�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 2,
No 9 September 2017
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA MELALUI ICT DALAM PEMBELAJARAN
LARUTAN PENYANGGA� di kelas xi Mipa 3 sma
negeri 3 cirebon
Akhmad Alamsyah
SMA
Negeri 3 Cirebon
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh penggunaan media pembelajaran ICT pada materi pelajaran Larutan
Penyangga terhadap prestasi belajar kimia peserta didik kelas XI MIPA 3 SMA
Negeri 3 Cirebon. Sampel diambil dari peserta didik kelas XI peminatan MIPA
sebanyak 44 orang. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan adanya
peningkatan perhatian, ketelitian, aktivitas, dan kreativitas peserta didik
dalam pemanfaatan tablet untuk belajar, sedangkan data kuantitatif diperoleh
dari hasil prates dan pascates guna melihat adanya peningkatan prestasi
belajar. Penelitian dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan
dengan langkah-langkah yang sama yakni setiap peserta didik memegang tablet
(satu peserta didik satu tablet) dan mendapat lembar kerja sebagai panduan
melaksanakan proses pembelajaran Larutan Penyangga. Setiap peserta didik
belajar mandiri dengan waktu yang sudah ditentukan (45 menit). Setelah selesai
belajar melalui tablet, peserta didik berkumpul sesuai dengan kelompoknya untuk
diskusi dan mengerjakan latihan soal tersebut di depan kelas (papan tulis).
Sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung peserta didik diberi tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran menggunakan ICT
dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik terhadap materi pelajaran
Larutan Penyangga, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pada
siklus 1, ada kenaikan nilai rata-rata dari nilai prates (28,48) ke nilai
pascates (49,55). Sementara hasil observasi menunjukkan bahwa guru telah
melaksanakan bimbingan
sesuai prosedur. Untuk mendapatkan hasil yang valid maka dilaksanakan proses
pembelajaran yang sama dengan materi yang berbeda
pada siklus 2. Pada siklus 2 juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
nilai dari prates (54,25) menjadi pascates (79,09).
Kata Kunci: Motivasi, ICT
dan Prestasi Belajar
Pendahuluan
Mata pelajaran kimia
adalah mata pelajaran yang tergolong sulit. Hal tersebut kemudian didukung oleh
pandangan Wiseman (1981) yang beranggapan bahwa kimia adalah satu dari sekian
mata pelajaran tersulit bagi siswa menengah. Pada pandangan lain, juga digolongkan
sebagai ilmu dengan sifat abstrak (Middlecamp dan Keane: 1985). Lebih lanjut,
Middlecamp juga menerangkan bahwa ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari
hasil usaha kegiatan manusia berdasarkan suatu metode ilmiah. Adapun dalam
pengertian yang lebih sederhana ilmu kimia diartikan sebagai pengetahuan yang
lebih objektif, metodik, dan sistematik, serta berlaku universal (depdiknas:
2004).�
Merujuk dari beberapa
pengertian di atas kimia diartikan sebagai sebuah mata pelajaran yang sukar
dipelajari. Adapun satu dari sekian materi kimia yang sulit dipahami adalah
materi larutan penyangga. Kendati demikian, tidak sedikit pula peserta didik
yang dapat mempelajari kimia dan hasil belajar mereka pun tergolong tinggi.
Namun jika kembali pada apa yang dipaparkan di atas dan jika dilihat dari
kondisi lapangan, mayoritas peserta didik mengaku kesulitan memahami materi
pada mata pelajaran ini. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya model
pembelajaran yang terbarukan.
Pada umumnya penyajian
materi kimia cenderung statis, kaku dan hanya berjalan satu arah. Kondisi ini
mempengaruhi minat belajar peserta didik. Oleh karena hal tersebut, guna
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, guru selaku pendidik seyogyanya
menanamkan model pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Untuk
mencapai hal tersebut guru diharuskan memiliki kemampuan dalam hal mendesain
kegiatan, model atau media pembelajaran yang kemudian berguna untuk menimbulkan
gairah atau sifat keingintahuan peserta didik. Selaras dengan hal tersebut,
Suprayekti (2003) menerangkan bahwa guru diharuskan memiliki kemampuan
mengajar, mengolah tahapan belajar, memanfaatkan metode, memaksimalkan media
pembelajaran dan mampu mengelola waktu. Sehingga, pada tahap lebih lanjut, guru
akan dapat menjadi pendidik yang mampu menambah gairah dan minat belajar siswa
yang kemudian berujung pada peningkatan hasil belajar siswa itu sendiri.
