Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��������������������������������� e-ISSN: 2548-1398
��������������������������������� Vol. 6, No. 1, Januari 2021
ANALISIS PRIORITAS KEBIJAKAN DALAM PENINGKATAN KINERJA
APARATUR PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR KELURAHAN DI KABUPATEN CIREBON
Mira Indriyulia Ekarini
Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
This study aims to determine policy
priorities in an effort to improve the performance of public service personnel
at village offices in cirebon districts. This
research method uses explanatory research, which is a type of research that
explains and highlights the relationship between the variables proposed in the
study and explains the influence of independent variables on dependent
variables. The results of this study showed that work capability (X1) has a
positive and significant effect on employee performance (Y). Positive values
were obtained from the calculation of linear regression doubled by 0.266, while
seen from a significant level obtained from the results of t (partial) test of thitung 4,742 > ttabel2,056 with a significant level of
0.000 < 0.05. The conclusion of this study is the value of the determination
coefficient (Adjusted RSquare) of 0.986. From this
can be taken a popularity that free variables (personality, organizational
communication, facilities) are able to explain by 98.6% to the variables tied
(employee performance). While the remaining 1.4% (100% - 98.6%) explained by
other free variables not proposed in this study.
Keywords: �policy
priorities; performance improvements; public service
Abstract
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui prioritas kebijakan dalam upaya peningkatan kinerja para aparatur pelayanan publik pada kantor kelurahan di kabupaten cirebon. Metode penelitian
ini menggunakan
explanatory research, yaitu jenis penelitian yang menjelaskan dan
menyoroti hubungan antar variabel-variabel yang diajukan dalam penelitian serta
menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan kerja (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Nilai positif diperoleh dari perhitungan regresi linier berganda sebesar 0,266, sedangkan dilihat dari taraf
signifikan diperoleh dari hasil uji t (parsial) sebesar thitung 4,742 > ttabe l2,056 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu nilai koefisien
determinasi (Adjusted RSquare)
sebesar 0,986. Dari hal ini dapat diambil
suatu kesmipulan bahwa variabel bebas (personality, komunikasi organisasi, fasilitas) mampu menerangkan sebesar 98,6% terhadap variabel terikatnya (kinerja pegawai). Sedangkan sisanya 1,4% (100% -
98,6%) diterangkan oleh variabel
bebas lainnya yang tidak diajukan dalam penelitian ini.
Kata Kunci: prioritas kebijakan; peningkatan kinerja; pelayanan publik
Coresponden
Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Penyelenggaraan Pemerintahan Indonesia menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Prinsip penyelanggaraan desentralisasi adalah otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah-daerah diberikan kewenangan mengatur dan mengurus semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintah. Kebijakan publik merupakan salah satu dimensi pokok dalam
ilmu dan praktik administrasi publik. Sebagai salah satu unsur penting dalam
administrasi publik, kebijakan publik dianalogikan fungsinya sama dengan fungsi
otak pada tubuh manusia, karena melalui instrumen ini, segala aktivitas
kehidupan bernegara, dan bermasyarakat mulai dilakukan oleh birokrasi, plus pihak swasta dan masyarakat (Mulyadi, 2016). Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga
negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan public
(Verasvera, 2016).
Layanan publik
bagi pemerintah sudah selayaknya dipersepsikan sebagai sebuah layanan komersial
meskipun tidak bertujuan komersial (Rahmadana et al.,
2020). Pemerintah sebagai penyedia layanan publik yang
dibutuhkan oleh masyarakat harus bertanggung jawab dan terus berupaya untuk
memberikan pelayanan yang terbaik demi peningkatan pelayanan publik (Rukayat, 2018). Salah�
satu� lembaga� penyelenggaraan pelayanan�
publik� yang� langsung�
berhadapan kepada masyarakat adalah pada tingkat yang terendah� yakni�
Kecamatan (Widiaswari, 2016). Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa
dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus
dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerah dan masyarakatnya untuk lebih diberdayakan sekaligus diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk
mempercepat laju pembangunan daerah. Sejalan dengan hal tersebut maka
implementasi kebijakan otonomi daerah telah mendorong terjadinya perubahan, baik secara struktural,
fungsional, maupun secara kultural dalam tatanan penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Kinerja merupakan hasil kerja secara
kuantitas dan kualitas yang
dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, antara lain:
1)�� Kemampuan yang merupakan kemampuan individual untuk melaksanakan pekerjaan yang meliputi bakat, minat dan faktor kepribadian lainnya;
2)�� Tingkat usaha yang terdiri dari motivasi, etika kerja, kehadiran
dan rancangan tugas ;
3)�� Dukungan organisasi berupa pelatihan dan pengembangan, sarana penunjang dan pemberian penghargaan;
4)�� Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan; dan
5)�� Hubungan mereka terhadap organisasi.
