�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
�e-ISSN : 2548-1398
�Vol. 6, No.
1, Januari 2021
IDENTIFIKASI
SOAL TES UTS DAN UAS MATA PELAJARAN BIOLOGI BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI
ANDERSON TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMBELAJARAN
Ryan
Humardani Syam Pratomo dan Sri Mukminati Nur
STKIP Pembangunan Indonesia Makasar, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
This study aims to measure the level diffculty, and
quality of the items in terms of cognitive level based on Anderson�s revised bloom taxonomy for midterm (UTS) and final exam questions
(UAS) in class X SMA ittihad Makassar. The research sample was midterm
(UTS) and final exam questions (UAS) in biology subjects based on Anderson�s revised bloom taxonomy in class X IPA SMA ittihad Makassar. Data collection techniques were documentation, interviews, questionnaires and
UTS and UAS test questions. The
instrument used was a cognitive level based on Anderson�s revised Bloom�s
taxonomy. The research data were analyzed quqlitatively
and quantitatively. Based on the results of the quantitative analysis, it can
be seen that the difficulty level of class X questions is 71% of the questions
are in the medium category and 29% of the questions are in the easy category.
The result of the research in grouping the questions based on the cognitive
domain, for essay questions were dominated by cognitive levels C1 and C2. The result of the qualitatived
analysis showed that the questions of UTS and UAS class X IPA at SMA ittihad Makassar in terms of cognitive level, the
question based on Anderson�s revision of Bloom�s taxonomy were not very
good, because most of the items, both UTS and UAS question the cognitive level
was only between C1,C2 and C3. The findings of this
study indicate that the teachers are still unequal in making questions based on
the cognitive domain of bloom�s
taxonomy on UTS and UAS biology questions. This is because the teachers at SMA
ittihad Makassar only imitate questions from daily
textbook without considering the number of questions in each domain C1, C2, C3,
C4, C5 and C6.
Keywords: difficulty level; problem cognitive level; anderson revised bloom�s�
���������������
taxonomy
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengukur tingkat kesulitan dan kualitas proyek berdasarkan masalah tingkat kognisi berdasarkan klasifikasi Bloom revisi UTS dan
UAS oleh Anderson dari SMA Ittihad
Makassar kategori X. Sampel
penelitian didasarkan pada metode klasifikasi kelas X IPA SMA Ittihad Makassar
Bloom revisi Anderson untuk
soal tes UTS dan UAS pada topik biologi. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, wawancara, angket dan soal tes UTS dan UAS. Instrumen yang digunakan adalah tingkatan kognitif berdasarkan taksonomi bloom revisi Anderson. Data penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis secara kuantitatif dapat diketahui bahwa tingkat kesukaran
soal kelas X terdapat 71% soal termasuk kategori sedang dan 29% soal adalah termasuk kategori mudah. Hasil penelitian dalam
pengelompokkan soal berdasarkan ranah kognitif, untuk soal essay didominasi oleh tingkat kognitif C1 dan C2. Hasil
analisis secara kualitatif diperoleh bahwa soal UTS dan UAS kelas X IPA di SMA ittihad Makassar dilihat dari
segi tingkat kognitif soal berdasarkan
taksonomi bloom revisi Anderson sangat
tidak baik, karena sebagian besar butir soal
baik itu soal UTS dan UAS tingkat kognitifnya itu kisaran hanya diantar
C1, C2 dan C3. Temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa masih belum
meratanya guru-guru dalam membuat soal-soal berdasarkan ranah kognitif taksonomi bloom pada soal UTS dan UAS Biologi. Hal ini disebabkan karena guru-guru di
SMA ittihad Makassar hanya meniru
soal dari buku paket ajar sehari-hari tanpa mempertimbangkan jumlah soal pada setiap ranah C1, C2, C3, C4, C5, dan C6.
