Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol. 6,
No. 2, Februari 2021
�
IMPLEMENTASI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Endang Pujiastuti
STIBA
INVADA Cirebon
Email: [email protected]
Abstract
The quality of
education is an integrated effort of the principal, and synergy with
philosophical elements, namely vision, mission, and objectives as well as implementative human resources. processes and outcomes that
lead to the achievement of the quality of education. Implementation of School
Based Management has an important role in improving the quality of education,
it is necessary to conduct research in an effort to find the level of truth.
The research was conducted at SMP Negeri 1 Cirebon. The purpose of this
research is to obtain an overview of the implementation of School Based
Management Implementation in improving the quality of education at SMP Negeri 1
Cirebon. This approach also uses qualitative approach through descriptive
method with data collection techniques through interviews, observations, and
documentation studies. Meanwhile, the object of the research was the Principal,
vice principal of curriculum, facilities, treasurer, teacher, school board, and
students. This research produced several findings on the Implementation of
School Based Management in improving the quality of education, namely setting
the vision and mission, the division of authority involving community participation,
transparency, and accountability. Based on the above conditions, that the
implementation of School Based Management has a close relationship in improving
the quality of education.
Keywords: management implementation; school base; improving the quality of
education
Abstrak
Mutu pendidikan adalah upaya yang terpadu dari Kepala
Sekolah, dan sinergi dengan unsur-unsur yang bersifat filosofis yaitu visi, misi,
dan tujuan serta pada implementatif berupa SDM. proses
dan hasil yang menuju kepada pencapaian mutu pendidikan. lmplementasi Manajemen Berbasis Sekolah mempunyai peranan penting dalam peningkatan
mutu pendidikan, maka perlu dilakukan
penelitian dalam upaya mencari tingkat
kebenarannya. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kota Cirebon. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam peningkatan
mutu pendidlkan di SMP
Negeri 1 Kota Cirebon. Pendekatan ini
juga menggunakan pendekatan
kualitatif melalui metode deskriptif dengan teknik pengumpulan
data melalui wawancara, pengamatan, dan studi dokumentasi. Sementam itu, objek penelitian
adalah Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, sarana, bendahara, guru, Dewan Sekolah,
dan siswa. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan tentang Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan yaitu menetapkan visi dan misi, pembagian kewenangan yang melibatkan partisipasi masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas. Berdasarkan pada kondisi-kondisi diatas, bahwa lmplememasi Manajemen Berbasis Sekolah memiliki kaitan yang erat dalam peningkatan mutu pendidikan.
Kata Kunci: implementasi manajemen; basis sekolah; peningkatan mutu pendidikan
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Perkembangan
ilmu dan teknologi turut menentukan arah perkembangan masyarakat dewasa ini, yang secara langsung berkaitan erat dengan dunia pendidikan (Fattah, 2019).
Pendidikan� yang� bermutu� adalah� Pendidikan�
yang� mampu� mengembangkan kemampuan, membentuk Karakter dan Peradaban Bangsa (Khori, 2016).
Manajemen merupakan unsur penting dalam
pelaksanaan setiap program organisasi, termasuk di dalamnya adalah organisasi pendidikan (Kurniadin, Machali, & Sandra, 2013).
Manajemen merupakan suatu proses mengatur yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan, dan pengendalian
(Pananrangi & SH, 2017).
Pendidikan yang berkualitas merupakan
harapan dan tuntutan seluruh stakeholder pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih suka
menntut ilmu pada lembaga yang memiliki mutu yang baik (Fadhli, 2017).
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) melibatkan banyak pihak yang terkait karena pengelolaan sekolah merupakan sub system dari pengelolaan pendidikan secara nasional. Secara substansial penerapan Manajemen Berbasis Sekolah mencakup ide dasar MBS pada seluruh jajaran kependidikan dan
stake-holder, kejelasan karierdan
kebijakan yang menjadi wewenang pusat, daerah dan sekolah, perubahan pola hubungan sub ordinasi, perubahan sikap dan prilaku baik pimpinan
pada jajaran birokrasi maupun masyarakat, serta akuntabilitas dan pemahaman tentang MBS dari semua pihak.
Menurut (Suhelayanti et al., 2020),
penerapan manajemen pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Di sinilah manajemen pendidikan, sebagai suatu ilmu khusus
yang menangani pengorganisasian
pendidikan (Mustari & Rahman, 2014).