Faktor-faktor tersebut jika dilihat
dari sisi kondisi di institusi pemerintahan khususnya di Pemerintah Daerah yang memiliki fungsi pelayanan publik, maka faktor-faktor
tersebut dapat disederhakan menjadi:
1)�� Kemampuan kerja;
2)�� Fasilitas kerja;
3)�� Kedisiplinan.
Kinerja adalah perilaku seseorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah memenuhi sejumlah persyaratan. Kinerja merupakan kemampuan atau kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi
dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan
yang diambil. Kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksana suatu kegiatan/ program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis (strategic
planning) suatu organisasi.
Kinerja dapat juga diartikan
sebagai prestasi yang dapat dicapai organisasi
dalam suatu periode tertentu. Prestasi organisasi merupakan tampilan wajah organisasi dalam menjalankan kegiatannya. Dengan kinerja, organisasi dapat mengetahui sampai peringkat keberapa prestasi keberhasilan atau bahkan mungkin kegagalannya dalam menjalankan amanah yang diterimanya. Kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi.
Dengan fungsi Kantor Kelurahan sebagai kantor pelayanan publik terdepan yang kinerja pegawai atau aparatur
sangat perperan signifikan terhadap kinerja pelayanan publik pada Kantor Kelurahan, maka kajian mengenai
peningkatan kinerja aparatur sangat perlu dilakukan.
Kantor Kelurahan merupakan kantor instansi pelayanan publik yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintahan daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam berbagai bidang, mulai dari administrasi
kependudukan, pencatatan sipil sampai urusan
pertanahan. Kantor Kelurahan
juga merupakan instansi pelayanan publik terdepan yang berhubungan langsung dengan masyarakat, sehingga kinerjanya dirasakan dan diawasi langsung oleh masyarakat. Oleh karenanya, pengelolaan SDM aparatur pelayanan publik di Kantor Kelurahan harus dilakukan secara baik dan terencana.
Di Kabupaten Cirebon, terdapat 12 kantor kelurahan yang tersebar di kecamatan. Setiap Kantor Kelurahan mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat di
masing-masing wilayah kelurahan yang jumlah penduduknya berkisar antara 4.000 � 14.000
orang. Dengan jumlah pegawai di setiap Kantor Kelurahan yang hanya berjumlah 5�7 orang pegawai, maka beban kerja
pegawai di Kantor Kelurahan
cukup signifikan untuk ukuran kantor
pelayanan publik.
Dengan kondisi jumlah aparatur yang terbatas dengan beban kerja
yang cukup signifikan membuat pengelolaan SDM pada
Kantor Kelurahan harus dikelola secara baik sehingga kinerja
pelayanan publik dapat berjalan optimal. Peningkatan kinerja aparatur pelayanan publik di Kantor Kelurahan di Kabupaten Cirebon saat ini dilakukan dengan
melaksanakan berbagai kebijakan, tetapi terdapat empat bentuk kebijakan yang paling sering dilaksanakan, yaitu kebijakan peningkatan kemampuan kerja aparatur, peningkatan kualitas fasilitas kerja, peningkatan efektifitas dan efisiensi standar operasional prosedur pelayanan serta peningkatan kedisiplinan kerja. Secara teori
seperti yang disebutkan sebelumnya, kempat kebijakan tersebut dapat mempengaruhi kinerja pegawai dan peningkatan pada ketiga bidang tersebut dapat memberikan pengaruh peningkatan kinerja aparatur pelayanan publik pada Kantor Kelurahan. Tetapi pada kenyataan dilapangan, keterbatasan anggaran membuat keempat kebijakan tersebut tidak dapat dilaksanakan
secara bersamaan dengan optimal.
