Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 5, No. 12, Desember 2020
����������
PENGEMBANGAN
SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN KACANG� PANJANG
(Vigna sinensis L.) DAN EKSTRAK SELEDRI� (Apium
graveolens L.) UNTUK PERTUMBUHAN RAMBUT KELINCI
Subur Widodo dan Anny
Victor Purba
Magister Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta, Indonesia
Email:
[email protected] dan [email protected]
Abstract
Hair loss is a common problem
that occurs in society so that it encourages researchers to innovate to develop
an effective formula that can prevent hair loss and stimulate hair growth. The purpose of this research is obtained
a combination extract kacang panjang leaves and extract herba ceous celery the
growth of hair. This
research method is qualitative and quantitative experimental research with invivo
techniques. Extract kacang panjang leaves and extract herba ceous celery
obtained from maceration used ethanol 70% then evaporation obtained extract
viscous. Comparison concentration extract kacang panjang leaves and extract
herba ceous celery used ( 3,75% : 5%), (7,5% : 10%) and (15% : 20 %). The
growth of hair activity carried out using the tanaka methods with the
observation for 35 day used male rabbit, parameters examined is long hair and
weights hair. The conclusion of this research is combination extract kacang
panjang leaves and extract herba ceous celery the best against growth hair on
comparison 7,5% : 10% later made in formulation gel. Accelerate the growth of
hair with an average length of the hair 2,307 cm and weights hair 388,7 mg. Gel
made stable at temperature 4OC and 25OC for 3 months, as
well as not irritation a rabbit skin.
Keywords: extract kacang panjang leaves; herba ceous celery extract; gel ��preparation; stability test and irritation test.
Kerontokan rambut
merupakan masalah umum yang terjadi di masyarakat sehingga mendorong para peneliti untuk berinovasi
mengembangkan suatu formula efektif yang dapat mencegah kerontokan rambut dan
merangsang pertumbuhan rambut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri yang
paling efektif dan dapat diformulasi ke dalam sediaan gel yang memiliki
aktifitas terhadap pertumbuhan rambut. Metode penelitian ini adalah penelitian
eksperimental kualitatif dan kuantitatif dengan teknik in vivo. Ekstrak daun
kacang panjang dan ekstrak herba seledri diperoleh dari maserasi dengan
menggunakan etanol 70% kemudian evaporasi didapat ekstrak kental. Perbandingan
konsentrasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri yang
digunakan (3,75% : 5%), (7,5% : 10%) dan (15% : 20%). Uji aktifitas pertumbuhan
rambut dilakukan menggunakan metode Tanaka dengan pengamatan selama 35 hari
dengan menggunakan kelinci jantan, parameter yang diamati adalah panjang rambut
dan bobot rambut. Kesimpulan penelitian ini adalah kombinasi ekstrak daun
kacang panjang dan ekstrak herba seledri yang paling baik terhadap� pertumbuahn rambut pada perbandingan 7,5% :
10% kemudian dibuat dalam sediaan gel,mempercepat pertumbuhan rambut dengan
rata-rata panjang rambut 2,307 cm dan bobot rambut 388,7 mg, sediaan gel yang
dibuat stabil pada suhu 4�C dan 25�C selama 3 bulan, serta tidak mengiritas kulit kelinci.
Kata kunci
: ekstrak daun kacang panjang; ekstrak
herba seledri; sediaan gel; uji�
�stabilitas dan uji
iritasi. ���
Rambut adalah mahkota
manusia yang berfungsi sebagai proteksi terhadap lingkungan luar, rangsangan
mekanis, dan rangsangan
kimia. Kerontokan rambut merupakan masalah umum yang terjadi di masyarakat sehingga
mendorong para
peneliti untuk berinovasi mengembangkan
suatu formula efektif yang dapat mencegah kerontokan rambut dan merangsang
pertumbuhan rambut.
Menurut Sari & Wibowo, rambut
rontok merupakan salah satu masalah serius yang dialami oleh pria dan wanita.
Faktor yang menyebabkan rambut rontok dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan kerontokan rambut antara
lain kelainan genetis, kondisi hormon, penyakit sistemik, status gizi, maupun
intoksikasi. Sementara faktor eksternal, antara lain stimulus dari lingkungan,
maupun penggunaan kosmetik rambut yang tidak cocok dengan kondisi rambut.
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan tidak normalnya siklus dan batang rambut,
kerusakan folikel rambut hingga dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan rambut (Sari & Wibowo,
2016 dalam Fenita Shoviantari, Zefia Liziarmezilia, Adventa Bahing, Lia
Agustina, 2019). �
Semwal,D.et al mengungkapkan bahwa mekanisme
umum yang menyebabkan kerontokan pada rambut yaitu kurangnya aliran darah ke
kepala serta folikel rambut mengakibatkan akar rambut lemah dan kurang nutrisi.
Folikel dan akar rambut yang lemah memicu produksi dihidroteststeron (DHT) (Semwal, D. et al, 2016
dalam Riska Nurul Hidayah,, Dolih Gozali, Rini Hendriani, Resmi Mustarichie,
2020).
Dalam mengatasi masalah kerontokan rambut, para ilmuwan dan masyarakat pada umumnya berupaya membuat terobosan melalui uji coba atau eksperimen dengan menggunakan bahan sintetis maupun bahan alam.
Sesuai
sifat alaminya, manusia selalu berusaha mencukupi kebutuhan dengan memanfaatkan
segala sesuatu yang ada di sekitarnya, termasuk untuk kebutuhan pangan dan
obat-obatan. Pengobatan sendiri merupakan budaya yang telah berkembang lama sebelum
teori-teori pengobatan modern ditemukan.
Sejak ribuan
tahun silam, nenek
moyang bangsa Indonesia telah memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitar
untuk pengobatan. Bagi generasi berikutnya, hal
tersebut dapat menjadi data empiris yang mampu membuktikan klaim khasiat tumbuhan
yang telah digunakan secara turun-temurun sebagai obat (Mulyanti, Nurhayati,
& Ariska, 2014).
Nurjanah & Krisnawati juga mengungkapkan bahwa produk
kosmetika untuk mengatasi masalah kerontokan rambut dapat berasal dari bahan
alam maupun sintetis. Salah satu bahan aktif yang dapat digunakan sebagai anti
kerontokan rambut adalah Minoksidil. Penggunaan Minoksidil sebagai penyubur
rambut memungkinkan timbulnya efek samping seperti alergi kulit, sakit kepala,
vertigo, edema sampai hipotensi (Nurjanah
& Krisnawati, 2014 dalam Fenita Shoviantari, Zefia
Liziarmezilia, Adventa Bahing, Lia Agustina, 2019).