Metode pembelajaran
berbasis ICT adalah salah satu metode pembelajaran modern yang belakangan
sedang digandrungi. Peran teknologi dan komunikasi menjadi alasan kenapa model
pembelajaran ini menjadi tren. Secara
umum model pembelajaran ICT adalah model pembelajaran yang mengedepankan peran
informasi, komunikasi dan teknologi. Dimana ICT sendiri memiliki kepandangan information, communication, and technology. Secara
umum warsita (2008) menerangkan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam
pemanfaatan ICT sebagai salah satu model pembelajaran. Pendekatan-pendekatan
yang dimaksud adalah:
Pendekatan
ini memiliki tujuan akhir berupa techologycal
literacy. Dalam pendekatan ini komputer dan internet dapat berperan sebagai
objek pembelajaran, seperti ilmu komputer dan sebagainya.
Berbeda
dengan pendekatan yang pertama. Pada pendekatan model ini peran komputer dan
internet sebagai media pembelajaran. Dengan kata lain, peserta didik dapat
memanfaatkan komputer dan internet sebagai fasilitas pembelajaran sebagaimana
kurikulum yang berlaku di institusi belajar.
Pendekatan
ini berorientasi pada pengintegrasian pengembangan keterampilan-keterampilan
berbasis ICT melalui aplikasi-aplikasi dalam kurikulum. Contohnya, dalam sebuah
perguruan tinggi, seorang mahasiswa melakukan riset online melalui spreadsheet dan database guna memudahkan
pengorganisasian dan analisis data yang telah dikumpulkan.
Kelas XI MIPA 3 SMA
Negeri 3 Cirebon adalah satu dari sekian kelas dengan motivasi belajar yang
rendah, khususnya pada mata pelajaran kimia. Dari hasil pengamatan, rerata
nilai pretest siswa hanya berada di angka 28,48. Nilai tersebut sangat jauh di
bawah kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan.
Gairah dan motivasi
belajar siswa kelas XI MIPA 3 memang diakui cukup kecil. Penulis berpendapat
bahwa hal tersebut merupakan penyebab dari minimnya hasil belajar siswa kelas
XI MIPA 3 untuk mata pelajaran kimia. Dengan meningkatnya motivasi belajar diharapkan
prestasi belajar juga akan meningkat. Pada penelitian ini penulis tertarik
untuk melaksanakan proses pembelajaran Larutan Penyangga di kelas XI MIPA 3
melalui ICT guna meningkatkan motivasi belajar peserta didk, karena menurut
pandangan lain pengaruh potensial positif dari tablet terhadap perkembangan
remaja mencakup pemanfatan tablet sebagai tutor pribadi atau sebagai alat
multiguna, serta pengaruh motivasional dan sosialnya.
Penelitian ini diberi
judul �Peningkatan Motivasi Belajar Kimia Melalui ICT dalam
Pembelajaran Larutan Penyangga di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon�.
Metode
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon. Alasan peneliti menggunakan
tempat tersebut adalah karena kelas XI MIPA 3 memiliki motivasi belajar yang
rendah untuk mata pelajaran kimia. Hal tersebut amat berpengaruh pada hasil
belajar yang cukup minim. Penelitian di XI MIPA 3 dilakukan dengan 2 siklus,
yakni siklus 1 dan 2. Semua siklus dilakukan per tanggal 20 Maret 2017 hingga
24 Maret 2017. Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang
melaksanakan proses pembelajaran di kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun
pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 44 peserta didik dan terdiri dari 25 peserta
didik perempuan serta 19 lainnya laki-laki.