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajamen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu
dan kelompok kerja perusahaan tersebut (Mathis & Jackson, 2006), Kinerja perusahaan merupakan hasil dari tingkat
keberhasilan perusahaan secara keseluruhan selama periode tertentu dari proses bisnis (Nanda, 2015). Kinerja suatu perusahaan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usaha dalam mencapai sasaran atau tujuan
Mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan untuk:
(1) meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya manusia,
(2) meningkatkan efisiensi
penggunaan waktu,
(3) beradaptasi dengan
perubahan, dan
(4) mencapai target yang telah
ditetapkan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor Kemampuan, Faktor Tingkat Usaha, Dukungan Organisasi, Keberadaan Pekerjaan yang Mereka Lakukan, Hubungan Mereka Dengan Organisasi
(Mathis & Jackson, 2006).
Kemampuan adalah faktor penting
dalam meningkatkan produktifitas kerja, kemampuan berhubungan dengan pengetahunan (knowledge)
dan keterampilan (skill) yang dimiliki
seseorang. Pengetahuan dan keterampilan sanggat dipengaruhi oleh pendidikan dan latihan. Pengetahuan diukur dengan tiga
indikator yaitu tingkat pendidikan formal yang dimiliki, pelatihan teknis yang pernah diikuti dan kemampuan menguasai pekerjaan. Sementara keterampilan diukur dengan dua
indikator yaitu petunjuk teknis pekerjaan dan ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan (Sutermeister, 1976). Kemampuan merupakan kapasitas individu pegawai baik yang berupa pengetahuan maupun keterampilan dalam menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pegawai yang memiliki kemampuan berupa pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang dikerjakannya diharapkan dapat memberikan produktifiktas kerja atau kinerja
yang baik dan maksimal. Begitupula sebaliknya, tanpa kemampuan yang memadai sesuai yang dibutuhkan maka pekerjaan juga tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak maksimal.�
Fasilitas kerja merupakan suatu sarana fisik
yang dapat memproses suatu masukan (input) dan menuju keluaran (output) yang diinginkan. Fasilitas kerja terkait dengan
lingkungan kerja, karena lingkungan kerja juga merupakan fasilitas kerja, dengan adanya lingkungan
kerja yang nyaman maka pegawai dapat
melaksanakan kerja dengan baik (Drs, 2001), Fasilitas kerja adalah sarana fisik
yang diberikan perusahaan atau instansi untuk
mendukung pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pegawai agar dapat mencapai dengan tujuan yang diinginkan.
Kedisiplinan kerja merupakan suatu hal dipergunakan
manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan supaya mereka bersedia mengubah perilaku dan untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang dalam memenuhi segala peraturan perusahaan. (Rivai & Junani Sagala, 2011), disiplin kerja merupakan perilaku, sikap atau perbuatan
yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada di sebuah organisasi
baik yang tertulis maupun tidak tertulis
dan terdapat sanksi apabila tidak dilaksanakan.
Berdasarkan studi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Soleh, Putra, & Rahayu, 2017) menganalisis mengenai kinerja aparatur dan pelayan publik pemerintah sebagai indikator kelayakan kinerja aparatur dan pelayanan publik untuk bahan acuan
pertimbangan pengambilan keputusan dalam revormasi birokrasi. Maka dalam penelitian
yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui prioritas kebijakan aparatur pelayanan public. Sehingga penelitian ini dapat bermanfaat dalam rangka peningkatan
kinerja seluruh aparatur pelayanan public yang berada di kelurahan-kelurahan
Cirebon.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunaan explanatory research, yaitu jenis penelitian yang menjelaskan
dan menyoroti hubungan antar variabel-variabel yang diajukan dalam penelitian
serta menjelaskan pengaruh variabel independen (Variabel bebas atau yang
mempengaruhi) terhadap variabel dependen (variabel tergantung atau yang
dipengaruhi) disertai dengan menguji hipotesis yang diujikan (Umar, 2011). Lokasi dilakukannya penelitian ini di 12 kantor kelurahan yang tersebar di 40 kecamatan di
wilayah kabupaten Cirebon. Variable bebas dalam penelitian
ini adalah: Kemampuan kerja (X1), Disiplin kerja (X2), dan Fasilitas kerja (X3) sedangkan variabel terikat atau variabel
yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah Kinerja Pegawai (Y).
Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh karyawan kelurahan sebanyak 78 orang sedangkan sampelnya sebanyak 78 orang (jumlah sample sama dengan jumlah
populasi). Teknik Sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah simple random sampling
yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi
yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada di dalam populasi (Sugiyono, 2016b).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
atau informasi yang berasal dari sumber
asli dan dikumpulkan secara khusus dari
responden untuk menjawab penelitian.� Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung
dari responden. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Analisis yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji t dan uji f.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1.
Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Menurut
(Sugiyono,
2016a) bila nilai korelasi positif dan besarnya 0,3
keatas maka dinyatakan valid dari hasil pengujian didapat bahwa nilai r hitung
> 0,3, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut dapat digunakan
untuk mengukur variabel penelitian
b.
Uji Reliabilitas
Kriteria
pengambilan keputusannya adalah apabila nilai dari alpha cronbach lebih besar
dari 0,6 maka variabel tersebut sudah reliable (Simamora,
2004). Dari penelitian didapatkan bahwa nilai dari
alpha cronbach untuk semua variabel 0,820-0.940. Dari ketentuan yang telah
disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang digunakan untuk penelitian
adalah reliabel
2. Analisis Statistik Kuantitatif
a.
Korelasi
Analisis korelasi dalam penelitian ini meliputi analisis
korelasi sederhana dan analisis korelasi berganda.� Hasil pengujian menggunakan program SPSS
mendapatkan hasil sebagi berikut :
1)
Korelasi Sederhana
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa korelasi
sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :
a)
Korelasi sederhana antara varibel Kemampuan kerja
(X1) terhadap variabel kinerja
pegawai (Y) memiliki hubungan sangat kuat sebesar 0,969, karena berada diantara
0,800 s.d. 1,000� dan tingkat signifikan
0,000 < 0,05. Dengan demikian variabel personality mempunyai hubungan sangat
kuat terhadap variabel kinerja pegawai (Y).
b)
Korelasi sederhana antara varibel�
Disiplin kerja
(X2) terhadap variabel kinerja
pegawai (Y) memiliki hubungan sangat kuat sebesar 0,985, karena berada diantara
0,800 s.d. 1,000 dan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Dengan demikian
variabel komunikasi organisasi mempunyai hubungan sangat kuat terhadap variabel
kinerja pegawai (Y).
c)
Korelasi sederhana antara variabel fasilitas (X3) terhadap
variabel kenerja pegawai (Y) memiliki hubungan sangat kuat sebesar 0,973,
karena berada diantara 0,800 s.d. 1,000 dan tingkat signifikan 0,000 < 0,05.
Dengan demikian variabel fasilitas mempunyai hubungan sangat kuat terhadap
kinerja pegawai (Y).
2)
Korelasi Berganda
Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan SPSS
didapatkan hasil bahwa nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,994, hasil ini
berada diantara 0,800 s.d. 1,000. Dengan demikian dapat diinterprestasikan
bahwa secara bersama-sama/simultan terdapat hubungan yang sangat kuat antara
variabel Kemampuan kerja
(X1), variabel� Disiplin Kerja
(X2), dan variabel fasilitas kerja (X3) terhadap variabel kinerja
pegawai
b.
Regresi
1.
Regresi Linier Sederhana
a) Pengaruh Kemampuan kerja
(X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y)
Persamaan regresi linier sederhana untuk variabel
personality (X1) dari data yang diolah didapat sebagai berikut:
Y = 7,267 + 0,781X1
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa kinerja pegawai (Y)
sebesar 7,267. Sedangkan pengaruh variabel Kemampuan kerja
(X1) terhadap variabel kinerja
pegawai (Y) sebesar 0,781 dengan nilai thitung 20,825 > ttabel
2,056 (diperoleh dari df = n � k � 1, sebesar 30 � 3 � 1 = 26) dengan tingkat
signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara variable Kemampuan
kerja� (X1) terhadap kinerja
pegawai (Y).
b) Pengaruh�
Disiplin kerja
(X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y)
Persamaan regresi linier sederhana untuk variabel fasilitas kerja
(X2) dari data yang diolah didapat sebagai
berikut:
Y = 2,333 + 0,926X2
Selanjutnya dapat dijelaskan dijelaskan bahwa kinerja
pegawai (Y) sebesar 2,333. Sedangkan pengaruh variabel disiplin kerja
(X2) terhadap variabel kinerja
pegawai (Y) sebesar 0,926, dengan nilai thitung 29,961 > ttabel
2,056 (diperoleh dari df = n � k � 1, sebesar 30 � 3 � 1 = 26) dengan tingkat
signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara variabel disiplin kerja
(X2) terhadap kinerja pegawai (Y).