Sumber lain mengatakan beberapa efek samping lain
yang timbul karena penggunaan dua obat sintetis ini adalah dermatitis, iritasi
kulit atau alergi, gatal-gatal, dan eritema. Efek samping ini menyebabkan
obat herbal sering merupakan pilihan untuk mengatasi kerontokan rambut dan
merangsang pertumbuhan rambut (Varothai,
2014 dalam Muhammad Alka Fakhrizal dan Kurnia Hadi Saputra, 2020).
Dengan banyaknya efek samping dari penggunaan
bahan-bahan sintetis, konsep hidup kembali pada alam mulai diminati oleh
masyarakat dan didukung pula dengan melimpahnya kekayaan alam di Indonesia (Nurjanah
& Krisnawati, 2014 dalam Fenita Shoviantari, Zefia Liziarmezilia, Adventa
Bahing, Lia Agustina, 2019).
Saat ini masyarakat sudah banyak beralih
memilih menggunakan bahan alam atau tumbuhan
sebagai pilihan kosmetika yang dianggap tidak memiliki efek samping. Tumbuhan yang banyak digunakan dalam mengatasi kerontokan rambut adalah
daun mangkokan (Nothopanax scutellarium
Merr), daun teh
hijau (Camellia sinensis L), herba pegagan
(Centella asiatica L), daun pare (Momordica charantia L), daun kacang
panjang (Vigna sinensis L), dan herba seledri (Apium graveolens L). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah dan Maria Krisnawati membuktikan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari tiga sampel hair tonic lidah mertua dan
seledri untuk rambut rontok.
Kondisi
kerontokan rambut sebelum penggunaan hair tonic rata-rata 102 helai rambut
rontok per harinya, setelah penggunaan hair tonic dapat berkurang rata-rata 48
helai selama 8 kali perlakuan (Nurjanah
dan Maria Krisnawati (2014).
�
Hasil penelitian (Kuncari, dkk (2015:16), juga mengungkapkan bahwa seledri (Apium graveolens linn) termasuk dalam suku Apiaceae telah diteliti dan diketahui dapat memacu pertumbuhan rambut. Daun seledri mengandung senyawa apiin, apigenin, manitol, inositol, asparagina, glutamina, kolina, linamarosa kalium dan natrium. Apigenin terbentuk dari proses hidrolisis apiin (glikosida flavonoid) yang dibantu oleh asam lambung (HCL) dan merupakan zat aktif yang berkhasiat untuk mengatasi inflamasi. Apigenin ini merupakan kandungan kimia utama pada seledri dan diketahui mempunyai aktivitas sebagai vasodilator yang juga dapat memacu pertumbuhan rambut. Kandungan seledri yang kaya ftalides, magnesium, apigenin dan kalium sangat baik untuk pembuluh darah, ternyata turut berperan dalam memacu pertumbuhan rambut (Kuncari, dkk (2015:16).
(Rahayu (2017:87), memperjelas bahwa seledri memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Seledri banyak mengandung kalsium, zat besi, natrium, vitamin A dan B. Seledri juga dikenal sebagai bahan alami yang mampu mencegah kebotakan rambut (mencegah rambut rontok). Seledri digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan rambut, membuat rambut tumbuh sehat dan berkilau. Kemampuan seledri dalam menutrisi rambut tak hanya berlaku untuk orang dewasa. Khasiat seledri sebagai penyubur rambut juga dapat digunakan untuk menyuburkan rambut bayi (Rahayu (2017:87).
Seledri (Apium graveolens L.)
dalam suku Apiaceae telah diteliti dan diketahui dapat memacu
pertumbuhan rabut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahayu menunjukkan bahwa
seledri berkhasiat sebagai penyubur rambut dari penelitian tersebut diketahui
bahwa flavonoid dan saponin adalah senyawa kimia yang berperan dalam memacu pertumbuhan
rambut. Saponin mempunyai kemampuan untuk membentuk busa yang berarti mampu
membersihkan kulit dari kotoran serta sifatnya sebagai counteriritan, yang dapat
meningkatkan sirkulasi darah perifer sehingga meningkatkan pertumbuhan rambut.
Flavonoid mempunyai aktivitas sebagai bakterisida sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan (Hexi
Tri Prima Putra, 2013 dalam Latifah Khoirani Siregar, 2019).
Selain seledri, beberapa penelitian tanaman kacang panjangpun mulai dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan rambut. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh (Galih Dwi Mulyanti, Yuni Nurhayati dan Ananda Ariska (2019)), bahwa formulasi sediaan hair tonic perasan daun kacang panjang memiliki efek dapat meningkatkan pertumbuhan rambut kelinci jantan. Dan disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi perasan daun kacang panjang yang diberikan pada tiap perlakuan, maka semakin cepat pertumbuhan rambut.
Menurut (Setyo
Nur Arifin, Dina Pratiwi, Abdul Aziz Setiawan. (2017)) mengungkapkan tanaman kacang panjang mengandung
flavonoid. Pada penelitiannya yang dilakukan docking menggunakan reseptor
androgen dengan kode PDB 2AM9. Senyawa uji yang digunakan yaitu flavonoid dan
dengan obat pembanding minoxidil. Molecular
docking digunakan untuk memprediksi kompleks
struktur ligan dengan protein reseptor. Kemudian skor hasil docking senyawa
flavonoid dibandingkan dengan skor docking minoxidil yang merupakan obat
penumbuh rambut. Nilai
RMSD yang di bawah 2 � menunjukkan
bahwa konformasi antara ligan dan protein yang terbentuk stabil. Hasil validasi
pada reseptor androgen yaitu 0.762 �.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Formulasi
Sediaan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang (Vigna
sinensis (L.) Savi ex Hassk) dan
Ektrak Herbal Seledri (Apium graveolens
L.) untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi pada masyarakat dalam memanfaatkan jenis bahan alam
yang diteliti untuk mengatasi kerontokan rambut.
Metode
Penelitian
Penelitian ini adalah
penelitian eksperimental kualitatif dan kuantitatif dengan teknik in vivo untuk mengetahui laju pertumbuhan rambut kelinci setelah pemberian olesan gel dari kombinasi ekstrak daun kacang panjang
dan ekstrak herbal seledri,
serta untuk melihat karakteristik sediaan dan stabilitas sediaan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi daun
kacang panjang (Vigna sinensis L.), herba seledri (Apium graveolens L.), carbopol 940 0,5%, trietanolamin, propilenglikol, metil paraben, dan natrium metabisulfit. Digunakan alat berupa timbangan
analitik, homogenizer
Hsiangtai, viskometer, penetrometer, pH meter, mortar, dan alat-alat gelas.
Tahapan
dalam
penelitian ini meliputi determinasi tanaman, pembuatan
simplisia, pembuatan ekstrak kental dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 70%, skrining fitokimia untuk menentukan keberadaan senyawa golongan
saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, glikosida, fenolik, steroid, dan
triterpenoid. Pemeriksaan karakterisasi dan mutu ekstrak yang meliputi
pemeriksaan organoleptik, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, susut
pengeringan, dan kadar air. Selanjutnya dibuat suatu seri konsentrasi ekstrak etanol daun kacang
panjang diencerkan hingga diperoleh
konsentrasi 5%, 10
%, dan 15
% serta ekstrak etanol herba seledri diencerkan hingga konsentrasi
2,5 %, 5 %, dan 7,5
% menggunakan
pelarut etanol 70%.