Secara umum metode
penelitian yang digunakan disini adalah analisis deskriptif. Metode penelitian
tersebut adalah metode dimana peneliti menggambarkan dan/atau menerangkan
setiap data yang berhasil dihimpun dari hasil observasi atau pengamatan.
Menurut Ronny Kountur (2003) penelitian deskriptif memiliki beberapa ciri khas
sebagaimana berikut:
Penelitian ini menggunakan
44 siswa kelas XI MIPA 3 sebagai populasi dan menggunakan jumlah yang sama
untuk sampel. Alasan peneliti menggunakan 44 siswa kelas XI MIPA 3 adalah
karena menggunakan teknik sampling bernama
total sampling. Teknik pengambilan
sampel tersebut adalah teknik yang menggunakan seluruh subjek yang berperan
sebagai populasi penelitian. Dengan kata lain, karena penelitian ini
menggunakan 44 siswa sebagai populasi penelitian, maka 44 siswa itulah yang
digunakan sebagai sampel penelitian.
Variabel bebas yang
digunakan disini adalah penggunakan metode ICT dalam pembelajaran larutan
penyanggah di kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon. Variabel terikat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas XI MIPA 3
SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran 2016/2017.
Teknik pengambilan data
yang digunakan disini berjumlah dua jenis, yakni tes tulis dan observasi.
Adapun instrumen pengambilan data yang digunakan disini� lembar soal dan lembar observasi. Metode tes
sendiri adalah teknik pengambilan data yang dilakukan dengan menerapkan
serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dan intelejensi, baik itu individu maupun kelompok (Sugiyono: 2010).
Adapun teknik observasi adalah teknik pengambilan data yang dilakukan� melalui usaha-usaha pengamatan secara
langsung (Arikunto: 2006).
Terdapat dua indikator
keberhasilan dalam penelitian. Indikator keberhasilan yang dimaksud disini
adalah:
(80
� 100)������� : Sangat Berhasil
(60
� 79)��������� : Berhasil
(40
� 59)��������� : Cukup Berhasil
(20
� 39)��������� : Kurang Berhasil
(0
� 19)����������� : Tidak Berhasil
Terdapat umpan balik
dan nilai skala sikap yang harus diperhatikan, umpan balik dan sikap yang
dimaksud adalah:
Tabel 1
Umpan Balik Peserta Didik
No. |
Pernyataan |
SB |
S |
B |
KS |
TS |
1. |
Tanpa lembar
kerja dari guru. Anda tidak tahu cara melaksanakan proses pembelajaran
Larutan Penyangga |
|
|
|
|
|
2. |
Belajar
melalui tablet sangat menyenangkan |
|
|
|
|
|
3. |
Belajar dengan
tablet dapat diulang-ulang sampai mengerti |
|
|
|
|
|
4. |
Proses
pembelajaran ini dapat memberikan motivasi untuk belajar |
|
|
|
|
|
5. |
Belajar
mandiri menunjang kerja kelompok |
|
|
|
|
|
Umpan balik peserta didik merupakan gambaran dari
respon peserta didik terhadap proses pembelajaran melalui ICT. Setiap skala
diberi nilai guna mempermudah pengolahan data. Nilai sikap berkisar antara 5
sampai 1 seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2
Nilai Skala
Sikap
Skala Sikap |
Keterangan |
Nilai |
SS |
Sangat
Setuju |
5 |
S |
Setuju |
4 |
B |
Biasa
Saja |
3 |
KS |
Kurang
Setuju |
2 |
TS |
Tidak
Setuju |
1 |
Sebagai indikator keberhasilan memotivasi peserta
didik dapat dilihat
dari kriteria keberhasilan sebagai berikut.
(80-100)�� : Sangat Setuju
(60-79)���� : Setuju
(40-59)���� : Cukup Setuju
(20-39)���� : Kurang Setuju
(0-19)������ : Tidak Setuju
Hasil
dan Analisis Penelitian
A.
Hasil
Penelitian
1.