c) Pengaruh Fasilitas (X3) terhadap
Kinerja Pegawai (Y)
Persamaan regresi linier sederhana unuk variabel
fasilitas(X3) dari data yang diolah didapat sebagai berikut:
Y = -0,167 + 1,004X3
dan selanjutnya dapat dijelaskan bahwa kinerja pegawai
(Y) sebesar -0,167. Sedangkan pengaruh variabel fasilitas (X3)
terhadap variabel kinerja pegawai (Y) sebesar 1,004, dengan nilai thitung
22,372 > ttabel 2,056 (diperoleh dari df = n � k � 1, sebesar 30
� 3 � 1 = 26) dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel
fasilitas (X3) terhadap kinerja pegawai (Y).
2.
Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi linier berganda untuk variabel kemampuan kerja
(X1), Disiplin kerja
(X2), dan fasilitas (X3)
secara bersama-sama/simultan dari data yang diolah didapat sebagai berikut:
Y = 2,102 + 0,266X1
+ 0,359X2 + 0,310X3
a)
Nilai konstanta (a) = 2,102. Hal ini berarti bahwa bila variabel bebas (Kemampuan, Disiplin, fasilitas) tetap/konstan maka nilai kinerja
pegawai sebesar 2,102. Tetapi jika terjadi perubahan terhadap variabel bebas
maka nilai kinerja pegawai akan mengalami perubahan mengikuti besar kecilnya
perubahan.
b) Koefisien regresi (b1) = 0,266.
Koefisien regresi Kemampuan (X1) positif sebesar 0,266. Hal
ini berarti bahwa bila Kemampuan kerja
meningkat sebesar satu satuan dan variabel
bebas lainnya (Disiplin dan fasilitas) tetap atau konstan maka
kinerja pegawai (Y) akan meningkat�
sebesar 0,266 satuan.
c) Koefisien regresi (b2) = 0,359.
Koefisien regresi Disiplin kerja
(X2) positif sebesar 0,359. Hal
ini berarti bahwa bila disiplin kerja
meningkat satu satuan dan variabel bebas
lainnya (kemampuan dan fasilitas) tetap atau konstan maka
kinerja pegawai (Y) akan meningkat sebesar 0,359 satuan.
d)
Koefisien regresi (b3) = 0,310. Koefisien regresi fasilitas
(X3) positif sebesar 0,310. Hal ini berarti bahwa bila fasilitas
meningkat satu satuan dan variabel bebas lainnya (kemampuan dan disiplin� )
tetap atau konstan maka kinerja pegawai (Y) akan meningkat sebesar 0,310
satuan.
3.
Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan data penelitian yang diolah didapatkan bahwa
koefisien determinasi (Adjusted RSquare)
sebesar 0,986. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel bebas (personality,
komunikasi organisasi, fasilitas) dapat menjelaskan sebesar 98,6% terhadap
variabel terikatnya (kinerja pegawai). Sedangkan sisanya 1,4% (100% - 98,6%)
diterangkan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diajukan dalam penelitian
ini.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
1.
Uji Hipotesis pengaruh kemampuan kerja
(X1) terhadap kinerja pegawai (Y)
pada kantor Kelurahan di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data pada penelitian
ini, hasil pengujian hipotesis kemampuan (X1) terhadap kinerja pegawai (Y)
menunjukkan thitung 4,742 > ttabel 2,056 dengan
tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa hasil analisa
hipotesis dalam penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha, hal ini dikarenakan
thitung terletak pada daerah positif. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa Ha yang menyatakan �Kemampuan kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja pegawai pada kantor Kelurahan di Kabupaten Cirebon, terbukti/diterima.
2.