Manajemen
pendidikan adalah suatu proses keseluruhan semua kegiatan bersama dalam bidang
pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia, baik personil, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan (Gunawan & Benty, 2017).
Pesatnya perkembangan lingkungan lokal, regional, dan internasional saat ini berimplikasi terhadap pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan yang ada.� Untuk mengimbangi perkembangan tersebut perlu dilakukan peningkatan mutu (Jannah, 2015). �Manajemen pendidikan yang fokusnya mengarah pada perbaikan mutu pendidikan, dapat diciptakan melalui proses kreativitas dengan mengimplementasikan
ide-ide atau gagasan baru pada tataran praktek. Demikian juga motivasi Kepala Sekolah sangat penting untuk penerapan
MBS dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. (Hadis, A. dan Nurhayati, 2011) menjelaskan dalam persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan,
Inovasi
bersifat subyektif dan spesifik (Kristiawan, Suryanti, Muntazir, Ribuwati, & AJ,
2018). Inovasi
dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan
kegiatan (usaha) invention dan
discovery (Rusdiana, 2014).
salah satu kajian yang banyak dimanfaatkan untuk mencermati pembaharuan pendidikan adalah kajian inovasi
pendidikan (Syafaruddin, Asrul, Mesiono, Wijaya, & Usiono,
2016).
Inovasi mempunyai dimensi proses kreatif, adanya perubahan yang mengarah kepada pembaharuan dan memiliki nilai tambah. Dalam
konteks pendidikan, dimensi-dimensi tersebut sangat logis dan tepat, untuk mengingat
perubahan yang diharapkan, yaitu menuju pada peningkatan kualitas pelayanan yang bermuara pada pemahaman tentang MBS. Kreatifitas Kepala Sekolah adalah kemampuan Kepala Sekolah dalam melakukan
inovasi dan komunikasi tentang penerapan MBS di sekolah.
Dimensi
inovasi mempunyai unsur-unsur yang harus dipahami yaitu:
1. Kejelasan inovasi, artinya adalah adopsi, imitasi atau modifikasi
ide-ide praktek dan konsep
MBS dapat dimanfaatkan oleh
sekolah.
2. Unsur komunikasi, melalui berbagai saluran seperti lisan, tulisan, diskusi, yang berkenaan dengan ide-ide yang akan diterapkan.
3. Unsur waktu, bahwa inovasi
perlu waktu untuk dapat dipahami
dan diikuti oleh semua unsur yang ada di sekolah.
Suatu
inovasi Kepala Sekolah sering gagal disebabkan kurangnya dukungan oleh perangkat praktek di lapangan, bahkan sering terjadi para pengambil keputusan inovasi tidak mengerti
subtansi konsep dan praktek di lapangan. Oleh sebab itu, perlu
adanya simulasi berkenaan dengan penerapan inovasi melalui tahapan-tahapan: 1) adanya pengetahuan, 2) bujukan, 3) keputusan, 4) pelaksanaan, 5) tahapan konfirmasi.
Pandangan
yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa inovasi Kepala Sekolah dalam penerapan
MBS harus dilakukan tahapan yang jelas, konsep yang jelas, dan penyebarluasan yang tepat, sehingga dalam pelaksanaannyamendapat dukungan dari berbagai kalangan.
Kesemuanya itu membutuhkan pemahaman Kepala Sekolah mengenai konsep-konsep MBS sekaligus motivasi yang tinggi agar dalam pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat tercapai.
Gambaran
saat ini bahwa SMP Negeri 1 Kota Cirebon telah
mampu mengembangkan pendidikan yang efektif dan efisien, pendidikan yang bermutu dan sekolah telah mampu mencapai
predikat Sekolah Standar Nasional (SSN).�
Disamping hal tersebut sekolah telah dapat menghasilkan
lulusan yang berkesinambungan
sehingga dapat memenuhi harapan pelanggan, sekolah telah mampu memberikan
keyakinan kepada diri sendiri bahwa
manajemen berkualitas telah dicapai dan dipertahankan, dan sekolah juga dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa lulusannya memiliki kualitas yang baik.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kondisi yang sebenarnya bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan di SMP
Negeri 1 Kota Cirebon. Penelitian tersebut
akan dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, Guru, Dewan Sekolah
dan Siswa.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini diarahkan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian deskripsi dan analisis akan dilakukan berdasarkan temuan-temuan, peristiwa-peristiwa, proses, dan hasil
yang berhubungan dengan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Secara khusus kajian
penelitian ini pada hakekatnya mengamati kegiatan warga sekolah mulai dari
Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, Sarana, Bendahara, Guru, Dewan Sekolah
dan Siswa.