Siklus
I
Berikut adalah
data yang berhasil terkumpul setelah proses pembelajaran di Siklus I dilakukan:
Tabel
3
Hasil
Belajar Prasiklus
dan Siklus I
No |
Nilai siklus 1 |
Keterangan |
No |
Nilai Siklus 1 |
Keterangan |
||
Prates |
Pascates |
Prates |
Pascates |
||||
1. |
20 |
20 |
Tetap |
23. |
10 |
40 |
Naik |
2. |
0 |
20 |
Naik |
24. |
30 |
40 |
Naik |
3. |
40 |
50 |
Naik |
25. |
30 |
80 |
Naik |
4. |
20 |
50 |
Naik |
26. |
30 |
70 |
Naik |
5. |
- |
- |
Sakit |
27. |
20 |
70 |
Naik |
6. |
- |
- |
Sakit |
28. |
60 |
80 |
Naik |
7. |
20 |
80 |
Naik |
29. |
40 |
40 |
Tetap |
8. |
20 |
90 |
Naik |
30. |
40 |
50 |
Naik |
9. |
10 |
80 |
Naik |
31. |
40 |
60 |
Naik |
10. |
10 |
50 |
Naik |
32. |
40 |
80 |
Naik |
11. |
20 |
10 |
Turun |
33. |
40 |
60 |
Naik |
12. |
20 |
10 |
Turun |
34. |
30 |
60 |
Naik |
13. |
40 |
30 |
Turun |
35. |
30 |
70 |
Naik |
14. |
60 |
80 |
Naik |
36. |
30 |
60 |
Naik |
15. |
- |
- |
Sakit |
37. |
40 |
70 |
Naik |
16. |
20 |
60 |
Naik |
38. |
40 |
40 |
Tetap |
17. |
10 |
60 |
Naik |
39. |
30 |
20 |
Turun |
18. |
0 |
60 |
Naik |
40. |
40 |
60 |
Naik |
19. |
30 |
70 |
Naik |
41. |
30 |
70 |
Naik |
20. |
- |
- |
Sakit |
42. |
50 |
70 |
Naik |
21. |
0 |
30 |
Naik |
43. |
40 |
60 |
Naik |
22. |
20 |
50 |
Naik |
44. |
30 |
70 |
Naik |
Dari tabel di atas terlihat jelas bagaimana kenaikan
yang terjadi dari prasiklus ke siklus I. Dalam Tabel 3 terdapat peserta didik
yang mengalami kenaikan nilai dari prates ke pascates, 3 peserta didik yang
nilainya tetap dan 4 peserta didik yang nilainya turun, dan 4 peserta didik
yang tidak mengikuti karena sakit. Sementara rata-rata nilai prates sebesar 28,48
naik menjadi 54,25 pada pascates. Untuk lebih jelasnyaa dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.
Grafik 1
Nilai Prates Dan
Pascates Pada Siklus 1
Tabel
4
Hasil
Pengamatan Observer Di Kelas Pada
Siklus 1
(Peserta
Didik)
No. |
Uraian |
Observer |
|
I |
II |
||
1. |
Siswa memberikan salam |
BS |
BS |
2. |
Siswa dengan tertib mengikuti tes |
BS |
BS |
3. |
Siswa merespon motivasi dan apersepsi
yang diberikan oleh guru |
B |
BS |
4. |
Siswa
mengikuti aturan guru dalam membagi kelompok |
B |
BS |
5. |
Siswa teliti dalam mengikuti instruksi
dari LKS yang diberikan guru� |
B |
BS |
6. |
Siswa
terampil menggunakan tablet |
B |
B |
7. |
Siswa aktif melaksanakan proses
pembelajaran |
BS |
B |
8. |
Siswa kreatif mengembangkan
kemampuannya dalam menggunakan ICT |
B |
BS |
9. |
Siswa berani mengajukan pertanyaan dan
mengerjakan soal di papan tulis |
B |
BS |
10. |
Siswa dengan tertib mengikuti pascates |
BS |
B |
11. |
Siswa
mencatat pokok bahasan yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya |
B |
B |
12. |
Siswa menjawab salam |
B |
B |
Dari hasil observasi tersebut, secara keseluruhan
para peserta didik melakukan aktivitasnya dengan 45,8% Baik Sekali dan 54,25%
Baik. Dengan demikian pada siklus 1, para peserta didik sudah memperlihatkan
antusiasme untuk belajar melalui tablet secara mandiri.