Uji Hipotesis pengaruh� disiplin kerja
(X2) terhadap kinerja pegawai (Y)
pada kantor Kelurahan di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data pada penelitian
ini, hasil pengujian hipotesis disiplin kerja
(X2) terhadap kinerja pegawai (Y)
menunjukkan thitung 3,705 > ttabel 2,056 dengan
tingkat signifikan 0,001 < 0,05. Hal ini berarti bahwa hasil analisa
hipotesis dalam penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha hal ini dikarenakan thitung
terletak pada daerah positif. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Ha
yang menyatakan �Disiplin kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja pegawai pada kantor Kelurahan di Kabupaten Cirebon�, terbukti/diterima.
3.
Uji Hipotesis pengaruh fasilitas (X3) terhadap kinerja pegawai pada
pegawai kantor Kelurahan di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data pada penelitian
ini, hasil pengujian hipotesis� disiplin (X2) terhadap kinerja pegawai (Y)
menunjukkan thitung 3,571 > ttabel 2,056 dengan
tingkat signifikan 0,001 < 0,05. Hal ini berarti bahwa hasil analisa
hipotesis dalam penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha karena thitung
terletak pada daerah positif. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Ha
yang menyatakan �Fasilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pada
pegawai kantor Kelurahan di Kabupaten Cirebon�, terbukti/diterima.
b. Uji F (Simultan)
Uji hipotesis pengaruh kemampuan kerja (X1),
komunikasi disiplin kerja (X2), dan fasilitas kerja
�(X3)
secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai (Y) pada pegawai kantor kelurahan
di Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan
data pada penelitian ini, hasil pengujian hipotesis kemampuan (X1),� disiplin (X2), fasilitas (X3)
secara bersama-sama/simultan terhadap kinerja pegawai menunjukkan Fhitung
695,215 > Ftabel 2,98 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05.
Hal ini berarti bahwa hasil analisa hipotesis dalam penelitian ini menolak Ho
dan menerima Ha karena Fhitung terletak pada daerah positif. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Ha yang menyatakan �Kemampuan kerja,
Disiplin kerja, dan fasilitas secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai pada kantor kelurahan
di Kabupaten Cirebon�, terbukti/diterima.
B. Pembahasan
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS didapatkan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan kerja
(X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Nilai positif diperoleh dari
perhitungan regresi linier berganda sebesar 0,266, sedangkan dilihat dari taraf
signifikan diperoleh dari hasil uji t (parsial) sebesar thitung
4,742 > ttabel2,056� dengan
tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa penelitian ini
menolak Ho dan menerima Ha. Pengujian secara statistik membuktikan bahwa �kemampuan kerja �(X1) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Dari hal hal yang
disebutkan diatas� dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa bahwa personality yang baik dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS didapatkan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Disiplin kerja
(X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Nilai positif diperoleh dari
perhitungan regresi linier berganda sebesar 0,359, sedangkan dilihat dari taraf
signifikan diperoleh dari hasil uji t (parsial) sebesar thitung
3,705 > ttabel2,056� dengan
tingkat signifikan 0,001 < 0,05. Hal ini berarti bahwa bahwa penelitian ini
menolak Ho dan menerima Ha. Pengujian secara statistik membuktikan bahwa� Disiplin kerja
(X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Dari hal hal yang disebutkan
diatas� dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa komunikasi organisasi yang berjalan dengan baik dapat meningkatan kinerja
pegawai.
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS didapatkan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa fasilitas kerja (X3)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Nilai positif
diperoleh dari perhitungan regresi linier berganda sebesar 0,310, sedangkan
dilihat dari taraf signifikan diperoleh dari hasil uji t (parsial) sebesar thitung
3,571 > ttabel2,056� dengan
tingkat signifikan 0,001 < 0,05. Hal ini berarti bahwa penelitian ini
menolak Ho dan menerima Ha. Pengujian secara statistik membuktikan bahwa
fasilitas (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai (Y). Dari hal hal yang disebutkan diatas� dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
fasilitas yang mendukung dapat meningkatan kinerja pegawai.
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS didapatkan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Kemampuan kerja
(X1), Disiplin kerja
�(X2),
fasilitas (X3) secara bersama-sama/simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap terhadap kinerja pegawai (Y). Nilai positif diperoleh dari
hasil perhitungan Fhitung 695,215 > Ftabel 2,98� dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05.