����������� Masing-masing ekstrak dan kombinasi
ekstrak diuji aktivitasnya sebagai penumbuh rambut dengan metode Tanaka et al. (Amelia
Febriani , Berna Elya, Mahdi Jufri,2016)) menggunakan
hewan percobaan kelinci jantan. Punggung
kelinci dicukur sebanyak 6 daerah dengan ukuran 2 cm x 2 cm. Tiap daerah dioleskan
zat berbeda berupa sediaan pasaran sebagai kontrol positif, etanol sebagai kontrol negatif, tidak dioleskan apa-apa sebagai kontrol normal, dan 3 daerah lainnya dioleskan ekstrak dengan konsentrasi berbeda. Untuk uji aktivitas digunakan konsentrasi kombinasi ekstrak daun kacang panjang
dan ekstrak herba daun seledri sebesar
3,75% dan 5%, 7,5% dan10%, serta 15% dan 20%. Pengolesan dilakukan sebanyak 2 x sehari sebanyak 1gram zat. Pengamatan dilakukan selama 35 hari dan dilakukan pengambilan 6 helai rambut kelinci
dari masing-masing daerah setiap 7 hari. Rambut diukur panjangnya
menggunakan jangka sorong. Pada hari ke-35 rambut dicukur kemudian ditimbang. Kemudian dilakukan pengembangan dengan 3 formula berikut:
Tabel
1
Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang dan
Ekstrak Herba
Seledri
Bahan |
Konsentrasi (%) |
|
|
F1 |
F2 |
|
|
Ekstrak daun kacang panjang |
- |
10 |
|
Ekstrak herbal seledri |
- |
7,5 |
|
Carbophol 940 |
0,5 |
0,5 |
|
Triaethanolamin |
0,5 |
0,5 |
|
Propilenglikol |
10,0 |
10,0 |
|
Methyl Paraben |
0,1 |
0,1 |
|
Natrium Metabisulfit |
0,8 |
0,8 |
|
Aquadest |
Ad 100% |
Ad 100% |
|
Pembuatan sediaan gel dilakukan menggunakan carbophol
940 dengan berbagai variasi konsentrasi. Carbophol
dikembangkan dalam air panas dengan suhu > 80o C selama 24 jam. TEA
ditambahkan sedikit demi sedikit
sambil dihomogenkan dengan homogenizer sampai terbentuk basis gel. Kemudian ditambahkan
propilenglikol dan ditambahkan
metil paraben yang sudah dilarutkan dengan sebagian propilenglikol. Setelah itu, dilarutkan natrium metabisulfit menggunakan sebagian campuran tersebut lalu dimasukkan
ke dalam campuran yang tersisa. Kemudian ditambahkan ekstrak daun
kacang panjang dan ekstrak herbal seledri, lalu ditambahkan aquadest hingga 100%.� Semua
bahan yang telah tercampur dihomogenkan dengan homogenizer. Diamati homogenitas dan stabilitas sediaan. Dilakukan
optimasi kecepatan sebesar 100, 200, dan 300 rpm dengan waktu
pengadukan 20 menit. Setelah itu, dilakukan optimasi waktu pengadukan selama 15, 20, dan 30 menit dengan kecepatan
pengadukan optimum yang telah
ditentukan. Dilakukan evaluasi sediaan yang meliputi uji organoleptik, homogenitas, penentuan viskositas dan sifar alir, uji daya sebar, dan evaluasi pH.
Sediaan diuji aktivitas
penumbuh rambutnya dengan metode Tanaka et.al (Amelia
Febriani, Berna Elya, Mahdi Jufri, 2016), sama seperti uji aktivitas
pertumbuhan rambut ekstrak menggunakan kelinci jantan.
Perbedaannya adalah pada uji aktivitas sediaan daerah punggung kelinci dioleskan
minoksidil sebagai kontrol positif, basis gel sebagai kontrol negatif, tidak
dioleskan apa-apa sebagai kontrol normal, dioleskan gel formula 1, formula 2,
dan formula 3.
Selanjutnya dilakukan pengujian
stabilitas pada suhu penyimpanan 4�2 oC, 25�2 oC, dan 40�2 oC
selama 3 bulan. Dilakukan
pula uji stabilitas
freeze
thaw terhadap
semua formula beserta basis selama tiga kali sirkulasi. Pada setiap sirkulasi
diamati terjadinya sineresis. Stabilitas ditentukan dengan melakukan evaluasi organoleptik, pH, daya
sebar, viskositas,
dan sifat alir.
Selain itu, dilakukan uji iritasi sesuai dengan peraturan Kepala Badan POM Nomor 7 tahun
2014 tentang pedoman toksisitas nonklinik secara in vivo. Hewan uji yang digunakan
adalah kelinci albino sehat, berbobot �2 kg, dicukur pada daerah punggung seluas �10 x 15 cm2
atau tidak kurang dari 10% dari permukaan tubuh. Dosis yang digunakan adalah 0,5 gram, sediaan ditempelkan pada kulit kemudian dipaparkan di area kulit seluas � 6 (2 x 3) cm2 selama
4 jam. Uji iritasi untuk ekstrak kombinasi dilakukan dengan mencampurkan 1,5gram ekstrak dengan bantuan etanol 96%. Semua hewan uji diamati ada atau tidaknya
eritema dan udema, penilaian respon dilakukan pada jam ke-1, 24, 48 dan 72 setelah
paparan.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil Determinasi Tanaman
Hasil determinasi
menunjukkan daun kacang panjang
yang digunakan berasal dari tanaman
Vigna sinensis
L. dan herba seledri yang digunakan berasal dari tanaman
Apium graveolens
L.
B.
Hasil
Ekstrak
Hasil ekstrak kental daun kacang panjang yang
didapat 88,7571 gram dengan rendemen 11,336%, sedangkan ekstrak kental herba seledri
103,9808 gram dengan rendemen 12,429%. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mutu ekstrak dengan beberapa parameter yang hasilnya sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Ekstrak Kental Daun Kacang
Panjang
No |
Standar Parameter |
Ekstrak Daun Kacang Panjang |
Persyaratan Ekstrak Daun Kacang
Panjang |
Ekstrak Herba Seledri |
Persyaratan Ekstrak Herba Seledri |
1. |
Organoleptik
Bau Warna
Bentuk pH |
Khas Hijau Tua Kental 5,8 |
Khas Hijau Kental 5,8 |
Khas Hijau muda Kental 4,6 |
Khas Hijau Kental 4,6 |
2 |
Kadar
air |
9,61% |
10% |
9,85% |
10% |
3 |
Kadar
abu total |
1,42% |
1,5% |
7,61% |
8% |
4 |
Kadar
abu tidak larut asam |
0,04% |
0,05% |
0,08% |
0,08% |
Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa ekstrak daun kacang panjang dan herba seledri memenuhi persyaratan
Farmakope Herbal Indonesia.