Grafik
2
Hasil
Pengamatan Observer di Kelas Pada Siklus 1
(Peserta
Didik)
Selain observasi terhadap peserta
didik, dilakukan juga observasi terhadap guru yang dilakukan oleh dua observasi
dengan hasil sebagai berikut.
Tabel
5
Hasil
Pengamatan Observer Di Kelas Pada Siklus 1
(Guru)
No. |
Uraian |
Observer |
|
I |
II |
||
1. |
Guru memasuki ruangan dengan
mengucapkan salam |
BS |
BS |
2. |
Guru mengecek kehadiran peserta didik. |
BS |
BS |
3. |
Guru memberikan prates. |
BS |
BS |
4. |
Guru memberikan motivasi dan
apersepsi. |
B |
BS |
5. |
Guru membagi peserta didik menjadi
beberapa� kelompok dan memberikan penjelasan
tentang belajar melalui ICT. |
B |
BS |
6. |
Guru berkeliling membimbing peserta
didik dan memberikan arahan. |
B |
BS |
7. |
Guru memberikan kesempatan peserta didik
untuk bertanya dan mengerjakan latihan soal di papan tulis. |
B |
BS |
8. |
Guru mengadakan pascates |
B |
B |
9. |
Guru
menginformasikan materi pelajaran yang akan di bahas pada pertemuan
berikutnya. |
B |
B |
10. |
1.
Guru menutup proses pembelajaran dengan mengucap salam. |
BS |
B |
Dari tabel di atas, Baik Sekali 55% dan Baik 45%.
Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik
3
Hasil Pengamatan
Observer Di Kelas Pada Siklus I
(Guru)
Hasil yang sama antara hasil observasi terhadap
peserta didik dan guru merupakan indikasi bahwa peranan seorang guru akan
berpengaruh pada sikap peserta didik di kelas.
2.
Siklus
II
Berikut adalah hasil prates dan pascatest pada
pembelajaran siklus II di Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon:
Tabel 6
Nilai Prates Dan Pascates Pada Siklus 2
No |
Nilai siklus 1 |
Keterangan |
No |
Nilai Siklus 1 |
Keterangan |
||
Prates |
Pascates |
Prates |
Pascates |
||||
1. |
30 |
20 |
Turun |
23. |
60 |
80 |
Naik |
2. |
30 |
30 |
Tetap |
24. |
50 |
80 |
Naik |
3. |
30 |
50 |
Naik |
25. |
50 |
80 |
Naik |
4. |
40 |
60 |
Naik |
26. |
50 |
80 |
Naik |
5. |
40 |
90 |
Naik |
27. |
40 |
90 |
Naik |
6. |
30 |
80 |
Naik |
28. |
80 |
90 |
Naik |
7. |
30 |
80 |
Naik |
29. |
80 |
80 |
Tetap |
8. |
50 |
90 |
Naik |
30. |
80 |
80 |
Tetap |
9. |
40 |
90 |
Naik |
31. |
50 |
90 |
Naik |
10. |
50 |
60 |
Naik |
32. |
40 |
90 |
Naik |
11. |
60 |
90 |
Naik |
33. |
50 |
90 |
Naik |
12. |
60 |
80 |
Naik |
34. |
40 |
80 |
Naik |
13. |
30 |
60 |
Naik |
35. |
40 |
80 |
Naik |
14. |
50 |
70 |
Naik |
36. |
40 |
80 |
Naik |
15. |
60 |
90 |
Naik |
37. |
40 |
80 |
Naik |
16. |
50 |
90 |
Naik |
38. |
40 |
80 |
Naik |
17. |
60 |
90 |
Naik |
39. |
30 |
80 |
Naik |
18. |
60 |
100 |
Naik |
40. |
50 |
90 |
Naik |
19. |
70 |
100 |
Naik |
41. |
70 |
80 |
Naik |
20. |
80 |
100 |
Naik |
42. |
70 |
90 |
Naik |
21. |
60 |
90 |
Naik |
43. |
60 |
90 |
Naik |
22. |
60 |
90 |
Naik |
44. |
50 |
90 |
Naik |
Grafik 4
Nilai Prates Dan
Pascates Pada Siklus 2
Dari 44 peserta
didik yang melaksanakan prates dan pascates, 39 peserta didik mengalami
kenaikan dari prates ke pascates dan 3 peserta didik nilainya tetap, dan 1
peserta didik nilinyaa turun. Rata-rata nilai prates (49,55) naik menjadi
(79,09) pada pascates. Hal ini sangat signifikan dengan observasi pada siklus
2.
