http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v5i12.1841 1549
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia pISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 5, No. 12, Desember 2020
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB RENDAHNYA
PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
Ela Rohaeni dan Iis
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon Jawa Barat, Indonesia
Abstract
This research was conducted using a quantitative approach with a croos sectional
design. Data collection was carried out by interview and observation using a
questionnaire. The population in this study were all family planning acceptors who
did not use an IUD. Samples taken were 30 people using the simple random
sampling technique. Based on the research results, the following results were
obtained: 1) There was a significant relationship between maternal age and the use
of the IUD (P. value = 0.016). 2) There is a significant relationship between
maternal education and IUD use (P. value = 0.003). 3) There is a significant
relationship between parity and IUD use (P. value = 0.020). 4) There is a
significant relationship between maternal occupation and IUD use (P. value =
0.003). 5) There is a significant relationship between maternal knowledge and IUD
use (P. value = 0.001). 6) There is a significant relationship between the role of the
husband and the use of the IUD (P. value = 0.004). 7) There was a significant
relationship between maternal attitude and IUD use (P. value = 0.002). It is hoped
that mothers can increase their knowledge about IUD KB so that they can increase
their understanding and knowledge of how the advantages and disadvantages of
IUD KB are.
Keywords: IUD; age; education; parity; occupation; knowledge; husband's role;
attitude
Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya penggunaan
alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) di Desa Grogol Kec. Gunungjati kab.
Cirebon. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan desain croos sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
observasi menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu
akseptor KB yang tidak menggunakan AKDR. Sampel yang diambil berjumlah 30
orang dengan menggunakan tekhnik Simple Random Sampling. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Ada hubungan yang signifikan antara
umur ibu dengan penggunaan AKDR (P. Value= 0,016). 2) Ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan penggunan AKDR (P. Value=0,003). 3)
Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan penggunaan AKDR (P. Value=
0,020). 4) Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan penggunan
AKDR (P. Value=0,003). 5) Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
dengan penggunan AKDR (P. Value=0,001). 6) Ada hubungan yang signifikan
Ela Rohaeni dan Iis
1550 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
antara peran suami dengan penggunan AKDR (P. Value=0,004). 7) Ada hubungan
yang signifikan antara sikap ibu dengan penggunan AKDR (P. Value=0,002). Bagi
ibu diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang KB IUD sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang bagaimana kekurangan dan
kelebihan KB IUD.
Kata kunci: AKDR; umur; pendidikan; paritas; pekerjaan; pengetahuan; peran suami;
sikap
Pendahuluan
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Adelina Pratiwi, 2018).
Keluarga berencana menurut UU No.10 tahun 1992 adalah upaya untuk
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP) (Marvelian Wardani & Sulastri, 2017) , pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Pertambahan penduduk terus terjadi dalam jumlah besar karena upaya penurunan
laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan angka fertilitas total (total fertility ratel TFR)
belum mencapai hasil yang diharapkan. LPP Indonesia di proyeksikan dari 1,49%
pertahun pada periode 2000-2010 menurun menjadi 1.38% pertahun pada kurun 2010-
2015, lalu menjadi 1,19% pertahun pada periode 2015-2020 hal ini dikemukakan oleh
deputi bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (KBKR) BKKBN.
Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang
bersumber dari Sensus Penduduk tahun 2011 angka kelahiran di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu 2,6% dimana jumlah penduduk 216 juta jiwa, dan keempat terbanyak di
dunia. Saat ini masyarakat banyak yang sudah mengetahui tentang keluarga berencana
akan tetapi mereka hanya bisa mengartikan, dan mengetahui jenis-jenis keluarga
berencana. Hanya terdapat beberapa orang saja yang mampu menjelaskan mengenai
efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan alat kontrasepsi. Hal ini serupa
dengan pendapat (Gayatri & Raharjo, 2017) : “Tingkat pengetahuan masyarakat akan
kontrasepsi sudah tinggi (97,5%) namun baru sebatas mampu menyebut jenis alat dan
obat kontrasepsi, tetapi belum dapat menyebutkan efek samping, kontraindikasi,
kelebihan dan kekurangan. Padahal ini penting dipahami sebelum memutuskan
menggunakan alat kontrasepsi tertentu.” Alasan inilah yang membuat para akseptor KB
dalam memilih alat kontrasepsi belum berbasis pada rasional, efektivitas, efisien, hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh BKKBN Pusat:’’Kecenderungan penggunaan
alat dan obat kontrasepsi di Indonesia belum berbasis pada pertimbangan rasionalitas,
efektivitas, dan efisiensi.”