Kemudian dilakukan skrining fitokimia untuk melihat kandungan
senyawa yang terdapat pada ekstrak. Ekstrak daun kacang panjang
positif mengandung senyawa golongan saponin, fenolik, flavonoid, dan glikosida.
Sedangkan ekstrak herba seledri positif
mengandung senyawa golongan alkaloid, tanin,
saponin, flavonoid, dan glikosida.
C.
Hasil
Uji Aktivitas Daun Kacang Panjang Terhadap Pertumbuhan Rambut
Hasil
perhitungan
rata-rata panjang rambut kelinci tiap perlakuan sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Uji
Aktivitas Daun Kacang Panjang Terhadap Pertumbuhan Rambut
No |
Perlakuan |
Rata-rata Panjang Rambut Kelinci (cm) � SD |
|
||||
Hari
ke-7 |
Hari
ke-14 |
Hari
ke-21 |
Hari
ke-28 |
Hari
ke-35 |
|||
1. |
Kontrol
positif |
0.240�0.03 |
0.506�0.1 |
0.902�0.2 |
1.355�0.07 |
1.718�0.1 |
|
2. |
Kontrol
negatif |
0.204�0.02 |
0.415�0.02 |
0.703�0.06 |
0.903�0.5 |
1.328�0.08 |
|
3. |
Kontrol
normal |
0.190�0.02 |
0.408�0.04 |
0.625�0.1 |
0.898�0.05 |
1.153�0.14 |
|
4. |
Konsentrasi
Ekstrak 5% |
0.195�0.05 |
0.445�0.1 |
0.749�0.1 |
1.213�0.1 |
1.605�0.3 |
|
5. |
Konsentrasi
Ekstrak 10% |
0.219�0.04 |
0.483�0.1 |
0.948�0.2 |
1.478�0.1 |
1.865�0.3 |
|
6. |
Konsentrasi
Ekstrak 15% |
0.223�0.04 |
0.486�0.09 |
0.923�0.2 |
1.239�0.1 |
1.643�0.04 |
|
|
P
Value |
0,452*) |
0,600*) |
0,035*) |
0,001**) |
0,000*) |
|
Keterangan
: *) Hasil Uji ANOVA
**)
Hasil Uji Kruskal Wallis
Berdasarkan hasil uji
statistik pada data uji aktivitas pertumbuhan rambut yang dioleskan ekstrak
daun kacang panjang dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% bahwa hasil dari hari
ke-21, hari ke-28 dan hari ke-35 diperoleh nilai signifikan (P) < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna diantara salah satu
konsentrasi ekstrak daun kacang panjang 5%, 10% dan 15% dibandingkan dengan
kontrol negatif, kontrol positif, dan kontrol normal.
Data bobot rambut kelinci
selanjutnya dianalisis dengan uji ANOVA dimana �F
= 339,246 dengan nilai signifikan (p) 0,00. Nilai p < 0,01 sehingga dapat
disimpulkan ada perbedaan yang sangat bermakna diantara salah satu konsentrasi
ekstrak daun kacang panjang 5%, 10% dan 15% dibandingkan dengan kontrol
negatif, kontrol positif, dan kontrol normal. Kemudian untuk membandingkan
aktivitas masing-masing konsentrasi dilanjutkan uji LSD (Least Significant Differnce). Berdasarkan hasil uji LSD dapat
disimpulkan bahwa untuk penelitian selanjutnya digunakan konsentrasi ekstrak
daun kacang panjang konnsentrasi 10%, karena memiliki pertumbuhan yang terbaik
dibandingkan konsentrasi ekstrak lainnya.�
Selanjutnya dilakukan
pengamatan bobot rambut kelinci pada hari ke-35 sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4
Hasil Pengamatan
Bobot Rambut Kelinci dengan Konsentrasi Ekstrak 5% -15%
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kontrol
negatif |
1 |
368,3 |
Konsentrasi
ekstrak 5% |
1 |
376,7 |
2 |
366,8 |
2 |
375,3 |
||
3 |
367,5 |
3 |
378,5 |
||
4 |
367,9 |
4 |
376,8 |
||
Rata-rata |
367,625 |
Rata-rata |
376,825 |
||
SD |
0,639 |
SD |
1,309 |
||
Kontrol
normal |
1 |
367,9 |
Konsentrasi
ekstrak 10% |
1 |
390,3 |
2 |
366,8 |
2 |
389,2 |
||
3 |
368,6 |
3 |
389,8 |
||
4 |
368,8 |
4 |
392,4 |
||
Rata-rata |
368,025 |
Rata-rata |
390,425 |
||
SD |
0,903 |
SD |
1,391 |
||
Kontrol
positif |
1 |
393,7 |
Konsentrasi
ekstrak 15% |
1 |
388,3 |
2 |
392,3 |
2 |
387,9 |
||
3 |
390,5 |
3 |
389,7 |
||
4 |
394,2 |
4 |
386,8 |
||
Rata-rata |
392,675 |
Rata-rata |
388,175 |
||
SD |
1,658 |
SD |
1,198 |
D. Hasil Uji Aktivitas Ekstrak
Herba Seledri Terhadap Pertumbuhan Rambut
Hasil perhitungan
rata-rata panjang rambut kelinci tiap perlakuan sebagai berikut :
Tabel 5
Hasil
Perhitungan Rata-Rata Panjang Rambut Kelinci Tiap Perlakuan
No |
Perlakuan |
Rata-rata
Panjang Rambut Kelinci (cm) = SD |
||||
Hari
ke-7 |
Hari
ke-14 |
Hari
ke-21 |
Hari
ke-28 |
Hari
ke-35 |
||
1. |
Kontrol positif |
0.75�0.07 |
0.494�0.1 |
0.926�0.2 |
1.315�0.2 |
1.732�0.1 |
2. |
Kontrol negatif |
0.123�0.02 |
0.410�0.03 |
0.701�0.02 |
0.922�0.05 |
1.319�0.04 |
3. |
Kontrol normal |
0.113�0.01 |
0.385�0.04 |
0.619�0.07 |
0.865�0.05 |
1.148�0.13 |
4. |
Konsentrasi Ekstrak2.5% |
0.181�0.03 |
0.396�0.1 |
0.767�0.1 |
1.232�0.32 |
1.620�0.4 |
5. |
Konsentrasi Ekstrak 5% |
0.206�0.02 |
0.471�0.1 |
0.843�0.2 |
1.474�0.1 |
1.968�0.2 |
6. |
Konsentrasi Ekstrak 7,5% |
0.202�0.03 |
0.529�0.06 |
1.635�0.2 |
1.635�0.1 |
2.112�0.2 |
|
P value |
0,02**) |
0,177*) |
0,000*) |
0,000*) |
0,000*) |
Keterangan
: *) Hasil Uji ANOVA
������������������ **) Hasil Uji Kruskal
Wallis
Berdasarkan hasil uji statistik pada data
uji aktivitas pertumbuhan rambut yang dioleskan ekstrak herba seledri dengan
konsentrasi 5%, 10% dan 15% bahwa hasil dari hari ke-7, hari ke-21, hari ke-28
dan hari ke-35 diperoleh nilai signifikan (P) < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan ada perbedaan yang bermakna diantara salah satu konsentrasi ekstrak
herba seledri dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% dibandingkan dengan kontrol
negatif, kontrol positif, dan kontrol normal.