Tabel
7
Hasil
Pengamatan Observer Di Kelas Pada Siklus 2
(Peserta
Didik)
No. |
Uraian |
Observer |
|
I |
II |
||
1. |
Siswa memberikan salam |
BS |
BS |
2. |
Siswa dengan tertib mengikuti tes |
BS |
BS |
3. |
Siswa merespon motivasi dan apersepsi
yang diberikan oleh guru |
BS |
BS |
4. |
Siswa mengikuti aturan guru dalam
membagi kelompok |
B |
BS |
5. |
Siswa teliti dalam mengikuti instruksi
dari LKS yang diberikan guru� |
BS |
BS |
6. |
Siswa terampil menggunakan tablet |
BS |
BS |
7. |
Siswa aktif melaksanakan proses
pembelajaran |
B |
BS |
8. |
Siswa kreatif mengembangkan
kemampuannya dalam menggunakan ICT |
B |
BS |
9. |
Siswa berani mengajukan pertanyaan dan
mengerjakan soal di papan tulis |
BS |
BS |
10. |
Siswa dengan tertib mengikuti pascates |
B |
BS |
11. |
Siswa
mencatat pokok bahasan yang akan di bahas pada pertemuan berikutnya |
B |
BS |
12. |
Siswa menjawab salam |
B |
BS |
Berdasarkan hasil
pengamatan kedua observer pada peserta didik, 75% peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran dengan Baik Sekali dan 25% dengan Baik. Hal tersebut dapat dilihat
dalam grafik di bawah ini.
Grafik 5
Hasil Pengamatan
Observer Di Kelas Pada Siklus 2
(Peserta Didik)
Melalui grafik
tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa hasil observasi pada peserta didik
menunjukkan adanya perubahan sikap pada siklus 2. Perubahan sikap ini merupakan
dampak dari bimbingan guru di kelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam observasi
pada tabel 8
di bawah ini.
Tabel
8
Hasil
Pengamatan Observer Di Kelas Pada Siklus 2
(Guru)
No. |
Uraian |
Observer |
|
I |
II |
||
1. |
Guru
memasuki ruangan dengan mengucapkan salam |
BS |
BS |
2. |
Guru
mengecek kehadiran peserta didik. |
BS |
BS |
3. |
Guru
memberikan prates. |
BS |
BS |
4. |
Guru
memberikan motivasi dan apersepsi. |
BS |
BS |
5. |
Guru membagi peserta didik menjadi
beberapa� kelompok dan memberikan penjelasan
tentang belajar melalui ICT. |
B |
BS |
6. |
Guru berkeliling membimbing peserta
didik dan memberikan arahan. |
BS |
BS |
7. |
Guru memberikan kesempatan peserta
didik untuk bertanya dan mengerjakan latihan soal di papan tulis |
BS |
BS |
8. |
Guru mengadakan pascates |
B |
B |
9. |
Guru menginformasikan materi pelajaran
yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya |
B |
B |
10. |
Guru menutup proses pembelajaran
dengan mengucap salam |
B |
B |
Dari tabel di atas,
guru melaksanakan
proses pembelajaran dengan Baik Sekali (BS) sebesar 75% dan Baik (B) sebesar 25%.
