Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
�Vol. 6, No.
4, April 2021
PENGARUH KEHALUSAN MESH PLAXIS 2D DAN
3D TERHADAP PREDIKSI PENURUNAN KONSOLIDASI PADA PROYEK REKLAMASI BELAWAN PHASE
I
Tika
Ermita Wulandari, Roesyanto
dan Rudi Iskandar
Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected] dan [email protected]
Abstract
This study aims to analyze and compare the amount of
consolidation reduction with the finite element methods Plaxis 2D and 3D with
several types of mesh, that is very coarse, coarse, medium, fine and very fine
with the Settlement Plate (S29) data in the field. From the analysis result, it
was found that the size of the consolidation reduction using Plaxis 2D modeling
used several types, namely very coarse = 7,432 m, coarse = 7,421 m, medium =
7,466 m, fine = 7,486 m and very fine = 7,491 m, while the reduction of
consolidation with 3D plaxis modeling in the type very coarse = 6,874 m, coarse
= 6,983 m, medium = 6,783 m, fine = 6,627 m and very fine = 6,956 m. So it can
be concluded that the effect of mesh is not always linear, getting smaller or
bigger but fluctuating. However from the results obtained, consolidation
reduction of Plaxis 3D is relatively closer to the actual in the field with the
percentage comparison of mesh very coarse type = -4.39%, coarse = -2.88%, medium
= -5.66%, fine = -7, 83% and very fine = -3.25%, while 2D Plaxis modeling
obtained the percentage comparison of mesh very coarse type = 3.37%, coarse =
3.21%, medium = 3.84%, fine = 4.12% and very fine = 4.19%.
Keywords:
consolidation;
preloading; prefabricated vertical drain; plaxis.
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan besar penurunan konsolidasi dengan metode elemen hingga Plaxis 2D dan 3D dengan beberapa tipe mesh yaitu very coarse,
coarse, medium, fine dan very fine
dengan data Settlement
Plate (S29) di lapangan. Dari hasil
analisis diperoleh besar penurunan konsolidasi menggunakan pemodelan Plaxis 2D menggunakan beberapa tipe yaitu very coarse = 7,432 m, coarse = 7,421 m, medium
= 7,466 m, fine = 7,486 m dan very fine = 7,491 m sedangkan penurunan konsolidasi dengan pemodelan plaxis 3D pada tipe very coarse = 6,874 m, coarse = 6,983
m, medium = 6,783 m, fine = 6,627 m dan very fine = 6,956
m. Sehingga dapat disimpulkan
pengaruh mesh
tidak selamanya linier
semakin kecil atau besar tetapi
fluktuatif. Namun dari hasil yang didapat penurunan konsolidasi
Plaxis 3D relatif lebih mendekati aktual di lapangan dengan persentasi perbandingan mesh tipe very coarse = -4,39%, coarse = -2,88%,
medium = -5,66%, fine = -7,83% dan very fine=-3,25% sedangkan pemodelan Plaxis
2D didapat persentasi perbandingan pada mesh tipe very
coarse = 3,37%, coarse = 3,21%, medium = 3,84%,
fine = 4,12% dan very fine = 4,19%.
�����������
Kata Kunci: konsolidasi; preloading; prefabricated vertical
drain; plaxis.
Pendahuluan
Tanah memiliki peran penting dalam pekerjaan konstruksi karena semua konstruksi yang direncanakan tentu didukung oleh tanah. Sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang, Indonesia memiliki banyak deposit tanah lunak (Apriyani, Ikhya, & Hamdhan, 2016). Beberapa wilayah di Indonesia memiliki lapisan tanah lunak yang sangat tebal. Artinya, tanah keras terletak jauh di bawah permukaan tanah yang menyebabkan beberapa proyek pembangunan konstruksi memerlukan perencanaan tanah ekstra agar tidak terjadi penurunan (settlement) yang signifikan (Fadhillah, Munawir, & Kuswanda, 2018).
Tanah lunak memiliki karakteristik tanah yang buruk. Tanah lunak umumnya memiliki sifat komprebilitas yang tinggi, permeabilitas yang rendah dan daya dukung yang rendah. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang tidak baik jika digunakan sebagai tanah dasar untuk sebuah konstruksi dermaga. Konstruksi akan rusak karena adanya penurunan tanah yang terjadi. Hal ini lebih fatal jika penurunan yang terjadi bersifat setempat (Hayati, 2019).
Kondisi tanah lunak ini tentunya perlu dilakukan perbaikkan tanah sehingga dapat memperkuat tanah sebagai pondasi sebuah dermaga. Terkait dengan hal tersebut, pada tahun Kjellman (1952) (Chai et al, 2005) memperkenalkan suatu metode pengganti prabeban dengan cara meletakkan lembaran material kedap air di permukaan tanah dan menyedot air dan udara di sisi dalam lembaran kedap air ini dengan menggunakan pompa vakum, yang dikenal dengan nama vacuum consolidation atau vacuum preloading (Indraratna et al, 2003).