Kepala
Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum dan sarana, bendahara, guru, dewan sekolah serta siswa selain
diamati juga diwawancarai.
Hal ini merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif. Informasi dari informan Kepala Sekolah merupakan informan utama dan sebagai informan pendamping adalah dari wakil kepala sekolah, bendahara dan guru.
Dewan Sekolah dan siswa sebagai informan, triangulasi dijadikan bahan atau sumber
penelitian. Informasi dari informan utama,
informan pendamping, dan informan triangulasi dicocokan hasilnya untuk dianalisis dan dikaji sehingga akan menghasilkan kesimpulan akhir dari penelitian tersebut.
Pendekatan
kualitatif pada penelitian ini menggunakan beberapa metode, teknik, dan instrument pengumpulan
data, analisis data, validitas
data, dan validitas hasil penelitian. Semua kegiatan tersebut dalam upaya agar menghasilkan analisis data yang akurat (Sugiyono, 2015).
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kota Cirebon. Sementara itu yang menjadi focus masalah dalam penelitian ini adalah implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
Berdasarkan
focus masalah dan tempat dilaksanakannya penelitian, selanjutnya ditetapkan informan utama dan informan pendamping yang menjadi sumber dalam memberikan informasi yang dibutuhkan selama proses penelitian berlangsung. Pada studi ini data diartikan sebagai informasi tertulis, verbal, atribut-atribut
dan gejala-gejala baik fisik dan non fisik, yang dapat memberikan pemahaman tentang indicator yang dicari sesuai dengan
fokus dan tujuan penelitian (Moeloeng, 2010).
Data
yang diungkap dalam penelitian ini terdiri dari dua
jenis yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah
data yang diperoleh secara langsung melalui informasi dari sumbernya. Sumber data utama dalam penelitian
ini adalah Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah, Bendahara, Guru, Dewan Sekolah
dan Siswa. Dan yang menjadi
sumber data tersebut ditentukan atau dipilih berdasarkan keperluan atau tujuan tertentu sesuai dengan fokus
penelitian.
Data
lainnya adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi,
yakni data yang ada dalam dokumen sekolah.
Data-data dimaksud antara
lain: data penerimaan siswa
baru, dari notula rapat ke,
buku inventaris sekolah, supervise Kepala Sekolah, identitas guru, laporan dan berkas-berkas data sekolah yang terkait sehingga dapat memberikan gambaran tentang data yang dibutuhkan sesuai fokus penelitian.
Data
yang terkumpul dianalisis secara induktif dan berlangsung selama pengumpulan data di lapangan yang
dilakukan secara terus-menerus. Prosedur kegiatan yang dilakukan adalah mereduksi data, mengklasifikasi data, menyajikan
data, memverifikasi data, dan menarik
kesimpulan.
Reduksi
data artinya data yang diperoleh
dari lapangan merupakan data mentah, untuk itu data tersebut dipilih dan dirangkum yang penting-pentingnya
saja sesuai dengan sub-sub fokus penelitian sehingga mudah dalam menganalisisnya.
Kegiatan mereduksi ini difokuskan kepada hal-hal penting yang berkaitan dengan masalah implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Display data (menyajikan data) yaitu data yang telah dibuat laporan
tadi disusun secara sistematis agar dapat memberikan gambaran yang jelas.
Verifikasi
data adalah sesuatu langkah untuk membuktikan
apakah data yang diperoleh dapat dijamin kesahihannya,
misalnya memalui kegiatan member check
maupun triangulasi sehingga diperoleh sebuah kesimpulan data atau informasi yang valid.
Untuk
mengetahui tingkat validitas data, maka data-data tersebut harus memenuhi kriteria berikut: derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability),
ketergantungan (dependenability), kepastian
(confirmability).
Dalam
upaya mencapai derajat kepercayaan, peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan pada
setting lapangan, ketekuna penelitian, triangulasi, pengecekan sejawat atau diskusi, kecukupan
referensi, analisis kasus negative, dan pengecekan anggota. Sementara itu untuk membangun
keteralihan (transferability),
peneliti membekali diri dengan pengetahuan
secukupnya tentang masalah yang diteliti dengan cara membaca
banyak referensi dan bertanya langsung kepada orang-orang yang memahami permasalahan.
