http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v5i12.1850 1701
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia pISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 5, No. 12, Desember 2020
PENGARUH WORLD OIL PRICE, KURS RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Sumatera Selatan, Indonesia
Abstract
This study aims to determine the influence among the World Oil Price, Rupiah
exchange rate and inflation on Indonesia's economic growth with a period of 10
years, between April 2010-April 2020. This research uses quantitative research
using secondary data. The analysis technique used is multiple regression analysis
assisted by the SPSS (Statistical Package For Social Sciences) program. The results
of this study indicate partially that the World Oil Price and Exchange Rate have a
significant positive effect on Economic Growth which means if the World Oil Price
increase then there will be an increase in Economic Growth. While inflation has no
effect on Economic Growth. Simultaneously, these variables affect economic
growth.
Keywords: world oil price; exchange rate; inflation; economic growth
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Harga
Minyak Mentah Dunia (World Oil Price), Kurs Rupiah dan Inflasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan kurun waktu 10 tahun yakni antara April
2010-April 2020. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda yang dibantu oleh program SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara parsial bahwa, World Oil Price dan kurs
rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang artinya
apabila ada kenaikan pada World Oil Price maka akan ada peningkatan pada
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan hasil uji F secara simultan variabel-variabel
tersebut berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Kata kunci: harga minyak dunia; kurs; inflasi; pertumbuhan ekonomi
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan menentukan kemajuan sosial, yaitu
evolusi progresif dari masyarakat yang melibatkan peningkatan kondisi manusia
selangkah lebih tinggi dari pada skala standar manusia berdasarkan kemajuan ekonomi.
Penekanan sisi sosial pembangunan ekonomi seharusnya tidak dipahami sebagai
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
1702 Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020
ditinggalkannya pertumbuhan ekonomi. Pencapaian ekonomi menciptakan dasar untuk
peningkatan standar kehidupan, perawatan medis yang memadai, perbaikan sistem
pendidikan dan redistribusi pendapatan yang lebih baik di masyarakat Indonesia.
Sehingga pertumbuhan ekonomi tetap menjadi prioritas. Sedangkan korelasi masalah
ekonomi dengan sosial yang harus mengarah pada pengembangan sistem ekonomi
nasional, terutama ketika krisis struktural menunjukkan bahwa batas-batas sistem
hampir tercapai.
Berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi sejak pertengahan abad ke-20 dan
seterusnya, minyak mentah telah menjadi salah satu indikator utama kegiatan ekonomi
di seluruh dunia, karena kepentingannya yang luar biasa dalam penyediaan permintaan
energi dunia. Saat ini pentingnya minyak mentah sebagai sumber energi utama telah
agak berkurang, karena munculnya bentuk-bentuk energi alternatif (seperti angin, air,
dan tenaga surya). Meskipun demikian, pentingnya minyak melebihi aspek ekonomi dan
mempengaruhi kehidupan sosial secara umum. Dengan demikian, pandangan yang
berlaku diantara para ekonom bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat
pertumbuhan suatu negara dan perubahan harga minyak. Persis seperti apa bentuk
hubungan ini dan bagaimana hal itu dapat dimodifikasi dan pertanyaan-pertanyaan lain
semacam itu adalah masalah yang bernilai luar biasa.
Harga minyak tetap menajadi faktor penting dari kinerja ekonomi global. Secara
keseluruhan kenaikan harga minyak menyebabkan transfer pendapatan dari mengimpor
ke negara-negara pengekspor melalui pergeseran dalam ketentuan perdagangan.
Kenaikan tergantung pada pangsa biaya minyak dalam pendapatan nasional, tingkat
ketergantungan pada minyak impor dan kemampuan pengguna akhir untuk mengurangi
konsumsi mereka dan beralih dari minyak. Secara alami, semakin besar harga minyak
meningkat dan harga yang lebih tinggi lagi berkelanjutan, semakin besar dampak
ekonomi makro. Untuk negara-negara pengekspor minyak bersih, peningkatan harga
secara langsung meningkatkan pendapatan nasional riil melalui pendapatan ekspor yang
lebih tinggi (Iea, 2020).