Kata kunci: tingkat kesukaran; tingkat kognitif soal; taksonomi bloom revisi anderson
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Proses pengajaran
merupakan sistem pedoman yang memahami pemahaman sebagai sekumpulan komponen yang saling bergantung untuk mencapai tujuan. Dalam proses pengajaran, sistem hendaknya mencakup tujuan, materi, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, semua komponen yang ada harus diatur
agar dapat saling berkolaborasi antar komponen lainnya. Oleh karena itu, guru hendaknya tidak hanya memperhatikan komponen tertentu seperti metode dan materi, tetapi juga memperhatikan komponen tersebut secara keseluruhan. Setiap guru harus memperhatikan semua elemen yang mendukung pembelajaran. Salah satunya adalah penilaian pembelajaran. Evaluasi dalam sistem pendidikan merupakan salah satu kegiatan terpenting yang rutin dilakukan selama kurun waktu
tertentu, termasuk pemantauan mutu pendidikan dan pendampingan
proses belajar mengajar di kelas (PBM) karena memerlukan alat ukur.
Untuk menilai nilai hasil belajar sebagai
prestasi siswa, guru dapat menggunakan tes. Tes merupakan
alat ukur, biasanya digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memperoleh kemampuan.
Melihat pentingnya suatu
tes dalam upaya untuk mengukur
hasil belajar siswa, maka guru seharusnya merancang suatu tes hasil
belajar dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dengan demikian item tes harus paralel
dengan rumusan indikator hasil belajar. Dengan tes yang baik maka
diharapkan siswa juga memperoleh hasil belajar yang baik dan dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
dalam dunia pendidikan (Suryani, 2017).
Percepatan informasi pada masa pendidikan
ini seharusnya sesuai dengan kualitas
pendidikan terutama kualitas peserta didik. Namun, pada kenyataannya kualitas peserta didik di Indonesia masih rendah. Berdasarkan
programme international student assesment (PISA) peringkat indonesia untuk IPA tahun
2015 berada pada urutan 62 dari 70 negara, sedangkan berdasarkan trends in international mathematics and science study (TIMSS) peringkat indonesia untuk sains tahun 2015 berada
diurutan 45 dari 48 negara (Kemendikbud, 2018).
Meski kinerja PISA dan TIMSS meningkat pada tahun 2015,
Indonesia masih termasuk dalam 10 negara dengan peringkat terbawah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pemahaman guru terhadap kurikulum yang kurang merata, dan tingkat ketidaktahuan guru terhadap kurikulum masih sangat tinggi
yaitu 12,8%. Faktor lain
yang juga mempengaruhi adalah
masih kurangnya kemampuan siswa Indonesia dalam mengintegrasikan informasi, menarik kesimpulan, dan menghubungkan pengetahuannya dengan hal lain (Rahmawati, 2016).
Dalam taksonomi pendidikan bloom edisi revisi oleh (Anderson & Krathwohl,
2010) kemampuan mengintegrasikan informasi, menarik kesimpulan dan menghubungkan dengan pengetahuan yang lain dikategorikan
dalam kemampuan berfikir tingkat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa di Indonesia masih rendah.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Herlant, Y. dan (Herlant & Nopithalia,
2007) dalam hasil penelitian mereka tentang kualitas tes buatan
guru biologi MTs se-Jakarta selatan diketahui bahwa kemampuan guru dalam membuat soal yang menuntut keterampilan tingkat tinggi masih rendah. Rendahnya
kemampuan guru membuat soal kategori keterampilan
tingkat tinggi berpengaruh terhadap kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul Septiana tentang analisis butir soal ulangan
akhir semester biologi juga menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat soal kategori
keterampilan tingkat tinggi masih rendah (Septiana, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan (Kurniawan, 2015), soal yang dijadikan
bahan evaluasi pada ujian akhir semester sering kali tidak melalui tahapan analisis kualitas butir soal, sehingga
belum diketahui kualitas soal yang telah disusun. Oleh karena itu, untuk
mengetahui kualitas butir soal yang digunakan untuk tes perlu dilakukan
analisis kualitas butir soal.
