Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 2, Februari 2021
PENGARUH DIVIDEND
PAYOUT RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO
TERHADAP PRICE EARNINGS RATIO
Janiman
Universitas Swadaya Gunung Djati
Email: [email protected]
Abstract
This study aims to find out and analyze the effect of dividend
payout ratio and debt to equity ratio on price earnings ratio. This type of
research uses basic research with causality research method. The population in
this study is all real estate and building contructions sector companies listed
on the indonesia stock exchange in 2016-2018. The determination of samples is
done by purposive sampling techniques that are determined based on certain
criteria and obtained 60 company sample data. The data used in this study is
secondary data obtained from the company's financial statements data that has
been published through the www.idx.co.id. The study used multiple linear
regression analysis and classic assumption tests that included normality tests,
multicolinearity tests, heterosesedastisity tests, and autocorrelation tests.
Hypothesis test is done through partial test (t test) and coefficient of
determination test. Testing is done using SPSS 25 software tools for windows.
The results showed that dividend payout ratio affects price earnings ratio and
debt to equity ratio has no effect on price earnings ratio.
Keywords: �rasio
pembayaran dividen; rasio utang terhadap ekuitas; rasio penghasilan harga
Abstract
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividend payout ratio
dan debt to equity ratio terhadap price earnings ratio. Jenis
penelitian ini menggunakan penelitian dasar dengan metode penelitian
kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor property
real estate and building contructions yang terdaftar di bursa efek indonesia
pada tahun 2016- 2018. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu dan diperoleh 60
data sampel perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan yang telah
dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dan uji
asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji autokorelasi. Uji hipotesis dilakukan melalui uji parsial (uji t) dan
uji koefisien determinasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu software
SPSS 25 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend
payout ratio berpengaruh terhadap price earnings ratio dan debt
to equity ratio tidak berpengaruh terhadap price earnings ratio.
Kata Kunci:
dividend payout ratio; debt to equity ratio; price earnings ratio
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Saham merupakan salah satu jenis instrumen
yang diperdagangkan di pasar modal dan menarik untuk diinvestasikan
karena saham mempunyai tingkat risiko yang tinggi, tetapi dapat menghasilkan
tingkat pengembalian (return) yang tinggi
juga. Dikarenakan tingginya
risiko dalam berinvestasi saham, maka investor perlu memahami risiko apa saja yang kemungkinan
akan terjadi pada saat memutuskan untuk membeli saham
karena tidak semua saham yang diperjualbelikan itu mempunyai kinerja yang baik. Maka alangkah
baiknya sebelum melakukan pembelian, calon investor diharapkan dapat mengetahui terlebih dahulu mengenai bagaimana hasil dari kinerja
perusahaan tersebut.
Secara umum ada dua pendekatan penilaian harga saham
untuk megetahui nilai saham yang sebenarnya, yaitu analisis teknikal dan
analisis fundamental. Analisis teknikal yaitu untuk investasi jangka pendek, dimana
investor membeli saham saat harga saham rendah dan menjualnya kembali pada saat
harga saham tinggi sehingga akan mendapatkan keuntungan. Lalu analisis
fundamental yaitu dapat didasarkan dari laporan keuangan perusahaan sebagai
alat ukur utamanya. Laporan keuangan
yang diumumkan perusahaan akan dianalisis terlebih dahulu hasilnya apakah dapat memberikan sinyal yang baik atau buruk jika
beriventasi, kemudian informasi tersebut nantinya bisa dijadikan
keputusan investasi untuk para investor.
Harga� saham �dapat�
mempengaruhi� penawaran� dan�
permintaan� di pasar modal, apabila dinilai terlalu tinggi maka
jumlah permintaannya akan berkurang (Rusliati & Farida, 2010). Perlu diketahui bahwa harga dari suatu saham
bergantung pada tingkat permintaan dan penawaran yang terjadi di bursa sehingga
harga tersebut dapat berubah-ubah. Besarnya tingkat permintaan dan penawaran
suatu saham dapat dipengaruhi oleh ketertarikan investor terhadap informasi
yang telah dipublikasikan perusahaan tersebut sebagai suatu sinyal positif
ataupun sinyal negatif. Oleh karena itu investor harus menelusuri tentang
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham karena
harga saham merupakan indikator penting dalam menentukan price earnings ratio, maka setiap perubahan harga yang terjadi akan
sangat berpengaruh terhadap nilai price
earnings ratio. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Jakarta beberapa bulan terakhir ini mencatat
sejarah baru dengan level-level tertinggi yang
pernah dicapainya (Tambunan, 2008). Analisis terhadap penilaian Harga Saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan sebelum melakukan investasi (Safitri, 2013).
Berikut disajikan data price earnings ratio industri pada sektor sektor property real estate and building construction
yang terdaftar di bursa efek indonesia pada tahun 2016-2018 berdasarkan
laporan ringkasan kinerja sebagai berikut:
Tabel 1
Data rata-rata Price
Earnings Ratio Sektor Property Real
Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2018
Price Earning Ratio Industry (kali) |
||
2016 |
2017 |
2018 |
24,89 |
14,52 |
27,07 |
Sumber: www.idx.co.id
Dari tabel dapat dilihat bahwa price earnings ratio sektor property
real estate and building construction pada tahun 2016-2018 mengalami
perubahan, ada yang mengalami kenaikan maupun penurunan setiap tahunnya.
