara tujuan. Tujuan utama ekspor
furnitur Indonesia yaitu
Amerika Serikat. Amerika Serikat
merupakan negara pengimpor furnitur terbesar di dunia dan paar yang sangat potensial karena didukung oleh jumlah penduduk yang banyak, pertumbuhan ekonomi yang maju, dan merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia dalam berbagai produk bukan hanya
furnitur tetapi produk-produk lainnya (Erika,
2010).
Negara-negara yang merupakan partner ekspor utama Indonesia, secara��� berurutan, adalah Jepang, RRT, Uni Eropa, Amerika Serikat, India, Republik Korea, Australia, Saudi Arabia, Turki dan
Brazil.� Kesepuluh
negara tersebut dapat dikatakan mewakili masing-masing benua atau wilayah�� besar�� yang��
menjadi��
tujuan utama�� produk
Indonesia�� ke�� seluruh dunia (Chalid,
2011). Dalam
lima tahun terakhir ekspor produk kayu
nasional cenderung mengalami peningkatan, misalnya pada tahun 2012 sebesar US$6 miliar meningkat menjadi US$ 11 miliar pada 2017. Memasuki 2018, pada
Januari saja ekspor produk kayu
telah menghasilkan sebesar US$ 1 miliar, sampai akhir 2018 bisa mencapai US$ 12 miliar. Komoditas produk kayu yang diekspor meliputi veneer, furnitur, lak, gum dan resin dan beberapa jenis kayu lainnya. Salah satu negara Asia sebagai penerima ekspor hasil hutan terbesar
dari Indonesia adalah
negara Amerika Serikat. Indonesia dan Amerika Serikat melakukan kerja sama dengan
tujuan meningkatkan perdagangan kayu dan non kayu legal, pengembangan energi biomassa, melakukan penelitian serta pengembangan pengelolaan hutan secara lestari (Puspitasari,
Windiani, & Farabi, 2016).
Amerika Serikat
memang termasuk salah satu pasar utama produk kayu Indonesia. Mengacu data Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK),
AS berada di posisi ketiga Negara tujuan ekspor produk kayu
Indonesia pada tahun 2017 lalu,
dengan nilai perdagangan mencapai US$ 1,13 miliar. Sementara total nilai ekspor produk
kayu Indonesia tercatat US$
10,7 miliar.
Amerika Serikat
merupakan mitra dagang penting bagi Indonesia bukan hanya untuk furnitur
saja tetapi juga untuk produkproduk lainnya. Berdasarkan uraian di atas maka penting untuk
kita ketahui mengenai peramalan ekspor hasil hutan
Indonesia ke Amerika Serikat
lebih lanjut. Maka dari itu
peneliti berinisiatif melakukan penelitian dengan judul �Peramalan
Ekspor Hasil Hutan
Indonesia ke Amerika Serikat
tahun 2019-2028�. Dalam produk hasil hutan
yang akan diteliti yaitu furnitur, veneer, serta lak, gum dan resin.� Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat
dinamika ekxport hasil hutan Indonesia ke Amerika pada masa depan khususnya pada rentang waktu tahun 2019 sampai tahun 2028.
Metode Penelitian
Metode
analisis yang digunakan adalah permalan kuantitatif dari data time series. Data time series selama sembilan
belas tahun adalah data yang digunakan mulai dari tahun
2000-2018. Data ini terlebih
dahulu diolah di Microoftt Excel 2010 dimana
datanya diperbaiki terlebih dahulu dan selanjutnya diolah menggunakan program SPSS
(Statistical Package for the Social
Sciences) untuk menghasilkan
nilai koefisien (a, b, c). Selanjutnya untuk melakukan peramalan, nilai koefisien yang didapat di olah lagi di Microoftt Excel 2010.
Dalam peramalan hasil hutan dibandingkan 3 persamaan yaitu persamaan trend
linear, trend kuadratis
dan trend eksponensial.