Suatu tes dapat dikatakan
sahih atau benar jika telah memenuhi
kriteria validitas kurikuler yaitu apabila aspek-aspek yang dipersoalkan dalam tes sesuai dengan
KD dan indicator (Friatma, 2017). Analisis kurikulum lebih difokuskan pada Kompetensi Dasar (KD) sebagai
target spesifik dari kompetensi Inti
(KI) yang dijabarkan untuk mencapai indicator (Herlanti, 2015). Sedangkan menurut (Mahirah, 2017), jika instrumen evaluasi kurang baik, maka dapat
berakibat hasil evaluasi menjadi kurang baik pula. Namun, apabila instrument evaluasi yang digunakan sudah disusun sesuai
dengan semestinya, hal ini dapat
berdampak baik. Diantaranya dapat memberikan informasi sejauh mana suatu program berhasil diterapkan, mengetahui kelemahan siswa serta sebab
kelemahan tersebut dan cara mengatasinya, mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan pembelajaran dan sebagainya.
Dalam penelitian yang dilakukan
oleh (Novi Arti, 2015) tentang kemampuan
guru mata pelajaran biologi dalam pembuatan
soal higher order thinking (HOT) menjelaskan bahwa
kemampuan guru biologi di
SMA Negeri 1 Wonosari Klaten
dalam membuat soal HOT tingkatan kognitif C4 (15,2%)
yang merupakan prosentase tertinggi tingkatan kognitif soal HOT dibanding dengan presentase tingkatan kognitif soal HOT lainnya yaitu tingkatan
kognitif C5 dan C6 (3,0%) karena
lebih mudah dalam membuat soal
C4 dibandingkan dengan soal C5 dan C6, sedangkan kemampuan guru biologi dalam membuat soal
lower order thinking (LOT) pada tingkat kognitif
C1 (31,1%) juga merupakan presentase
tertinggi tingkatan kognitif soal LOT dibanding dengan persentase tingkatan kognitif.
Banyak masalah
lainnya adalah kognitif level C2 (29,8%) dan kognitif
level C3 (17,9%), karena masalah
C1 lebih memudahkan guru untuk memudahkan siswa dalam mengerjakannya,
namun hal ini akan menyebabkan
siswa hanya menghafal materi untuk mencapai yang baik. Prestasi mengurangi rasa ingin tahu siswa dan mengurangi kemampuan siswa untuk menciptakan
hal-hal baru. Pada tingkat kognisi C1, pertanyaan ulangan harian guru mendominasi, yang akan mengarah pada kemampuan siswa untuk menciptakan hal-hal baru untuk
penelitian sekolah menengah. Menurut penjelasan guru tersebut, soal ujian tengah semester (UTS) dibuat sendiri
oleh guru bidang studi biologi sedangkan soal ujian akhir semester (UAS),� Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dinas Pendidikan setempat namun juga ada soal UAS yang dibuat sendiri oleh guru bidang studi biologi sendiri
yang sebagian besar soal tes tersebut
masih mencakup tingkat kognitif C1-C4.
Meskipun masalah memori
dan pemahaman merupakan dasar dari pemikiran
tingkat tinggi, perkembangan masalah memori terlalu berlebihan dan tidak dapat diimbangi dengan masalah kognitif tingkat tinggi.Hal ini
akan berdampak buruk, karena bagaimanapun
juga masalah yang berkontribusi
pada proses pembelajaran sangat
diakui. Mengetahui masalahnya. Beberapa pertanyaan guru yang memerlukan pemikiran lanjutan menunjukkan bahwa pelajaran sains di sekolah belum melatih
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar. Hasil ini juga menunjukkan bahwa keterampilan bertanya guru masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan pemikiran tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: �identifikasi
soal tes ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS) mata pelajaran biologi berdasarkan taksonomi bloom revisi Anderson terhadap pemahaman konsep pembelajaran siswa kelas X SMA ittihad Makassar��.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tingkat kesukaran dan kognitif butir soal UTS dan UAS biologi buatan
guru-guru kelas X di SMA ittihad Makassar.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode deskripsi kuantitatif. Rancangan penelitian menggunakan soal tes UTS dan UAS pada mata pelajaran Biologi kelas X IPA SMA Ittihad Makassar,
berdasarkan format soal
(format makalah) dan klasifikasi
Bloom revisi Anderson (aspek
kognitif C1, C2, C3, C4, C5 dan C6 Caranya adalah dengan mencatat soal-soal tes yang dikelompokkan berdasarkan UTS dan
UAS, kemudian mengidentifikasi
soal-soal tes tersebut berdasarkan dimensi kognitif dari soal-soal tes tersebut berdasarkan
klasifikasi Bloom yang direvisi
Anderson. Populasi penelitian
ini berdasarkan soal tes UTS dan UAS pada mata pelajaran biologi berdasarkan klasifikasi Bloom revisi Anderson
dari SMA Ittihad Makassar.