Minyak memiliki peranan yang penting dalam suatu ekonomi. Pergerakan harga
minyak memiliki implikasi berbeda bagi importir dan pengekspor minyak. Bagi
importir, penurunan harga minyak berarti turun biaya produksi, transportasi dan
pemanasan disektor yang tergantung pada minyak. Sebaliknya, penurunan harga minyak
menyebabkan penurunan pendapatan dari minyak dan karenanya penurunan
pengeluaran yang bergantung pada minyak untuk eksportir. Beberapa penelitian
memang menunjukkan bahwa harga minyak membantu meramalkan arah suatu ekonomi.
Menurut (Hamilton, 1983) sebagian besar resesi AS adalah akibat dari kenaikan harga
minyak. Termotivasi oleh ini, dekade terakhir telah melihat upaya yang dilakukan
mempelajari apakah harga minyak mempengaruhi (memprediksi) pasar saham. Menurut
(Narayan & Sharma, 2011) tidak hanya harga minyak yang mempengaruhi stok pasar,
tetapi pengaruhnya juga heterogen diberbagai sektor dari pasar.
Menurut (R. J. Gordon, n.d) mengatakan bahwa fluktuasi pertumbuhan ekonomi
dapat terjadi disebabkan akibat terjadinya pergeseran pada penawaran agregat, seperti
Pengaruh World Oil Price, Kurs Rupiah dan Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia
Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1703
terjadinya lonjakan pada harga minyak, kegagalan panen, perubahan iklim, ataupun
perubahan kebijakan yang mempengaruhi sisi produksi. Guncangan akibat dari
peningkat harga minyak akan menggeser AS (Aggregate Supply) ke kiri. Keseimbangan
baru terbentuk pada tingkat output yang lebih rendah (stagnasi) dan harga yang lebih
tinggi (inflasi). Selain harga minyak dunia yang terus bergejolak, guncangan eksternal
lain yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi lainya adalah nilai
tukar.
Penelitian yang dilakukan oleh (Dybczak, Voňka, & Van der Windt, 2008) yang meneliti
tentang shock harga minyak terhadap perekonomian di Republik Ceko yang
menunjukkan setiap kenaikan 20% harga minyak akan menyebabkan penurunan sebesar
1.5% terhadap pertumbuhan GDP jangka pendek dan 0.8% jangka panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh (Vinh, 2011) dengan judul The Impact of Oil
Price, Real Effective Exchange Rate and Inflation on Economic Activity: Novel Evidence
for Vietnam. Menunjukan hasil bahwa Harga minyak berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Penelitian yang dilakukan (Pardede, Hidayat, & Sulasmiyati, 2016) dalam
penelitiannya “Pengaruh Harga Minyak Mentah Dunia, Inflasi, suku bunga (Central
Bank Rate), dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
di ASEAN (Studi pada Indonesia, Singapura, dan Thailand Periode Juli 2013Desember
2015)” menyatakan bahwa harga minyak mentah dunia, inflasi, suku bunga (central
bank rate), dan nilai tukar (kurs) berpengaruh simultan terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura. Harga minyak mentah dunia dan nilai
tukar (kurs) berpengaruh parsial terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di
Indonesia dan Singapura.
Menurut (Shafi & Liu, 2014) dalam karyanya dengan judul “Oil Price
Fluctuation and Its Impact on Russian’s Economy: An Exchange Rate Exposure”,
menyatakan bahwa kenaikan harga minyak akan mempengaruhi secara positif terhadap
PDB.
