Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 1, Januari 2021
KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN VOKASI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PENGETAHUAN ENTERPREUNERSIHIP PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Rico, Rika Apriany Sukmana, M. Irpan dan
Muzahid Akbar Hayat
Universitas Islam Kalimantan Syekh Muhammad
Arsyad Al Banjari Banjarmasin
Email:� [email protected], [email protected], [email protected], �dan [email protected]
Abstact
Vocational
education in Indonesia is education to prepare students in strengthening skills
and skills according to their talents and interests, realizing the embryo of a
ready-to-use workforce in the business world and industrial world, vocational
education developed in vocational high schools in partnership with the business
world and the industrial world in field work practice, as a forerunner to the
preparation of students at a later date to open up jobs as entrepreneurs.
Educational communication and entrepreneurship are integrated with each other
in strengthening the skills and skills of students in Vocational High Schools. This
research aims to contribute to vocational high schools and become a frame of
thought for productive teachers in preparing new enterprenersip.
The method used in this research is a descriptive research method with qualitative data
properties that look for the theory, not test the theory or it can also be
referred to as educational communication generating hypothesis and Interpreurship instead of hypothesis. The results showed
that the knowledge of vocational high school students about entrepreneurship
after participating in the training increased, from those who did not know
anything about entrepreneurship to knowing what was meant by entrepreneurship.
Keywords: educational communication,
vocational educationation and enterpreunersip.
Abstrak
Pendidikan vokasi di Indonesia merupakan pendidikan mempersiapkan peserta didik dalam
penguatan skill dan keterampilan
sesuai bakat dan minat yang dimilikinya, mewujudkan cikal bakal tenaga kerja
siap pakai dilapangan dunia usaha dan dunia industri, Pendidikan vokasi yang dikembangkan disekolah menengah kejuruan bermitra dengan dunia usaha dan dunia industri dalam praktik kerja
lapangan, sebagai cikal bakal persiapan
peserta didik di kemudian hari untuk
membuka lapangan pekerjaan sebagai enterpreunersip. Komunikasi
Pendidikan dan enterpreuhership saling
terintegrasi dalam penguatan skill dan keterampilan peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan konstribusi pada
sekolah menengah kejuruan dan menjadi kerangka berpikir bagi guru produktif dalam menyiapkan enterprenersip baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan sifat data kualitatif yang mencari teori, bukan menguji teori
atau bisa juga disebut sebagai hypothesis
generating komunikasi pendidikan
dan Interpreurship bukan
hypothesis. Hasil penelitian menunjukan
Pengetahuan peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan mengenai kewirausahaan setelah mengikuti pelatihan menjadi meningkat, dari yang tidak tahu sama sekali
mengenai wirausaha menjadi tahu apa
yang dimaksud dengan kewirausahaan.
Kata kunci: komunikasi pendidikan,
pendidikan vokasi dan enterpreunersip
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka
dibawah lisensi
Pendahuluan
Abad 21 membuka persaingan kehidupan antar bangsa semakin meluas, dan berdampak langsung secara serius terhadap tuntutan peningkatan kualitas SDM melalui penyelenggaraan sistem dan model pendidikan yang bermutu, dan mampu menyiapkan SDM dalam menghadapi tantangan zaman. Menurut (Ijudin, 2014) pendidikan yang bermutu
adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), pendiikan
yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan
pribadi yang integral (integrated personality).
Dalam pada itu
kemudian pemerintah selalu berupaya pengendalian mutu pendidikan sekolah menengah kejuruan diperlukan langkah yang harus ditempuh adalah bagaimana menghasilkan lulusan yang memiliki mutu tinggi.
Menurut ISO 9000 (Harbunangin & Ronitua, 1995),
mutu adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa
yang menunjukan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan pelanggan. Mengacu pada rumusan tersebut untuk mengembangkan mutu pendidikan sekolah kejuruan (vokasi) dapat dirumuskan sebagai keseluruhan (karakteristik) kemampuan lulusan yang dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja. Pengendalian mutu pendidikan, menyangkut pengendalaian komponen-komponen pendidikan yang
menunjang terpenuhinya mutu pendidikan yang dibutuhkan dunia kerja. Komponen-komponen tersebut terdiri atas kebijakan
mutu pendidikan, kurikulum, pembelajaran, fasilitas pendidikan, peserta didik, dan pendidik. Hasil dari proses pendidikan adalah kemampuan lulusan, sedang kriteria mutu lulusan adalah
deskripsi kemampuan (kinerja) yang dituntut dunia kerja. Pengendalian mutu merupakan teknik dan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Dengan demikian
hal penting dapat dikemukakan disini, yaitu: bagaimana standar kemampuan (kinerja) lulusan sekolah kejuruan yang dituntut oleh dunia
kerja? Dan bagaimana model pengedalian komponen-komponen pendidikan yang menunjang dihasilkannya lulusan yang memiliki kemampuan (kinerja) sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakapan suatu satuan pendidikan
jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja, seperti dirumuskan dalam PP Nomor 29 tahun 1990. Sekolah menengah kejuruan mengamban misi memenuhi kebutuhan
tenaga kerja tingkat menengah yang profesional, mandiri, dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung proses industrialisasi. Lebih rinci tujuan dari
sekolah menengah kejurusan adalah: 1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. 2. Menyiapkan siswa untuk memilih karir,
mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri. 3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat
menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun
masa yang akan datang. 4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif dan adaftif. Dari segi kuantitas keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan telah cukup mendukung
perkembangan industri, sebab dewasa ini
telah ada sekitar 2.092 SMK Negeri dan Swasta
di seluruh Indonesia, yang terbagai
dalam 160 jenis program studi.
Tiap
tahun sekitar 180.000 orang
lulus dari SMK. Masalah utama yang dihadapi oleh pendidikan di SMK adalah mengenai kualitas. Persentase SMK yang berkualitas masih cukup kecil.
Kualitas SMK berkaitan erat dengan ketersediaan
peralatan dan bahan praktik, guru profesional serta pengelolaan pendidikan. Sebagian besar SMK
yang ada belum memiliki peralatan dan bahan praktik yang memadai, walaupun telah cukup tersedia
guru yang memiliki kemampuan
profesional tetapi banyak dari mereka
yang belum menunjukkan kinerja secara profesional, di samping masih adanya beberapa
kelemahan dalam mengelolaan pendidikan. Peningkatan Kualitas (Mutu) Sekolah Menengah Kejuruan Peningkatan kualitas SMK sebagai penghasil tenaga-tenaga kerja terampil di bidang industri dan perusahaan merupakan syarat mutlak agar dapat menunjang percepatan laju pembangunan. SMK sebagai sekolah kejuruan memiliki karakteristik dan tuntutan tertentu. Jumlah siswa perkelas
standar adalah 24 orang, baik untuk pelajaran
teori maupun praktik. Karena 60 % dari mata apelajaran di SMK bersifat praktik, maka setiap mata
pelajaran yang memberikan latihan praktik menuntut peralatan dan bahan praktik yang memadai.