Untuk
memenuhi kriteria ketergantungan (depenbility), peneliti melakukan audisi untuk mengecek laporan agar tidak melenceng, keliru atau salah. Sedangkan untuk memenuhi kriteria kepastian (confirmability), peneliti
melakukan pemeriksaan ulang sebagai konfirmasi
untuk meyakinkan bahwa yang dipaparkan sesuai dengan kenyataan.
Pengambilan
data dilakukan dengan senantiasa mempertimbangkan: (1) kebutuhan data sesuai dengan fokus penelitian,
ada data yang diperlukan melalui penyebaran angket dan ada data yang dibutuhkan melalui observasi dan wawancara. (2) kedekatan dengan orang-orang dan situasi yang diteliti, sehingga dimungkinkan pemahaman mendalam dan rinci tentang apa
yang sedang berlangsung,
(3) berupaya mengungkap apa yang secara actual terjadi, (4) data kualitatif yang
digali diarahkan pada sekumpulan besar uraian mengenai berbagai kegiatan, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Dengan
memperhatikan syarat-syarat
dan pedoman diatas, pengumpulan data didalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu Observasi-Wawancara Mendalam-Studi Kepustakaan
Data-data
yang bersifat dokumen dalam penelitian ini meliputi: (1) Arsip-arsip sekolah yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan guru, (2) Dokumen-dokumen
yang terkait prasarana dan sarana yang dimiliki sekolah, (3) Dokumen-dokumen yang
terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah, (4) Kurikulum dan Silabi SMPN 1 Kota Cirebon, (5) Kalender
Pendidikan, (6) Prestasi yang telah
diraih sekolah, (7) Hasil akademik siswa SMPN 1 Kota
Cirebon, (8) Data alumni SMPN 1 Kota Cirebon.
Validitas
dan reabilitas terhadap
instrument di lakukan melalui
triangulasi untuk menguji keabsahan data yang berhasil dikumpulkan. Triangulasi data dilakukan dengan mewawancarai sumber data lain. Tahap ini dilakukan setiap
selesai melakukan wawancara dan observasi, dengan mengkonfirmasikan kembali catatan lapangan yang telah diperoleh.
Analisis
data dilakukan dengan teknik deskriptif dengan melakukan tahapan reduksi, display dan kongusi. Reduksi data adalah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data �kasar�
yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Selain itu, reduksi data juga dimaksudkan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Sementara
itu, penyajian data merupakan bagian dari analisis, dengan maksud agar data atau informasi yang telah terkumpul dapat tersusun dalam bentuk yang padu. Bentuknya dapat berupa matriks,
grafik, jaringan dan bagan. Dengan bentuk
yang padu, akan lebih memungkinkan bagi peneliti untuk
menarik kesimpulan. dengan demikian penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bantuan pendekatan kuantitatif untuk lebih memudahkan pengambilan kesimpulan secara deskriptif kualitatif dalam proses penelitian.
Berdasarkan
uraian sumber data, teknik dan instrument pengumpulan
data maupun prosedur dan teknik analisis data diatas sebenarnya secara tidak langsung
sudah tergambar bagaimana tahapan penelitian ini.
1. Pada
langkah awalnya peneliti melakukan survey ke lapangan melakukan
wawancara dengan Kepala Sekolah sebagai informan utama, wakil Kepala Sekolah, bendahara, guru, dewan sekolah dan siswa. Pada langkah awal dimulainya
penelitian ini dilakukan pendekatan secara terbuka kepada responden atau informan uatama
yaitu Kepala Sekolah yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dari
peranannya sebagai pimpinan dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Selain dihimpun pula informasi mengenai profil sekolah, mulai berdiri sampai
saat ini yang menjelma sebagai salah satu sekolah yang menerapkan MBS di Kota Cirebon.
2. Tahap berikutnya yang dilakukan adalah dengan tahap
eksplorasi terhadap sub-sub
fokus penelitian yang mencakup penyusunan instrument dalam rangka memperoleh
data yang sesuai dengan
sub-sub fokus penelitian.