Sementara itu (Bailliu, Lafrance, & Perrault, 2002), dengan judul “Does
Exchange Rate Policy Matters for Growth?”, menekankan pentingnya Framework
kebijakan moneter yang menyertai nilai tukar. Hal serupa dinyatakan oleh (Bacchetta &
Van Wincoop, 2000) dalam penelitiannya, yang menunjukkan bahwa baik sistem nilai
tukar fixed atau pun floating dapat memberikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi, dalam hal ini tergantung pada preferensi dan kebijakan moneter yang
menyertai aturan nilai tukar tersebut.
Hasil penelitian (Vaona, 2012) yang berjudul “Inflation and Growth in the Long
Run: A New Keynesian” menunjukkan bahwa Inflasi memiliki dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan tidak ada tingkat ambang inflasi yang ditemukan.
Hasil penelitian (Barro, 2013) yang berjudul “Inflation and Economic Growth”
menunjukkan bahwa Inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan dan
investasi.
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
1704 Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020
Hasil penelitian (Budi Susanto, 2013) yang berjudul “Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Lamongan”, menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian (Lubis, 2014) yang berjudul “Analisis Hubungan Antara Inflasi
dan Pertumbuhan Ekonomi: Kasus Indonesia”, menunjukkan bahwa korelasi antara
inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam tahun 1968-2012 adalah
berkorelasi negative sebesar 4,3%. Hubungan kausalitas satu arah terjadi terhadap
produk domestic bruto mempengaruhi indeks harga konsumen sebaliknya hubungan
kausalitas satu arah tidak terjadi terhadap indeks harga konsumen mempengaruhi
produk domestik bruto di Indonesia dalam tahun 1968-2012.
Hasil penelitian (Indriyani, 2016) yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi dan
Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2005-2015”,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengaruh inflasi dan suku bunga
terhadap Pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2005-2015. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia periode 2005-2015 atas inflasi dan suku bunga memiliki hubungan positif
signifikan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam tahun 1968-
2012.
Berdasarkan uraian diatas dan didukung oleh adanya research gap dari penelitian-
penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan
mengenai pengaruh World Oil Price, Kurs, dan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Penelitian ini diharapkan mampu mendalami masalah-masalah serta pengaruh
variabel eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia memberikan informasi
bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut serta penelitan ini
diharapkan agar bermanfaat bagi pemerintah serta otoritas moneter sebagai bahan
pertimbangan menentukan kebijakan makro ekonomi.
Metode Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang digunakan
dalam analisis ekonometrika pada penelitian ini adalah data time series bulanan periode
April 2010-April 2020. Adapun data yang digunakan adalah World Oil Price (Harga
Minyak Dunia), Kurs Rupiah terhadap dolar AS, Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia yang bersumber dari Badan Pusat Statitik (BPS) dan Bank Indonesia (BI).
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Menurut Cooper dan Schindler riset kuantitatif mencoba melakukan pengukuran yang
akurat terhadap sesuatu. Penelitian kuantitatif sering disebut antitesis atau lawan dari
penelitian kualitatif. Proses penelitian kuantitatif dimulai dari teori karena tujuan dari
penelitian kuantitatif ialah untuk menguji atau memverifikasi sebuah teori (Muhajirin &
Maya, 2017).
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda yang dibantu oleh program SPSS (Statistical Package For Social Sciences).
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik
Pengaruh World Oil Price, Kurs Rupiah dan Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia
Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1705
analisa statistik.
1.
Uji Asumsi Klasik
a)
Uji Normalitas. Untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak,
penelitian ini menggunakan uji Jarque Bera dengan ketentuan jika probabilitas
lebih besar dari 0,05 maka data tidak terkendala masalah normalitas.
b)
Uji Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gangguan yang
diakibatkan faktor-faktor dalam model tidak memiliki varian yang sama.
Penelitian ini menggunakan metode Park dengan ketentuan jika probabilitas
lebih besar dari 0,05 maka data tersebut dapat dinyatakan bebas dari masalah
heteroskedastisitas.
c)
Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Penelitian ini di uji
menggunakan Durbin Watson.
d)
Uji Multikolinieritas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent
variable). Jurnal ini melihat dari pengujian VIF (Variance Inflation Factor)
dan Tolerance, jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance lebih
besar dari 0.1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
e)
Uji Linieritas. Digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan Uji
Lagrange Multiplier. Jika c square hitung < chi square tabel maka model
yang benar adalah model linear.