Kemudian dilakukan pengamatan
bobot rambut kelinci pada hari ke-35 sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 6
Hasil Pengamatan Bobot Rambut Kelinci dengan Konsentrasi
Ekstrak
2,5%- 7,5%
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kontrol
negatif |
1 |
372,3 |
Konsentrasi
ekstrak 2,5% |
1 |
376,5 |
2 |
368,8 |
2 |
377,7 |
||
3 |
367,5 |
3 |
378,9 |
||
4 |
377,5 |
4 |
377,6 |
||
Rata-rata |
371,625 |
Rata-rata |
377,675 |
||
SD |
4,648 |
SD |
0,981 |
||
Kontrol
normal |
1 |
375,6 |
Konsentrasi
ekstrak 5% |
1 |
382,3 |
2 |
374,8 |
2 |
378,9 |
||
3 |
367,7 |
3 |
382,7 |
||
4 |
373,2 |
4 |
381,8 |
||
Rata-rata |
372,825 |
Rata-rata |
381,425 |
||
SD |
3,559 |
SD |
1,723 |
||
Kontrol
positif |
1 |
392,6 |
Konsentrasi
ekstrak 7,5% |
1 |
388,5 |
2 |
392,4 |
2 |
389,7 |
||
3 |
391,5 |
3 |
386,7 |
||
4 |
393,2 |
4 |
389,8 |
||
Rata-rata |
392,425 |
Rata-rata |
388,675 |
||
SD |
0,704 |
SD |
1,443 |
Selanjutnya data bobot
rambut kelinci dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis
diperoleh χ� = 21,027 dengan nilai signifikan (p) 0,01. Nilai p <
0,05 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna diantara salah satu
konsentrasi ekstrak herba seledri 2,5%, 5%, dan 7,5% dibandingkan dengan
kontrol negatif, kontrol positif dan kontrol normal. Kemudian untuk
membandingkan aktivitas masing-masing konsentrasi dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan hasil uji uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa
untuk penelitian selanjutnya digunakan konsentrasi ekstrak herba seledri
konsentrasi 7,5%, karena memiliki pertumbuhan yang terbaik dibandingkan
konsentrasi ekstrak lainnya.
E.
Hasil
Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Kombinasi Ekstrak Daun Kacang Panjang Dan
Ekstrak Herba Seledri
Hasil perhitungan
rata-rata panjang rambut kelinci tiap perlakuan sebagai berikut :
Tabel 7
Hasil Perhitungan
Rata-Rata Panjang Rambut Kelinci Tiap Perlakuan
No |
Perlakuan |
Rata-rata Panjang Rambut Kelinci (cm) � SD |
|
||||
Hari
ke-7 |
Hari
ke-14 |
Hari
ke-21 |
Hari
ke-28 |
Hari
ke-35 |
|||
1. |
Kontrol
positif |
0.175�0.07 |
0.494�0.1 |
0.926�0.2 |
1.315�0.2 |
1.732�0.1 |
|
2. |
Kontrol
negatif |
0.123�0.02 |
0.410�0.03 |
0.701�0.02 |
0.922�0.05 |
1.319�0.04 |
|
3. |
Kontrol
normal |
0.113�0.01 |
0.385�0.04 |
0.619�0.07 |
0.865�0.05 |
1.148�0.13 |
|
4. |
Kombinasi
EDKPE 5% dan EHS 3,75% |
0.181�0.03 |
0.396�0.1 |
0.767�0.1 |
1.232�0.3 |
1.620�0.4 |
|
5. |
Kombinasi
EDKPE 10% dan EHS 7,5% |
0.206�0.02 |
0.471�0.1 |
0.843�0.2 |
1.474�0.1 |
1.968�0.2 |
|
6. |
Kombinasi
EDKPE 20% dan EHS 15% |
0.202�0.03 |
0.529�0.06 |
1.635�0.2 |
1.635�0.1 |
2.112�0.2 |
|
|
P
Value |
0,00*) |
0,021**) |
0,021**) |
0,00*) |
0,00*) |
|
Keterangan : ���*)
Hasil Uji ANOVA
������������� ��
������**) Hasil Uji Kruskal
Wallis
Data uji aktivitas
pertumbuhan rambut yang dioleskan kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan
ekstrak herba seledri dengan konsentrasi 5% : 3,75% : 10% : 7,5% : 20% : 15%
berdasarkan hasil uji pada hari hari ke-7, ke-14, ke-21, ke-28 dan ke-35 diperoleh
nila signifikan (P) <0,05 sehingaa dapat disimpulkan ada perbedaan yang
sangat bermakna diantara salah satu kombinasi ekstrak tersebut dengan
konsentrasi 5% : 3,75% : 10% : 7,5% dan 20% : 15% dibandingkan dengan kontrol
negatif, kontrol positif dan kontrol normal.
Pada hari ke-35 rambut
kelinci yang dioleskan kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba
seledri dipotong semua, kemudian data bobot rambut dianalisis dengan uji ANOVA
diperoleh nilai F = 678,237 dengan nilai signifikan (p) 0,00. Nilai p ini <
0,001, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna diantara salah
satu kombinasi ekstrak tersebut dengan konsentrasi 5% : 3,75%, 10% : 7,5% dan
20% : 15% dibandingkan dengan kontrol negatif, kontrol positif dan kontrol
normal. Kemudian untuk membandingkan aktivitas masing-masing konsentrasi dilanjutkan
dengan uji LSD (Least Signifcant Differnce).
Kombinasi konsentrasi 3 ekstrak
yang digunakan masing-maisng memiliki perbedaan sangat signifikan dibandingkan dengan
kombinasi ekstrak lainnya, control positif, control negative,
dan control normal kecuali kombinasi
ekstrak dengan konsentrasi 10% : 7,5 % memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan control positif.
Untuk penelitian selanjutnya digunakan kombinasi konsentrasi ekstrak daun kacang
panjang 10% dan konsentrasi ekstrak herba seledri 7,5%, karena secara statistik
memiliki pertumbuhan yang terbaik dibandingkan konsentrasi ekstrak lainya.