Keberadaan
ruangan dan peralatan serta bahan praktik
yang memadai, menuntut jumlah dan kualitas guru pembimbing praktik yang memadai pula. Penggunaan alat-alat praktik, terutama mesin-mesin membutuhkan guru pembimbing praktik (instruktur) profesional. Kemajuan dari bidang pendidikan
tidak bisa terlepas dari peran
serta guru dalam mendidik peserta didiknya (Aripin Hidayat, 2020).
Kegiatan latihan praktik melibatkan banyak orang, baik siswa, guru, unsur pimpinan unit-unit praktik maupun asisten Toolman, juga menggunakan banyak peralatan dan bahan-bahan, semuanya itu membutuhkan
sisten pengendalian yang efektif dan efisien. Tersedianya peralatan dan bahan praktik yang mencukupi, dengan bimbingan dari guru-guru pembimbing praktik profesional yang intensif, yang berlangsung dalam sistem pembelajaran yang terkelola dan dikendalikan dengan efektif dan efisien, akan dapat
menghasilkan lulusan SMK
yang memiliki keterampilan tinggi, dan siap memasuki dunia kerja. Memiliki kemampuan keterampilan yang tinggi harus ditopang oleh pribadi dan moral yang kuat, yang
memungkinkan mereka memiliki kemandirian dan pegangan nilai-nilai kemanusiaan yang kokoh. Peran
LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di
Indonesia 44 secara ekspositori
melalui pemberian bahan dalam bentuk
ceramah di kelas, tetapi perlu dimiliki
siswa melalui pemahaman dan penghayatan langsung dalam kehidupan dan berbagai bentuk kegiatan pembinaan siswa. Dalam pada itu pembinaan siswa
diarahkan pada penguatan
skill dan keterampilan seabagai
bekal kedepan untuk bewirasusaha/enterpreunership.
Apakah yang dimaksud dengan
entrepreneurship? Banyak yang memberikan pengertian secara sempit, yaitu hanya
sebagai ketrampilan dan pengetahuan dalam hubungannya dengan membuka lahan bisnis
yang baru. Pengertian entrepreneur
yang dihubungkan langsung dengan dunia bisnis akan membatasi pengertian yang asli dari entrepreneurship. Istilah entrepreneur dari padanan kata dalam bahasa Inggris,
dan berasal dari bahasa Perancis ENTREPRENDRE,
yang artinya menjalankan, melakukan, dan berusaha. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai WIRAUSAHA. WIRA berarti gagah berani, Usaha berarti tindakan untuk mencapai suatu hasil. Jadi WIRAUSAHA adalah orang yang gagah berani atau perkasa
dalam menekuni usaha untuk mencapai
hasil.
Sedangkan sistem informasi
yang berbasis komputer yakni Tersusun atas hardware, software, basisdata,
telekomunikasi, manusia, dan
prosedur yang dirancang untuk mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan, dan memproses data menjadi informasi. Jadi hubungan entrepreneurship
dengan sistem informasi dan komunikasi adalah entrepreneur menyadari bahwa faktor manusia
sangat penting bagi kesuksesan bisnis. Bukan hanya
karyawan tapi termasuk juga customer, business partner, strategic
alliances dan elemen manusia
lainnyalah yang membuat bisnis sukses atau
hancur berkeping-keping.
Maka komunikasi menjadi kunci kesuksesan dalam menciptakan hubungan yang harmonis.
Seorang entrepreneur mau berpikiran
terbuka untuk mempelajari cara berkomunikasi efektif, baik secara tulisan maupun lisan. Demi komunikasi efektif, mereka tidak segan-segan
menginvestasikan uang dan waktu
untuk mengambil kursus komunikasi, public
speaking, computer, e-mail, neurolingusitic programming,
search engine optimization yang berhubungan dengan komunikasi dengan prospek dan customer. Mereka mau mendengar,
berpikiran terbuka, menjaga integritas dengan mengatakan secara jujur apa
yang ada didalam pikirannya.
Komunikasi Pendidikan dan Enterpreuhership saling terintegrasi dalam penguatan skill dan keterampilan peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan, apalagi pemerintah sudah menetapkan kurikulum atau yang disebut KTSP Kurikulum 2013 terkait dengan Pendidikan Vokasi.
Sebagai perbandingan, maka kita dapat
melihat table berikut dibawah ini :
Tabel 1
Research Gap Peningkatan
Komunikasi dan Kewirausahaan
Research Gap |
Manfaat Penelitian |
Tujuan Penelitian |
Hasil |
Peneliti |
Terdapat perbedaan dalam proses penelitian tetapi secara umum komunikasi
dan kewirausahaan dapat memebrikan efek positif yang sangat signifikan didalam pengembangn diri pengusaha maupun mahasiswa. |
Memberikan konribusi dalam kerangka pikir dan realisasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha kecil meubel
kayu di Kota Prepare. |
Menjelaskan Pengaruh model komunikasi wirausaha, pembelajaran enterpreuship, dan sikap kewirausahaan terhadap kinerja usaha kecil meubel kayu di Kota Prepare. |
Positif Signifikan |
Muhammad
Rakib (2010) |
Memberikan konribusi dalam kerangka pikir dan upaya mahasiswa dalam pemgembangan keanekaragaman tumbuhan menjadi entrepreneurship yang berkwalitas. |
Meningkatkan keterampilan dan kolaborasi mahasiswa semester V program studi
Pendidikan Biologi dalam pengembangan entrepreneurship keanekaragaman
tumbuhan |
Positif Signifikan |
Muhammad
Syaipul Hayat et
al. (2019) |
Berdasarkan
table diatas terlihat hasil penelitan yang sangat bagus dalam
pengembangan Enterpreunersip sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut bagaimana
dunia pendidikan yang menarik
khususnya di sekolah menengeh kejuruan jika berkolaborasi secara baik dengan
program Enterpreunersip.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni metode deskriptif dengan sifat data kualitatif yang mencari teori, bukan menguji
teori atau bisa juga disebut sebagai hypothesis generating Komunikasi
Pendidikan Dan Interpreurship bukan
hypothesis testing. Ciri lain metode deskriptif-kualitatif adalah menitikberatkan pada observasi
dan suasana alamiah
(natural setting) dimana penulis
bersifat sebagai pengamat (Ardianto, 2011). Pendekatan yang digunakan
dalam peneltian ini adalah pendekatan
kualitatif. Denzin dan Lincoln mengungkapkan
bahwa penelitian pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2019). Pendekatan ini
memberi kemudahan bagi peneliti untuk
merekam, memantau, dan mengikuti proses suatu peristiwa atau kegiatan sebuah organisasi sebagaimana adanya dalam suatu
kurun waktu tertentu dan selanjutnya diinterpretasikan untuk menjawab masalah penelitian.
