�Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�e-ISSN : 2548-1398
�Vol. 6, No.
1, Januari 2021
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PENGATURAN
PUPUK KANDANG
Ida Setya Wahyu Atmaja, Mohammad Subkhi
dan Amran Jaenudin
Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Indonesia
Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]
Abstract
Shallot is horticulture
commodities with high economic values. Need some efforts to improve growth and
production of shallot, such organic matter added. Through this research analyze
how the performance of growth and shallot production cultivar Bauji with chicken manure dosses added. This research used
randomized block design, three treatment and four replies. Dosses of chicken
manure is 0,20 and 40 ton ha-1. This
research showed that chicken manure added effected to plant high in 14 days
after planting (DAP), number of leave 14 and 21 DAP.
But, not effected significantly to production of shallot. Soil pH and nutrient
content effected to absorption of chicken manure fertilizer.
Keywords: chicken manure, fertilizer, shallot
Abstrak
Tanaman bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang strategis. Untuk menunjang pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman bawang merah maka diperlukan berbagai upaya, diantaranya penambahan bahan organik sebagai pupuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah kultivar Bauji dengan pengaturan dosis pupuk kandang ayam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dosis pupuk kandang (0, 20 dan 40 ton/ha) dan setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan dosis pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 14 HST, jumlah daun pada 14 dan 21 HST. Sedangkan pada komponen hasil pengaturan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata pada bobot basah dan bobot kering per petak. pH dan kandungan hara tanah berpengaruh terhadap penyerapan pupuk kandang yang diberikan
Kata kunci: bahan organik, bawang merah, pupuk kandang
ayam.
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Bawang
merah (Allium
ascalonicum L.) merupakan komoditas
hortikultura yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi untuk dikembangkan.
Tanaman ini mampu hidup subur
baik pada daerah tropis maupun subtropis,
salah satunya adalah di
Indonesia (Sihombing, 2018). Sebagai komoditas
unggulan tanaman ini banyak dibudidayakan
terutama di sentra produksi bawang merah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia termasuk
Kabupaten Cirebon. Memiliki
hubungan erat dengan bawang Bombay (Allium
cepa L.) tanaman bawang
merah memiliki manfaat baik untuk
kesehatan karena kandungan senyawa antioksidan quercetin (Sari, 2016), energy, mineral dan sejumlah vitamin (Waluyo & Sinaga, 2015). Selain itu
bawang merah juga merupakan bahan dasar masakan yang memberikan aroma yang khas.
Walaupun bawang merah menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi akan tetapi
produksi nasional cenderung mengalami fluktuasi. Data dari Badan Pusat Statistika menunjukkan bahwa pada tahun 2014-2017 produktivitas nasional bawang merah mengalami
penurunan yaitu 10,22
ton/ha menjadi 9, 29 ton/ha. Kondisi
tanah dan penggunaan pupuk merupakan dua hal yang memiliki
andil dalam penurunan produktivitas bawang merah (Afrilliana, Darmawati, & Sumarsono, 2017). Pupuk merupakan
salah satu faktor produksi yang memiliki peran sebagai penambah
unsur hara bagi tanaman. Pupuk dapat diberikan kepada tanaman baik sebagai pupuk
anorganik maupun pupuk organik. Salah satu cara yang dapat dijadikan alternatif adalah penggunaan bahan organik yang berasal dari pupuk kandang
sebagai penambah unsur hara bagi tanaman.