Perbaikan tanah lunak atau
soil improvement merupakan
salah satu hal yang sangat penting dan mendapat perhatian para ahli geoteknik. Perhatian tersebut disebabkan oleh kebutuhan akan lahan yang harus dapat menampung
tuntutan pembangunan dan perkembangan penduduk (Ahmad,
2007). Dengan berjalannya waktu, metode vacuum
consolidation atau vacuum preloading kemudian semakin banyak digunakan dan dikembangkan di berbagai negara namun masih relatif
terbatas penggunaannya di
Indonesia (Suhendra & Irsyam). Sistem
preloading yang di kombinasikan dengan prefabricated vertical drain (PVD), preloading
atau pemberian beban awal dilakukan
dengan cara memberikan beban yaitu berupa timbunan
sehingga menyebabkan tanah lempung akan
termampatkan sebelum konstruksi didirikan (Haryoto, 2015).
�Penurunan konsolidasi merupakan
keadaan apabila lapisan tanah mengalami
penambahan beban, tekanan air pori akan naik secara mendadak. Keluarnya air pori disertai dengan
berkurangnya volume tanah
yang menyebabkan penurunan lapisan tanah. Pada tanah lempung yang berpemeabilitas rendah, tegangan air pori berlebih memerlukan waktu yang lama untuk terdisipasi, dengan demikian penurunan konsolidasi membutuhkan waktu yang sangat lama (Zhafirah & Amalia, 2019). Hasil penelitian pada tanah berkonsistensi lunak di daerah Suwung Kangin yang memanfaatkan metode kombinasi preloading dan pre-fabricated vertical
drains terbukti mampu mempercepat waktu konsolidasi dan meningkatkan daya dukung tanahnya
(Hidayati & Ardana, 2008). Pada saat konsolidasi, tegangan tanah pada saat awal pembebanan
ditanggung sepenuhnya oleh tegangan air pori. Kemudian secara perlahan tegangan ini ditransfer ke tegangan efektif
tanah, sehingga tanah mengalami peningkatan kekuatan dan daya dukung tanah.
Dengan demikian, jika suatu konstruksi
akan dibangun di atas tanah lunak,
maka untuk menghindari penurunan yang besar pada bangunan tersebut dan memperoleh daya dukung tanah
yang cukup baik maka proses konstruksi sebaiknya dilakukan setelah tanah telah
terkonsolidasi secara sempurna. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode perbaikan
tanah untuk mengatasi permasalahan ini (Bella, 2011).
Seiring perkembangan zaman pembangunan terciptalah berbagai macam pengerjaan konstruksi bangunan sipil dan program komputer yang membantu mempermudah perhitungan proses penurunan konsolidasi yaitu program Plaxis. Plaxis adalah salah satu program aplikasi komputer yang menghitung konsolidasi dengan menggunakan teori konsolidasi Biot. Program ini melakukan perhitungan berdasarkan metode elemen hingga dengan membagi bebrapa mesh yang digunakan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas untuk berbagai aplikasi bidang geoteknik. (Pramulandani, 2020) menyatakan Penentuan jenis mesh pada software Plaxis 2D menentukan kehalusan pembagian jaringan-jaringan elemen yang menghubungkan node-node pada model yang ditinjau, serta ketelitian dari hasil analisis, semakin rapat jaringan elemen dan halus mesh maka hasil perhitungan akan semakin akurat.
Telah banyak analisis yang dilakukan untuk memprediksi proses� konsolidasi yang terjadi pada reklamasi Belawan baik pada phase I
maupun phase
II, misalnya (Hayati, 2019) melakukan analisis pengaruh smear zone pada penurunan dan waktu konsolidasi dengan Plaxis 2D dan 3D pada proyek reklamasi Belawan phase II. Hasil analisis
disimpulkan bahwa penurunan yang terjadi pada pemodelan Plaxis 2D dengan memperhitungkan efek smear zone�
sebesar 2,288 m dan tanpa
efek smear zone 1,922 m sedangkan
penurunan pada pemodelan Plaxis 3D dengan
efek smear zone 2,077 m dan tanpa efek smear zone 1,930 m. Perhitungan
penurunan konsolidasi menggunakan pemodelan Plaxis 3D dengan efek smear zone menghasilkan penurunan yang lebih mendekati nilai di lapangan sesuai dengan data settlement
plate yaitu sebesar
1,992 m. Waktu penurunan konsolidasi
yang terjadi pada perhitungan
Plaxis 2D dan 3D dengan memperhitungkan efek smear
zone lebih lama dari
pada tanpa memperhitungkan efek smear zone. Perhitungan penurunan
dan waktu konsolidasi menggunakan pemodelan Plaxis 3D memberikan hasil yang lebih mendekati kondisi di lapangan dibandingkan pemodelan dengan Plaxis 2D. (Ohoimas &
Hamdhan, 2015) melakukan analisis konsolidasi menggunakan jarak PVD yang berbeda-beda dengan pemodelan axisymetry dan plane strain Plaxis 2D.