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1551
Begitu juga angka fertilitas total (TFR) turun dari angka 2,6 anak perwanita sesuai
hasil survei demografi daqn kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menjadi angka 2,4 anak
per wanita sesuai hasil SDKI tahun 2017 meskipun belum mencapai sasaran renstra
2015-2019 yakni 2,3 namun ada tren kecenderungan penurunan yang memberi harapan.
Provinsi jawa barat menunjukan perkembangan yang menggembirakan, namun
masi harus ditingkatkan, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di
Indonesia, jumlah penduduk dijawa barat masi disertai oleh pesatnya laju pertumbuhan
pertumbuhan (LPP) provinsi jawa barat dengan luas 35,377,76 Km
2
. Pertumbuhan
penduduk dapat diukur memalui tingkat fertilitas wanita usia subur (WUS) dimana data
SDKI 2017 menunjukan bahwa tingkat TFR jawa barat adalah 2,4 artinya bahwa rata-
rata jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan usia 15-49 tahun adalah 2-3 anak
yang dilahirkan.
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah jumlah penduduk ini
adalah dengan program Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Niniek Lely Pratiwi &
Basuki, 2014). Kesadaran mengenai pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu
ditingkatkan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumblah penduduk di Indonesia
pada tahun 2017. Penggunaan MKJP masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
penggunaan Non MKJP, salah Kontrasepsi Non MKJP yang paling banyak digunakan
adalah Kontrasepsi suntik yang menjadi salah satu metode kontrasepsi efektif
memerlukan kepatuhan agar efektifitasnya tinggi. Kegagalan dari metode kontasepsi
suntik disesabkan karena keterlambatan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang
yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan.
Berdasarkan Studi Pendahuluan di Desa Grogol Kec. Gunungjati selama periode
2017-2018, Sebanyak 549 orang, terdiri dari KB IUD: 10 peserta, PIL: 14 peserta,
Implan 10 peserta, dan KB suntik menduduki paling terbanyak yaitu 515 peserta. Masih
sedikitnya jumlah Akseptor KB AKDR karena masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui tentang efektivitas dari KB AKDR serta efek samping yang terjadi pada
penggunaan AKDR, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya minat
masyarakat untuk menggunakan KB AKDR di Desa Grogol Kec. Gunungjati yaitu
kurangnya Pengetahuan, faktor umur, pekerjaan, faktor pendidikan dan peran suami.
Dalam usaha pemerintah yang dilakukan oleh Desa Grogol Kec. Gunungjati yaitu
diantaranya memberikan penyuluhan untuk meningkatkan dan melestrikan jumlah
Akseptor KB AKDR yang masih rendah. Maka penulis tertarik untuk mengambil
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).”
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
desain croos sectional yang merupakan suatu penelitian yang mempelajari apakah ada
faktor-faktor (independen) dan penyebab, dimana melakukan observasi atau pengukuran
Ela Rohaeni dan Iis
1552 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Tempat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah di Desa Grogol Kec. Gunungjati yang dilaksanakan pada tanggal
13-14 juli 2019.
Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin diteliti oleh peneliti.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
akseptor KB yang tidak menggunakan AKDR. Adapun Sampel adalah objek yang
diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoadmodjo, 2010). Sample pada penelitian
ini adalah 30 ibu akseptor KB yang tidak menggunakan AKDR.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a) Umur
Table 1
Distrubusi Frekuensi Umur
Umur
20-35
>35
Frekuensi
21
9
Presentase
70%
30%
Jumlah: 30 100%
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden dalam
penelitian ini, frekuensi umur responden pada kategori 20-35 tahun yang paling
banyak yaitu sebanyak 21 orang (70 %).
b) Pendidikan
Table 2
Distrubusi Frekuensi tingkat pendidikan
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Frekuensi Presentase (%)
17 56,6%
10 33,4%
3 10%
0 0%
Jumlah: 30 100%
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui dari 30 responden yang diteliti,
frekuensi pendidikan responden pada kategori SD menduduki paling banyak
yaitu sebanyak 17 orang (56,6%), sedangkan yang berpendidikan SMP
sebanyak 10 orang (33,4%), yang berpendidikan SMA sebanyak 3 orang
(10%), dan yang Perguruan Tinggi 0 (0%) responden atau tidak ada yang
berpendidikan tinggi.