Berdasarkan klasifikasi
kelas X IPA SMA Ittihad
Makassar Bloom revisi Anderson, soal
tes UTS dan UAS pada mata pelajaran biologi yang diperoleh adalah sampel. Alat pengumpulan data menggunakan soal tes UTS dan UAS, angket, wawancara dan dokumen. Dengan menggunakan program Anates, penggunaan teknik analisis data untuk mengukur kesulitan soal tes UTS dan UAS, dan pada saat
yang sama, menurut metode klasifikasi Bloom yang direvisi Anderson, dengan mengelompokkan soal tes sesuai dengan
level yang ditentukan untuk
mengukur tingkat kognitif masalah. Klasifikasi Bloom yang direvisi
Anderson, yaitu: pertanyaan
level, menurut klasifikasi
Bloom yang direvisi dari
Anderson untuk item tinggi
dan rendah.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kulaitas butir soal dilihat dari
tingkat kesukaran dan kognitif soal berdasarkan
taksonomi bloom revisi Anderson pada kelas X SMA di SMA ittihad Makassar. Soal yang dianalisis pada penelitian ini berupa soal essay ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS) tahun
ajaran 2018-2019.
1.
Tingkat Kesukaran Soal Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Anderson
Perhitungan indeks
kesukaran dilakukan dengan program Anates. Hasil perhitungan indeks kesukaran tersebut di interpretasikan dalam tiga kriteria yaitu:
a. P : 0,00 � 0,30 adalah soal yang tergolong sulit.
b. P : 0,31 � 0,70 adalah soal yang tergolong sedang.
c. P : 0,71 � 1,00 adalah soal yang tergolong mudah
Hasil analisis
tingkat kesulitan dapat digambarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Tingkat Kesulitan Soal UTS Mata Pelajaran Biologi
Kelas X
Nomor Soal |
Hasil |
Kategori Tingkat Kesukaran |
1 |
0,71 |
Mudah |
2 |
0,68 |
Sedang |
3 |
0,57 |
Sedang |
4 |
0,60 |
Sedang |
5 |
0,58 |
Sedang |
6 |
0,60 |
Sedang |
7 |
0,73 |
Mudah |
8 |
0,63 |
Sedang |
9 |
0,45 |
Sedang |
10 |
0,58 |
Sedang |
Data pada tabel
1 diatas menunjukkan bahwa soal essay berkategori mudah sebanyak 2 butir soal dan berkategori sedang sebanyak 8 butir soal Tingkat kesukaran soal ditinjau dari kemampuan
siswa mengerjakan soal tersebut.
Soal yang baik
adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
kemampuan berpikir siswa dan tidak memberikan motivasi positif bagi siswa.
Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan
membuat siswa tidak mau mencoba
lagi dan merasa frustasi bagi siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah (Syamsudduha, 2012).