Hal ini berarti penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha. Pengujian secara
statistik membuktikan bahwa kemampuan kerja (X1),� disiplin kerja
(X2), fasilitas (X3)
secara bersama-sama/simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai (Y). Dari hal hal yang disebutkan diatas� dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
personality yang baik, komunikasi organisasi yang berjalan dengan baik dan
fasilitas yang mendukung secara bersama sama merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi dan meningkatkan kinerja pegawai.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien determinasi
(Adjusted RSquare) sebesar 0,986.
Dari hal ini dapat diambil suatu kesmipulan bahwa variabel bebas (personality,
komunikasi organisasi, fasilitas) mampu menerangkan sebesar 98,6% terhadap
variabel terikatnya (kinerja pegawai). Sedangkan sisanya 1,4% (100% - 98,6%)
diterangkan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diajukan dalam penelitian ini
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa (a) Kemampuan kerja (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Ditunjukkan dari hasil perhitungan
uji t parsial thitung> ttabel (4,742 > 2,056) dengan tingkat signifikansi 0,000 <
0,05; (b) Disiplin (X2) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Ditunjukkan dari hasil perhitungan
uji t parsial thitung> ttabel (3,705 > 2,056) dengan tingkat signifikansi 0,001 <
0,05; (c) Fasilitas (X3) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Ditunjukkan dari hasil perhitungan
uji t parsial thitung> ttabel (3,571 > 2,056) dengan tingkat signifikansi 0,001 <
0,05; (d) Kemampuan kerja
(X1), disiplin (X2), fasilitas
(X3) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Ditunjukkan dari hasil perhitungan uji F simultan Fhitung> Ftabel (695,215 > 2,98) dengan
tingkat signifikansi 0,000
< 0,05; (e) Kemampuan kerja
(X1), disiplin (X2), dan fasilitas
(X3) mampu menjelaskan kinerja pegawai (Y) pada kantor kelurahan di kabupaten Cirebon sebesar 98,6%. Ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (Adjusted RSquare) sebesar 0,986 selebihnya 1,4% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
BIBLIOGRAFI
Drs, Moekijat. (2001). Dasar-dasar Motivasi. Bandung: Pionir
Jaya
Mathis, Robert L., & Jackson, John H. (2006). Human Resource
Management, edisi 10. Jakarta: Salemba Empat, 387�401.
Mulyadi, Deddy. (2016). Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik:
Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik Berbasis Analisis Bukti Untuk
Pelayanan Publik.
Nanda, Elia Quanta. (2015). Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Pada
Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Surabaya. Agora, 3(1), 706�715.
Rahmadana, Muhammad Fitri, Mawati, Arin Tentrem, Siagian, Nurhayati,
Perangin-angin, Mori Agustina, Refelino, John, Tojiri, Moch Yusuf, Siagian,
Valentine, Nugraha, Nur Arif, Manullang, Sardjana Orba, & Silalahi, Marto.
(2020). Pelayanan Publik. Sumatera:
Yayasan Kita Menulis.
Rivai, Veithzal, & Junani Sagala, Ella. (2011). Manajemen sumber
daya manusia perusahaan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Rukayat, Yayat. (2018). Kualitas Pelayanan Publik Bidang Administrasi
Kependudukan Di Kecamatan Pasirjambu. Jurnal Ilmiah Magister Administrasi,
11(2).
Simamora, Henry. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Stie Ykpn, 200.
Soleh, Ahmad, Putra, Iwan Eka, & Rahayu, Yunie. (2017). Analisis
Kinerja Aparatur Dan Pelayanan Publik Sebagai Dasar Menuju Reformasi Birokrasi
Yang Ideal. Journal Development, 5(2), 110�124.
Sugiyono. (2016a). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016b). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sutermeister, Robert A. (1976). People and productivity. Newyork: McGraw-Hill
Series
Umar, Totong. (2011). Pengaruh Outbond Training terhadap Peningkatan Rasa
Percaya Diri Kepemimpinan dan Kerjasama Tim. Jurnal Ilmiah SPIRIT, 11(3).
Verasvera, Febrina Astria. (2016). Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja
terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Dinas Sosial
Provinsi Jawa Barat). Jurnal Manajemen Maranatha, 15(2).
Widiaswari, Roro Rukmini. (2016). Pengaruh Kinerja Aparatur Pemerintah
terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Kecamatan Banjarbaru. Jurnal Ilmiah
Bisnis Dan Keuangan, 2(2).