c) Paritas
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1553
Table 3
Distribusi Frekuensi Paritas
Frekuensi
22
8
Presentase (%)
73,4%
26,6%
Jumlah: 30 100%
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat dari 30 responden yang diteliti,
frekuensi paritas responden pada kategori >2 yang paling banyak yaitu
sebanyak 22 orang (73,4%) dan responden yang memiliki paritas <2 sebanyak
8 orang (26,6%).
d) Pekerjaan
Table 4
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Frekuensi
19
11
Presentase (%)
63,7%
36,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat 30 responden yang diteliti, frekuensi
pekerjaan responden pada kategori bekerja yang paling banyak sebanyak 19
orang (63,4%) dan yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (36,3%).
e) Pengetahuan
Tabel 5
Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan
Tidak Baik
Baik
Frekuensi
21
9
Presentase (%)
70%
30%
Jumlah: 30 100%
Berdasarkan Tabel 5, terlihat dari 30 responden yang diteliti, frekuensi
tingkat pengetahuan responden pada kategori tidak baik yang paling banyak
sebanyak 21 orang (70%) dan yang baik 9 orang (30%).
f) Peran Suami
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Peran Suami
Dukungan suami
Tidak mendapat dukungan
Mendapat dukungan
Frekuensi
20
10
Presentase (%)
80%
20 %
Jumlah: 30 100%
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat 30 responden yang diteliti, yang tidak
mendapat dukungan suami sebanyak 20 orang (80%) dan yang mendapat
dukungan suami sebanyak 10 orang (20%).
Ela Rohaeni dan Iis
1554 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
g) Sikap
Tabel 7
Distrubusi Frekuensi sikap responden
Sikap responden
Baik
Tidak baik
Frekuensi
12
18
Presentase (%)
40%
60%
Jumlah: 30 100%
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat dari dari 30 responden yang diteliti,
yang memiliki frekuensi sikap baik yaitu sebanyak 18 orang (60%) dan yang
memiliki sikap tidak baik yaitu sebanyak 12 orang (40%).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Umur dengan penggunaan AKDR
Tabel 8
Hubungan Umur akseptor KB dengan pengguna AKDR di Desa
Grogol Kec. Gunungjati
Umur
Akseptor KB
AKDR Tidak AKDR
N % N %
Total
N %
P. Value
20-35 tahun
10 33.3 11 36,7
21 70
>35 tahun
0 0 9 30
9 30
0.016
Total
10 33,3 20 66,7
30 100
Berdasarkan Tabel 8, dari 30 responden yang berumur 20-35 tahun
terdapat 10 (33,3%) responden yang menggunakan AKDR, dan 11 (36,7%)
responden yang tidak menggunakan AKDR, sedangkan dari 30 responden yang
berumur >35 tahun terdapat 9 (30%) responden yang tidak menggunakan
AKDR.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P. Value 0,016, hal ini
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penggunaan
AKDR.
b. Hubungan Pendidikan dengan pengguna AKDR
Tabel 9
Hubungan Pendidikan akseptor KB dengan pengguna AKDR di
Desa Grogol Kec. Gunungjati
Pendidikan
Akseptor KB
AKDR Tidak AKDR
N % N %
Total
N %
P. Value
SD
SMP
SMK
10 33,3 7 23,4
0 0 10 33,3
0 0 3 10
17 56.7
10 33,3
3 10
0,003
Total:
10 33,3 30 100
30 100
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1555
Dapat dilihat dari Tabel 9 bahwa dari dari 30 responden yang
berpendidikan SD sebanyak 10 (33,3%) responden yang menggunakan AKDR,
dan yang tidak menggunakan AKDR sebanyak 7 (23,4%) responden,
sedangkan yang berpendidikan SMP sebanyak 10 (33,3%) responden yang
tidak menggunakan AKDR dan yang berpendidikan SMK sebanyak 3 (10%)
responden tidak menggunakan AKDR.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P. Value 0,003<0,05. Hal
ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan
dengan penggunaan AKDR.
c. Hubungan paritas dengan penggunaan AKDR
Tabel 10
Hubungan paritas akseptor KB dengan pengguna AKDR di Desa
Grogol Kec. Gunungjati
Paritas
Akseptor KB
AKDR Tidak AKDR
N % N %
Total
N %
P. Value
>2
<2
10 33,3 12 40
0 0 8 26,7
22 73,3
8 26,7
0,020
Total:
10 33,3 20 66,7
30 100
Dari Tabel 10, dari 30 responden dapat diketahui bahwa yang
mempunyai anak >2 yang menggunakan AKDR sebanyak 10 (33,3%)
responden, dan yang tidak menggunakan AKDR sebanyak 12 (40%)
responden, sedangkan yang mempunyai anak <2 yang tidak menggunakan
AKDR sebanyak 8 (26,7%) responden.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai P. Value 0,020. Hal ini
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan penggunaan
AKDR.