Tabel 2
Tingkat Kesukaran Soal UAS Mata Pelajaran Biologi Kelas
X
Nomor Soal |
Hasil |
Kategori tingkat kesukaran |
1 |
0,66 |
Sedang |
2 |
0,62 |
Sedang |
3 |
0,50 |
Sedang |
4 |
0,55 |
Sedang |
5 |
0,66 |
Sedang |
6 |
0,57 |
Sedang |
7 |
0,52 |
Sedang |
8 |
0,63 |
Sedang |
9 |
0,62 |
Sedang |
10 |
0,61 |
Sedang |
Berdasarkan tabel
di atas dapat dijelaskan bahwa semua permasalahan UAS termasuk dalam kategori sedang. Kesulitan soal adalah proporsi peserta tes yang menjawab soal dengan
benar. Tingkat kesulitan proyek biasanya diwakili oleh p. Semakin besar nilai p, semakin besar proporsi
jawaban benar untuk item tersebut, dan semakin rendah tingkat kesulitan item tersebut, yang berarti masalah tersebut lebih mudah untuk
diselesaikan.
Soal yang baik adalah soal
yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya (Arikunto, 1992).
Menggunakan program Anates untuk menghitung
tingkat kesulitan soal ujian tengah
semester (UTS) dan ujian akhir
semester (UAS) SMA Ittihad Makassar Kelas X IPA Biologi. Hasil perhitungan
program Anates berbentuk persentase, sehingga perlu diubah menjadi
angka desimal. Selain itu, dijelaskan
dengan menggunakan standar berikut. Soal P 0,00 sampai 0,30 merupakan soal yang sulit, soal P 0,31 sampai 0,70 merupakan soal sedang, dan soal P 0,71 sampai 1,00 merupakan soal yang mudah. Berdasarkan hasil analisis 10 soal UTS nomor X soal, 8 atau 80% soal termasuk kategori
sedang, 2 atau 20% soal termasuk kategori
sederhana, dan UAS termasuk
10 dari 10 soal. tipe X atau 100% soal termasuk dalam
kategori sedang.
Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa Ujian Akhir (UAS) tingkat X SMA Ittihad Makassar merupakan soal dengan tingkat kesukaran sangat rendah karena semua
butir soal atau 100% bersertifikasi sedang. Sementara untuk Ujian Tengah Semester (UTS)
Kategori X, soal-soal yang ada juga termasuk dalam kategori kurang baik. Karena kategori soal tidak
jauh berbeda dengan soal UTS, maka yang terbaik adalah menggunakan soal dengan tingkat
kesulitan yang seimbang, yaitu: 25% soal kategori sulit, 50% soal kategori sedang,
dan 25% kategori sederhana.
Walaupun demikian menurut Mustarah dalam penelitiannya (2013) bahwa soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal
yang sedang, yaitu soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran berkisar antara 0,26 � 0,75. Berbagai kriteria tersebut mempunyai kecenderungan bahwa butir soal yang memiliki indeks kesukaran kurang dari 0,25 dan lebih dari 0,75 sebaiknya dihindari atau tidak digunakan, karena butir soal
yang demikian terlalu sukar atau terlalu
mudah, sehingga kurang mencerminkan alat ukur yang baik.
Namun demikian menurut (Arifin, 2009) soal-soal yang terlalu
mudah atau terlalu sukar tidak
berarti tidak boleh digunakan. Hal ini tergantung dari tujuan penggunaannya.
Jika dari peserta tes banyak, padahal
yang dikehendaki lulus hanya
sedikit maka diambil peserta yang terbaik, untuk itu diambilkan butir soal tes
yang sukar. Demikian sebaliknya jika kekurangan peserta tes, maka dipilihkan
soal-soal yang mudah. Selain itu, soal-soal
yang sukar akan menambah motivasi belajar bagi siswa-siswa
yang pandai, sedangkan soal-soal yang mudah akan membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah
2.