Oleh Locke, Spriduso dan Silferman (Cresswell, 2016), �Qualitative research is interpretative research as such the blases, values and judgement of the researches become
stated explicity in the research report. Such
openness is considered to be useful and positive� Penelitian
kualitatif adalah penelitian interpretatif dengan demikian nilai-nilai dan penilaian dari penelitian menjadi menyatakan kejelasan dalam laporan penelitian. Keterbukaan seperti itu dianggap bermanfaat
dan positif.
Karakteristik penelitian kualitatif
seperti yang dinyatakan
oleh Bogdan dan Biklen antara lain: �(1) dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci; (2) bersifat deskriptif yang dimana data yang terkumpul berbentuk kata kata atau gambar, sehingga
tidak menekankan pada angka; (3) lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome; (4) melakukan analisis data secara induktif; dan (5) lebih menekankan makna.� (Sugiyono, 2016).
Hasil dan Pembahasan
Pendidikan vokasi memegang peran penting pada peningkatan mutu sumber daya manusia
di berbagai negara, mulai dari Eropa hingga
Asia. Bukan hanya itu, sertifikasi kompetensi pada tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri pun memegang peran penting dalam vokasi.
Atase Dikbud KBRI di
Singapura Enda Wulandari mengatakan vokasi juga memiliki peran penting dalam
peningkatan SDM di negara tersebut,
meski semula hanya dipandang sebelah mata. Apa
yang dipelajari pada pendidika
vokasi yakni dengan melihat ke arah ekonomi
berkembang. "Jadi perencanaan
dilakukan melihat ke depan berdasarkan
diskusi dengan dunia industri, sehingga mereka tahu pelatihan
apa yang dibutuhkan untuk lulusannya masuk dan mempertahankan kinerjanya.
Pendidikan vokasi dan dunia industri kini harus saling
berhubungan. Harapannya, lulusan pendidikan vokasi nantinya bisa diserap oleh industri dunia. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), Wikan Sakarinto, ada lima syarat minimal agar link dan cocok
antara pendidikan vokasi dan dunia industri dapat terjadi. "Paket link and match itu setidaknya ada lima," ujar Wikan seperti
dikutip dari laman Kemendikbud, Jumat (18/9/2020).
Apa saja syarat itu? Berikut ini
5 syarat yang dijabarkan
oleh Dirjen Pendidikan Vokasi: 1. Link and match antara vokasi dengan
dunia industri adalah pembuatan kurikulum bersama. Kurikulum tersebut harus disinkronisasi setiap tahun dengan industri.
2. Pihak industri wajib memberikan guru atau dosen tamu.
Minimal proses dari dosen
dan guru tamu ini dilakukan minimal 50 jam per semester. 3. Pemberian magang kepada siswa SMK dan mahasiswa vokasi dari industri yang dirancang bersama. Menurut Wikan, pihaknya mewajibkan magang minimal satu semester. "Jangan sampai tiba-tiba industri cuma disodori
magang suruh terima saja, tidak
dari awal sudah dirancang bersama," ucap Wikan. 4. Sertifikasi kompetensi. Kompetensi merupakan hal yang sangat penting untuk lulusan
vokasi. Sertifikat dibutuhkan untuk menunjukan tingkat lulusan vokasi. 5. Komitmen menyerap lulusan sekolah vokasi oleh industri. �Paket link
and match hingga level menikah
yang kami rancang mengembangkan
teaching factory. Jadi industri pengajaran
masuk ke dalam kurikulum,� jelasnya. Dengan konsep lima syarat tersebut, Tentu dengan peningkatan kompetensi siswa SMK melalui link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia industri. "Kompeten artinya lulusan itu sudah
berani bilang aku bisa apa,
bukan ini ijazahku. Kalau dia bilang ini ijazahku,
itu artinya dia (hanya) bilang
aku sudah belajar apa," katanya, Wikan berharap lulusan SMK akan memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh industri.
Pendidikan Sekolah Menengah Kejurusan (SMK)
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakapan suatu satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja, seperti dirumuskan dalam PP Nomor 29 tahun 1990. Sekolah menengah kejuruan mengamban misi memenuhi kebutuhan
tenaga kerja tingkat menengah yang profesional, mandiri, dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung proses industrialisasi. Lebih rinci tujuan dari
sekolah menengah kejurusan adalah:
1. Menyiapkan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
2. Menyiapkan siswa untuk memilih
karir, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri.
3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat
menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun
masa yang akan datang.
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif dan adaptif.
Peningkatan
Kualitas (Mutu) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Peningkatan kualitas SMK sebagai penghasil tenaga-tenaga kerja terampil di bidang industri dan perusahaan merupakan syarat mutlak agar dapat menunjang percepatan laju pembangunan. SMK sebagai sekolah kejuruan memiliki karakteristik dan tuntutan tertentu. Jumlah siswa perkelas
standar adalah 24 orang, baik untuk pelajaran
teori maupun praktik. Karena 60 % dari mata apelajaran di SMK bersifat praktik, maka setiap mata
pelajaran yang memberikan latihan praktik menuntut peralatan dan bahan praktik yang memadai. Penggunaan alat-alat praktik, terutama mesinmesin membutuhkan guru pembimbing praktik (instruktur) profesional. Kegiatan latihan praktik melibatkan banyak orang, baik siswa, guru, unsur pimpinan unit-unit praktik maupun asisten Toolman, juga menggunakan
banyak peralatan dan bahan-bahan, semuanya itu membutuhkan sisten pengendalian yang efektif dan efisien. Tersedianya peralatan dan bahan praktik yang mencukupi, dengan bimbingan dari guru-guru pembimbing praktik profesional yang intensif, yang berlangsung dalam sistem pembelajaran yang terkelola dan dikendalikan dengan efektif dan efisien, akan dapat
menghasilkan lulusan SMK
yang memiliki keterampilan tinggi, dan siap memasuki dunia kerja. Memiliki kemampuan keterampilan yang tinggi harus ditopang oleh pribadi dan moral yang kuat, yang
memungkinkan mereka memiliki kemandirian dan pegangan nilai-nilai kemanusiaan yang kokoh.