d. Hubungan pekerjaan dengan pengguna AKDR
Tabel 11
Hubungan pekerjaan akseptor KB dengan pengguna AKDR di Desa
Grogol Kec. Gunungjati
Pekerjaan
Akseptror KB
AKDR Tidak AKDR
N % N %
Total
N %
P. Value
Tidak bekerja
Bekerja
0 0 20 66,6
10 33,4 0 0
20 66,6
10 33,4
0,003
Total:
10 33,4 20 66,6
30 100
Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa dari 30 responden yang tidak
bekerja sebanyak sebanyak 20 (66,6%) responden yang tidak menggunakan
AKDR, sedangkan yang bekerja sebanyak 10 (33,4%) responden yang
menggunakan AKDR.
Ela Rohaeni dan Iis
1556 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P. Value 0,003<0,05. Hal
ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
penggunaan AKDR.
e. Hubungan pengetahuan dengan penggunaan AKDR
Tabel 12
Hubungan pengetahuan akseptor KB dengan pengguna AKDR di
Desa Grogol Kec. Gunungjati
Pengetahuan
Akseptor KB
AKDR Tidak AKDR
N % N %
Total
N %
P. Value
Baik
Tidak baik
9 30 0 0
1 3,3 20 66,7
9 30
21 70
0,001
Total:
10 33,3 20 66,7
30 100
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa dari 30 responden yang
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 9 (30%) responden yang menggunakan
AKDR, sedangkan yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 1 (3,3%)
responden yang menggunakan AKDR, dan yang tidak menggunakan AKDR
sebanyak 20 (66,7%) responden.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilan P. Value 0,001<0,05 Hal ini
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
penggunaan AKDR.
f. Hubungan peran suami dengan penggunaan AKDR
Tabel 13
Hubungan peran suami akseptor KB dengan pengguna AKDR di
Desa Grogol Kec. Gunungjati
Peran suami
Akseptor KB
AKDR Tidak AKDR
N % N %
Total
N %
P. Value
Tidak mendapat dukungan
Mendapat dukungan
1 3,3 20 66,7
9 30 0 0
21 70
9 30
0,004
Total:
10 33,3 20 66,7
30 100
Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa dari 30 responden dapat diketahui
bahwa yang tidak mendapat dukungan yaitu sebanyak 1 (3,3%) responden yang
menggunakan AKDR, dan yang tidak menggunakan AKDR sebanyak 20
(66,7%) responden, sedangkan yang mendapat dukungan yaitu sebanyak 9
(30%) responden yang menggunakan AKDR.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai P. Value 0,004<0,05 Hal ini
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara peran suami dengan
penggunaan AKDR.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1557
g. Hubungan sikap dengan penggunaan AKDR
Tabel 14
Hubungan Sikap ibu terhadap penggunaan AKDR
di Desa Grogol Kec. Gunungjati
Sikap
Aseptor KB
AKDR Tidak AKDR
N % N %
Total
N %
P. Value
Baik
Tidak baik
9 30 0 0
1 3,3 20 66,7
9 30
21 70
0,002
Total:
10 33,3 20 66,7
30 100
Dari Tabel 12 terlihat dari dari 30 responden dapat diketahui bahwa sikap
ibu yang baik yaitu sebanyak 9 (30%) responden yang menggunakan AKDR,
sedangkan sikap tidak baik yaitu sebanyak 1 (3,3%) responden yang
menggunakan AKDR dan yang tidak menggunakan AKDR sebanyak 20
(66,7%) responden.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai P. Value 0,002<0,05 Hal ini
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan
penggunaan AKDR.
h. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menjaga kualitas penelitian seoptimal
mungkin dari mulai memilih desain penelitian sampai dengan diperolehnya
hasil penelitian, namun disadari dalam penelitian ini masih memiliki banyak
keterbatasan antara lain sebagai berikut:
1. Bias informasi
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah data primer yang diambil
secara langsung melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan
kuisioner. Bias informasi ini mungkin terjadi pada saat pengumpulan data
yaitu:
a) Teknik pengambilan data diambil secara langsung melalui wawancara
dan observasi dengan menggunakan kuesioner ini diperlukan adanya
keahlian atau penguasaan bahasa dan wawancaranya.
b) Instrument penelitian berupa kuisioner dengan pertanyaan dalam bentuk
tertutup yaitu kuisioner yang sudah disediakan alternatif jawabanya
sehingga responden kemungkinan tidak dapat mengemukakan jawabanya
dengan bebas.