2.
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi digunakan untuk melihat
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta memprediksi nilai variabel
terikat dengan menggunakan variabel bebas, analisis regresi digunakan terutama
untuk tujuan peramalan dalam model tersebut ada sebuah variabel dependen dan
berapa variabel independen. Adapun persamaan yang sering digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Hasil Penelitian
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
Tabel 1
Descriptive Statistics
N
Min
Max
Mean
Std.
Deviation
WTI
120
20.48
113.93
71.7198
22.59110
KURS
120
8500.00
16310.00
11958.0125
2141.64412
INFLASI
120
2.48
8.79
4.7923
1.69625
PDB
120
4.50
6.90
5.4892
.63359
Valid N
(listwise)
120
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
1706 Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020
Dari tabel Statistik Deskriptif diatas jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 120 observasi. Sehingga dapat dijelaskan hasil sebagai
berikut:
1. World Oil Price menunjukkan nilai minimum 20.48 dan maksimum 113.93
dengan mean atau rata-ratanya adalah 71.72 sedangkan standar deviasinya 25.60.
2. Kurs menunjukkan nilai minimum 85,000.00 dan maksimum 16,320.00
dengan mean atau rata-ratanya adalah 11,958.01 sedangkan standar
deviasinya 2,141.64.
3. Inflasi menunjukkan nilai minimum 2.48 dan maksimum 8.79 dengan mean
atau rata-ratanya adalah 4.80 sedangkan standar deviasinya 1.70.
4. Inflasi menunjukkan nilai minimum 4.50 dan maksimum 6.90 dengan mean
atau rata-ratanya adalah 5.49 sedangkan standar deviasinya 0.63.
2. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data dapat terdistribusi
secara normal. Penelitian ini menggunakan Skewness and Kurtosis.
Tabel 2
Descriptive Statistics
N
Skewness
Kurtosis
Statistic
Statistic
Std. Error
Statistic
Std. Error
Unstandardized
Residual
120
-
.333
.22
1
-
.146
.43
8
Valid N (listwise)
120
Perhitungan Nilai Skewness dan Kurtosis Rasio Skewness = −0.333
= -1.51
0.221
Rasio Kurtosis = - 0.146
0.438
= -0.33
Dilihat bahwa rasio kurtosis dan rasio skewness berada di antara -2 sampai
+2 dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal dan menunjukkan
bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
3. Uji Heterokedastisitas
Tabel 3
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
.032
2.366
.014
.989
WTI
-.022
.013
-.264
-1.742
.084
KURS
.000
.000
-.126
-.864
.389
INFLASI
-.062
.116
-.055
-.536
.593
a. Dependent Variable: LN_RES_KUADRAT
Pengaruh World Oil Price, Kurs Rupiah dan Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia
Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1707
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh nilai signifikansi dari
setiap variabel bebas (World Oil Price, Kurs, dan Inflasi) nilainya >0.05 yang
artinya tidak terdapat gejala heterokedastisitas pada model ini. Sehingga model
regresi yang baik dan ideal dapat terpenuhi.
4. Uji Autokorelasi
Tabel 4
Model Summary
b
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1
.846
a
.715
.708
.34231
.235
a. Predictors: (Constant), INFLASI, KURS, WTI
b. Dependent Variable: PDB
Berdasarkan Tabel diketahui nilai DW sebesar 0,235. Berdasarkan kriteria
pengambilan keputusan ialah apabila nilai DW di antara -2 sampai +2 berarti
tidak terjadi autokorelasi pada model tersebut.