Hasil penurunan yang didapat
pada pemodelan axisymetry dengan jarak antar PVD 2m sebesar 0,7467 m, jarak 2,4m : 0,7471 m, jarak 3 m : 0,7466 m sedangkan pada pemodelan plane strain dengan jarak antar PVD 2m : 0,8664 m, �jarak 2,4m : 0,8678 m dan
pada jarak 3 m : 0,8658 m. (Surbakti,
2020) melakukan
analisis sand replacement sebagai
counter weight pada proses konsolidasi pada reklamasi Belawan tahap I, analisis ini menggunakan
data borelog
BH-02 dengan tinjauan settlement plate (S5) dimana area ini berbatasan langsung dengan perairan dan jalur arus masuk
kapal. Adapun penurunan
yang terjadi dengan pemasangan PVD dengan pola segitiga dengan
jarak 1,5 m pada pemodelan Plaxis 2D sebesar 6,404 m dan
pada pemodelan Plaxis 3D sebesar 6,356 m.
Dari penelitian sebelumnya belum ada pembahasan
tentang penurunan menggunakan Plaxis dengan semua tipe
mesh yang tersedia
pada program Plaxis. Sehingga
penulis ingin membahas penurunan tersebut dengan bantuan Plaxis 2D dan 3D menggunakan beberapa tipe mesh yaitu very coarse, coarse, medium, fine dan very fine. Hasil dari
perhitungan Plaxis 2D dan Plaxis 3D akan dibandingkan
sehingga didapat hasil yang paling mendekati dengan kondisi lapangan. Area yang akan ditinjau adalah area yang berdekatan dengan Bore Hole (BH-01) dengan tinjauan
settlement plate (S29) dan perhitungan akan menggunakan efek smear zone
(area yang terganggu akibat
instalasi PVD). Dari penelitian dan latar belakang diatas, serta dengan
data-data yang didapat dilapangan
penulis tertarik untuk menjadikan bahan tulisan yang berjudul �Pengaruh kehalusan mesh Plaxis 2D dan 3D terhadap prediksi penurunan konsolidasi pada Proyek Reklamasi Belawan Phase I�.
Penelitian ini bertujuan menganalisis dan membandingkan besar penurunan konsolidasi dengan metode elemen hingga Plaxis 2D dan 3D dengan beberapa tipe kehalusan mesh yaitu very coarse, coarse, medium, fine dan very fine dengan data settlement plate (S29) di Lapangan. Adapun manfaat yang diharapkan untuk memberikan wawasan bagi penulis dan pembaca tentang penerapan mata kuliah geoteknik khususnya pada masalah perbaikan tanah dan timbunan, serta sebagai referensi khususnya bagi mahasiswa lainnya apabila ingin menulis dengan topik pembahasan yang hampir sama.
Metode Penelitian
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada
proyek reklamasi Belawan phase 1.
Lokasi penelitian berada di
tengah area reklamasi dengan mengunakan data Bore Hole-1 (BH-01) pada koordinat X =
468963,916 LS dan Y = 419633,816 LU, Boring
ini berdampingan dengan titik settlement plate 29 (S29)
yang akan diteliti.
Gambar 1
Lokasi
Penelitian
B.
Parameter Tanah pada Lokasi Pekerjaan
Dari data bore log BH-01, tanah dapat dikelompokkan berdasarkan jenis tanah
menjadi delapan lapisan. Tanah yang memiliki data pengujian konsolidasi akan
menggunakan model soft soil sedangkan
tanah yang tidak memiliki data pengujian konsolidasi akan menggunakan model Mohr-Coulomb
dengan korelasi nilai N-SPT. Lapisan-lapisan tanah
eksisting dibagi menjadi dua bagian
yaitu memiliki prilaku undrained
pada beberapa lapisan dan drained pada lapisan
lainnya. Sedangkan lapisan timbunan tanah yang merupakan pasir memiliki perilaku drained.
Tabel 1
Parameter
Tanah pada Lokasi Pekerjaan
No. |
Jenis Tanah |
Elevasi (m) |
Ketebalan (m) |
Sifat |
Model Tanah |
1 |
Sandy Clay |
0-1,5 |
1,5 |
Drained |
Mohr-Coulomb |
2 |
Clay |
1,5-15 |
13,5 |
Undrained |
Mohr-Coulomb |
3 |
Sandy Silt |
15-18 |
3 |
Drained |
Mohr-Coulomb |
4 |
Organic Clay |
18-22 |
4 |
Undrained |
Mohr-Coulomb |
5 |
Clayey Sand 1 |
22-32 |
10 |
Drained |
Mohr-Coulomb |
6 |
Silty Clay
1 |
32-37 |
5 |
Undrained |
Mohr-Coulomb |
7 |
Clayey Sand 2 |
37-50 |
13 |
Drained |
Mohr-Coulomb |
8 |
Silty Clay
1 |
50-60 |
10 |
Undrained |
Mohr-Coulomb |
(Data Proyek, 2016)
Data
pada Tabel 1 di atas dijabarkan kembali sesuai dengan data-data yang dibutuhkan untuk input program Plaxis. Berat isi
(
λ* = cc / [2.3 (1 + e)]� ����������������������������������������������������������������������������������������� (1)���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
κ* ≈ 2cr / [2.3 (1 + e)]�� �������������������������������������������������������������������������������������� (2)
dimana :
cc :
Koefisien yang mempengaruhi
besar penurunan
cr : Koefisien yang mempengaruhi besar pengembangan
e� : Angka pori
������ Nilai cc dan� cr� didapat dari uji konsolidasi.