1. Trend
Linear
���������� Persamaan dari Trend Linear
adalah:
����������������������������
Keterangan:
����������������������� Yt = nilai trend untuk periode tertentu
����������������������� ɑ�� = nilai Yt jika x = 0 atau nilai Yt pada periode
t^
����������������������� b = kemiringan garis trend, artinya besarnya
perubahan Yt jika terjadi perubahan
satu besaran periode waktu
����������������������� X = kode periode
waktu
������������������������������� (X = t-
t^)
Dengan menggunakan kalkulus dapat dibuktikan bahwa:
2. Trend
Kuadratis
���������� Penggunaan trend kuadratis
terjadi karena sering kali perkembangan nilai suatu peubah
yang dalam jangka pendek atau menegahnya
berpola linear, menjadi tidak linear dalam jangka panjang. Konsekuensinya harus dibuat persamaan trend yang tidak linear (Resmini & Juanda, 2007). Persamaan trend kuadratis dengan tahun kode adalah:
Di
mana X merupakan
tahun kode dan X = t- t^
Dengan
metode least
Square diperoleh:
����������������������������
����������������������������
����������������������������
Keterangan:
Y���� = Besarnya ekspor
a����� = Komponen yang tetap dari ekspor
setiap tahunnya
b,
c� =
Tingkat perkembangan ekspor
setiap tahunnya
t����� = periode peramalan
n����� = Jumlah tahun
dari data yang ada
3. Trend
Eksponensial
���������� Bentuk umum
persamaan trend
eksponensial adalah:
���
atau dalam bentuk tahun
kode
Perhitungan a dan
b dilakukan
dengan menerapkan sifat-sifat logaritma.
Sehingga
�
Hasil dan Pembahasan
A. Ekspor Produk
Hasil Hutan Indonesia � Amerika Serikat
Perekonomian
di Indonesia sangatlah meningkat
dengan adanya industri-industri pengolahan kayu yang ada, sehingga menjadi suatu pedoman dalam
meningkatkan penerimaan
negara dari sektor kehutanan. Perekonomian negara dapat meningkat dengan mengekspor furnitur, veneer serta lak, gum dan resin dengan volume
yang tinggi. Apabila volume
ekspor berkurang dapat menyebabkan pemasukan negera berkurang sehingga devisa akan menurun
yang dimana akan menyebabkan dana pembangunan akan berkurang pula. Sehingga dapat menyebabkan perekonomian dalam negara akan menurun dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan lambat dibandingkan
dengan negara-negara lainnya.
Maka dari itu perlunya peningkatan
volume ekspor dari berbagai komoditi yang menjadi sumber pemasukan negara agar perekonomian
negara dapat meningkat.
Ekspor
furnitur kayu Indonesia ke Amerika Serikat selama 19 tahun terakhir ini mengalami
turun naik jumlah volume ekspor, dapat dilihat
pada Gambar 1, pada tahun 2000-2001 volume ekspor furnitur mengalami penurunan hingga mencapai 2 juta m3, pada tahun
2002 volume ekspor furnitur
naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya
sebesar 4 juta m3,
namun pada tahun 2008 adanya krisis ekonomi
yang terjadi yang membuat penurunan ekspor hingga tahun 2011. Ekspor furnitur pada tahun 2012 mengalamai kenaikan dan pada tahun 2013-2018
jumlah ekpor furniture mengalami turun naik.
Gambar 1
Grafik Ekspor Furnitur Tahun 2000-2018
Lak,
gum dan resin merupakan salah satu
komoditas dari Indoneia yang di ekspor ke beberapa Negara salah satunya ke Amerika Serikat. Volume ekspor lak, gum dan resin dari Indonesia
ke Amerika Serikat selama 19 tahun dapat dilihat pada Gambar 2. dimana volume ekspor lak, gum dan resin dapat dilihat pada grafik yang memperlihatkan terjadinya naik turun ekspor lak,
gum dan resin, dan pada tahun 2001-2002 volume ekpor lak, gum dan resin sangat turun dari
645 ribu m3 menjadi
74 ribu m3. Pada tahun
2017 merupakan tahun dengan ekspor terendah.
Pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang membuat volume ekspor menurun dari tahun
2009-2012. Pada tahun 2013 sampai
2018 volume ekspor lak, gum
dan resin mengalami naik turun.
Volume ekspor lak, gum dan
resin ini belum terlalu besar, rata-rata volume ekspornya sekitar 152 ribu m3. Volume ekspor
terbesar terjadi pada tahun 2001.
Gambar 2
Grafik Ekspor Lak, Gum dan Resin Tahun
2000-2018
Volume
ekspor veneer dari
Indonesia ke Amerika mengalami
peningkatan dan penurunan,
volume ekspor veneer pada tahun
2000-2003 cenderung megalami
penurunan. Pada tahun
2004-2009 volume ekspor veneer naik turun dan pada saat itu merupakan tahun
dengan ekspor veneer terbanyak. Tahun 2009-2010,
volume eskspor veneer sangat
menurun drastis dari 829 ribu m3 sampai 65 ribu m3, diebabkan karena pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang bepengaruh pada nilai ekspor pada tahun 2009 dan 2010.
Pada tahun-tahun berikutnya
volume ekspor veneer naik turun
hingga tahun 2018.
Gambar
3
Grafik Ekspor Veneer Tahun 2000-2018
B. Hasil Peramalan
Ekspor Hasil Hutan
Indonesia � Amerika Serikat
Penduduk
Amerika masih mengimpor produk hasil hutan
kayu dari Indonesia berupa furnitur dan veneer. Dari tahun 2000-2018 produk furnitur masih lebih dominan di ekspor dibandingakan dengan veneer. Produk furnitur yang diekspor ke Amerika ini berupa office
furniture yang khusus digunakan
pada perkantoran.
Penduduk Amerika yang bertambah
menyebabkan kebutuhan akan furnitur juga semakin meningkat, begitupula dengan ekspor hasil hutan
bukan kayu (HHBK).
Hasil
analisis terhadap permintaan furnitur, lak, gum dan resin pada 10 tahun kedepan mulai tahun
2019-2028 mengalami kenaikan,
namun permintaan terhadap veneer mengalami penurunan. Permintaan terhadap hasil hutan Indonesia ini dianalisis menggunakan analisis time series.
Peramalan ini menggunakan persamaan trend linear, trend kuadratis, dan trend eksponensial. Dari ketiga persamaan terebut akan dipilih salah satunya dengan syarat memberikan nilai
Berdasarkan
perhitungan
1.
Furnitur
�� Data volume ekspor furnitur dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2018 digunakan dalam melakukan peramalan seperti pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2
Volume Ekspor Furnitur dari Tahun 2000-2018
Tahun Analisis |
Volume Ekspor Furnitur (m3) |
2000 |
6.005.315,00 |
2001 |
2.632.560,00 |
2002 |
4.726.315,00 |
2003 |
���������������������������������
4.075.866,00 |
2004 |
���������������������������������
3.773.437,00 |
2005 |
1.883.544,00 |
2006 |
����������������������������������
1.460.639,00 |
2007 |
����������������������������������
1.567.417,00 |
2008 |
���������������������������������
1.081.160,00 |
2009 |
�������������������������������������
684.954,00 |
2010 |
������������������������������������
698.655,00 |
2011 |
�����������������������������������
415.463,00 |
2012 |
����������������������������������
2.993.938,00 |
2013 |
���������������������������������
2.896.097,00 |
2014 |
���������������������������������
2.352.546,00 |
2015 |
���������������������������������
1.754.217,00 |
2016 |
����������������������������������
1.887.944,00 |
2017 |
���������������������������������
2.222.149,00 |
2018 |
���������������������������������
1.671.795,00 |
Total |
������������������������������� 44.784.011,00
|
Rata-Rata |
���������������������������������
2.357.053,21 |
��
Berdasarkan
dari data analisis dari tahun 2000 sampai 2018, ekspor furnitur pada Tabel 2. dapat diketahui bahwa volume ekspor furnitur dari rentang
tahun 2000 sampai 2018 mengalami penurunan. Volume penurunan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2011 sebesar 415.463,00 m3.