5. Uji Multikolinieritas
Tabel 5
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
3.101
.426
7.278
.000
WTI
.011
.002
.395
4.780
.000
.358
2.790
KURS
.000
.000
.745
9.347
.000
.386
2.592
INFLASI
-.218
.021
-.583
-10.438
.000
.787
1.271
a. Dependent Variable: PDB
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Tolerance pada semua variabel
menunjukkan hasil < 0,1 begitupula dengan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) dari semua variabel menunjukkan hasil <10 sehingga bisa disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
6. Uji Linieritas
Tabel 6
Model Summary
b
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1
.069
a
.005
-.021
.34148748
a. Predictors: (Constant), INFLASI_2, KURS_2, WTI_2
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Hasil output menunjukkan bahwa nilai R Square pada model adalah 0,005
Dengan jumlah n
obs
erva
s
i
s
ebanyak 120, maka be
s
arnya nilai c
2
hitung adalah
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
1708 Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020
120 x 0,005=0.6. Nilai ini dibandingkan dengan c
2
tabel dengan df hitung
=120-3=117.
J
ika dibandingkan dengan nilai c
2
tabel 144.23.
Ol
eh karena nilai
c
2
hitung < dari c
2
tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa model yang benar
adalah model linear.
7. Uji Linier Berganda
Tabel 7
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
3.101
.426
7.278
.000
WTI
.011
.002
.395
4.780
.000
KURS
.000
.000
.745
9.347
.000
INFLASI
-.218
.021
-.583
-10.438
.000
a. Dependent Variable: PDB
Hasil analisis regresi linier berganda yang diperoleh dari uji kelayakan
model dengan koefisien untuk variabel bebas X1=0.011; X2=0.000; dan
X3= 0.218 dengan konstanta sebesar 3.101 maka model persamaan regresi
yang diperoleh adalah :
Y = 3.101+0.001X1 + 0,000X2 0.218 + e
Dengan perolehan nilai konstanta sebesar 3.101 secara matematis
menyatakan bahwa jika nilai variabel bebas X1, X2, dan X3 sama dengan nol
maka nilai Y adalah 3.101. Dengan kata lain, nilai Pertumbuhan Ekonomi tanpa
World Oil Price, Kurs, dan Inflasi adalah sebesar 3.101 poin. Adapun interprestasi
persamaan regresi linear berganda di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien regresi X1 (World Oil Price) dari perhitungan linier berganda
didapat nilai koefisien (b1) = 0.001. Hal ini berarti setiap ada peningkatan X1
(World Oil Price) maka Pertumbuhan Ekonomi akan mengalami peningkatan
sebesar 0.1% dengan anggapan variabel Kurs (X2) dan Inflasi (X3), adalah
konstan.
b. Koefisien regresi X2 (Kurs) dari perhitungan linier berganda didapat nilai
koefisien (b2) = 0.000. Hal ini berarti tidak ada keterkaitan antara X2 (Kurs)
dengan Jakarta Islamic Index (JII) dengan anggapan variabel X1 (World Oil
Price) dan X3 (Inflasi) adalah konstan.
c. Koefisien regresi X3 (Inflasi) dari perhitungan linier berganda didapat nilai
koefisien (b3)= 0.218. Hal ini berarti setiap ada peningkatan X3 (Inflasi)
maka Pertumbuhan Ekonomi akan mengalami penurunan sebesar 21.8%
dengan anggapan variabel variabel X1 (World Oil Price) dan X2 (Kurs)
adalah konstan.
Pengaruh World Oil Price, Kurs Rupiah dan Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia
Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1709
8. Uji Hipotesis Uji F
Tabel 8
ANOVA
a
Model
Sum of
Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
34.178
3
11.393
97.226
.000
b
Residual
13.593
116
.117
Total
47.771
119
a. Dependent Variable: PDB
b. Predictors: (Constant), INFLASI, KURS, WTI
Hasil perhitungan dapat diketahui bahwa F-statistic (Fhitung) sebesar
97.226 > f tabel yaitu 2.68 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, karena nilai
probabilitas kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak.