Tingkatan Kognitif Soal
Berdasarkan Taksonomi Bloom
Revisi Anderson
Tabel 3
Pengelompokkan Butir Soal
UTS Kelas X IPA Berdasarkan Tingkatan
Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Anderson
Sumber |
Jumlah |
Tingkatan kognitif Taksonomi Bloom Revisi
Anderson |
|||||
C1 |
C2 |
C3 |
C4 |
C5 |
C6 |
||
KELAS X |
10 |
5 |
4 |
1 |
- |
- |
- |
100% |
50 % |
40 % |
10 % |
- |
- |
- |
� Hasil penelitian mengelompokkan soal berdasarkan ranah kognitif, untuk soal essay didominasi oleh tingkat kognitif C1 dan C2. Soal UTS kelas X terdapat 5 (50%) soal tingkatan mengingat (C1), 4 (40%) soal tingkatan memahami (C2), dan 1 (10%) soal tingkatan menerapkan (C3).
Tabel 4
Pengelompokkan Butir Soal UAS Kelas X IPA Berdasarkan Tingkatan
Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Anderson
Sumber |
Jumlah |
Tingkatan kognitif
Taksonomi Bloom Revisi Anderson |
|||||
C1 |
C2 |
C3 |
C4 |
C5 |
C6 |
||
KELAS X |
10 |
3 |
5 |
2 |
- |
- |
- |
100% |
30% |
50% |
20% |
- |
- |
- |
�
Hasil penelitian mengklasifikasikan
masalah UAS berdasarkan ranah kognitifnya, karena soal makalah
terutama ditentukan oleh tingkat kognitif C1 dan C2. Pada kategori X soal UAS, level memori (C1) ada 3 (30%) soal, level pemahaman (C2) punya
5 (50%) soal, dan level aplikasi
(C3) punya 2 (20%) soal).
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada taraf kognitif, soal UTS dan UAS IPA tipe X SMA Ittihad Makassar kurang baik pada taraf kognitif, karena berdasarkan revisi taksonomi Bloom dari Anderson, permasalahan tersebut adalah Tidak terlalu baik,
baik masalah UTS maupun UAS tingkat kognitifnya hanya berada di antara C1, C2 dan C3,
yang menunjukkan bahwa masalah tersebut tidak dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir siswa, juga tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengevaluasi siswa. kemampuan. Jadi masalahnya perlu diselesaikan.
Alasan tidak meratanya
ranah kognitif Taksonomi Bloom pada soal UTS dan
UAS Biologi disebabkan karena gurunya hanya meniru soal
dari buku paket ajar sehari-hari tanpa mempertimbangkan jumlah soal pada setiap ranah C1, C2, C3, C4, C5,
dan C6.
Berdasarkan hasil wawancara
dan angket yang dilakukan dengan guru Biologi IPA level X bidang kognitif SMA Ittihad Makasar, untuk soal UTS level X hanya C2 yang tercapai, sedangkan soal level UAS X hanya mencapai C3. Ajukan pertanyaan, Namun harus pada jenjang SMA, soal standar harus mencakup
bidang C1, C2, C3, C4 hingga
C5, bahkan sampai pada tingkat kognitif (C6), sehingga dapat digunakan untuk kemampuan berpikir dan membuat siswa. pengukuran kemampuan siswa lebih terkonsentrasi
dan akurat. Rasio pertanyaan yang benar adalah 30% untuk C1 dan C2, 40% untuk C3 dan C4, dan 30% untuk C5
dan C6.
Berdasarkan penelitian (Ainul Uyuni, 2015), adapun tahapan-tahapan
yang harus dilakukan untuk memenuhi kategori yang baik adalah, memperbaiki tes, yaitu memperbaiki
soal sesuai dengan saran-saran dari guru maupun validator ahli serta berdasarkan hasil analisis uji coba terhadap tes
yang masih belum memenuhi kriteria sebagai tes yang baik. Merakit tes
yaitu menyusun kembali soal yang telah diperbaiki/direvisi setelah uji coba, dengan demikian
dihasilkan sebuah tes kognitif yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan telah diuji kualitasnya.