Penurunan tersebut masih disebabkan dampak krisis ekonomi
pada tahun 2008 yang berpengaruh
pada ekspor furnitur.
Volume ekspor kembali
normal 4 tahun berikutnya setelah ekonomi normal. Total
volume ekspor furnitur tahun 2000 sampai 2018 yaitu sebesar 44.784.011,00 m3
dengan rata-rata volume ekspor
furniture sebesar 2.357.053,21 m3. Sedangkan untuk ramalan volume ekspor furnitur dari tahun
2019 sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Ramalan Volume
Ekspor Furnitur Sepuluh Tahun Mendatang
Tahun Ramalan |
Volume Ekspor Furniture (m3) |
2019 |
���������
3.078.790,35 |
2020 |
���������
3.566.273,65 |
2021 |
���������
4.113.086,90 |
2022 |
���������
4.719.230,09 |
2023 |
���������
5.384.703,23 |
2024 |
���������
6.109.506,30 |
2025 |
���������
6.893.639,32 |
2026 |
���������
7.737.102,28 |
2027 |
���������
8.639.895,18 |
2028 |
���������
9.602.018,02 |
Total |
������� 59.844.245,32 |
Rata-Rata |
��������� 5.984.424,53 |
Berdasarkan
data Tabel 3.� hasil peramalan ekspor furnitur rentang waktu dari
tahun 2019 sampai 2028 menunjukkan adanya peningkatan setiap tahun dengan total volume ekspor 59.844.245,32 m3 dan rata-rata volume ekspor sebesar 5.984.424,53 m3.
Trend peningkatan
terhadap permintaan ekspor furnitur selama 10 (sepuluh) tahun dari tahun
2019 sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4
Grafik Ekspor Furnitur Dari Tahun 2000-2028
�� Berdasarkan gambar 4 terlihat bahwa ramalan ekspor
furnitur tahun 2019 sampai dengan 2028 mengalami trend peningkatan secara signifikan. Diharapkan volume produksi produk furnitur harus lebih dimaksimalkan dari tahun sebelumnya.
Peningkatan permintaan produk furnitur ini dikarenakan selain kualitas yang bagus, kebutuhan masyarakat Amerika terhadap produk furnitur ini semakin meningkat
searah pertumbuhan penduduk setiap tahunnya, terutama kebutuhan akan furnitur dari segmen
perkantoran.
Walaupun
Indonesia memproduksi furnitur
dari berbagai bahan baku, produksi
furnitur yang berbahan dasar kayu menjadi
mayoritas furnitur yang diproduksi memiliki nilai produksi tertinggi dibandingkan bahan lain. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi produksi kayu tropis yang sangat besar, dengan
produksi kayu bulat pada tahun 2017 mencapai 49,13 juta m3
pada tahun 2017 (Statistik, 2017).
2.