Kemudian dilakukan
pengamatan bobot rambut kelinci pada hari ke-35 sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 8
Pengamatan Bobot Rambut Kelinci dengan Konsentrasi yang Berbeda
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kontrol
negatif |
1 |
368,8 |
Konsentrasi
ekstrak 3,75% dan 5% |
1 |
377,5 |
2 |
367,5 |
2 |
376,2 |
||
3 |
367,8 |
3 |
376,2 |
||
4 |
368,4 |
4 |
378,8 |
||
Rata-rata |
368,125 |
Rata-rata |
377,250 |
||
SD |
0,585 |
SD |
1,173 |
||
Kontrol
normal |
1 |
367,9 |
Konsentrasi
ekstrak 7,5% dan 10% |
1 |
391,2 |
2 |
368,2 |
2 |
390,2 |
||
3 |
368,4 |
3 |
389,7 |
||
4 |
367,8 |
4 |
392,8 |
||
Rata-rata |
368,075 |
Rata-rata |
390,975 |
||
SD |
0,275 |
SD |
1,367 |
||
Kontrol
positif |
1 |
392,7 |
Konsentrasi
ekstrak 15% dan 20% |
1 |
387,3 |
2 |
392,5 |
2 |
388,6 |
||
3 |
391,5 |
3 |
387,5 |
||
4 |
392,2 |
4 |
387,6 |
||
Rata-rata |
392,225 |
Rata-rata |
387,750 |
||
SD |
0,574 |
SD |
0,623 |
Selanjutnya data bobot
rambut kelinci dianalisis dengan uji ANOVA diperoleh nilai F = 678,237 dengan
nilai signifikan (p) 0,00. Nilai p ini < 0,001, sehingga dapat disimpulkan
ada perbedaan yang bermakna diantara salah satu kombinasi ekstrak tersebut
dengan konsentrasi 5% : 3,75%, 10% : 7,5% dan 20% : 15% dibandingkan dengan
kontrol negatif, kontrol positif dan kontrol normal. Kemudian untuk
membandingkan aktivitas masing-masing konsentrasi dilanjutkan dengan uji LSD (Least Signifcant Difference).
Berdasarkan hasil uji LSD dapat disimpulkan bahwa untuk penelitian selanjutnya
digunakan kombinasi konsentrasi ekstrak daun kacang panjang 10% dan konsentrasi
ekstrak herba seledri 7,5%, karena secara statistik memiliki pertumbuhan yang
terbaik dibandingkan konsentrasi ekstrak lainya.
F.
�Pembuatan Sediaan Gel
dan Evaluasinya
Pada
pembuatan sediaam gel, diperoleh hasil
kecepatan pengadukan yang optimal adalah 100 rpm dan waktu pengadukan yang
optimal 20 menit dengan hasil sedian gel homogen, sedikit terdapat gelembung
pada konsentrasi carbophol 0,5%. Peningkatan kecepatan
pengadukan (rpm) dan waktu akan menambah banyaknya gelembung pada sediaan gel
sehingga dapat mengurangi penampilan sediaan gel tersebut.
Dari evaluasi
organoleptik semua formula menunjukkan hasil yang sama yaitu memiliki
konsistensi semisolif, homogen, jernih, dan berbau khas,
dengan demikian carbophol 940 tidak mempengaruhi organoleptik.
Data
hasil evaluasi pH menunjukkan semua formula diperoleh pH blanko 6,52, F1 6,15. F2 6,21, dan F3 6,28 yang
memenuhi rentang pH yang di persyaratan pada penggunaan untuk kulit yaitu 4,5 �
6,5. Dengan demikian konsentrasi carbophol 940 mempunyai pH
yang dipersyaratkan untuk penggunaan kulit. Diameter daya sebar dan viskositas
(1 rpm, spindle no 6) untuk blanko 48.34�0.04 mm dan 520,000 cp, F1
45.24�0.03mm dan 154,000 cp, F2 41.66�0.05 mm dan 230,000 cp, serta F3 37.82�0.05
mm dan 298,000 cp. Data
hasil evaluasi daya sebar menunjukkan formula F1 memiliki kemampuan daya sebar lebih
besar dibandingkan F2 dan F3 karena viskositas sediaan gel tidak terlalu
kental. Data hasil evaluasi sineresis menunjukkan bahwa semua formula tidak
terjadi sineresis, karbaphol 940 yang digunakan menahan air serta bahan
tambahan lain dengan baik.
Uji stabilitas dilakukan
pada suhu 4�2̊C, suhu kamar (25 �̊ 2C) dan suhu 40�̊ 2C
selama 3 bulan. Parameter stabilitas organoleptik menunjukkan semua
formula tidak mengalami perubahan warna pada suhu penyimpanan 4̊C dan
25̊C, tetapi pada suhu penyimpanan 40̊C terjadi perubahan warna pada
minggu ke-4. Rentang pH yang diperoleh untuk pengujian pada suhu 4�2̊C adalah 5,91 � 6,46, pada suhu 25 �̊ 2C adalah 5,75 - 6,48, dan
pada suhu 40 � 2̊C adalah 5,72 � 6,48.� Semua formula
mengalami
perubahan pH selama penyimpanan, namun masih dalam
persyaratan pH balance kulit yaitu
4,5-6,5. Viskositas blanko dan seluruh formula terjadi penurunan pada bulan ke-0 sampai 3 untuk stabilitas suhu 4℃
dan 25℃ dan pada minggu ke-0 sampai 4 untuk stabilitas suhu 40℃. Penurunan viskositas disebabkan oleh adanya pemutusan ikatan
polimer yang terdapat dalam sediaan gel. Sementara itu, pada suhu dan waktu yang sama terjadi peningkatan daya sebar. Peningkatan
atau penurunan daya sebar dipengaruhi oleh viskositas, semakin rendah viskositas maka daya sebarnya
akan mengalami kenaikan.
G.
Hasil Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Sediaan Gel Kombinasi ���
���� Ekstrak
Daun Kacang Panjang 10 % dan Esktrak Herba Seledri 7,5%
Berdasarkan data
sebelumnya, sediaan gel yang digunakan adalah kombinasi ekstrak
daun kacang panjang 10% dan ekstrak herba seledri 7,5% dimana konsentrasi tersebut
paling efektif terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan dengan parameter pengamatan
panjang rambut dan bobot rambut kelinci.
Data uji aktivitas pertumbuhan
rambut yang dioleskan kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba
seledri dengan konsentrasi 5% : 3,75% : 10% : 7,5% : 20% : 15% berdasarkan
hasil uji pada hari hari ke-7, diperoleh nilai signifikan (p) 0,306. Nilai p
ini > 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perubahan yang sangat bermakna
diantara sediaan gel kombinasi ekstrak dibandingkan dengan kontrol negatif, kontrol positif dan kontrol normal. Sedangkan
pada hari� ke-14, ke-21, ke-28 dan ke-35
diperoleh nila signifikan (P) <0,05 sehingaa dapat disimpulkan ada perbedaan
yang sangat bermakna diantara salah satu kombinasi ekstrak tersebut dengan
konsentrasi 5% : 3,75% : 10% : 7,5% dan 20% : 15% dibandingkan dengan kontrol
negatif, kontrol positif dan kontrol normal.