3. Setelah
itu peneliti mengklasifikasi data serta menganalisis data yang diperoleh untuk dijadikan kesimpulan pedoman wawancara yang berisikan petunjuk bagaimana informasi tersebut diperoleh dan dikumpulkan, siapa saja informannya,
informasi apa saja yang perlu digali, bagaimana agar informasi tersebut mudah ditangkap, mencakup serta keseluruhan dan dapat memenuhi informasi yang diperlukan.
4. Tahapan berikutnya adalah membuat laporan penelitian, mulai dari bimbingan konsep atau draf
laporan, pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah
menyusun bahan-bahan hasil penelitian melalui pengelolaan data dan informasi sehingga menjadi rumusan hasil penelitian dalam bentuk tesis.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Pelaksanaan MBS dalam peningkatan mutu pendidikan
Berdasarkan
hasil penelitian, wawancara, observasi dan studi dokumentasi bahwa pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh
SMP Negeri 1 Kota Cirebon adalah sebagai
berikut:
1. � Menetapkan visi, misi dan strategi yang ditujukan kepada arah pencapaian
tujuan mutu pendidikan, khususnya mutu para siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah.
2.�� Menetapkan pembagian kewenangan, bahwa pengelolaan pendidikan sebaiknya berlandaskan kepada keinginan untuk saling mengisi,
saling membantu dan menerima, berbagai kekuasaan/kewenangan sesuai dengan fungsi
dan perannya masing-masing.
3.�� Melibatkan partisipasi masyarakat, tanggung jawab pelaksanaan pendidikan bukan hanya dibebankan kepada sekolah (Kepala Sekolah dan Guru), tetapi juga menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua lapisan masyarakat,
termasuk di dalamnya adalah orang tua siswa.
4.�� Pembentukan Dewan Sekolah, dalam implementasi MBS, idealnya setiap sekolah membentuk Dewan Sekolah, sebagai institusi yang akan melaksanakan MBS. Pembentukan
Dewan Sekolah sebaiknya diikuti dengan langkah-langkah nyata, dengan mengidentifikasi tujuan, manfaat, perencanaan dan pelaksanaan
program, serta aspek-aspek
yang berkaitan dengan Dewan
Sekolah sebagai institusi penopang dalam keberhasilan visi dan misi sekolah.
5.�� Transparansi dan akuntabilitas, memiliki makna bahwa prinsip MBS harus berpijak pada transparansi atau keterbukaan dalam pengelolaan sekolah, termasuk didalamnya masalah fisik dan nonfisik. Akuntabilitas (tanggung jawab) memberi makna sekolah
beserta Dewan Sekolah merupakan institusi terdepan yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan
sekolah.
1.
Tahapan-tahapan pelaksanaan MBS dalam peningkatan mutu pendidikan
Berdasarkan
hasil penelitian, wawancara, observasi dan studi dokumentasi bahwa tahapan-tahapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 1 Kota Cirebon adalah sebagai berikut:
Tahap awal yang dilakukan oleh sekolah dalam pelaksanaan
MBS yaitu dengan cara sosialisasi kepada seluruh pihak yang ada di sekolah mulai dari
Kepala Sekolah, Guru, Staf, Siswa, Dewan Sekolah dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah.
Dalam tahap ini agar dalam penerapan konsep Manajemen Berbasis Sekolah tidak mengandung resiko. Efektivitas model uji coba ini memerlukan
persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas,
dan sustainabilitas. Akseptabilitas
maksudnya adalah adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan, khususnya guru dan Kepala Sekolah sebagai pelaksana dan penanggung jawab pendidikan di sekolah. Akuntabilitas maksudnya adalah bahwa program MBS harus dapat dipertanggung
jawabkan, baik secara konsep, operasional, maupun pendanaannya. Reflikabilitas maksudnya adalah model MBS yang diuji cobakan dapat
direflikasi di sekolah
lain. Dan sustainabilitas maksudnya
adalah program MBS tersebut
dapat dijaga kesinambungannya setelah diuji coba dilaksanakan.
Dalam tahap ini adalah
memasyarakatkan model yang telah
diuji cobakan agar dapat mengimplementasikannya secara efektif dan efisien.
2.