Lak, Gum dan Resin
�� Data volume ekspor lak, gum dan resin tahun
2000-2018 seperti pada Tabel
4:
Tabel 4
Volume Ekspor
Lak, Gum dan Resin dari Tahun
2000-2018
Tahun Analisis |
Volume Ekspor Lak, Gum, dan Resin3 (m3) |
2000 |
��������������������������������������������
510.132,00 |
2001 |
��������������������������������������������
645.403,00 |
2002 |
����������������������������������������������
74.520,00 |
2003 |
��������������������������������������������
341.048,00 |
2004 |
��������������������������������������������
152.825,00 |
2005 |
�� ������������������������������������������125.106,00
|
2006 |
��������������������������������������������
105.055,00 |
2007 |
��������������������������������������������
115.553,00 |
2008 |
��������������������������������������������
122.346,00 |
2009 |
����������������������������������������������
97.965,00 |
2010 |
����������������������������������������������
87.225,00 |
2011 |
����������������������������������������������
63.793,00 |
2012 |
����������������������������������������������
50.884,00 |
2013 |
����������������������������������������������
75.773,00 |
2014 |
����������������������������������������������
63.168,00 |
2015 |
����������������������������������������������
95.035,00 |
2016 |
����������������������������������������������
66.960,00 |
2017 |
����������������������������������������������
32.473,00 |
2018 |
����������������������������������������������
64.486,00 |
Total |
����������������������������������������
2.889.750,00 |
Rata-Rata |
��������������������������������������������
152.092,11 |
��
Dari
hasil pengolahan data pada Tabel 4. menunjukkan hasil analisis ekspor untuk produk
lak, gum dan resin dari tahun 2000 - 2018 dengan jumlah volume ekspor sebesar 2.889.750,00 m3 dan rata-rata volume ekspor sebesar 152.092,11 m3.
Volume ekspor yang tertinggi
terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 645.403,00 m3
dan terendah pada tahun
2017 sebesar 32-473,00 m3. Sedangkan untuk ramalan volume ekspor dari tahun 2019 sampai dengan 2028 dapat dilihat pada tabel 5:
Tabel 5
Ramalan Volume
Ekspor Lak, Gum dan Resin Sepuluh
Tahun Mendatang
Tahun Ramalan |
Volume Ekspor Lak, Gum, dan Resin (m3) |
2019 |
���� �����������142.212,56 |
2020 |
���������������
179.213,69 |
2021 |
���������������
221.641,83 |
2022 |
���������������
269.496,99 |
2023 |
���������������
322.779,15 |
2024 |
���������������
381.488,33 |
2025 |
���������������
445.624,52 |
2026 |
���������������
515.187,72 |
2027 |
���������������
590.177,94 |
2028 |
���������������
670.595,16 |
Total |
������������ 3.738.417,89 |
Rata-Rata |
��������������� 373.841,79 |
��
Berdasarkan
data pada Tabel 5, hasil ramalan ekspor lak, gum dan resin dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2028 memperlihatkan total volume ekspor
sebesar 3.738.417,89 m3 dan rata-rata ekspor sebesar 373.841,79 m3.
Dari data terebut menunjukkan
bahwa adanya kenaikan permintaan terhadap ekspor lak, gum dan resin dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2028, trend tersebut
dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar
5
Ekspor Lak, Gum dan Resin dari
Tahun 2000-2028
��
Berdasarkan
gambar 5 dapat dilihat cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2019-2028 secara signifikan. Ekspor produk dari
lak, gum dan resin ini meningkat dikarenakan adanya peningkatan permintaan kebutuhan produk pada beberapa industri terhadap produk tersebut setiap tahunnya, sehingga produksi lak, gum dan resin ini perlu ditingkatkan lagi. Kebutuhan dari produk ini
akan terus meningkat disebaban produk dari lak,
gum dan resin sangat bermanfaat
dalam berbagai hal misalnya digunakan
sebagai pelitur untuk barang meubel,
bahan perekat, balsam dan bahan pelapis dalam
industri farmasi. Selain dari itu
gum juga dapat digunakan untuk membuat lilin,
tinta, korek api dan cat.
3. Veneer
Data
volume ekspor furnitur dari tahun 2000-2018 digunakan dalam melakukan peramalan seperti pada Tabel 6.