Jadi dapat dikatakan bahwa ada pengaruh keterkaitan yang signifikan antara
variabel X1 (World Oil Price), Kurs (X2) dan Inflasi (X3) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini sesuai dengan hipotesis 4 (H4 diterima).
9. Uji t
Tabel 9
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
3.101
.426
7.278
.000
WTI
.011
.002
.395
4.780
.000
KURS
.000
.000
.745
9.347
.000
INFLASI
-.218
.021
-.583
-10.438
.000
a. Dependent Variable: PDB
Hasil uji hipotesis (uji t) untuk variabel :
a. X1 (World Oil Price) diperoleh t-hitung sebesar 7.278 yang > t-tabel yaitu
1.65810 dan probabilitas sebesar 0,000. Nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05) maka dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Jadi dapat
dikatakan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara (World Oil
Price) dengan Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini sesuai dengan hipotesis 1 (H1
diterima).
b. X2 (Kurs Rupiah) diperoleh t-hitung sebesar 9.347 yang > t-tabel yaitu
1.65810 dengan probabilitas sebesar 0,000. Nilai probabilitas lebih kecil dari
0,05 (0,000 < 0,05) maka dengan demikian H2 diterima dan H0 ditolak. Jadi
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara Kurs
dengan Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini sesuai dengan hipotesis 2 (H2
diterima).
c. X3(Inflasi) diperoleh t-hitung sebesar -10.435 yang < t-tabel yaitu -1.65810
dan probabilitas sebesar 0,000. Nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,000
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
1710 Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020
< 0,05) maka dengan demikian H0 diterima dan H3 ditolak. Jadi dapat
dikatakan bahwa tidak ada pengaruh keterkaitan yang signifikan antara
Inflasi dengan Pertumbuhan Ekonomi .Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
3 (H3 ditolak).
10. Koefisien Determinasi (R Square)
Tabel 10
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1
.846
a
.715
.708
.34231
a. Predictors: (Constant), INFLASI, KURS, WTI
b. Dependent Variable : PDB
Berdasarkan output diatas diperoleh angka R2 (Adjusted R Square) sebesar
0.708 atau (70,80%). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen
X1 (World Oil Price), X2 (Kurs) dan X3 (Inflasi) terhadap variabel Y
(Pertumbuhan Ekonomi) sebesar 70,80%, atau dengan kata lain, bahwasannya
variasi variabel independen yang digunakan mampu menjelaskan sebesar
70,80% variasi variabel dependen Pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan sisanya
sebesar 29,20% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
B. Pembahasan
1.
Pengaruh World Oil Price terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada Perhitungan (World Oil Price) diperoleh t-hitung sebesar 7.278 yang
> t-tabel yaitu 1.65810 dan probabilitas sebesar 0,000. Nilai probabilitas lebih
kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Berdasarkan penelitian statistik dengan
menggunakan SPSS 24 tersebut dapat terlihat bahwa World Oil Price
berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Artinya apabila
ada kenaikan pada World Oil Price maka akan ada peningkatan pada
Pertumbuhan Ekonomi. Sejalan dengan Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
merupakan salah satu teori pertumbuhan ekonomi modern, teori ini menekankan
arti pentingnya pembentukan investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Negara
Indonesia telah menjadi negara importir minyak dunia sejak tahun 2004.
Meskipun demikian, Indonesia juga merupakan salah satu negara produsen
minyak mentah dan minyak olahan yang diekspor ke luar negeri, sehingga dalam
artian Indonesia juga akan diuntungkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang
tentu akan diikuti dengan kenaikan harga jual ICP (Indonesian Crude Price).
Selain itu, kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan permintaan
terhadap sumber energi alternatif lainnya seperti gas alam dan batu bara yang
merupakan komoditas ekspor unggulan di Indonesia.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari (Vinh, 2011) dan (Shafi &
Liu, 2014) yang menyatakan bahwa Harga minyak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Pengaruh World Oil Price, Kurs Rupiah dan Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia
Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1711
2.