Peran
Kepala Sekolah dalam mengatasi kendala-kendala dalam penerapan MBS dalam peningkatan mutu pendidikan
Berdasarkan
hasil penelitian, wawancara, observasi dan studi dokumentasi bahwa peran Kepala
Sekolah dalam menghadapi kendala-kendala dalam penerapan MBS dalam peningkatan mutu pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Peran
Kepala Sekolah dalam mengatasi kendala-kendala dalam mengelola tenaga kependidikan (guru)
Keberhasilan
MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikannya yang ada di sekolah. Dalam hal ini
peningkatan produktivitas
dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
perilaku manusia di tempat kerja melalui
aplikasi konsep dan teknik penerapan manajemen personalia. Dalam mengelola tenaga kependidikan mencakup kepada: 1) perencanaan pegawai, 2) pengadaan pegawai, 3) pembinaan dan pengembangan pegawai, 4) promosi dan mutasi, 5) pemberhentian pegawai, 6) konvensasi, 7) penilaian pegawai.
Tugas Kepala Sekolah dalam kaitannya dengan pengelolaan tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena itu
Kepala Sekolah dituntut untuk mengerjakan instrument-instrument pengelolaan
tenaga kerja kependidikan seperti daftar absensi, daftar riwayat pekerjaan, kondisi pegawai untuk dapat
membantu dalam kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.
b. Peran
Kepala Sekolah dalam mengatasi kendala-kendala dalam pengelolaan sarana dan prasarana.
Penanganan
sarana dan prasarana adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses berjalannya pendidikan, khususnya proses belajar mengajar.
Peran Kepala Sekolah dalam menangani
masalah sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dalam proses pendidikan serta menambah dan melengkapi manakala sarana tersebut dibutuhkan.
c. Peran
Kepala Sekolah dalam mengatasi kendala-kendala dalam pengelolaan peserta didik.
Peran Kepala Sekolah dalam pengelolaan
tenaga kependidikan bertujuan untuk mengetahui berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan
dengan lancer. Peranan terpenting dalam menangani kendala tenaga kependidikan yaitu mengembangkan sikap kepribadian, serta aspek emosional,
serta keterampilan-keterampilan.
d. Peran
Kepala Sekolah dalam mengatasi kendala dalam bidang
keuangan adalah membuat perencanaan, pelaksanaan, mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan dan akuntabilitas kepada masyarakat dan pemerintah, serta selalu mengadakan kerjasama yang harmonis dengan Komite Sekolah,
orang tua siswa,
stakeholder, pemerintah serta
pihak-pihak yang peduli dengan pendidikan serta menggali sumber dana baik berasal dari dalam
sekolah maupun dari luar sekolah.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kota Cirebon tentang implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut: Menetapkan visi, misi dan strategi, maksudnya adalah sebelum sekolah menerapkan MBS Kepala Sekolah menetapkan terlebih dahulu tujuan sekolah yang akan dicapai serta
bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut; Menetapkan pembagian kewenangan, maksudnya adalah untuk kelancaran
jalannya MBS perlu adanya pembagian kewenangan untuk masing-masing bagian, sehingga kalua ada kekurangan untuk saling mengisi,
saling membantu dan menerima, serta melengkapi berbagai kekuasaan/ kewenangan sesuai dengan fungsi
dan perannya masing-masing; Melibatkan
partisipasi masyarakat, maksudnya adalah tanggung jawab pelaksanaan pendidikan di sekolah bukan hanya
dibebankan kepada sekolah saja tetapi
merupakan tanggung jawab semua lapisan
masyarakat, termasuk di dalamnya adalah orang tua siswa; Pembentukan
Dewan Sekolah, dalam implementasi MBS, idealnya setiap sekolah membentuk Dewan Sekolah, sebagai institusi yang akan melaksanakan MBS dengan pihak-pihak terkait dan Transparansi dan akuntabilitas, memiliki makna bahwa prinsip
MBS harus berpijak pada transparansi atau keterbukaan dalam pengelolaan sekolah, termasuk didalamnya masalah fisik dan nonfisik.
Adapun tahapan-tahapan
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 1 Kota Cirebon adalah tahap Sosialisasi
sebagai tahap awal yang dilakukan oleh sekolah dalam pelaksanaan
MBS yaitu dengan cara sosialisasi kepada seluruh pihak yang ada di sekolah mulai dari
Kepala Sekolah, Guru, Staf, Siswa, Dewan Sekolah dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. Tahap Uji Coba merupakan penerapan konsep Manajemen Berbasis Sekolah tidak mengandung resiko. Efektivitas model uji coba ini memerlukan
persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas,
dan sustainabilitas.