Hasil perhitungan
rata-rata panjang rambut kelinci tiap perlakuan sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Uji
Aktivitas Pertumbuhan Rambut Sediaan Gel Kombinasi
Hari
Ke- Kelinci |
Panjang Rambut (cm) |
||||
7 |
14 |
21 |
28 |
35 |
|
1 |
0.240 |
0.640 |
1.860 |
2.204 |
2.486 |
2 |
0.224 |
0.596 |
1.662 |
2.024 |
2.260 |
3 |
0.188 |
0.572 |
1.484 |
1.886 |
2.024 |
4 |
0.264 |
0.662 |
1.882 |
2.086 |
2.460 |
Rata-rata |
0.229 |
0.654 |
1.722 |
2.050 |
2.307 |
SD |
0.03 |
0.04 |
0.2 |
0.1 |
0.2 |
P value |
0,306*) |
0,003**) |
0,003**) |
0,003**) |
0,005**) |
Keterangan : ���*)
Hasil Uji ANOVA
**)
Hasil Uji Kruskal Wallis
Hasil Penimbangan bobot
rambut kelinci pada hari ke-35 sediaan gel kombinasi ekstrak daun kacang
panjang 10% dan ekstrak herba seledri 7,5% sebagai berikut :
Tabel 10
Hasil Penimbangan Bobot
Rambut Kelinci Pada Hari Ke-35 Sediaan Gel Kombinasi pada Kelompok Kontrol Negatif dan Kontrol Normal
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kelompok |
Kelinci |
Bobot
(mg) |
Kontrol
negatif |
1 |
358,4 |
Kontrol
Positif |
1 |
397,1 |
2 |
368,1 |
2 |
389,8 |
||
3 |
359,8 |
3 |
396,6 |
||
4 |
362,3 |
4 |
398,8 |
||
Rata-rata |
362,3 |
Rata-rata |
395,575 |
||
SD |
|
SD |
|
||
Kontrol
normal |
1 |
353,1 |
Konsentrasi
ekstrak 7,5% dan 10% serta karbaphol 0,5% |
1 |
390,2 |
2 |
361,9 |
2 |
392,3 |
||
3 |
363,4 |
3 |
389,5 |
||
4 |
357,7 |
4 |
382,8 |
||
Rata-rata |
359,025 |
Rata-rata |
388,7 |
||
SD |
|
SD |
|
Pada hari ke-35 rambut
kelinci yang dioleskan kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba
seledri dipotong semua, kemudian data bobot rambut dianalisis dengan uji ANOVA
diperoleh nilai F = 77,418 dengan nilai signifikan (p) 0,00. Nilai p ini < 0,01,
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang sangat bermakna diantara sediaan
gel kombinasi ekstrak daun kacang panjang 10% dan ekstrak herbal seledri 7,5%
serta konsentrasi karbaphol 0,5% dibandingkan dengan kontrol negatif, kontrol
positif, dan kontrol normal. Kemudian untuk membandingkan aktifitas
masing-masing konsentrasi dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Differnce).
Sediaan gel kombinasi
ekstrak daun kacang panjang 10% dan ekstrak herba seledri 7,5% serta
konsentrasi carbophol 0,5% memiliki perbedaan sangat signifikan aktifitasnya
dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol normal, serta memiliki
perbedaan signifikan aktifitasnya dibandingkan dengan kontrol positif.
Hasil diatas sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ike
Setiawan (2018)) bahwa berdasarkan
penelitiaan yang telah dilakukan sediaan tonik rambut dengan kombinasi ekstrak daun
pare (Momordica charantia) 4% dan ekstrak daun kacang panjang (Vigna sinensis
(L.) Savi ex Hassk) 15% dengan konsentrasi etanol 96% sebesar 25% stabil pada
suhu kamar dan efektifsebagai penumbuh rambut.
Sejalan juga dengan
penelitian (Siti
Jubaidah, dkk (2018)) bahwa Kombinasi ekstrak
daun seledri dan ekstrak daun mangkokan dengan perbandingan konsentrasi
(7,5:2,5)% b/v mempunyai aktivitas terbaik dalam pertumbuhan rambut kelinci.
H.
Hasil Uji Iritasi Sediaan Gel Aktifitas Pertumbuhan Rambut Kombinasi Ekstrak
Daun Kacang Panjang dan Herba Seledri
Hasil uji iritasi sediaan
gel penumbuh rambut kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herbal
seledri setelah uji stabilitas suhu (4�2oC) sebagai ���berikut
:
Tabel 11
Hasil Uji Iritasi
Sediaan Gel Aktifitas Pertumbuhan Rambut Kombinasi Ekstrak Daun Kacang Panjang
dan Herba Seledri
No |
Kelompok Uji |
Waktu Pengamatan (Jam) |
|||||||
1 |
24 |
48 |
72 |
||||||
Eritema |
Udema |
Eritema |
Udema |
Eritema |
Udema |
Eritema |
Udema |
||
1 |
Kontrol Normal |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Rata-rata |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
2 |
Kontrol Negatif |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Rata-rata |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
3 |
Sediaan Gel |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Rata-rata |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
�
Hasil uji iritasi sediaan
gel penumbuh rambut kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herbal
seledri setelah uji stabilitas suhu (25�2oC) sebagai berikut :
Tabel 12
Hasil Uji Iritasi Sediaan Gel
Penumbuh Rambut Kombinasi Ekstrak Daun �Kacang Panjang dan Ekstrak Herbal Seledri Setelah Uji
Stabilitas Suhu (25�2oc)
No |
Kelompok Uji |
Waktu Pengamatan (Jam) |
|||||||
1 |
24 |
48 |
72 |
||||||
Eritema |
Udema |
Eritema |
Udema |
Eritema |
Udema |
Eritema |
Udema |
||
1 |
Kontrol Normal |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Rata-rata |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
2 |
Kontrol Negatif |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Rata-rata |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
3 |
Sediaan Gel |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Rata-rata |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Hasil perhitungan indeks
iritasi sediaan gel penumbuh rambut kombinasi ekstrak
daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri setelah uji stabilitas sebagai berikut
:
Tabel 13
Hasil Perhitungan Indeks Iritasi Sediaan
Gel Penumbuh Rambut Kombinasi Ekstrak Daun Kacang
Panjang dan Ekstrak Herba Seledri
Setelah Uji Stabilitas
No |
Kelompok
Uji |
Indeks Iritasi |
|
Suhu
4OC |
Suhu 25OC |
||
1 |
Kontrol Normal |
0 |
0 |
2 |
Kontrol Negatif |
0 |
0 |
3 |
Sediaan Gel Rambut |
0 |
0 |
Dari hasil uji iritasi
sediaan gel, diperoleh hasil bahwa sediaan gel penumbuh rambut kombinasi ekstrak
daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri tidak menimbulkan iritasi pada
kulit hewan coba kelinci setelah pemakain selama 3 hari berturut-turut (72
jam). Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian �Emma Sri (Kuncari
dkk (2015). bahwa berdasarkan indeks
iritasi primer, semua formulasi gel tidak potensial menyebabkan iritasi pada
kulit tikus putih (p>0,05).