Pengaruh Kurs Rupiah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dari hasil perhitungan secara langsung variabel Kurs Rupiah diperoleh t-
hitung sebesar 9.347 yang >t-tabel yaitu 1.65810 dengan probabilitas sebesar
0,000. Nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang artinya Nilai
Tukar mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Dalam perekonomian terbuka, kurs yang tidak stabil
dipengaruhi oleh kinerja impor yang negatif. Pergerakan nilai tukar yang
melemah menandakan neraca perdagangan Indonesia sedang mengalami defisit,
ini disebabkan oleh impor yang lebih besar daripada ekspor. Perusahaan-
perusahaan di Indonesia cenderung lebih banyak melakukan impor barang-
barang modal guna melakukan kegiatan produksi. Meningkatnya impor dan
menurunnya ekspor Indonesia akan menyebabkan melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing. Sehingga biaya untuk membeli barang impor
menjadi lebih mahal. Dampak dari meningkatnya biaya impor barang akan
membuat biaya produksi juga meningkat, perusahaan akan cenderung
menaikkan harga barang. Naiknya harga barang dalam negeri akan membuat
ekspor meningkat karena nilai tukar melemah sehingga harga diluar negeri
menjadi lebih mahal. Meningkatnya ekspor akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia juga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Vinh,
2011) yang menjelaskan bahwa Kurs memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
3.
Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil perhitungan uji t dalam penelitian ini, diketahui bahwa inflasi secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal itu ditunjukkan oleh nilai t-hitung -10.435 yang < t-tabel yaitu -1.65810 dan
probabilitas sebesar 0,000.. Berdasarkan hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan, inflasi yang terjadi selama periode penelitian termasuk
dalam kategori inflasi ringan yaitu dibawah 10%. Inflasi yang rendah tidak
terlalu mempengaruhi harga-harga secara keseluruhan. Tidak adanya perubahan
permintaan dan penawaran membuat konsumsi masyarakat juga tetap/tidak
berubah. Sehingga perekonomian di Indonesia tidak terpengaruh oleh inflasi
selama periode penelitian. Menurut (Putong, 2013) menyebutkan bahwa
ketiadaan inflasi menandakan tidak adanya pergerakan positif dalam
perekonomian karena relatif harga-harga tidak berubah dan ini jelas akan
melemahkan sektor industri. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Indriyani, 2016) yang menyebutkan bahwa Inflasi memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
1712 Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020
4.
Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar dan Inflasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Hasil uji F dalam penelitian ini menyatakan bahwa Harga Minyak Dunia
(X1), Nilai Tukar (X2) dan Inflasi (X3) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Y) yang ditunjukkan oleh
koefisien F sebesar 0.708 dengan signifikansi 0,000. Besarnya Harga Minyak
Dunia, Nilai Tukar dan Inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah
70,80%, (Adjusted R2). Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
selain dipengaruhi oleh harga minyak dunia, nilai tukar dan inflasi sebesar
70,80%, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya diluar faktor yang diteliti
dan dianalisis dalam penelitian ini sebesar 29,20%. Pengaruh tersebut terjadi
karena minyak dunia merupakan sumber energi yang menjadi faktor produksi
utama untuk menghasilkan output barang maupun jasa. Nilai tukar sebagai
faktor perdagangan internasional yakni ekspor maupun impor yang berpengaruh
terhadap pendapatan negara. Sedangkan inflasi merupakan indikator permintaan
dan penawaran dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap output yang akan
diproduksi. Sehingga setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen
akan berpengaruh terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa terdapat pengaruh
keterkaitan yang signifikan antara Harga Minyak Mentah Dunia (World Oil Price) dan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Dalam pengujian Uji Regresi, Harga Minyak Mentah
Dunia (World Oil Price) berbanding lurus dengan Pertumbuhan Ekonomi sehingga
apabila terjadi peningkatan dalam Harga Minyak Mentah Dunia (World Oil Price) maka
Petumbuhan Ekonomi di Indonesia juga akan naik dan Terdapat pengaruh keterkaitan
yang signifikan antara Kurs dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Tidak terdapat pengaruh keterkaitan yang signifikan antara Inflasi dan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Dalam pengujian Uji Regresi, Inflasi berbanding
terbalik dengan Pertumbuhan Ekonomi sehingga jika terjadi peningkatan pada Inflasi
maka akan terjadi penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi.