B. Pembahasan
1. Hubungan Umur dengan penggunaan AKDR di Desa Grogol Kec. Gunungjati
Berdasarkan hasil penilitian diperoleh bahwa ibu ibu yang tidak memakai
AKDR lebih banyak pada ibu berusia 20-35 yaitu 11 (36,7%) dan yang berumur
>35 yaitu 9 (30%), meskipun perbedaanya tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil
analisis bivariat dengan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p-value 0,016
(p<0,05) yang artinya ada hubungan antara umur dengan penggunaan AKDR.
Ela Rohaeni dan Iis
1558 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
Menurut Nursalam mengatakan bahwa semakin bertambah usia tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan
bekerja. Pada diri seseorang semakin bertambahnya usia maka akan bertambah
pula kedewasaan dalam berfikir dan bertindak sehingga akan mempermudah
penerimaan informasi baru.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Nasution (2011) yang
mengatakan bahwa perempuan yang berusi lebih tua cenderung empat kali
mempunyai peluang menggunakan AKDR dibandingkan dengan perempuan yang
lebih muda dan perempuan PUS yang berusia kurang dari 30 tahun dominan
menggunakan Non MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang) seperti kondom,
suntik, dan pil KB. Sedangkan PUS yang berusia yang berusi lebih dari 30 tahun
dominan menggunakan MKJP, seperti implant, IUD. Usia dapat menjadi indicator
kematangan seorang perempuan secara biologis terutama mempengaruhi
kesuburan, masa reproduktif seorang wanita adalah antara 15-49 tahun, karena
usia 15 tahun dianggap sudah mulai berada dalam masa reproduktif dan usia 50
tahun dianggap sudah melewati masa reprodukti, resiko tinggi kehamilan dapat
timbul bila usia <18 tahun atau >35 tahun, untuk itu perlu dilakukan usaha
pencegahan kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi. (Apriluana, Khairiyati,
& Setyaningrum, 2016) mengatakan bahwa semakin bertambah usia tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan
bekerja. Pada diri seseorang semakin bertambahnya usia maka akan bertambah
pula kedewasaan dalam berfikir dan bertindak sehingga akan mempermudah
penerimaan informasi baru.
Menurut (Suryanti, 2019), juga mengungkapkan hal yang sama dalam
penelitianya, bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang dalam keikutsertaan KB, mereka yang berusia tua mempunyai
peluang lebih kecil untuk menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan yang
muda.
2. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian AKDR di Desa Grogol Kec.
Gunungjati
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa ibu yang memakai AKDR
cenderung yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 10 (33,5%) responden,
sedangkan ibu yang berpendidikan SMP sebanyak 7 (23,4%) responden tidak
menggunakan AKDR dan yang berpendidikan SMK sebanyak 3 (10%) responden
tidak menggunakan AKDR. Perbedaan proporsi antara ibu yang berpendidikan
SD dengan SMP jauh lebih besar untuk memakai AKDR. Sehingga terdapat
hubungan yang signifikan, dengan hasil uji statistick chi-square menunjukan nilai
p=0,003 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan penggunaan Kontrasepsi AKDR.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal, termasuk
pentingnya keikutsetaan dalam ber-KB, Namun pendidikan yang rendah bukan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1559
merupakan jaminan dalam melaksanakan suatu tindakan termasuk pemakaian
kontrasepsi AKDR begitu juga dengan seseorang yang berpendidikan tinggi tidak
menjamin untuk selalu menggunakan kontrasepsi AKDR.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Veronica et al.,
2019), semakin tinggi tingkat pendidikan jelas akan mempengaruhi secara pribadi
dalam berpendapat, berpikir, bersikap rasional mengambil suatu keputusan dan
tindakan, hal ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang dalam hal
pengetahuan akan hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya .
3. Hubungan Paritas dengan penggunaan AKDR di Desa Grogol Kecamatan Gunung
Jati
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang tidak menggunakan AKDR Lebih
banyak pada ibu yang memiliki >2 anak yaitu sebanyak 12 (40%) responden dan
ibu yang menggunakan AKDR yang mempunyai >2 anak yaitu sebanyak 10
(33,3%) responden sedangkan yang memiliki anak <2 yang tidak menggunakan
AKDR sebanyak 8 (26,7%) responden. Hasil uji statistik chi-square menunjukan
nilai p=0,020 atau (<0,05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas
dengan penggunaan AKDR.
Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi
keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Terdapat kecenderungan pada
ibu dengan jumlah anak banyak atau >2 anak, kemungkinan untuk menggunakan
AKDR lebih banyak dari pada ibu yang mempunyai <2 anak Kemungkinan
sedikit untuk menggunakan AKDR karena sedikitnya jumlah anak yang hidup.
Jumlah anak yang hidup atau paritas mempunyai kaitan erat dengan program
keluarga berencana karena dengan mengetahui jumlah anak akseptor dapat
diketahui pula tercapainya sasaran program keluarga berencana, selain itu juga
berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi, pada
umumnya semakin besar jumlah anak yang dimiliki kelangsungan penggunaan
alat kontrasepsi akan semakin tinggi hal ini karena anak yang diinginkan sudah
tercapai.
4. Hubungan Pekerjaan dengan pemakaian AKDR di Desa Grogol Kec. Gunungjati
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang tidak bekerja lebih banyak tidak
menggunakan AKDR yaitu sebanyak 20 (66,6) responden sedangkan ibu yang
memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 10 (33.4%) responden.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square menunjukkan nilai p = 0,003 atau
(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan penggunaan AKDR.
Berdasarkan wawancara ada salah satu seorang ibu mengatakan karena
biaya pemasangan AKDR lebih mahal dan kurangnya upah yang didapatkan maka
dari itu ibu yang tidak bekerja lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi Non
MKJP (Metode kontrasepsi jangka panjang) seperti suntik, dan pil KB.
5. Hubungan Pengetahuan dengan pemakaian AKDR di Desa Grogol Kec.
Gunungjati
Ela Rohaeni dan Iis
1560 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang tidak memakai
AKDR lebih banyak pada ibu yang berpengetahuan tidak baik yaitu sebanyak 20
(66,7%) responden, sedangkan ibu yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 9
(30%) responden yang memakai AKDR dan yang tidak menggunakan AKDR
sebanyak 1 (3,3%) responden. Perbedaan proporsi keduanya sangat cukup besar.
Hasil uji statistick chi-square menunjukan nilai p=0,001 atau (<0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan penggunaan AKDR.
Dalam memperkenalkan cara-cara kontrasepsi kepada masyarakat tidak
mudah untuk segera diterima karena menyangkut pengambilan keputusan oleh
masyarakat untuk menerima cara-cara kontrasepsi tersebut. Menurut rogers, ada
empat tahap untuk mengambil keputusan untuk menerima inovasi tersebut yaitu
tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan
keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Melalui tahap-tahap
tersebut inovasi bias diterima maupun ditolak.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penilitian yang dilakukan Amrina
(2011) yaitu sebanyak 42,5% responden memiliki pengetahuan baik tentang
AKDR hal yang sama juga ditunjukan dari hasil penelitian Prasetyo (2013)
distribusi pengetahuan responden menunjukan distribusi tertinggi adalah
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 45 responden (54%), baik sebanyak 25 (30%)
responden, dan buruk sebanyak 14 (17%). Dalam setiap penelitian didapatkan
hasil pengetahuan tentang AKDR yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan
masyarakat memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda, sehingga tingkat
pengetahuannya juga berbeda-beda. Berdasarkan pemahaman ini, seseorang dapat
memahami sesuatu secara keseluruhan. (Saragih, 2020) pernah mengatakan
bahwa tergugat sudah memahami arti, jenis, kegunaan, fungsi dan efek samping
KB. Oleh karena itu, dengan memahami AKDR secara jelas, narasumber dapat
menjawab pertanyaan tentang AKDR. Masalah perangkat, tetapi jika tergugat
tidak sepenuhnya memahami pengetahuan. Kurangi bicara tentang AKDR.
Menurut (Dharmawati & Wirata, 2016) yang mengutip (Apriluana et al.,
2016), pengetahuan dipengaruhi oleh umur, semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja, selain itu juga dipengaruhi oleh pendidikan dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin banyak pola pengetahuan yang dimiliki.