Pupuk kandang ayam merupakan pupuk yang berasal dari kotoran/feses/urine ayam. Pupuk kandang ayam kering mengandung N 2,59%, P 3,09%, K 2,46%, Ca 12,66%, Mg 0,91%, Na 0,69%, Fe 1.758 ppm, Mn 572 ppm, Zn 742 ppm, Cu 80 ppm, sehingga dalam 1 ton pupuk kandang ayam mengandung 65,8 kg N, 13,7 kg P, dan 12,8 kg K (Sulasmi, Safruddin, & Mawarni, 2020). Berdasarkan kandungan hara yang dimiliki pupuk kandang ayam, maka bahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pupuk organik yang dapat digunakan sebagai penambah hara bagi tanaman bawang merah. Menurut Asri, et al (2019) kelebihan dari pupuk kandang bagi tanaman bawang merah adalah kandungan unsur hara mikro yang lebih tersedia dibandingkan pupuk anorganik, serta mampu mencegah munculnya ledakan sub-hara lain yang berpotensi menyebabkan terjadinya keracunan bagi tanaman . Selain sebagai penambah hara pupuk kandang juga memiliki peran dalam perbaikan sifat fisik dan biologi tanah. Penambahan pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Kandungan C-organik yang cukup pada pupuk kandang mampu menggemburkan tanah sehingga dapat memacu penyerapan hara yang maksimal
Bauji merupakan salah satu kultivar lokal tanaman bawang merah yang tidak banyak dibudidayakan di sentra produksi bawang merah di wilayah Cirebon. Umumnya petani lokal banyak menggunakan kultivar lain secara turun temurun, diantaranya kultivar Bima. Melalui penelitian ini di uji cobakan penambahan pupuk kandang pada budidaya tanaman bawang merah lokal kultivar Bauji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keragaan pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) kultivar Bauji dengan adanya pengaturan dosis pupuk kandang ayam.�
Metode Penelitian
Percobaan dilaksanakan di Desa
Suranenggala Kidul Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon pada bulan
April-Juni 2019. Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah
umbi bibit bawang merah (Allium ascalonicum L.) kultivar Bauji, pupuk kandang ayam,
pupuk anorganik (NPK Phonska, Urea, ZA, SP-36, dan KCl),
EM4, Furadan 3G, Nordox 56
WP, Dithane M-45, Decis 25
EC, Lanate 25 WP. Bibit yang digunakan
berasal dari umbi yang telah disimpan 2-3 bulan setelah panen.� Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan
dan diulang empat kali. Perlakuan yang diuji adalah dosis pupuk
kandang ayam (0,20, dan 40
ton/ha).
Pupuk kandang ayam diaplikasikan 14 hari sebelum tanam dengan
cara ditabur sesuai dengan perlakukan
dan dicampur dengan tanah pada petak percobaan untuk mempercepat proses mineralisasi
dan membuang gas-gas yang berbahaya
dalam tanah. Pupuk anorganik juga diberikan sesuai dengan rekomendasi, yaitu NPK Phonska 250 kg/ha,
SP-36 50 kg/ha dan KCl 30 kg/ha diberikan
pada saat 7 hari sebelum tanam (sebagai pupuk dasar).
Pupuk susulan pertama yang digunakan adalah pupuk ZA 400 kg/ha diberikan pada saat 10 hari setelah tanam
(HST) kemudian pupuk susulan kedua berupa
pupuk Urea 180 kg/ha pada 30 HST. Sebelum
penanaman ujung umbi dipotong � bagian dan diberikan perlakukan fungisida. Bibit ditanam pada petak percobaan dengan jarak tanam
20 cm x 15 cm. Pengamatan dilakukan
pada enam tanaman sampel pada setiap petak percobaan. Pengamatan mencakup komponen vegetatif dan generatif tanaman, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot kering per petak. Pengamatan vegetatif dilakukan pada umur 14, 21, 28, 35 HST sedangkan
pengamatan generatif dilakukan pada saat panen.
Hasil dan Pembahasan
A.
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman menunjukkan
rata-rata tinggi tanaman
yang diukur dari pangkal umbi yang berbatasan dengan permukaan tanah sampai ujung daun
tanaman tertinggi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaturan dosis pupuk kandang ayam
berpengaruh nyata pada
rata-rata tinggi tanaman
pada 14 HST (Tabel 1).