Secara simultan terdapat pengaruh keterkaitan yang signifikan antara Harga
Minyak Mentah Dunia (World Oil Price), Kurs, Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia. Besarnya pengaruh ketiga variabel makro tersebut sebesar 70.8% yang dapat
diartikan bahwa 29.2% pengaruh terhadap Pertumuhan Ekonomi berada pada variabel
makro lainnya.
Pengaruh World Oil Price, Kurs Rupiah dan Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia
Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020 1713
BIBLIOGRAFI
Bacchetta, Philippe, & Van Wincoop, Eric. (2000). Does Exchange-Rate Stability
Increase Trade and Welfare? American Economic Review, 90(5), 10931109.
Bailliu, J., Lafrance, R., & Perrault, J. F. (2002). Does Exchange Rate Policy Matter for
Growth? Canada: Working Paper 17.
Barro, Robert J. (2013). Inflation and Economic Growth. Journal Annals of Economics
and Finance, 14(1), 121144.
Budi Susanto, Aris. (2013). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Inflasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lamongan. Jurnal Pendidikan
Ekonomi (JUPE), 1(3).1-18
Dybczak, Kamil, Voňka, David, & Van der Windt, Nico. (2008). The Effect of Oil Price
Shocks on The Czech Economy. Czech Natl Bank Work Pap Ser, 5. 1-49
Hamilton, James D. (1983). Oil and The Macroeconomy Since World War II. Journal
of Political Economy, 91(2), 228248.
Iea. (2020). World Energy Outlook: The gold standard of energy analysis. Retrieved
from iea.org website: https://www.iea.org/topics/world-energy-outlook
Indriyani, Siwi. (2016). Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 20052015. Jurnal Manajemen Bisnis
Krisnadwipayana, 4(2), 1-11.
Lubis, Ismail Fahmi. (2014). Analisis Hubungan antara Inflasi dan Pertumbuhan
Ekonomi: Kasus Indonesia. Quantitative Economics Journal, 3(1), 41-52.
Muhajirin, Muhajirin, & Maya, Panorama. (2017). Pendekatan Praktis: Metode
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Idea Press.
Narayan, Paresh Kumar, & Sharma, Susan Sunila. (2011). New Evidence on Oil Price
and Firm Returns. Journal of Banking & Finance, 35(12), 32533262.
Pardede, Noel, Hidayat, Raden Rustam, & Sulasmiyati, Sri. (2016). Pengaruh Harga
Minyak Mentah Dunia, Inflasi, Suku Bunga (Central Bank Rate) dan Nilai Tukar
(Kurs) Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Di ASEAN (studi
Pada Indonesia, Singapura, dan Thailand Periode Juli 2013Desember 2015).
Jurnal Administrasi Bisnis, 39(1), 130138.
Putong, Iskandar. (2013). Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Shafi, Khuram, & Liu, Hua. (2014). Oil Prices Fluctuations and Its Impact on Russian’s
Economy; An Exchange Rate Exposure. Asian Journal of Economic Modelling,
Siti Juariah, Maya Panorama dan Rinol Sumantri
1714 Syntax Literate: Vol. 5, No. 12, Desember 2020
2(4), 169177.
Vaona, Andrea. (2012). Inflation and Growth in the Long Run: A New Keynesian
Theory and Further Semiparametric Evidence. Macroeconomic Dynamics, 16(1),
94132.
Vinh, Nguyen Thi Thuy. (2011). The Impact of Oil Prices, Real Effective Exchange
Rate and Inflation on Economic Activity: Novel Evidence for Vietnam. Vietnam:
Kobe University. 1-31.