Akseptabilitas
maksudnya adalah adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan, khususnya guru dan Kepala Sekolah sebagai pelaksana dan penanggung jawab pendidikan di sekolah. Akuntabilitas maksudnya adalah bahwa program MBS harus dapat dipertanggung jawabkan, baik secara konsep, operasional, maupun pendanaannya. Reflikabilitas maksudnya adalah model MBS yang diuji cobakan dapat direflikasi
di sekolah lain. Dan sustainabilitas maksudnya adalah program MBS tersebut dapat dijaga kesinambungannya setelah diuji coba
dilaksanakan, Serta tahap diseminasi yakni memasyarakatkan model yang telah diuji cobakan agar dapat mengimplementasikannya secara efektif dan efisien.
Berdasarkan
data dokumentasi, observasi
dan wawancara dapat disimpulkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam mengatasi kendala-kendala dalam hal masalah guru adalah dengan cara
melakukan pembinaan-pembinaan
terhadap guru secara intensif, dengan mengikutsertakan pelatihan-pelatihan,
mengikut sertakan sertifikasi, mengikutsertakan kegiatan-kegiatan MGMP dan meningkatkan
pendidikannya baik jalur formal maupun nonformal serta memberikan motivasi untuk dapat mengembangkan keahliannya yang berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar serta meningkatkan kesejahteraan guru. Adapun upaya-upaya
yang dilakukan dalam menghadapi kendala sarana dan prasarana dengan cara memenuhi
serta melengkapi sarana-sarana yang dianggap perlu berdasarkan kemampuan keuangan sekolah serta mencari
dukungan serta bantuan kepada orang tua siswa, serta
pihak-pihak yang peduli tentang pendidikan. Sedangkan untuk mengahadapi masalah tentang peserta didik Kepala Sekolah
mengadakan koordinasi dengan bagian terkait
yaitu bagian bimbingan dan konseling serta orang tua siswa yang bersangkutan. Dan untuk mengatasi kendala dalam hal
keuangan Kepala Sekolah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti Komite Sekolah, orang tua siswa, stakeholder, serta pemerintah untuk mendapatkan sumber dana, serta disamping menggali dana dari dalam sekolah juga dari luar sekolah.
BIBLIOGRAFI
Fadhli, Muhammad. (2017). Manajemen peningkatan mutu
pendidikan. Tadbir: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 1(2), 215�240.
Fattah, Nanang. (2019). Landasan manajemen pendidikan.
Gunawan, Imam, & Benty, Djum Djum Noor. (2017). Manajemen
Pendidikan: Suatu Pengantar Praktik.
Hadis, A. dan Nurhayati, B. (2011). Manajemen Mutu
Pendidikan. Bandung: AlfaBeta.
Jannah, Fathul. (2015). Inovasi Pendidikan Dalam Rangka
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas. -, 1(1).
Khori, Ahmad. (2016). Manajemen Strategik dan Mutu Pendidikan
Islam. Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1.
Kristiawan, Muhammad, Suryanti, Irmi, Muntazir, M., Ribuwati,
Areli, & AJ, Agustina. (2018). Inovasi Pendidikan. Jawa Timur: Wade
Group National Publishing.
Kurniadin, Didin, Machali, Imam, & Sandra, Meita. (2013).
Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan.
Moeloeng, J. (2010). Lexy. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustari, Muhamad, & Rahman, M. Taufiq. (2014). Manajemen
pendidikan. Raja Grafika Persada.
Pananrangi, H. Andi Rasyid, & SH, M. Pd. (2017). Manajemen
Pendidikan (Vol. 1). Celebes Media Perkasa.
Rusdiana, A. (2014). Konsep Inovasi Pendidikan.
Pustaka Setia.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
R&B. Bandung: Aflabeta.
Suhelayanti, Suhelayanti, Aziz, M. Ridwan, Sari, Dian Cita,
Safitri, Meilani, Saputra, Syifa, Purba, Sukarman, Revida, Erika, Purba, Ramen
A., Muharlisiani, Lusy Tunik, & Simarmata, Janner. (2020). Manajemen
Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.
Syafaruddin, Syafaruddin, Asrul, Asrul, Mesiono, Mesiono,
Wijaya, Candra, & Usiono, Usiono. (2016). Inovasi pendidikan: suatu
analisis terhadap kebijakan baru pendidikan.