A. Model Komunikasi
Model
komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara suatu komponen
komunikasi dengan komponen lainya. Penyajian model dalam bagian ini dimaksudkan
untuk mempermudah memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu
komunikasi.
1. Model lasswell
Model komunikasi yang dikemukakan oleh
Harold Laswell (Forsdale, 1981), seorang ahli ilmu politik
dari Yale University. Dia menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat
proses komunikasi, yaitu
who (siapa), says what (mengatakan
apa), in which medium atau dalam media apa, to whom atau kepada siapa,
dan dengan what effect atau
apa efeknya.
Bila dilihat lebih lanjut
maksud dari model lasswell ini akan
kelihatan bahwa yang dimaksud dengan pertanyaan who tersebut adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi.
Pertanyaan kedua adalah says what atau apa yang dikatakan. Pertanyaan ini adalah berhubungan isi komunikasi atau apa pesan
yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Pertanyaan ketiga adalah to whom. Pertanyaan ini maksudnya menanyakan
siapa yang menjadi audience
atau penerima dari komunikasi atau dengan kata lain kepada siapa komunikator
berbicara atau kepada siapa pesan
yang ia ingin disampaikan diberikan. Pertanyaan yang keempat adalah through what atau melalui media apa. Yang dimaksud dengan media adalah alat komunikasi,
seperti berbicara, gerakan badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat, buku dan gambar. Pertanyaan yang terakhir adalah what effect atau efeknya dari komunikasi
tersebut. Misalnya sebuah sekolah swasta membuat iklan untuk mengkomunikasikan
bahwa mereka akan menerima murid baru. Sesudah iklan
ini disiarkan beberapa hari, sudah berapa orangkah
yang telah mendaftar untuk menjadi murid. Jumlah orang yang mendaftar ini adalah merupakan
efek dari komunikasi.
2. Model Shannon
Model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model komunikasi dari Claude Shannon atau lebih dikenal
dengan model Shannon Wever. Model ini
berbeda dengan model
Lasswell mengenai istilah
yang digunakan bagi
masing-masing komponen. Sumber
informasi (Information Source). Dalam komunikasi manusia yang menjadi sumber informasi adalah otak. Pada otak ini terdapat kemungkinan
pesan yang tidak terbatas jumlahnya. Tugas utama dari otak adalah
menghasilkan suatu pesan dari berjuta-juta pesan yang ada.
a. Transmitter
Langkah kedua dari medel Shannon adalah memilih transmitter. Pemilihan transmitter ini tergantung pada jenis komunikasi yang digunakan. Kita dapat membedakan dua macam komuikasi
yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi menggunakan mesin.
Pada komunikasi tatap muka yang menjadi transmitternya adalah alat-alat pembentukan suara dan dihubungkan dengan otot-otot serta organ tubuh lainnya yang terlibat dalam penggunaan bahasa nonverbal. Sedangkan pada komunikasi yang menggunakan mesin-mesin alat-alat komuniaksi yang berfungsi sebagai transmitter adalah alat itu
sendiri seperti, telpon, radio, televisi, foto dan film.
b. Penyandian (Encoding) pesan
Penyandian (Ecoding) pesan diperlukan untuk mengubah ide dalam otak kedalam
suatu sandi ang cocok dengan transmitter. Dalam komunikasi tatap muka signal yang cocok dengan alat-alat suara adalah berbicara.
Signal yang cocok dengan otot-otot tubuh dan indera adalah anggukan
kepala, sentuhan dan kontak mata.
Pada komunikasi yang menggunakan mesin, dimana alat-alat yang digunakan sebagai perluasan dari indera, penyandian pesan juga berasal dar tubuh tetapi
diperluas melalui jarak jauh dengan
transmitter. Misalnya
radio adalah perluasan dari suara manusia, televisi perluasan dari mata dan
begitu juga dengan alat komuikasi lainnya.
c. Penerima dan decoding
Istilah Shannon mengenai
penerima dan decoding atau penginterpretasian pesan seperti berlawanan dengan istilah penyadian pesan.
Pada komunikasi tatap muka kemungkinan
transmitter menyandikan pesan
dengan menggunakan alat-alat suara dan otot-otot tubuh. Penerima dalam hal ini alat-alat
tubuh yang sederhana yang sanggup mengamati signal. Misalnya telingan menerima dan menguraikan sandi pembicaraan, mata menerima dan menguraikan sandi gerakan badan dan kepala, kilatan mata dan signal lainnya yang dapat dilihat mata.
d. Tujuan (Destination)
Komponen terakhir dari Shannon adalah destination atau tujuan yang dimaksud oleh si komunikator. Destination ini adalah otak manusia
yang menerima pesan yang berisi bermacam-macam hal, igatan ata
pemikiran mengenai kemungkinan dari arti pesan. Penerima pesan telah menerima
signal mungkin melalui pendengaran, penglihatan, penciuman dan sebagainya kemudian signal itu diuraikan dan diinterpretasikan dalam otak.
e. �Sumber gangguan (Noise)
Dalam model komunikasi
Shannon ini terlihat adanya factor sumber gangguan pada waktu memindahkan signal dari transmitter
kepada si penerima. Misalnya pada waktu anda berbicara
dengan teman dijalan kedengaran suatu mobil lewat
anak-anak berteriak yang semuanya itu mengganggu
pmbicaraan anda sesaat dan gangguan itu dinamakan noise. Untuk menetralkan gangguan ini Shinnom
mengemukakan empat cara seperti berikut:
1. Menambahkan kekuatan dari signal
2. Mengarahkan signal dengan tepat
3. Menggunakan signal lain
4. Redudansi
3. Model Scraumn
Wilbur Scraumn memberikan model proses komunikasi yang agak berbeda sedikit dengan dua model sebelumnya. Dia memperlihatkan pentingnya peranan pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh si penerima sesuai
dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Schraumn mengatakan jika tidak ada
kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, maka sedikit
kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan benar.