Tabel 2
Data
yang diinput pada program Plaxis
Uraian |
Unit |
Material
Properties (BH-01) |
||||||||
Timbunan |
Sandy Clay |
Clay |
Sandy Silt |
Organic Clay |
Clayey Sand 1 |
Silty Clay 1 |
Clayey Sand 2 |
Silty Clay 2 |
||
Material model |
- |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Kedalaman |
mtr |
11.0-0 |
0-1,5 |
1,5 - 15 |
15-18 |
18-22 |
22-32 |
32-37 |
37-50 |
50-60 |
Drainage type |
- |
Drained |
Drained |
Undrained |
Drained |
Undrained |
Drained |
Undrained |
Drained |
Undrained |
γ_unsat |
kN/m3 |
14,84 |
7,85 |
7,85 |
7,85 |
2,2 |
13,9 |
8,9 |
13,9 |
8,9 |
γ_sat |
kN/m3 |
19,1 |
14,6 |
14,6 |
14,6 |
10,3 |
18,4 |
15,1 |
18,4 |
15,1 |
E |
kN/m2 |
25000 |
600 |
600 |
600 |
600 |
600 |
600 |
700 |
700 |
ν (nu) |
|
0,3 |
0.35 |
0.35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
c_ref |
kN/m2 |
0 |
15,5 |
15,5 |
15,5 |
12,9 |
22,4 |
29,2 |
22,4 |
29,2 |
φ (phi) |
� |
33,1 |
12,4 |
12,4 |
12,4 |
20,8 |
14,1 |
13,3 |
14,1 |
13,3 |
ψ (psi) |
� |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
λ* (lambda) |
|
- |
|
������������������� 0,1019 |
|
������������������� 0,2272 |
|
|
������������������� 0,0692 |
|
κ* (kappa) |
|
- |
|
������������������� 0,0394 |
|
������������������� 0,0449 |
|
|
������������������� 0,0269 |
|
k_x |
m/day |
1 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,2182 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
k_y |
m/day |
1 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,2182 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
Nama Lapisan |
Preloading |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
(Data Proyek, 2016)
C.
Spesifikasi dan Instalasi Material PVD
Spesifikasi PVD yang digunakan untuk penelitian ini adalah:
a.
Bahan PVD harus cukup kuat dan fleksibel untuk mencegah diskontinuitas karena tekanan yang timbul selama pemasangan
PVD.
b.
Bahan PVD harus memiliki permeabilitas yang cukup (kemampuan untuk mengalirkan air pori).
c.
Material PVD harus memenuhi
persyaratan berikut:
1)
Material ��������������������������������������������������������� ����������� : polypropylene
2)
Berat ������������������������������������������������������������� ����������� : 88 gram/m
3)
Lebar (w)������������������������������������������������������� ����������� : 100 mm
4)
Tebal (t)��������������������������������������������������������� ����������� : 4 mm
5)
Discharge capacity 10 kPa (ASTM D4716)������������� : 180 x 10-6 m3/s
6)
Discharge capacity 300 kPa (ASTM D4716)�������� : 140 x 10-6 m3/s
7)
Discharge cap. buckled 200 kPa(Delft)��� ���������� : 55 x 10-6 m 3/s
8)
Permeability filter (NEN5167) ��������������������� ����������� :
9 x 10-4 m/s
9)
Bentuk PVD yang diisyaratkan
untuk proyek ini dapat dilihat
pada Tabel 2 dibawah ini:
Tabel 3
Persyaratan bentuk PVD pada proyek
reklamasi Belawan
No. |
Item yang diperiksa |
Persyaratan Teknis |
1 |
Keseragaman tebal geotekstil |
Tebal harus sama
rata |
2 |
Kotoran geotekstil |
Kotoran tidak boleh lebih dari 2
mm |
3 |
Lubang geotekstil |
Tidak boleh ada lubang |
4 |
Sambungan |
Tidak boleh ada degumming, sambungan = 3mm |
5 |
Gigi
papan inti |
Palung dan gigi papan
inti tidak boleh terbalik |
6 |
Lubang papan inti |
Tidak boleh ada lubang |
7 |
Kotoran, gelembung udara pada
papan inti |
Papan inti tidak ada
kotoran, gelembung udara |
8 |
Pembungkus papan inti dan filter |
Papan inti dan filter harus terbungkus rapat |
(Spesifikasi teknis proyek, 2016)
Instalasi PVD:
pola instalasi PVD
dengan pola segitiga, jarak instalasi 1,50 m dengan instalasi sedalam 44,00 m dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2
Rencana insalasi PVD
D.