Tabel 1
Rata-rata Tinggi Tanaman
14, 21, 28 dan 35 HST
pada Beberapa
Dosis Pupuk Kandang
Dosis Pupuk Kandang |
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) |
|
|||
14 HST |
21 HST |
28 HST |
35 HST |
||
0 ton/ha |
13,61 a |
19,44 a |
20,51 a |
21,48 a |
|
20 ton/ha |
14,19 b |
20,25 a |
22,13 a |
23,10 a |
|
40 ton/ha |
13,34 a |
19,02 a |
21,95 a |
22,63 a |
|
Keterangan: Angka rata-rata disertai huruf
yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut Uji LSR pada taraf 5%.
Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa pengaturan dosis pupuk kandang ayam berpenagruh pada umur 14 HST. Perlakukan pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha memiliki rata-rata tinggi tanaman tertinggi, yaitu 14,19 cm. Hal ini disebabkan karena tanaman mendapatkan unsur hara dalam tanah baik melalui pemberian pupuk kandang maupun pupuk anorganik sebagai pupuk dasar yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Sejalan dengan pernyataan Hayati, et al (2011) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman adalah kecukupan unsur hara di dalam tanah. Sedangkan pada umur 21, 28 dan 35 HST pengaturan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata pada rata-rata tinggi tanaman. �
Selain menyumbang unsur hara bagi tanaman, pupuk kandang sebagai bahan organik tanah berperan dalam memperbaiki struktur tanah sehingga memberikan kondisi tanah yang baik untuk perkembangan akar yang berdampak pada penyerapan air dan unsur hara. Pupuk kandang ayam mampu memperbaiki sifat tanah baik fisk, kimia dan biologi tanah melalui perbaikan aerasi dan daya pegang tanah terhadap air (water holding capacity) sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan mampu menyerap unsur hara dengan optimal (Sutedjo, 2010).
B.
Jumlah Daun
Daun merupakan organ yang sangat penting bagi tanaman karena merupak tempat terjadinya fotosintesa. Fotosintat yang dihasilkan ditentukan oleh banyaknya daun pada tanaman. Hasil analisis ststistik pengaturan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2
Rata-rata Jumlah Daun
14, 21, 28 dan 35 HST pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang
Dosis Pupuk Kandang |
Rata-rata Jumlah Daun (Helai) |
|||
14 HST |
21 HST |
28 HST |
35 HST |
|
0 ton/ha |
14,62 a |
15,37 ab |
16,08 a |
16,12 a |
20 ton/ha |
14,91 b |
15,79 b |
16,12 a |
16,79 a |
40 ton/ha |
13,87 a |
14,37 a |
15,54 a |
15,92 a |
Keterangan:� Angka rata-rata disertai
huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut Uji LSR pada taraf 5%.
Data pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa pengaturan dosis pupuk kandang
berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah daun pada umur pengamatan 14 dan 21 HST. Pupuk kandang dengan
dosis 20 ton/ha memiliki
rata-rata jumlah daun tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 14,91 pada 14 HST
dan 15,79 pada 21 HST. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian pupuk kandang sebesar
20 ton/ha mampu mencukupi kebutuhan tanaman untuk memproduksi organ baru yaitu daun.
Sedangkan pada umur
pengamatan 28 dan 32 HST pengaturan
dosis pupuk kandang tidak berpengaruh
nyata terhadap rata-rata jumlah daun. Hal ini disebabkan karena pada umur pengamatan 28 HST tanaman bawang merah mulai
memasuki fase pembentukan umbi sehingga laju pertumbuhan
daun mengalami penurunan. Menurut Samadi & Cahyono (2005) pembentukan daun akan mengalami
hambatan ketika tanaman mulai memasuki
fase generatif diantaranya adalah pembentukan umbi.