Model ini sama dengan
model-model sebelumnya yaitu
memperlihatkan proses komunikasi
yang satu arah dan tidak dua arah.
Oleh karena Schraumn menyadari pentingnya balikan dalam komunikasi,
akhirnya menyempurnakan
model ini menjadi model dua arah.
4. Model Berlo
Model yang dikembangkan (Berlo, 1960) hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dn
hanya terdiri dari empat komponen
yaitu sumber,pesan,saluran
dan penerima atau receiver.
Akan tetapi pada masing-masing komponen
tersebut ada sejumlah factor kontrol.
Faktor ketrampilan, sikap, pengetahuan, kebudayaan, dan sistem sosial dari sumber
atau orang yang mengirim pesan merupakan factor penting dalam menentukkan
isi pesan, perlakuan, atau treatment dan penyandian pesan.
Model komunikasi Berlo disamping menekankan komunikasi sebagai suatu proses, juga menekankan ide bahwa arti pesan yang dikirimkan pada orang
yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada arti dari kata atau pesan yang ditafsirkan oleh si pengirim atau
si penerima pesan dan bukan pada apa yang ada dalam
komponen pesan itu sendiri.
5. Model Seiler
(Seiler & Rom, 1997) memberikan model komunikasi dua arah dan bersifat lebih universal. Menurut Seiler
source atau pengirim pesan mempunyai empat peranan yaitu
menentukan arti apa yang akan dikomunikasikan, menyandikan arti kedalam suatu pesan, mengirimkan
pesan dan mengamati, dan bereaksi terhadap respon dari penerima
pesan.
Model Seiler ini disamping menekankan
pentingnya balikan juga menekankan pentingnya factor lingkungan dalam proses komunikasi yang dapat mempengaruhi hakikat dan kualitas dari komunikasi.
Misalnya adalah mudah melakukan pembicaraan secara rutin atau pribadi
pada lingkungan yang menyenangkan
dari pada lingkungan yang hiruk pikuk dan tidak menyenangkan. Beberapa lingkungan kadang-kadang mempercepat proses komunikasi dan beberapa lingkungan seakan menghambat proses komunikasi.��
B. Komunikasi Pendidikan
Dewasa ini istilah komunikasi sepertinya telah menjalar
di segala sendi kehidupan . Komunikasi adalah suatu proses penyampaian berita
dari suatu sumber berita kepada orang lain (Arikunto,
2008). Komunikasi menjadi bagian
yang terintegrasi dan seolah tak bisa dipisahkan begitu saja di dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini wajar mengingat hakikat manusia sendiri
merupakan makhluk sosial yang dimana dalam kehidupannya selalu berhubungan
dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Komunikasi pendidikan atau
sering disebut dengan humas pendidikan, dalam hal ini tentu saja pengertiannya
berbeda.
Dalam
bidang pendidikan komunikasi memegang peranan yang sangat penting sekali. Bisa dibayangkan sebuah lembaga atau institusi
pendidikan yang tidak bisa menerapkan komunikasi yang baik maka akan mustahil
akan dicapai hasil atau output yang maksimal. Komunikasi mempunyai fungsi sebagai penyampai pesan berupa ilmu pengetahuan, teknologi maupun strategi untuk memecahkan sebuah permasalahan. Dalam prakteknya komunikasi yang dilakukan tidak selalu berjalan lancar, hal ini
dikarenakan kemampuan tiap orang untuk menerima dan memahami isi pesan tidak
sama.
Begitu banyaknya pakar dan sarjana yang mendefinisikan
komunikasi itu sendiri, maka akan membingungkan kita dalam memaknai komunikasi
itu yang sebenarnya. Ada baiknya kita memahami
hakikat komunikasi antar manusia yang sebenarnya. Istilah komunikasi pertama kali lahir dari bahasa latin Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antar dua orang atau lebih. Maka lahirlah beberapa definisi dari pakar
antara lain: (Kincaid,
Schramm, & Setiadi, 1977) melahirkan
definisi baru yang menyatakan bahwa, Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya
akan tiba pada saling pengertian yang mendalam�. Sementara itu, ada definisi
lain mengenai komunikasi misalnya pendapat (Dance, 1967) mendefinisikan komunikasi dalam kerangka kerja psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia sebagai � pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal�, dimana simbol-simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi respon yang terungkap tadi.
Setelah
mengkaji definisi beberapa pendapat para ahli diatas, setidaknya
dapat kita tarik benang merah
bahwa komunikasi merupakan sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua manusia atau
lebih yang terjadi secara dua arah.
Komunikasi yang demikian dinamakan komunikasi interaksi. Jika interaksi tersebut dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, maka dinamakan interaksi educative. Sehingga dapat ditarik kesimpulan,
komunikasi pendidikan adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana
pendidikan. Di sini komunikasi tidak lagi bebas, tetapi
dikendalikan dan dikondisikan
untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Hovland, jenis dan Kelley seperti yang dikemukakan (Forsdale, 1981) adalah ahli sosiologi Amerika, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain, mereka mengganggap bahwa komunikasi merupakan suatu proses Ruben, Brent D. Ruben, (Ruben & Stewart, 2013) memberikan definisi
mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut: komunikasi manusia adalah suatu proses melalui individu dalam hubunganya, dalam kelompok,dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkunganya dengan orang lain. Disini komunikasi pendidikan dalam pembelajaran pada siswa tentunya dilakukan dengan pendekatan-pendekatan,
agar lebih mudah dipahami oleh mereka, pendekatan tersebut bagian dari model pembelajaran berkomunikasi. Dalam
penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik, ada beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode, dan materi itu sendiri. Untuk
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap
proses pembelajaran.
Kata komunikasi
menurut Wilbur Sechramm (bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa
latin yaitu �Comunicatio� , yang diterjemahkan dengan pemberitahuan, pemberi bagian, pertukaran, pergaulan, persatuan atau kerjasama yang dilakukan dengan berunding bermusyawarah yang bertujuan untuk mencapai suatu kesepakatan (Rosmawaty, 2010: 14).