Grafik 6
Hasil Pengamatan
Observer Di Kelas Pada Siklus 2
(Guru)
Berdasarkan
hasil observasi tersebut, guru sudah melakukan motivasi dan apersepsi dengan
baik sekali. Setiap peserta didik mendapatkan bimbingan dalam melaksanakan
kegiatan mandirinya. Peserta didik bergabung dalam kelompoknya untuk
berdiskusi. Salah satu perwakilan kelompoknya maju ke depan untuk mengerjakan
latihan soal yang ada pada lembar kerja peserta didik.
B.
Pembahasan
Hasil pengolahan data prates dan pascates dari
siklus 1 dan siklus 2 menghasilkan rata-rata nilai sebagai berikut.
Tabel 9
Rata-Rata Nilai
Prates dan Pascates
Siklus 1 |
Siklus 2 |
||
Prates |
Pascates |
Prates |
Pascates |
28,46 |
54,25 |
49,55 |
79,09 |
Pada tabel 4.7�
di atas, terlihat dengan jelas bahwa rata-rata nilai pascates mengalami
kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2, sehingga proses pembelajaran dikatakan
cukup berhasil.
1.
Siklus
1
Grafik 7
Nilai Prates dan Pascates Pada Siklus 1
2.
Siklus
2
Grafik 8
Nilai Prates dan Pascates Pada Siklus 1
Kenaikan
rata-rata pascates cukup signifikan, juga ada perubahan jumlah peserta didik
yang mengalami kenaikan nilai prates ke pascates dari siklus 1 ke siklus 2
yakni dari 33 peserta didik menjadi 39 peserta didik dan peserta didik yang
pada siklus 1 ada 4 peserta didik nilainya turun dari nilai prates ke pascates
pada siklus 2 menjadi 1 peserta didik.
Hasil observasi
juga menunjukkan bahwa perhatian dan ketelitian peserta didik sudah baik. Semua
peserta didik terampil menggunakan komputer dengan baik dan ketika diberi
kesempatan untuk mengerjkan soal di papan tulis sangat antusias.
C.
Hasil
Umpan Balik
Peneliti
mengadakan observasi setelah proses penelitian selesai dilaksanakan mengenai
umpan balik peserta didik tentang proses pembelajaran melalui ICT. Hasil
observasi sebagai berikut.
Tabel 10
Nilai Umpan Balik
Poin |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Rata-rata |
Nilai |
74,45 |
85,45 |
80.91 |
86,82 |
84,55 |
82,44 |
Kriteria |
S |
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
Untuk lebih
jelasnyaa, hasil pengolahan umpan balik peserta didik di atas dapat dilihat
pada grafik 4.8 di bawah ini.
Grafik 8
Nilai Umpan Balik
Poin 1 �Tanpa Lembar kerja dari guru, anda tidak tahu
cara melaksanakan proses pembelajaran ini�. Dengan nilai 74,45 artinya
peserta didik masih memerlukan bimbingan guru untuk melaksanakan pembelajaran
menggunakan ICT.
Poin 2 �Belajar melalui tablet sangat menyenangkan�.
Dengan nilai 85,45 artinya peserta didik sangat menyenangi belajar mandiri
melalui ICT.
Poin 3 �Belajar
dengan tablet dapat diulang-ulang sampai mengerti�. Dengan nilai 80,91
artinya peserta didik sangat setuju.
Poin 4 �Proses pembelajaran ini dapat memberikan
motivasi untuk belajar�. Dengan nilai 86,82 artinya peserta didik sangat
setuju.
Poin 5 �Belajar mandiri menunjang kerja kelompok�.
Degan nilai 84,55 artinya peserta didik sangat setuju. Dengan demikian proses
pembelajaran mandiri melalui tablet sangat memotivasi peserta didik untuk
belajar.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta:
Depdiknas.
Kountur, Rony. 2003. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.
Middlecamp, C. dan Kean, E. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Alih Bahasa: A. H. Pujaatmaka).
Jakarta: PT. Gramedia.
Sugiyono. 2010. Statistika
untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suprayekti. 2003. Interaksi
Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Dikdasmen,
Depdiknas.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasiny. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Wiseman,
F. L. 1981. The Teaching of College
Chemistry: Role of Student Development �� Level.
Journal of Chemestry Education, 58 (6):
484-488.