Pupuk kandang ayam mengandung sejumlah hara termasuk unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Damanik, et al (2010) kandungan Nitrogen pada pupuk kandang ayam tiga kali lebih banyak dibanding pupuk kandang lainnya. Nitrogen merupakan molekul penyusun klorofil daun yang bertanggung jawab terhadap proses fotosintesis (Latarang & Syakur, 2006). Nitrogen juga merupakan bahan dasar pembentukan asam amino yang diperlukan dalam proses metabolisme tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan daun (Musrif dan Sriasih, 2019). Pupuk kandang ayam memiliki �kandungan hara yang lebih tinggi karena bagian padatan bercampur dengan bagian cair/urine (Roidah, 2013). Pupuk kandang ayam terdekomposisi lebih cepat sehingga unsur hara yang tersedia lebih cepat tersedia dan diserap oleh tanaman (Hartatik & Widowati, 2010). Hal ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, termasuk pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun.
C.
Bobot Basah dan Bobot Kering Umbi Bawang
Merah
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaturan dosis pupuk kandang ayam
tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering umbi
per petak. Hasil analisis bobot basah dan bobot kering umbi
bawang merah� disajikan
pada Tabel 3.
Table
3
Bobot Basah dan Bobot Kering Umbi Bawang Merah per Petak
Dosis Pupuk Kandang |
Bobot Basah per Petak (gr) |
Bobot Kering per Petak (gr) |
|
0 ton/ha |
1.314 a |
1.059 a |
|
20 ton/ha |
2.084 a |
1.620 a |
|
40 ton/ha |
1.112 a |
�� 851 a |
Keterangan :� Angka rata-rata disertai
huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut Uji LSR pada taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 3 perlakuan pengaturan dosis pupuk kandang
ayam, tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering umbi per petak. Tanaman bawang merah yang diberi pupuk kandang
20 ton/ha memiliki bobot basah per petak sebesar 2.084 gr/petak atau setara dengan
10,42 ton/hektar dan bobot kering per petak sebesar 1.620 gr/petak atau setara dengan
8,1 ton/hektar. Nilai tersebut
masih jauh dari potensi produksi
yaitu sebesar 14 ton/hektar umbi kering.
Berdasarkan hasil analisis tanah diketahui bahwa lahan percobaan memiliki pH tanah 5,81 (agak masam) dan kandungan P2O5 tersedia
sebesar 9,88 ppm (sangat rendah) dan K2O tersedia
62,66 ppm (rendah). Nilai pH yang optimal untuk penyerapan unsur hara, khususnya unsur hara makro adalah pada rentang pH netral (6-7). Agar pemupukan atau penyerapan unsur hara pada tanaman bawang merah optimal maka pH tanah diusahakan
pada pH ≥ 6 Rendahnya nilai
pH tanah diduga menyebabkan penyerapan unsur hara khususnya unsur fosfor menjadi
tidak optimal. Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan dan perkembangan umbi bawang merah
(Jazilah & Sunarto, 2007).
Selain fosfor, kalium juga merupakan unsur hara yang penting dalam pembentukan
umbi bawang merah. Kalim berperan
sebagai katalisator enzim dalam pembentukan
asam amino, mambantu translokasi fotosintat yang dihasilkan dan mempengaruhi kualitas buah dan biji (Uke, Barus, & Madauna, 2015). Tanaman umbi-umbian
membutuhkan Kalium dalam jumlah banyak dibandingkan
unsur lainnya (Sumiati & Gunawan, 2007). Akan tetapi di dalam tanah kalium sering menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman, dikarenakan unsur kalium memiliki kepekaan yang tinggi terhadap pencucian (Uke et al., 2015). Selain
memiliki sifat mudah tercusi, ketersediaan kalium dalam tanah juga dipengaruhi oleh pH tanah dan kejenuhan basa. Pada pH dan KB rendah maka unsur kalium akan mudah tercuci
(Manurung & Vindo, 2020)
Kesimpulan
Penambahan pupuk
kandang ayam 20 ton/ha mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada 14 dan 21 HST. Sedangkan pada komponen generatif penambahan pupuk kandang ayam
20 ton/ha belum mampu meningkatkan bobot basah dan bobot kering umbi bawang
merah. Kondisi tanah yang meliputi pH dan kandungan hara tanah berpengaruh terhadap penyerapan pupuk kandang yang diberikan.