[16] Sedangkan menurut para
ahli komunikasi, seperti Claude Shannon dan Warren Wever
(Zamroni, 2009) memaknai komunikasi
sebagai proses penyampaian informasi, ide, perasaan, dan keahlian melalui simbol-simbol, seperti kata-kata,
gambar, bentuk, grafik dan simbol-simbol lainnya. Dari proses tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah sebuah proses interaksi hubungan seseorang (Andrian, 2017) dengan orang lain yang terjadi dalam ruang
tertentu. Sedangkan
entrepreneur atau kewirausahaan
(entrepreneurship) sering diistilahkan
dengan wiraswasta atau wirausaha. Secara etimologis kata wirausaha entrepreneur berasal dari bahasa kata entre, pre dan
neur. Kata entre artinya masuk,
kata pre berarti sebelum
dan kata neur berarti pusat syarat. Jika diartikan secara bahasa mengandung pengertian sebagai sebuah proses berpikir untuk melakukan sesuatu mengatasi persoalan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah
suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, dalam mengelola
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, proses dalam menghadapi tantangan hidup
Komunikasi Pendidikan Komunikasi pendidikan merupakan proses komunikasi yang unik karena didalamnya ada dimensi edukatif
selain menyampaikan pesan yang berupa materi pembelajaran. Komunikasi pendidikan bukan sekedar komunikasi
yang berlangsung dengan latar pembelajaran atau pendidikan melainkan didalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan. Dalam proses pembelajaran
pasti didalamnya ada komunikasi dalam setiap interaksi
edukasi akan berlangsung proses komunikasi. Komunikasi antara anak dan orang tua dalam pembelajaran di rumah atau guru dan siswa di sekolah serta dosen dan peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruandi Sekolah Menengah Kejuruan (Iriantara, 2013).
Proses pembelajaran akan menghasilkan model pembelajaran
yang bergerak dari ranah yang sama. Model ini berupaya memberi
perhatian yang khusus dan mengoptimalkan kemampuan peserta didik melalui
pendekatan psikologi belajar, teori belajar, komunikasi pembelajaran dan rekayasa hasil inovasi teknologi
komunikasi dan informasi (Darmawan, 2012).
Komunikasi pendidikan adalah
�aspek komunikasi dalam dunia pendidikan atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan�. Dengan demikian, posisi komunikasi hanya sebagai �alat� yang berfungsi bisa diupayakan untuk membantu memecahkan masalah-masalah pendidikan. Komunikasi dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya. Bahkan mempunyai peranan dalam menentukan
keberhasilan suatu pendidikan. Orang sering mengatakan bahwa tinggi rendahnya suatu capaian mutu
pendidikan dipengaruhi pula
oleh faktor komunikasi (Yusup Hidayat, Fuad, &
Nurhidayati, 2018).
Kondisi ideal dalam pembelajaran
perlu melalui proses yang baik dan terencana. Dengan demikian perlu dilakukan sebuah pendalaman dalam melakukan perencanaan pembelajaran. Hal tersebut ditujukan agar kompetensi dapat terwujud dengan proses yang tepat serta dapat
dipetakan dengan pemetaan yang jelas. Kemudian dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan formal dan non formal, peranan
komunikasi menjadi unsur yang dominan. Adapun bentuk komunikasi pendidikan dalam konteks ini yaitu
kegiatan instruksional dalam proses pendidikan. lebih lanjut, menjelaskan
bahwa proses instruksional itu sendiri merupakan
peristiwa komunikasi yang dirancang khusus untuk tujuan perubahan
perilaku pada pihak sasaran (peserta didik) secara tuntas
sesuai dengan kemampuan, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya. Di dalam proses pengubah perilaku individu, faktor komunikasi ini sama-sama mempunyai
kedudukan yang amat menentukan.
�Efek yang terjadi akan dapat
terlihat pada setiap individu, apakah mengalami perubahan sikap dan perilaku atau tidak. Sikap
memiliki tiga komponen, yaitu: (1) Komponen kognisi yang hubungannya dengan beliefs, ide
dan konsep. Komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah yang kontroversial; (2) Komponen afeksi yang menyangkut emosional seseorang. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional
inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah
sikap seseorang; dan (3) Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.
Komponen konatif atau komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara- cara
tertentu. Komponen ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan
dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat
dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi
pula bentuk- bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Beberapa orang menganggap bahwa sikap terdiri dari
kognitif, afektif dan behavioral.dalam buku psikologi komunikasi Jalaludin
Rahmat mengemukakan bahwa sikap dipandang dalam komponen afekifnya karena komponen kognitif dimasukan dalam konsep kepercayaan, komponen behavioral dimasukan dalam faktor sosiopsikologis
konatif yang terdiri dari kebiasaan dan kemauan (Rakhmat, 2008).
Kewirausahaan Kewirausahaan adalah
suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas serta berani menanggung
resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya tersebut (Fahmi, 2014). Kewirausahaan adalah
kemampuan untuk melihat, dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumbersumber data
yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna dan sukses (Daryanto, 2012). Wirausaha dijelaskan
oleh para ahli melalui berbagai definisi. Wirausaha adalah wadah bagi kemandirian,
wadah belajar sekaligus wadah mengeksplorasi berbagai hal terkait kapasitas
dan kapabilitas masyarakat untuk menghadirkan kemajuan bagi diri
dan lingkungannya (Purnomo, 2020). Dari sisi pembentukan
karakter seorang wirausaha/enterpreneur, Sekolah Menengah Kejuruan sudah seharusnya menciptakan atmosfer yang dapat mendorong sikap mandiri bagi sivitas
akademika. Hal ini dapat dicapai melalui;
1) Mengembangkan dan membiasakan
unjuk kerja yang mengedepankan ide kreatif dalam berpikir dan sikap mandiri bagi
peserta didik Sekolah Menengah Kejuruandalam proses pembelajaran
(menekankan model latihan, tugas mandiri, problem solving, cara mengambil keputusan, menemukan peluang, dan seterusnya); 2) Menanamkan sikap dan perilaku jujur dalam komunikasi dan bertindak dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pembelajaran sebagai modal dasar dalam membangun
mental entrepreneur pada diri mahasiswa;
dan 3) Para praktisi pendidikan
juga perlu sharing dan memberi
support atas komitmen pendidikan mental entrepreneurship ini
kepada lembaga-lembaga terkait dengan pelayanan bidang usaha yang muncul di masyarakat agar benarbenar berfungsi dan benar- benar menyiapkan kebijakan untuk mempermudah dan melayani masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013). Identitas
baru sebagai wirausaha yang memiliki dampak manfaat bagi masyarakat banyak menjadi ukuran hal baru
yang keren bagi generasi milenial. Generasi muda saat
ini akan memilih untuk berperan
bagi masyarakat dengan idealismenya melalui beragam bisnis yang mereka selenggarakan (Kurniawan, 2014).