Analisis Data
Verifikasi permodelan PVD dilakukan dengan
cara mengekuivalenkan PVD �yang setempat-setempat
menjadi menerus (plane strain). Dari perhitungan
ini juga akan dihitung besaran efek smear zone terhadap koefisien permeabilitas horizontal tanah (kx). Instalasi PVD akan dipasang sedalam
44 m dari elevasi +4,00 sampai dengan kedalaman
-40,00 mLWS. Sehingga lapisan lapisan yang berdampak oleh mandrel
saat instalasi PVD dapat diuraikan sebagai berikut:
-
Lapisan 1 (timbunan pasir reklamasi tahap 2) tebal 1,2 m
-
Lapisan 2 (timbunan pasir reklamasi tahap 1) tebal 2,8 m
-
Lapisan 3 sandy clay tebal
1,5 m
-
Lapisan 4 clay tebal 13,5 m
-
Lapisan 5 Sandy Silt tebal 3 m
-
Lapisan 6 Organic Clay tebal 4 m
-
Lapisan 7 Clayey Sand 1 tebal 10 m
-
Lapisan 8 Silty Clay 1 tebal 5 m
-
Lapisan 9 Clayey Sand 2� tebal 3 m
Data properties tanah yang terganggu
akibat pemancangan PVD (smear zone) dapat dihitung ��sebagai berikut:
Data yang diketahui:
-
Jarak Pemasangan
PVD�������������������������������������������� =
150 cm
-
Pola Pemasangan ������������������������������������������������������ =
Pola Segitiga
-
Dimensi PVD������������������������������������������������ ����������� = 10 cm x 0,4 cm
-
Dimensi Mandrel������������������������������������������������������� =
5 cm x 12,5 cm
-
Ekivalensi Diameter PVD (dw)��������� ����������������������� =
-
Jari-jari PVD (rw)������������������������������������������������������ =�
-
Ekivalensi Diameter Mandrel
(dm)��������������� ����������� =
-
Nilai s������������������������������������������������������������� ����������� = 2
-
Nilai k������������������������������������������������������������ ����������� = 2
-
Diameter Efek
Smear Zone� (ds)������������������������������� =�
2 x 8,92 = 17,85 cm
-
Radius Efek Smear
Zone (rs)������������������������� ����������� =�
-
Diameter Ekivalen
pengaruh PVD (de)��������������������� =� 1,05 x 150 = 157,5 cm
-
Radius Ekivalen Pengaruh PVD (R)������������� ����������� =�
-
Lebar Efek Smear
Zone, Plain Strain (2B)���� ����������� = 150 cm
-
Setengah Efek Smear zone (B)���������������������������������� =
75 cm
Dari data-data diatas dapat
diperoleh besaran nilai permeabilitas arah horizontal akibat pemancangan PVD dengan (Hird, Pyrah,
Russell, & Cinicioglu, 1995), pada persamaan (3) dibawah ini:
B�� : � dari lebar
R�� : � de , Jari jari ekivalen�
Rs� : radius smear zone
Rw : radius PVD�
kax : koefisien permeabilitas horizontal kondisi tanah tidak terganggu
ks� : koefisien permeabilitas horizontal kondisi tanah terganggu �
kondisi axysimmetric.
Untuk lapisan pertama sandy clay:
Kax� = 6,279 x 10-7 cm/sec
= 6,279 x 10-7 .
Khp = 0,00009620867 m/hari
Perhitungan untuk Lapisan berikutnya tersedia pada Tabel 4. Dikarenakan dari perhitungan ini besar efek
smear zone terhadap
koefisien permeabilitas
horizontal tanah (kx)
berubah namun arah horizontal (ky) tetap. Maka perubahan dari Tabel 2 akan menjadi yang tertera pada Tabel 4.
���������������������������������������������������������������� Tabel 4�����������������
Nilai Kx setelah efek smear zone
Uraian |
Unit |
Material Properties (BH-01) |
||||||||
Timbunan |
Sandy Clay |
Clay |
Sandy Silt |
Organic Clay |
Clayey Sand 1 |
Silty Clay 1 |
Clayey Sand 2 |
Silty Clay 2 |
||
Material
model |
- |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Mohr-Coulomb |
Kedalaman |
mtr |
11.0-0 |
0-1,5 |
1,5 - 15 |
15-18 |
18-22 |
22-32 |
32-37 |
37-50 |
50-60 |
Drainage type |
- |
Drained |
Drained |
Undrained |
Drained |
Undrained |
Drained |
Undrained |
Drained |
Undrained |
γ_unsat |
kN/m3 |
14,84 |
7,85 |
7,85 |
7,85 |
2,2 |
13,9 |
8,9 |
13,9 |
8,9 |
γ_sat |
kN/m3 |
19,1 |
14,6 |
14,6 |
14,6 |
10,3 |
18,4 |
15,1 |
18,4 |
15,1 |
E |
kN/m2 |
25000 |
600 |
600 |
600 |
600 |
600 |
600 |
700 |
700 |
ν (nu) |
|
0,3 |
0.35 |
0.35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
0,35 |
c_ref |
kN/m2 |
0 |
15,5 |
15,5 |
15,5 |
12,9 |
22,4 |
29,2 |
22,4 |
29,2 |
φ (phi) |
� |
33,1 |
12,4 |
12,4 |
12,4 |
20,8 |
14,1 |
13,3 |
14,1 |
13,3 |
ψ (psi) |
� |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
λ*
(lambda) |
|
- |
|
������������������� 0,1019 |
|
������������������� 0,2272 |
|
|
������������������� 0,0692 |
|
κ*
(kappa) |
|
- |
|
������������������� 0,0394 |
|
������������������� 0,0449 |
|
|
������������������� 0,0269 |
|
k_x |
m/day |
1 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,2182 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
k_y |
m/day |
1 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,2182 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
������������������� 0,0153 |
������������������� 0,0005 |
Nama Lapisan |
Preloading |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
Uraian |
Unit |
NILAI K_x
SETELAH EFEK SMEAR ZONE |
||||||||
Timbunan |
Sandy Clay |
Clay |
Sandy Silt |
Organic Clay |
Clayey Sand 1 |
Silty Clay 1 |
Clayey Sand 2 |
Silty Clay 2 |
||
k_x |
m/day |
1 |
����������������� 0,0001 |
����������������� 0,0001 |
����������������� 0,0001 |
����������������� 0,0387 |
����������������� 0,0027 |
����������������� 0,0001 |
����������������� 0,0027 |
����������������� 0,0001 |
k_y |
m/day |
1 |
����������������� 0,0005 |
����������������� 0,0005 |
����������������� 0,0005 |
����������������� 0,2182 |
����������������� 0,0153 |
����������������� 0,0005 |
����������������� 0,0153 |
����������������� 0,0005 |
(Analisis Peneliti, 2020)
E.