Penelitian lain yang sejalan sebagaimana yang dikemukakan oleh
Linus
Seta (Adi
Nugraha (2011))
bahwa tanaman seledri dan lidah buaya
menunjukkan aktivitas yang mampu mempercepat pertumbuhan rambut. Walaupun masih
belum seefektif hair tonic, tanaman ini memiliki potensi sebagai bahan alami
untuk mempercepat pertumbuhan rambut.
(Jain
dan
Dass (2015))
mengungkapkan bahwa aktivitas
pertumbuhan rambut lebih proporsional dengan konsentrasi yang diuji dibandingkan dengan bahan sintetik
standar (2% minoxidil solusi
etanolik). Ini membuktikan alternatif herbal dapat diimplementasikan pada masyarakat,
terbukti hasil pertumbuhan rambut yang sangat baik diamati dalam
formulasi yang disiapkan dengan metode rebusan
kantong kain untuk persiapan minyak rambut herbal pada tikus putih.
Kesimpulan
Hasil
determinasi menunjukkan tanaman daun kacang panjang (Vigna sinensis L.) dan herba seledri (Apium graveolens L.).
Kombinasi
ekstrak daun kacang panjang 10% dengan ekstrak herba seledri 7,5% dapat
dibuat� dalam bentuk sediaan gel yang
memenuhi syarat fisik dan kimia Sediaan gel kombinasi ekstrak daun kacang
panjang 10% dan ekstrak herba seledri 7,5% mempunyai aktifitas pertmbuhan
rambut kelinci jantan dengan panjang 2,307 cm/35 hari dan berat rambut 388,7
mg/35 hari. Sediaan gel tidak mengiritasi kulit kelinci jantan, dan sediaan
stabil pada suhu 4OC dan 25OC selama 3 bulan.
BIBLIOGRAFI
Alka
Fakhrizal Muhammad, Kurnia Hadi Saputra. (2020). Potensi Daun Katuk dalam Mencegah Kerontokan Rambut. Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Volume 2 Nomor 2, Mei 2020.
Amelia
Febriani, Berna Elya, Mahdi Jufri. (2016). Uji
Akvitas dan Keamanan Hair Tonic Ekstrak Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Pada Pertumbuhan Rambut Kelinci, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 8 No. 1 �Januari 2016.
Dwi Mulyanti Galih, Yuni Nurhayati dan Ananda Ariska. (2019). Uji efek Formulasi Sediaan Hair Tonic Perasan Daun Kacang Panjang (vigna sinensis (l.) savi ex hassk)
terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan. Jurnal Wellness and Healthy Magazine. 1(2). 285-294.
Jain Pk Dan Dass Dj. (2015). Evaluating Hair Growth Potential Of Some
Traditional Herbs. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 8(6). 150-152.
Jubaidah Siti,
Ria Indriani, Hayatus Sa�adah, Heri Wijaya.
(2018). Formulasi dan Uji Pertumbuhan
Rambut Kelinci dari Sediaan Hair Tonic Kombinasi Ekstrak Daun Seledri (Apium
Graveolens Linn) dan Daun Mangkokan (Polyscias Scutellaria). Jurnal Ilmiah Manuntung. 4(1). 8-14
Khoirani Siregar Latifah. (2019). Uji
Aktivitas Pertumbuhan Rambut Marmut Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb) dan Daun Seledri (Apium graveolens L.). (Skripsi). �Program Studi Sarjana
Farmasi Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan 2019
Mulyanti, Galih Dwi,
Nurhayati, Yuni, & Ariska, Ananda. (2014). Uji Efek Formulasi Sediaan Hair
Tonic Perasan Daun Kacang Panjang (Vigna sinensis (l.) savi ex hassk)
terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan. Wellness And Healthy Magazine,
1(2), 285�294.
Nurjanah dan
Maria Krisnawati. (2014). Pengaruh
Hair Tonic Lidah Mertua (Sanseviera Trifasciata Prain) dan Seledri (Apium Graveolens Linn) untuk Mengurangi Rambut Rontok. �Journal
of Beauty and Beauty Health Education. Jurusan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. �
Nurul Hidayah Riska,
Dolih Gozali, Rini Hendriani, Resmi Mustarichie. (2020). Formulasi
dan Evaluasi Sediaan Herbal Hair Tonic sebagai Perangsang Pertumbuhan Rambut. Majalah Farmasetika, 5(5),
218-232.�
Seta Adi
Nugraha Linus. (2011). Uji
Kecepatan Pertumbuhan Rambut. Karya Tulis Ilmiah. Laboratorium
Farmakologi Akademi Farmasi Theresiana Semarang 2011. Akademi Farmasi Theresiana.
Setiawan Ike. (2018). Pengembangan Sediaan Tonik Rambut
Kombinasi Ekstrak Daun Pare (Momordica Charantia) dan Ekstrak Daun
Kacang Panjang (Vigna Sinensis (L.) Savi
Ex Hassk)
(Tesis). Perpustakaan Sunarto Prawirosujanto FFUP.
Setyo Nur
Arifin, Dina Pratiwi, Abdul Aziz Setiawan. (2017). Studi
In Silico Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Kacang Panjang (Vigna Sinensisl)
Sebagai Penumbuh Rambut Dengan Reseptor Androgen. Jurnal Farmagazine, 4(2). 31-37
Shoviantari Fenita,
Zefia Liziarmezilia, Adventa Bahing, Lia Agustina. (2019). Uji
Aktivitas Tonik Rambut Nanoemulsi Minyak Kemiri (Aleurites moluccana L.). Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 6 (2). 69-73
Sri
Kuncari Emma, Iskandarsyah dan Praptiwi. (2015). Uji Iritasi Dan Aktivitas Pertumbuhan
Rambut Tikus Putih: Efek Sediaan Gel Apigenin Dan Perasan Herba Seledri (Apium
graveolens L.). Media Litbangkes, Fakultas Farmasi, Universitas
Indonesia, 25(1). 15-22.
Yuliana Nike. (2018). Pengaruh Penggunaan Seledri (Apium
Graveolens Linn) sebagai Hair Tonic untuk Perawatan Rambut Rontok. Jurnal
Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang.