Hasil penelitian
menunjukkan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan maka harus diketahui dulu pengetahuan peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan tentang kewirausahaan seperti apa. Berdasarkan
hasil penelitian sebagian besar peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan belum mengetahui pengertian dari kewirausahaan karena mayoritas peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruantidak mendapatkan matakuliah kewirausahaan di kampusnya. Setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan sebagian besar peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan menjadi tahu dan mengerti apa yang dimaksud dengan kewirausahaan, bagaimana cara menggali potensi
usaha yang ada di daerah tempat tinggal
mereka. Peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan mampu memahami pentingnya karakter wirausaha dan secara spontan dan otomatis dapat bersikap seperti wirausahawan dan berdasarkan pemahamannya menjadikan karakter tersebut sebagai pola hidup
dalam kesehariannya. Sebelum berbicara mengenai wirausaha, ada baiknya peserta
didik Sekolah Menengah Kejuruan diperkenalkan dan disadarkan tentang pentingnya mereka memiliki tujuan hidup atau
impian. Hal ini sangat penting ditekankan di awal pelatihan agar peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan memiliki semangat untuk berprestasi dan bersungguh sungguh meraih impiannya. Sangat disayangkan bila seorang peserta
didik Sekolah Menengah dan baru menyadari untuk apa mereka sebenarnya
kuliah, dan lain-lain setelah
mereka lulus. Kebanyakan lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran adalah akibat mereka tidak
memiliki impian dan tidak bersungguh-sungguh untuk meraihnya. Oleh karena itu kegiatan
awal adalah penekanan mengenai urgensi impian dalam hidup. (Azwar, 2003) bahwa seharusnya
para lulusan melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan
untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia,
para lulusan perguruan tinggi mulai memilih
berwirausaha sebagai pilihan karirnya, mengingat potensi yang ada di negeri ini sangat kondusif untuk melakukan wirausaha. bahwa, kemudian untuk memulai menjadi seorang wirausaha, setiap peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan harus memiliki impian yang kokoh yang dibangun tidak dalam waktu
singkat. Urgensi impian ini semakin
penting mengingat resiko dari wirausaha
ini tidaklah kecil, bila peserta
didik Sekolah Menengah Kejuruan tidak memiliki impian yang kokoh maka sangat mungkin
baginya untuk cepat dirumuskan, maka kita akan
merujuk kepada sebuah konsep yang bernama SMART (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013). Sukses
itu bukanlah sebuah kebetulan, namun sukses adalah
by Design. Oleh karena itu impian yang kita buat harus SMART �Cerdas�, Apakah impian yang SMART itu? Impian yang SMART adalah
Impian yang: Specific artinya Anda harus jelas mengenai
apa yang anda inginkan, dengan demikian anda akan
lebih mudah dalam membuat perencanaan.
Measurable artinya impian haruslah terukur. Dengan demikian, anda akan tahu
kapan impian anda telah tercapai.
Achieveble artinya Impian anda harus dapat
anda raih. Jika impian itu terlalu
besar, anda perlu memecah impian
itu menjadi impian yang lebih kecil dulu sebagai
langkah awal atau bagian dalam
pencapaian impian besar. Realistic artinya, impian Anda harus masuk akal. Sukses
itu bukanlah sebuah kebetulan, namun sukses adalah
by Design. Sikap memiliki tiga komponen, yaitu: (1) Komponen kognisi yang hubungannya dengan beliefs, ide dan konsep. Komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah yang kontroversial; (2) Komponen afeksi yang menyangkut emosional seseorang. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah
sikap seseorang; dan (3) Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku. Komponen konatif atau komponen perilaku
berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara- cara
tertentu. Komponen ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan
dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Beberapa orang menganggap bahwa sikap terdiri
dari kognitif, afektif dan behavioral. Dalam buku
psikologi komunikasi
Jalaludin rahmat mengemukakan
bahwa sikap dipandanf dalam komponen afekifnya karena komponen kognitif dimasukan dalam konsep kepercayaan,
komponen behavioral dimasukan
dalam faktor sosiopsikologis konatif yang terdiri dari kebiasaan
dan kemauan. Sebagian besar
informan setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan menjadi paham dan mengerti bagaimana mereka harus membuat perencanaan
terlebih dahulu sebelum mereka membuat sebuah produk untuk usaha.
Proses kewirausahaan dari beberapa konsep yang ada, setidaknya terdapat enam hakekat
penting kewirausahaan. Di antaranya: 1) Kewirausahaan adalah suatu nilai
yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis; 2) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different); 3) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan; 4) Kewirausahaan
adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu
usaha (start-up phase) dan perkembangan
usaha (venture growth); 5) Kewirausahaan
adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan
sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih;
dan 6) Kewirausahaan adalah
usaha menciptakan nilai tambah dengan
jalan mengkombinasikan sumbersumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan
persaingan. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013). Berdasarkan
keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya,
proses dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko. Sebelum peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan memulai berwirausaha maka ada beberapa
hal yang harus dipersiapkan diantaranya adalah Pilih bidang
usaha yang harus diminati oleh peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan dan memiliki hasrat dan pengetahuan di dalamnya. Kemudian perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan. Pilihlah keunikan dan nilai unggul dalam produk
atau jasa anda. Tentukan, apakah ingin bersaing
berdarah-darah di usaha web
murah meriah, atau akan spesifik
kepada desainnya, atau akan spesifik
kepada faktor keamanannya atau kepada tingkat kesulitan dan kompleksitas pengelolaan databasenya. Jaga kredibilitas dan brand image. Setelah mengikuti
pelatihan kewirausahaan hampir semua peserta
didik Sekolah Menengah Kejuruan mau melakukan wirausaha
untuk mendapatkan keuntungan baik secara materil maupun secara moril
dengan memanfaatkan sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang ada di tempat tinggal masing-masing. Ada
yang akan memulai usaha membuat keripik
dari singkong, ada yang akan membuat
usaha membuat keripik dari pisang dengan berbagai rasa ada yang akan memulai
lagi usaha membuat kue yang sebelumnya pernah dilakukan ketika mereka sedang kuliah.