Menurut (Yanuarti & Dela, 2018), menyatakan bahwa masyarakat yang
berpendidikan rendah akan bersikap masa bodoh terhadap perkembangan
pengetahuan disekitarnya sehingga masyarakat tidak perduli terhadap informasi
atau sesuatu dari luar, rendahnya tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat
sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena itu sikap
masyarakat yang belum terbuka dengan hal-hal atau inovasi baru dan akan
mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki
juga kurang yang bias berdampak pada kehidupannya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1561
6. Hubungan Peran Suami dalam penggunaan AKDR di Desa Grogol Kec.
Gunungjati
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan suami
dalam pengambilan keputusan dalam penggunaan AKDR yaitu sebanyak 20
(66,7%) responden sedangkan yang mendapat dukungan yaitu sebanyak 10
(33,3%) responden peran suami sebagai motivator dalam pengambilan keputusan
keluarga berencana. Hasil uji statistick chi-square menunjukan nilai p=0,004 atau
(<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
peran suami dengan penggunaan AKDR.
Partisipasi suami yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu ingin
mengetahui apakah suami mendukung atau tidak, istri mereka untuk
menggunakan AKDR atau jenis alat kontrasepsi lainya, terdapat beberapa alasan
mengapa suami tidak mendukung istri menggunakan AKDR serta hal-hal apa saja
yang bisa suami lakukan dalammendukung istri menggunakan AKDR.
Peran suami sebagai motivator dalam pengambilan keputusan keluarga
berencana, Dukungan merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu
dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya yang dapat membuat penerima
merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dukungan keluarga merupakan salah
satu jenis dari dukungan sosial, interaksi timbal balik antara individu atau anggota
keluarga dapat menimbulkan hubungan ketergantungan satu sama lain. Dukungan
keluarga dapat berupa informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan
nyata, tindakan yang diberikan menimbulkan perasaan bahwa kehadiran orang
lain mempunyai manfaat emosional atau peran pada yang diberikan dukungan
(Saragih, 2020).
Dukungan sosial merupakan bantuan nyata atau tindakan yang diberikan
oleh keakraban social atau didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta
hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku penerima, dukungan
social terdiri dari informasi atau nasihat verbal dan non verbal, salah satu sumber
dari dukungan social yaitu suami yang diikat melalui hubungan perkawinan.
Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat
berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi perempuan sebagai istri
secara khusus dan didalam keluarga secara umum. Budaya patrilineal yang
menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masi banyak dianut sebagian besar
pola keluarga didunia menjadikan preferensi suami terhadap fertilitas dan
pandangan serta pengetahuanya terhadap program KB akan sangat berpengaruh
terhadap keputusan didalam keluarga untuk menggunakan alat kontrasepsi
tertentu. Diskusi antara suami istri mengenai bermacam-macam metode KB tidak
selalu menjadi persyaratan dalam pemakaian KB, namun tidak adanya diskusi
tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Novita, Qurniasih, Fauziah, &
Pratiwi, 2020), yang menyatakan terdapat hubungan antara peran suami dengan
penggunaan AKDR. Penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
Ela Rohaeni dan Iis
1562 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
seorang istri di dalam mengambil suatu keputusan untuk memakai atau tidak
memakai alat kontrasepsi membutuhkan persetujuan suami karena suami
dipandang sebagai kepala keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat
membuat keputusan dalam suatu keluarga. Pengetahuan yang memadai dapat
memotivasi suami untuk menganjurkan istrinya memakai alat kontrasepsi
tersebut.
7. Hubungan Sikap ibu dengan penggunaan AKDR di Desa Grogol Kec. Gunung
Jati
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap tidak baik cenderung
pada ibu yang tidak menggunakan AKDR yaitu sebanyak 20 (66,7 %) responden,
sedangkan yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 10 (33,3%)
responden. Proporsi ibu lebih banyak sikap yang tidak baik dan tidak
menggunakan AKDR dibandingkan sikap baik hal ini menunjukan hasil uji
statistik chi-square menunjukan nilai p=0,002 atau (<0,05) hal ini menunjukan
ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan penggunaan AKDR.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap berfungsi
menyesuaikan diri dengan tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan
pernyataan kepribadian seseorang.