Pemodelan Plaxis
Pada Penelitian ini lokasi yang ditinjau adalah S29, dimana posisi tersebut terletak ditengah area pekerjaan. pemodelan pada Plaxis mengikuti cross section S29 dapat
dilihat pada Gambar 3 dibawah
ini:
Gambar 3
Cross
section S29
Kondisi di lapangan yang disimulasikan
ke dalam program Plaxis bertujuan untuk mengimplementasikan tahapan pelaksanaan di lapangan ke dalam
tahapan pengerjaan pada
program dengan harapan pelaksanaan di lapangan dapat didekati sedekat mungkin pada program, sehingga respon yang dihasilkan dari program dapat diasumsikan sebagai cerminan dari kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Pemodelan tahapan penimbunan dengan menggunakan pemodelan
kondisi plan strain dengan menggunakan
data pada Tabel 4. . Pemodelan lapisan tanah dan PVD dapat terlihat pada Gambar 4.
Gambar
4
Pemodelan lapisan tanah dengan Plaxis
F.
Tahapan Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan
beberapa tahapan pelaksanaan sehingga tercapai maksud dan tujuan
dari penelitian. Untuk
memudahkan tercapainya tujuan tersebut, maka penulis melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap
pertama
Mengumpulkan berbagai jenis literature dalam bentuk buku maupun
tulisan ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Tahap
kedua
Melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam analisis. Subjek pada penulisan penelitian ini adalah Proyek Reklamasi Belawan Phase 1. Data yang diperlukan untuk penulisan penelitian ini didapatkan dari PT. Waskita Karya �selaku kontraktor. Adapun data-data yang dibutuhkan adalah SPT (Standard Penetration Test), parameter tanah timbunan, spesifikasi PVD dan instrumen geoteknik.
c. Tahap
ketiga
Melakukan analisa antara data yang
diperoleh dari lapangan dengan buku dan jenis literature lainnya yang berhubungan dengan penulisan penelitian
ini.
d. Tahap
keempat
Pada tahap
ini dilakukan kegiatan menganalisa penurunan dan waktu konsolidasi menggunakan Plaxis 2D dan 3D dengan data yang telah diperoleh. Bagan alir
penelitian dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Analisis Perhitungan Plaxis 2D dan 3D Hasil dan Pembahasan Kesimpulan - SPT
dari BH-01 - Parameter
material timbunan - Spesifikasi
PVD - Instrumen
geoteknik (Settelement
plate) Mulai Perumusan Masalah Pengumpulan
Data Sekunder Studi Literatur Selesai
Gambar 5
Bagan alir penelitian
Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian pada Proyek Reklamasi Belawan Phase I melalui analisis pemodelan Plaxis 2D dan 3D maka diperoleh data sebagai berikut:
1. Besar penurunan konsolidasi yang terjadi dengan menggunakan analisis metode elemen hingga
pada pemodelan Plaxis 2D
dan 3D dengan menggunakan beberapa tipe mesh yang tersedia pada program Plaxis, maka didapat jumlah
elemen, node dan penurunan
yang berbeda-beda seperti terlihat pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5
Penurunan hasil analisis Plaxis 2D dan 3D
dengan beberapa tipe mesh
Pemodelan Plaxis |
Tipe Mesh Plaxis |
Mesh |
Prediksi Penurunan (m) |
|
Jumlah Elemen |
Jumlah Node |
|||
2D |
Very
Coarse |
2.065 |
16.875 |
7,432 |
Coarse |
2.774 |
22.617 |
7,421 |
|
Medium |
3.213 |
26.143 |
7,466 |
|
Fine |
7.539 |
60.767 |
7,486 |
|
Very
Fine |
11.279 |
90.711 |
7,491 |
|
3D |
Very Coarse |
110.529 |
148.799 |
6,874 |
Coarse |
110.529 |
148.799 |
6,983 |
|
Medium |
110.643 |
149.006 |
6,783 |
|
Fine |
110.868 |
149.591 |
6,627 |
|
Very
Fine |
114.620 |
156.555 |
6,956 |
(Analisis Peneliti, 2020)
Dari Tabel 5 didapat hasil yang sangat berbeda meskipun dengan parameter tanah yang sama. Adapun perbedaan disebabkan pada pemodelan Plaxis 2D menggunakan koefisien permeabilitas tanah plane strain ekivalen di daerah yang diperbaiki, sedangkan pada Plaxis 3D pemodelan menggunakan koefisien permeabilitas di smear zone dengan
nilai yang tergantung pada
k. Perbandingan penurunan analisis Plaxis 2D dan 3D secara grafik dapat
dilihat pada Gambar 6 di bawah
ini :
Gambar 6
Perbandingan penurunan analisis Plaxis 2D dan 3D
2.