BIBLIOGRAFI
Afrilliana, Neli, Darmawati, Adriani, &
Sumarsono, Sumarsono. (2017). Pertumbuhan dan hasil panen Bawang Merah (Allium
ascalonicum l.) akibat penambahan pupuk KCl berbasis pupuk organik berbeda. Journal
of Agro Complex, 1(3), 126�134.
Asri, B., Arma, Rahmawati, & Riska,
Riska. (2019). Respon Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Bawang Merah (Allium
Cepa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang. Agrominansia, 4(2),
167�175.
Damanik, M.Madjid B., Hasibuan, Bachtiar
Effendi, Fauzi, Sarifuddin, & Hanum, Hamidah. (2010). Kesuburan Tanah Dan
Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hartatik, W., & Widowati, L. R. (2010).
Pupuk Kandang.[Manure]. Laporan Akhir Penelitian.
Hayati, Mardhiah, Hayati, Erita, &
Denni, Denni. (2011). Pengaruh Pupuk Organik Dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan
Beberapa Varietas Jagung Manis Di Lahan Tsunami. Jurnal Floratek, 6(1),
74�83.
Jazilah, S., & Sunarto, Sunarto.
(2007). Respon Tiga Varietas Bawang Merah Terhadap Dua Macam Pupuk Kandang dan
Empat Dosis Pupuk Anorganik. Agrin, 11(1).
Latarang, Burhanudin, & Syakur, Abdul.
(2006). Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada
Berbagai Dosis Pupuk Kandang. Agroland: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 13(3).
Manurung, Agnes I., & Vindo, Vindo.
(2020). Pengaruh Dosis Dolomit Dan Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Bawangmerah (Alium ascalanicum L) Varietas Vietnam. Jurnal Agrotekda,
3(2), 103�116.
Musrif, Ni Luh Sriasih. (2019). Pengaruh
Limbah Air Tahu dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang
Daun (Allium fistolosum L.). Jurnal Agriyan, 5(2).
Roidah, Ida Syamsu. (2013). Manfaat
penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Jurnal Bonorowo, 1(1),
30�43.
Samadi, Ir Budi, & Cahyono, Ir Bambang.
(2005). Bawang Merah, Intensifikasi Budi Daya. Jakarta: Kanisius.
Sari, Ayu Nirmala. (2016). Berbagai Tanaman
Rempah Sebagai Sumber Antioksidan Alami. Elkawnie, 2(2), 203�212.
Sihombing, Parsaoran. (2018). Respon
Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum. L) Terhadap
Pemberian Pupuk Kandang Ayam Dan Pupuk Npk. Jurnal Stindo Profesional, IV(4),
198�213.
Sulasmi, Sulasmi, Safruddin, Safruddin,
& Mawarni, Rita. (2020). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair (Poc) Top G2
Dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.). Bernas: Jurnal Penelitian Pertanian, 16(1),
103�111.
Sumiati, E., & Gunawan, O. S. (2007).
Aplikasi pupuk hayati mikoriza untuk meningkatkan efisiensi serapan unsur hara
NPK serta pengaruhnya terhadap hasil dan kualitas umbi bawang merah. Jurnal
Hortikultura, 17(1).
Sutedjo, M. M. (2010). Pupuk dan Cara
Pemupukan. Cetakan-9. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Uke, H. Y., Barus, Henry, & Madauna,
Ichwan S. (2015). Pengaruh Ukuran Umbi Dan Dosis Kalium Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu. Agrotekbis,
3(6).
Waluyo, Nurmalita, & Sinaga, Rismawita.
(2015). Bawang Merah Yang dirilis Oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Iptek
Tanaman Sayuran, (5).