Tabel 6
Volume Ekspor Veneer dari Tahun 2000-2018
Tahun Analisis |
Volume Ekspor Veneer (m3) |
2000 |
�������������������������������� 200.157,00 |
2001 |
�������������������������������� 188.115,00 |
2002 |
����������������������������������� 93.656,00
|
2003 |
����������������������������������� 16.972,00
|
2004 |
����������������������������� 6.644.212,00 |
2005 |
�������������������������������� 932.737,00 |
2006 |
����������������������������� 1.995.912,00 |
2007 |
����������������������������� 2.813.526,00 |
2008 |
����������������������������� 2.070.616,00 |
2009 |
�������������������������������� 829.143,00 |
2010 |
����������������������������������� 65.342,00
|
2011 |
�������������������������������� 234.131,00 |
2012 |
����������������������������������� 83.774,00
|
2013 |
����������������������������������� 85.779,00
|
2014 |
�������������������������������� 145.700,00 |
2015 |
�������������������������������� 219.854,00 |
2016 |
�������������������������������� 417.449,00 |
2017 |
����������������������������������� 98.554,00
|
2018 |
����������������������������������� 98.567,00
|
Total |
�������������������������� 17.234.196,00 |
Rata-Rata |
�������������������������������� 907.062,95 |
Berdasarkan
hasil pengolahan data analisis secara keseluruhan dari tahun 2000-2018, ekspor veneer
pada Tabel 6. diketahui bahwa volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 6.644.212,00 m3 dengan
total ekspor veneer yaitu sebesar 17.234.196,00 m3 dan rata-rata ekspor veneer sebesar 907.062,95
m3. Sedangkan untuk
ramalan volume ekspor
veneer dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Ramalan Volume
Ekspor Veneer Sepuluh Tahun Mendatang
Tahun Ramalan |
Volume Ekspor Veneer (m3) |
2019 |
-1.060.838,63 |
2020 |
-1.486.550,07 |
2021 |
-1.944.964,54 |
2022 |
-2.436.082,06 |
2023 |
-2.959.902,62 |
2024 |
-3.516.426,22 |
2025 |
-4.105.652,86 |
2026 |
-4.727.582,53 |
2027 |
-5.382.215,25 |
2028 |
-6.069.551,01 |
Total |
-33.689.765,78 |
Rata-Rata |
-3.368.976,58 |
�����������
Pada Tabel 7. menunjukkan
hasil ramalan ekspor veneer dari tahun 2019-2028 dimana hasil yang didapatkan dengan menggunakan trend kuadratis
menunjukkan nilai minus (-)
atau nilai di bawah nol, persamaan
yang digunakan yaitu
���������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Gambar 6
Grafik Trend Kuadratis
Apabila mengunakan trend
linear hasilnya positif dari tahun 2019-2020 dan tahun 2021-2028 menunjukkan nilai negatif, persamaan yang digunakan yaitu
Gambar 7
Grafik Trend Linear
Pada trend eksponensial yang menunjukkan nilai positif dari
tahun 2019 sampai dengan tahun 2028. Sehingga persamaan yang digunakan yaitu
Gambar 8
Grafik Trend Eksponensial
Trend dari ekspor
veneer dari tahun 2019 sampai dengan tahun
2028 dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar
9
Grafik Ekspor Veneer dari Tahun 2000-2028
Dari
gambar grafik yang terlihat, trend ekspor veneer dari Indonesia ke Amerika Serikat dari tahun 2019 sampai dengan tahun
2028 mengalami penurunan
volume ekspor, karena dari hasil penelitian
peramalan yang dilakukan jumlah ekspor veneer meghasilkan data yang minus dan semakin
menurun. Menurut (Tri, n.d.),
penurunan ekspor veneer ini dikarenakan adanya perekonomian global yang terpukul dengan adanya perang dagang
antar Cina dan Amerika Serikat menjadi penyebab permintaan menurun. Penyebab ekpor veneer menurun yaitu adanya kebijakan
dari Sitem Verifikasi dan Legalitas Kayu
(SVLK) dari Kementrian Kehutanan yang lebih di perketat dan tingginya pajak ekspor dari
veneer sehingga volume ekspor
veneer semakin menurun. Selain itu kehadiran
barang subtitusi juga mempengaruhi preferensi konsumen.