Selain itu, tahap sosialisasi dilakukan dengan menyebarluaskan tes perkembangan kognitif kepada anggota forum MGMP Bio Makassar (Theme Teacher Meeting)
yang diadakan di Sekretariat
MGMP Bio Makassar SMA Negeri 5 Makassar. Pembagian ini dilakukan agar tes yang dikembangkan dapat digunakan secara lebih luas
untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyerap materi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan
yang telah dikemukakan, serta ungkapan pertanyaan referensi penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu berdasarkan hasil analisis masalah X tipe 10 UTS. Angka, kategori sedang berisi 8% atau 80% pertanyaan, dan kategori berisi 2% atau 20% pertanyaan. Mudah. Untuk soal UAS kategori X, dari 10 soal, 10% atau 100% soal termasuk dalam kategori sedang. Soal level memori
(C1) sebanyak 5 (50%), soal
level pemahaman (C2) sebanyak
4 (40%), dan soal level aplikasi
(C3) sebanyak 1 (10%). Meskipun
masalah UAS didasarkan pada
domain kognitif, untuk tesis masalah tersebut
terutama ditentukan oleh tingkat kognitif C1 dan C2. Pada kategori X soal UAS, level memori (C1) ada 3 (30%) soal, level pemahaman (C2) punya
5 (50%) soal, dan level aplikasi
(C3) punya 2 (20%) soal).
Ainul Uyuni, Taufiq. (2015). Pengembangan
Tes Kognitif Berbasis Revisi Taksonomi Bloom Pada Materi Sistemreproduksi Untuk
Siswa Sma. Jurnal Biotek, 3(2), 1�17.
Anderson, Lorin W., & Krathwohl, David
R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 300(300), 0.
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (1992). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Friatma, Ayunda. (2017). Analisis
Kualitas Soal Ujian Akhir Semester Genap Mata Pelajaran Biologi Kelas Xi Ipa
Sma Negeri Wilayah Selatan Kabupaten Solok Tahun Pelajaran 2015/2016.
Universitas Negeri Padang.
Herlant, Y., & Nopithalia, N. (2007).
Meneropong Kualitas Soal Tes Buatan Guru Biologi Mts Negeri Se-Jakarta Selatan.
Meneropong Kualitas Soal Tes Buatan Guru Biologi Mts Negeri Se-Jakarta
Selatan.
Herlanti, Y. (2015). Analisis Domain
Pengetahuan Dan Kognitif Pada Kurikulum Indonesia Tahun 1984-2013 Mata
Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas. Seminar Nasional Xii Pendidikan
Biologi Fkip Uns, 304�308.
Kemendikbud, Pdspk. (2018). Profil Sistem
Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru Dan Zonasi Mutu Pendidikan. Kemendikbud
Ri, 24.
Kurniawan, Tutut Kurniawan. (2015).
Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Ips Sekolah
Dasar. Journal Of Elementary Education, 4(1), 1�6.
Mahirah, B. (2017). Evaluasi Belajar
Peserta Didik (Siswa). Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(2).
Novi Arti, Endah Putri. (2015). Kemampuan
Guru Mata Pelajaran Biologi Dalam Pembuatan Soal Hot (Higher Order Thinking) Di
Sma Negeri 1 Wonosari Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahmawati. (2016). Seminar Hasil Timss 2015
Diagnosa Hasil Untuk Perbaikan Mutu Dan Peningkatan Capaian, (Naskah Presentasi
Yang Disajikan Pada Seminar Hasil Penilaian Pendidikan Oleh Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan. Prosiding Seminar Nasional Indocompac.
Septiana, Nurul. (2016). Analisis Butir
Soal Ulangan Akhir Semester (Uas) Biologi Tahun Pelajaran 2015/2016 Kelas X Dan
Xi Pada Man Sampit. Edu Sains: Jurnal Pendidikan Sains Dan Matematika, 4(2).
Suryani, Yulinda Erma. (2017). Pemetaan
Kualitas Empirik Soal Ujian Akhir Semester Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sma Di Kabupaten Klaten. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 21(2),
142�152.
Syamsudduha, St. (2012). Penilaian Kelas.
Makassar: Alauddin Press.