sikap terbentuk karena adanya interaksi
seseorang terhadap lingkungan fiisik maupun sosial disekitarnya. (Suharyat,
2011), menyimpulkan beberapa hal tentang pengertian sikap, yaitu yang pertama
sikap kecenderungan bertindak, berpersepsi, dan berpikir dan merasa dalam
menghadapi objek, ide situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap,
kedua sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi ketiga sikap relative lebih
menetap, keempat sikap mengandung aspek evaluative dan kelima sikap timbul
dari pengalaman, tidak dibawah sejak lahir dan merupakan hasil belajar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Mulastin, 2016),
dikabupaten jepara dan penelitian (Fatimah, 2013), dikecamatan tanjung morawa
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan keikutsertaan
perempuan menggunakan AKDR. Hal ini dapat disebabkan karena responden
mempunyai pengetahuan yang baik tentang macam-macam alat kontrasepsi
sehingga mendukung pemakaian AKDR, pengetahuan mengenai suatu objek baru
menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak
sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap ini dapat bersikap
negatife dan positif , hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan (Sutanti,
2014) yang menyatakan bahwa penerimaan sikap dan perilaku didasari oleh
pengetahuan, karena tingginya pengetahuan responden juga mempengaruhi sikap
positif terhadap AKDR.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1563
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, serta pembahasan mengenai
“faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab rendahnya penggunaan alat kontrasepsi
dalam Rahim (AKDR) di Desa Grogol Kec. Gunungjati yang dilakukan terhadap 30
responden dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1) Ada hubungan yang signifikan
antara umur ibu dengan penggunaan AKDR (P. Value= 0,016). 2) Ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan penggunan AKDR (P. Value=0,003). 3) Ada
hubungan yang signifikan antara paritas dengan penggunaan AKDR (P. Value= 0,004).
4) Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan penggunan AKDR (P.
Value=0,003). 5) Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
penggunan AKDR (P. Value=0,001). 6) Ada hubungan yang signifikan antara peran
suami dengan penggunan AKDR (P. Value=0,004). 7) Ada hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan penggunan AKDR (P. Value=0,002)
Ela Rohaeni dan Iis
1564 Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020
BIBLIOGRAFI
Amrina, Syarah. (2011). Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku Ibu Usia Subur
tentang AKDR dalam Program Keluarga Berencana di Kelurahan 30 Ilir tahun
2011. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.
Dharmawati, IGAA, & Wirata, I. Nyoman. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan,
Umur, dan Masa Kerja dengan Tingkat Pengetahuan Keluarga Berencana. Jurnal
Kesehatan Gigi, 4(1), 1-5.
Efy, Meilly. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Rendahnya Pemakaian
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Usia Subur (PUS) di Puskesmas
Jagasatru Cirebon. Jurnal FKIP.
Erista, Dina Widya. (2015). Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pemilihan
Alat Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Desa Krakal Kecamatan Alian
Kabupaten Kebumen Tahun 2015. Repository. Universitas Negeri Semarang.
Fatimah, Dewi. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Rebo. Repository. UIN Syarif Hidayatullah.
Handayani. (2017). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Salemba
Medika
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. (2018). Bandung, diakses pada
tanggal 27 juli 2020 dari https.//jabar.bkkbn.go.id
Marmi. (2018). Buku Ajar Pelayanan KB. Celeban timur: Pustaka Pelajar
Mulastin, Asmawahyunita. (2016). Hubungan Sikap Ibu tentang Alat Kontrasepsi dalam
Rahim dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Rsia Kumala Siwi
Pecangaan Jepara. Jurnal Kesehatan dan Budaya, 3(01).
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rev Ed. Jakarta: Rineka
Cipta, 125.
Novita, Yana, Qurniasih, Nila, Fauziah, Nur Alfi, & Pratiwi, Amali Rica. (2020).
Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim
(AKDR) Pada Wus di Desa Wates Selatan Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu Tahun 2020. Jurnal Maternitas Aisyah (Jaman Aisyah), 1(3), 172181.
Profil Penduduk Indonesia Hasil Supas (2017). diakses pada tanggal 27 juli 2020 dari
https.//www.bps.go.id
Pratiwi, Niniek Lely, & Basuki, Hari. (2014). Health Seeking Behavior dan
Aksesibilitas Pelayanan Keluarga Berencana di Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 17(1), 4553.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Rendahnya Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Syntax Literate, Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1565
Prawiroharjo, Sarwono. 2017. Pedoman Tata Cara Kerja PLKB/PKB dalam Program
KB Nasional. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Suratun. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Kemenkes
Saragih, Hoglianta R. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasangan Usia
Subur dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR). Jurnal FK
Unand.
Suryanti, Yuli. (2019). Fakto-Faktor Yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang Wanita Usia Subur. Jambura Journal of Health
Sciences and Research, 1(1), 2029.
Sutanti, Henry. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemilihan
Kontrasepsi IUD pada Wanita Usia Subur. Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida, 1(1),
2431.
Veronica, Septika Yani, Safitri, Riska, & Rohani, Siti. (2019). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemakaian KB IUD PADA Wanita Usia Subur. Wellness
and Healthy Magazine, 1(2), 223230.