Semua peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan tampak bersemangat dan antusias mewujudkan keinginan mereka untuk mulai
dan melanjutkan berwirausaha
dengan mengikuti ketentuan ketentuan yang harus diperhatikan ketika akan memulai
wirausaha. Kiat memulai wirausaha juga dapat diadopsi menurut seorang pakar bisnis
sekaligus motivator yaitu
Tum Desem Waringin. Berikut ini adalah
langkah- langkah teknis yang dapat dilakukan untuk memulai bisnis: 1) Bangun Ide bisnis dengan menulis Impian dan hobby kita. Tuliskan sepuluh mimpi dan hobby kita, lalu seleksi
menjadi tiga yang paling membuat kita sangat
ambisius dan enjoy untuk menjalankannya. Seleksi lagi menjadi satu
mimpi yang membuat kita menjadi harus
untuk mewujudkannya. Sehingga satu mimpi
tersebut benar-benar dijadikan sebagai Visi/Goal/Target
yang harus diraih; 2). Berikan alasan yang sangat kuat untuk
mewujudkan mimpi tersebut. Bayangkan kenikmatan apa yang akan kita dapat
apabila mimpi tersebut terwujud dan kesengsaraan apa yang akan kita terima
kalau mimpi tersebut tidak terwujud; 3) Mulai lah untuk mewujudkan mimpi tersebut dengan bertindak dan cari tema yang tepat dan tulis misi / Langkah pencapaian dan tuangkan menjadi konsep usaha yang jelas; 4) Lakukan riset baik di internet maupun di kenyataan sehari-hari, Visi dan Misi yang kita
tulis harus terdefinisi dengan jelas, specific dan marketabel sesuai bidangnya; 5) Tuliskan dan rancang strategi
yang akan dijalankan; 6) gunakan faktor pengungkit OPM (Other People�s Money),OPE (Other People�s
Experience), OPI (Other People Idea) , OPT (Other People�s Time), OPW (other
People�s Work); 7) Cari pembimbing (pilih yang sudah sukses di bidang tersebut), untuk pembanding dan mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan langkah- langkah pencapaian tujuan tersebut; 8) Buatlah sebuah TEAM
yang kompak untuk membantu mewujudkan goal tersebut T = Together E = Everybody A = Achieve M =
Miracle; 9) Optimalkan jaringan,
relasi dan network yang kita
punya untuk mencapai tujuan/visi kita
tersebut; 10) Buat jaringan baru yang tak terhingga dengan
membuat relasi dan silaturahmi sebanyak-banyaknya;
11) Gunakan alat bantu untuk mempercepat pencapaian misal website, jejaring sosial, advertisement, promosi; dan 12). Buat sistem yang ideal untuk bisnis tersebut. S=Save, Y=Your,
S=Self, T=Timing, E=Energy, M=Money (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013).
Kesimpulan
Pengetahuan peserta didik
Sekolah Menengah Kejuruan mengenai kewirausahaan setelah mengikuti pelatihan ini menjadi meningkat,
dari yang tidak tahu sama sekali
mengenai wirausaha menjadi tahu apa
yang dimaksud dengan kewirausahaan. Keterampilan peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan dalam merencanakan kewirausahaan setelah mengikuti pelatihan ini menjadi meningkat,
dari yang tidak mengerti sama sekali
mengenai perencanaan wirausaha menjadi mengerti dan mempraktekkan membuat perencanaan wirausaha. Keterampilan peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan mengenai pelaksanaan wirausaha setelah mengikuti pelatihan ini menjadi meningkat,
dari yang tidak pernah membayangkan suatu saat mereka
akan bisa wirausaha menjadi terbayangkan bagaimana nantinya kalau mereka jadi pengusaha.
BIBLIOGRAFI
Andrian, Bob. (2017). Manajemen Komunikasi Entrepreneur Usaha
Mikro Berbasis Pondok Pasantren. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic
Studies, 11(1), 133�150.
Ardianto, Elvinaro. (2011). Metodologi penelitian untuk
public relations kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin. (2003). Metode Penelitian Cetakan
Ke-enam. Yogyakarta: Penerbit, Pustaka Pelajar.
Berlo, David K. (1960). The Process of Communication: An
Introduction to Theory and. Practice (New York: Holt, Rinehart and Winston,
1960), 14.
Cresswell, John. (2016). Research design: Pendekatan
metode kualitatif, kuantitatif, dan campuran (Edisi 4). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dance. (1967). The Physicial Best Teachers Guide.
Human Kinetics.
Darmawan, Deni. (2012). Inovasi Pendidikan: Pendekatan
Praktik Teknologi Multimedia dan Pembelajaran. Online. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Daryanto, Mulyo Rahardjo. (2012). Model pembelajaran
inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Fahmi, Irham .. (2014). (2014). Analisa Kinerja Keuangan.
Bandung: Alfabeta.
Forsdale. (1981). Perspectives on Communication. New
York: Random House.
Harbunangin, Butje, & Ronitua, Harahap Pardamean. (1995).
111 Hal Penting tentang ISO 9000. Jakarta: Iron Damwin Santosa.
Hidayat, Aripin. (2020). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi
terhadap Kinerja Guru di Gugus II Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal
Revolusi Indonesia, 1(1), 1�12.
Hidayat, Yusup, Fuad, Fokky, & Nurhidayati, Maslihati.
(2018). Implementation of economic democracy principle in Islamic banking
policies through Financial Services Authority (FSA) in Indonesia. At-Taradhi:
J Stu Eko, 8(2), 132�154.
Ijudin. (2014). Strategi Mutu Lembaga Pendidikan Melalui
Pendidikan Karakter. Jurnal Penididikan Universitas Garut.
Iriantara, Yosal &. Usep Syarifudin. (2013). Komunikasi
Pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Kincaid, D. Lawrence, Schramm, Wilbur, & Setiadi, Agus.
(1977). Asas-asas komunikasi antara manusia. Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial Jakarta.
Kurniawan, Albert. (2014). Metode Riset untuk Ekonomi dan
Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Moleong, Lexy J. (2019). Metodologi penelitian kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Purnomo, A. (2020). Dataset Penelitian Kewirausahaan di
Indonesia Terindeks Scopus(1972-2019). Mendeley Data. Doi: Http://Dx. Doi.
Org/10.17632/Kvbm8g9xm9, 1.
Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi, cet. Ke-26,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ruben, Brent D., & Stewart, Lea P. (2013). Komunikasi dan
perilaku manusia. Jakarta: Rajawali Pers.
Seiler, Michael J., & Rom, Walter. (1997). A historical
analysis of market efficiency: Do historical returns follow a random walk. Journal
of Financial and Strategic Decisions, 10(2), 49�57.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Zamroni, Mohammad. (2009). Filsafat komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.