Dengan karekteristik smear
zone yang sama yaitu dengan nilai s = 2 k = 2 menggunakan Plaxis 2D dan 3D, diperoleh
bahwa hasil perhitungan penurunan tanah dari permodelan
Plaxis 3D lebih mendekati kondisi aktual di lapangan. Adapun persentasi perbedaan penurunan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6
Rekapitulasi hasil perhitungan
penurunan tanah
No |
Pemodelan |
Penurunan
(m) |
Perbedaan Prediksi Penurunan dengan Lapangan (S29) (m) |
Persentasi Perbedaan Penurunan (%) |
|
|
|
|
|
1 |
Data Lapangan (S29) |
7,190 |
||
2 |
Plaxis 2D |
|
|
|
Very
Coarse |
7,432 |
0,242 |
3,37% |
|
Coarse |
7,421 |
0,231 |
3,21% |
|
Medium |
7,466 |
0,276 |
3,84% |
|
Fine |
7,486 |
0,296 |
4,12% |
|
Very
Fine |
7,491 |
0,301 |
4,19% |
|
3 |
Plaxis 3D |
|||
|
Very
Coarse |
6,874 |
-0,316 |
-4,39% |
|
Coarse |
6,983 |
-0,207 |
-2,88% |
|
Medium |
6,783 |
-0,407 |
-5,66% |
|
Fine |
6,627 |
-0,563 |
-7,83% |
|
Very
Fine |
6,956 |
-0,234 |
-3,25% |
(Analisis Peneliti, 2020)
3.
Pola penurunan yang diperoleh dari Plaxis 2D relatif sama dengan pola penurunan 3D, hal ini dapat dilihat
pada Gambar 7. Tipe mesh very fine dipilih dikarenakan semakin halus mesh maka hasil yang didapat lebih akurat.
Gambar
7
Perbandingan Penurunan Yang Terjadi Di Lapangan dengan Analisis Plaxis 2D (Very
Fine) Dan 3D
(Very Fine)
Penelitian ini menunjukkan
terdapat perbedaan grafik pola penurunan
hasil observasi lapangan dibandingkan dengan permodelan Plaxis, hal ini
dapat terlihat dari Gambar 3. Perbedaan ini disebabkan oleh pembagian fase kalkulasi dalam Plaxis. Pada program Plaxis fase kalkulasi didasarkan atas kenaikan tinggi timbunan. Dalam satu fase penimbunan
dikalkulasi dengan waktu yang lama sedangkan pada observasi lapangan pengambilan data penurunan dilakukan setiap hari meski kenaikan
timbunan tanah hanya sedikit atau
bahkan tidak ada kenaikan elevasi
timbunan. Semakin banyak pembagian fase dan semakin singkat waktu kalkulasinya,
maka grafik yang dihasilkan akan semakin mendekati grafik observasi lapangan.
4.
Dari Gambar 3 didapat pola penurunan yang diperoleh dari Plaxis 2D relatif sama dengan
pola penurunan Plaxis 3D. Meskipun menggunakan parameter tanah yang sama, namun pada setiap phase penimbunan mengalami penurunan yang berbeda, adapun perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7
Perbandingan penurunan Plaxis 2D dan 3D tipe mesh very fine
No |
Phase |
Waktu (Hari) |
Total Waktu (Hari) |
Total Penurunan
(m) |
|
Plaxis 2D |
Plaxis 3D |
||||
1 |
Reklamasi 1 |
3 |
3 |
-0,073 |
-0,073 |
2 |
Reklamasi 2 |
3 |
6 |
-0,129 |
-0,129 |
3 |
PVD |
10 |
16 |
-1,444 |
-1,043 |
4 |
Preloading 1 |
87 |
103 |
-3,085 |
-2,695 |
5 |
Preloading 2 |
17 |
120 |
-4,120 |
-3,531 |
6 |
Preloading 3 |
10 |
130 |
-5,049 |
-4,271 |
7 |
Preloading 4 |
2 |
132 |
-5,756 |
-4,739 |
8 |
Konsolidasi |
103 |
235 |
-7,491 |
-6,956 |
(Analisis Peneliti, 2020)
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan pengaruh mesh tidak selamanya linier semakin
kecil atau besar tetapi fruktuatif,
hal ini dapat
dilihat dari besar penurunan konsolidasi dengan pemodelan Plaxis 2D dengan tipe very coarse = 7,432 m, coarse
= 7,421 m, medium = 7,466 m, fine = 7,486 m dan very fine
= 7,491 m� sedangkan
pada pemodelan Plaxis 3D dengan mesh tipe very coarse = 6,874 m, coarse
= 6,983 m, medium = 6,783 m, fine = 6,627 m dan very fine
= 6,956 m. Namun dari hasil yang didapat penurunan konsolidasi Plaxis 3D relatif lebih mendekati
aktual di lapangan dengan persentasi perbandingan tipe mesh very coarse = -4,39%, coarse
= -2,88%, medium = -5,66%, fine = -7,83% dan very fine=-3,25%
sedangkan pemodelan Plaxis 2D didapat persentasi perbandingan pada mesh tipe very coarse = 3,37%, coarse = 3,21%,
medium = 3,84%, fine = 4,12% dan very fine = 4,19%.