Kesimpulan
Hasil peramalan ekspor
hasil hutan ke Amerika Serikat, baik furnitur, veneer, lak, gum dan resin pada analisis
data time series menunjukkan model terbaik adalah trend kuadratis. Berdasarkan model
trend kuadratis potensi ekspor ke Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor furnitur
dari tahun 2019 sampai dengan tahun
2028 akan mengalami peningkatan setiap tahun dengan rata-rata volume ekspor sebesar 5.984.424,53 m3 dari total volume ekspor sebesar 59.844.245,32 m3 Pada lak,
gum dan resin dari tahun
2019 sampai dengan tahun 2028 akan mengalami peningkatan dengan rata-rata ekspor sebesar 373.841,79 m3, dari total
volume ekspor sebesar
3.738.417,89 m3. Pada model persamaan ekspor veneer dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2028 akan mengalami penurunan dibandingkan rata-rata
19 tahun sebelumnya sebesar 907.062,95 m3. Penurunan ini disebakan karena
adanya kebijakan dari Kementrian Kehutanan yang lebih di perketat dan tingginya pajak ekspor dari
veneer sehingga volume ekspor
veneer ke Amerika semakin menurun.
BIBLIOGRAFI
Baharuddin, Taskirawati I. (2010). Buku Ajar Hasil Hutan
Bukan Kayu. Makassar: Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Chalid, Nursiah. (2011). Peranan Ekspor Dalam Perekonomian
Indonesia. Jurnal Ekonomi, 19(01).
Erika. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ekpor Meubel Kayu Indonesia Ke Amerika Serikat. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
M Bahrul, Munir. (2019). Prosedur Penyelesaian Dokumen Ekspor
Veneer Oleh Emkl Pt Jasco Logistik Semarang. Karya Tulis.
Marbun, Lodewik. (2015). Pengaruh Produksi, Kurs dan Gross
Domestic Product (GDP) Terhadap Ekspor Kayu Lapis Indonesia ke Jepang. Universitas
Negeri Semarang.
Mulyana, Dadan, & Asmarahman, Ceng. (2012). Untung
besar dari bertanam sengon. Bandung: Agro Media.
Nur, Prima. (2016). Mengenal veneer; Pengertian, Jenis,
dan Keuntungan Penggunaannya. Retrieved from www.lemkayu.net/artikel
[diakses 19-5-2020]
Pakaja, Fachrudin, Naba, Agus, & Purwanto, Purwanto.
(2012). Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan
Certainty Factor. Jurnal Eeccis, 6(1), 23�28.
Puspitasari, Luthfia, Windiani, Reni, & Farabi, Nadia.
(2016). 6. Kerja Sama Indonesia Dan Cina Dalam Menanggulangi Perdagangan Kayu
Ilegal. Journal of International Relations, 2(3), 55�63.
Rambe, Mustafa Kemal. (2010). Peramalan Hasil Produksi Minyak
Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Sumatera Utara. Universitas
Sumatera Utara.
Resmini, Novi, & Juanda, Dadan. (2007). Pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi. Bandung: UPI Pres.
Sadono, Sukirno. (2010). Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grasindo Perseda.
Salim, Zamroni, & Munadi, Ernawati. (2017). Info Komoditi
Furniture. Badan Pengkajian Dan Pengembangan Perdagangan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia. http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/11/Isi_BRIK_Furnitur.pdf
Statistik, Badan Pusat. (2017). Statistik Produksi
Kehutanan. Jakarta: BPS.
Tri, Rahma. (2020). Terpukul Perang Dagang, Nilai Ekspor
Kayu Olahan Turun 4 Persen. https://bisnis.tempo.co/read/1290797/terpukul-perang-dagang-nilai-ekspor-kayu-olahan-turun-4-persen/full&view=ok
�������������������������������������������������������������������������������������