BIBLIOGRAFI
Ahmad, Irza. (2007). Analisa
Metode Perbaikan Tanah Lunak Dan Kohesif. Jurnal Menara
Jurusan Teknik Sipil FT. UNJ. Volume II No. 2 Juli 2007. 44. ISSN: 1907-4360. Google
Scholar
Apriyani, Ketut Devy, Ikhya, Ikhya, &
Hamdhan, Indra Noer. (2016). Analisis Konsolidasi Dengan Prefabricated Vertical
Drain Untuk Beberapa Soil Model Menggunakan Metode Elemen Hingga (Hal. 17-28). RekaRacana:
Jurnal Teknil Sipil, 2(3), 17. Google
Scholar
Bella, Rosmiyati A. (2011). Permodelan
Timbunan Pada Tanah Lunak Dengan Menggunakan Program Plaxis. Jurnal Teknik
Sipil, 1(2), 1�9. Google
Scholar
Chai, J.C., Charter, J.P., Hayashi, S. (2005). Ground Deformation Induced
by Vacuum Consolidation. Journal of Geotechnical and Geoenvironmental
Engineering � ASCE, December 2005. Google
Scholar
Fadhillah, Hanna Maulidya, Munawir, As�ad,
& Kuswanda, Wahyu P. (2018). Perencanaan Perbaikan Tanah Lunak pada
Pembangunan Cluster D Kawasan Kota Summarecon Bandung Menggunakan Kombinasi
Metode Vacuum Consolidation dengan Prefabricated Vertical Drain. Jurnal
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 1(1), pp-043. Google
Scholar
Haryoto, Erman. (2015). Penggunaan
Preloading dan Penggunaan Pre-Fabricated Vertical Drains untuk Mempercepat
Konsolidasi Tanah Lempung Lunak (Studi Kasus Oprit Jembatan Deng Padeng
Kabupaten Sampang Madura). Universitas Muhammadiyah Jember. Google
Scholar
Hayati, Titi. (2019). Analisis Pengaruh
Smear Zone pada Penurunan dan Waktu Konsolidasi Proyek Reklamasi Belawan Fase
II dengan Plaxis 2D dan 3D. Google
Scholar
Hidayati, Anissa Maria, & Ardana, Made
Dodiek Wirya. (2008). Kombinasi Preloading Dan Penggunaan Pre-Fabricated
Vertical Drains Untuk Mempercepat Konsolidasi Tanah Lempung Lunak (Studi Kasus
Tanah Lempung Suwung Kangin). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Google
Scholar
Hird, C. C., Pyrah, I. C., Russell, D.,
& Cinicioglu, F. (1995). Modelling the effect of vertical drains in
two-dimensional finite element analyses of embankments on soft ground. Canadian
Geotechnical Journal, 32(5), 795�807. Google
Scholar
Indraratna, B., Bamunawita, C., Redana, I., McIntosh, G. (2003). Modelling
of� Prefabricated Vertical Drains in Soft
Clay and Evaluation of Their Effectiveness in Practice. Journal of Ground
Improvement, 7(3), 127-138. University of Wollongong. Google Scholar
Ohoimas, Muhammad Yanuar, & Hamdhan,
Indra Noer. (2015). Analisis Konsolidasi dengan Menggunakan Metode Preloading
dan Vertical Drain pada Areal Reklamasi Proyek Pengembangan Pelabuhan Belawan
Tahap II (Hal. 1-11). RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil, 1(1), 1. Google
Scholar
Pramulandani, Arzunnita. (2020). Ta:
Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Geocell Menggunakan Metode Elemen
Hingga (PLAXIS 2D). Institut Teknologi Nasional Bandung. Google
Scholar
Suhendra, Andryan, & Irsyam, Masyhur. (2011). Studi
Aplikasi Vacuum Preloading Sebagai Metode Alternatif Percepatan Proses
Konsolidasi Pada Tanah Lempung Lunak Jenuh Air: Trial Gvs Pada Perumahan Pantai
Indah Kapuk, Jakarta. Civil Engineering Department, Faculty of
Engineering, Binus University. Google Scholar
Surbakti, Rudianto. (2020). Analisis
pengaruh Sand Replacement sebagai Counter Weight pada proses konsolidasi di
Reklamasi Belawan. Google
Scholar
Zhafirah, Athaya, & Amalia, Dewi.
(2019). Perencanaan Preloading Dengan Penggunaan Prefabricated Vertical Drain
Untuk Perbaikan Tanah Lunak Pada Jalan Tol Pejagan-Pemalang. Potensi: Jurnal
Sipil Politeknik, 21(1), 10�18. Google
Scholar
Copyright holder: Tika Ermita Wulandari,
Roesyanto, dan Rudi Iskandar (2021) |
First publication right: Journal Syntax
Literate |
This article is licensed under: |