Pergerakan dari laba bersih per saham dan harga saham mengakibatkan perubahan
PER. Pada tabel nilai PER pada tahun 2016 sebesar 24,89 kali sedangkan pada
tahun 2017 turun menjadi 14,52 kali dikarenakan harga properti yang mulai mahal
sehingga banyak masyarakat yang lebih fokus belanja untuk memenuhi kebutuhan
pokok terlebih dahulu, kemudian pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi
sebesar 27,07 kali dikarenakan beberapa perusahaan sektor properti penjualannya
mengalami peningkatan sehingga labanya pun mengalami peningkatan.
Investasi ialah penanaman modal
yang dilakukan oleh investor (Sudirman & Alhudhori, 2018). Investor adalah seseorang atau lembaga domestik/non
domestik yang melakukan investasi baik dalam jangka
pendek atau jangka panjang (Simadibrata, 2012). Investor biasanya lebih tertarik dengan nilai PER yang
tinggi karena perusahaan tersebut memiliki prospek pertumbuhan dan memiliki
kualitas sehingga pasar menilai saham tersebut dengan harga tinggi dan dengan
harapan harga saham juga akan tinggi. Menurut (Hanafi & Halim, 2016), perusahaan
yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek baik) mempunyai PER
tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan
mempunyai PER yang rendah. PER yang tinggi menunjukan ekspektasi investor
tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi (Harahap, 2015). Tinggi
rendahnya price earnings ratio mengindikasikan
bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis mengenai faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi price earnings ratio. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhinya yaitu dividend payout ratio dan debt to equity ratio.
Berbagai penelitian mengenai price earnings ratio telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sijabat & Suarjaya, 2018) dan (Susanto & Marhamah, 2018) menunjukkan
bahwa dividend payout ratio berpengaruh
terhadap price earnings ratio. Sedangan
penelitian yang dilakukan oleh (Mulyani, 2017), (Sijabat & Suarjaya, 2018), dan (Susanto & Marhamah, 2018) menunjukkan
bahwa debt to equity ratio berpengaruh
terhadap price earnings ratio.
Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian terdahulu
yang tidak sejalan maka penulis tertarik untuk menguji kembali �pengaruh dividend payout ratio dan debt to equity ratio terhadap price earnings ratio (studi empiris pada
perusahaan sektor property real estate
and building constructions yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun
2016-2018)�.
Signalling theory
atau teori sinyal dikembangkan oleh (Ross, 1977) menyatakan
bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai
perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon
investor agar harga saham perusahaannya meningkat. Alasan yang mengharuskan
perusahaan untuk menyampaikan informasi kepada pihak diluar perusahaan adalah
karena adanya asimetri informasi. Hal tersebut
terjadi karena yang lebih banyak mengetahui
informasi tentang kondisi perusahaan saat ini adalah
pihak manajer perusahaan. Sedangkan pihak diluar perusahaan
tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai kondisi perusahaan karena tidak terlibat langsung dalam menjalankan operasional perusahaan. Oleh sebab itu, untuk mengurangi
adanya asimetri informasi maka perusahaan dapat memberikan sinyal berupa informasi kinerja perusahaan kepada pihak diluar
perusahaan.
Keterkaitan signalling
theory terhadap price earnings ratio yaitu
apabila nilai dari price earnings ratio meningkat,
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa mendatang,
sehingga pasar menghargai kinerja perusahaan tersebut dengan memberikan harga
yang tinggi dari setiap rupiah laba yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Hal
tersebut dapat dijadikan suatu sinyal positif yang digunakan oleh pihak
perusahaan untuk menarik minat investor dalam berinvestasi.
Price
earnings ratio atau yang disebut dengan rasio harga terhadap
pendapatan merupakan ukuran yang digunakan oleh investor untuk melihat
bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang tercermin dari nilai laba
per sahamnya. Menurut (Fahmi, 2017) price earnings ratio adalah perbandingan
antara market price per share dengan earning per share dimana bagi para investor semakin tinggi price earnings ratio maka pertumbuhan laba
yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Adapun rumus untuk menghitung price earnings ratio adalah sebagai
berikut:
Sumber: (Fahmi, 2017)
Dividend payout ratio merupakan salah satu jenis rasio
pasar dimana sudut pandang dari rasio ini lebih banyak
berdasarkan pada sudut pandang investor, meskipun pihak manajer juga
berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Menurut (Hanafi
& Halim, 2016) dividend
payout ratio merupakan rasio yang melihat bagian earning (pendapatan) yang
dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Adapun rumus untuk menghitung
dividend payout ratio adalah sebagai berikut:
������ Sumber: (Fahmi, 2017)
Debt to equity
ratio merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat besarnya
proporsi struktur modal yang digunakan oleh perusahaan. Menurut (Harahap, 2015) debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan sampai sejauh mana
modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Adapun rumus untuk menghitung debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Sumber: (Fahmi, 2017)
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang ditetapkan
oleh manajemen perusahaan mengenai laba yang diperoleh perusahaan apakah akan
dibagikan kepada investor dalam bentuk
dividen atau menahan laba tersebut untuk kebutuhan investasi dan pengembangan
usaha pada perusahaan dimasa mendatang.
Perusahaan yang membagikan laba usaha dalam bentuk
dividen yang tinggi dan meningkat lebih disukai oleh investor. Oleh karena itu,
perusahaan yang mengumumkan informasi mengenai laba yang dibagikan dalam bentuk
dividen yang tinggi dan meningkat akan direspon oleh investor sebagai sinyal
positif. Karena hal tersebut mencerminkan adanya tanggung jawab dan timbal balik
yang tinggi atas dana yang di investasikan oleh investor pada perusahaan berupa
membagikan dividen yang tinggi dan meningkat. Sehingga return yang diperoleh investor bukan hanya dari capital gain tetapi juga dari dividen atas saham yang dimilikinya. Dengan demikian, hal ini akan
menarik banyak investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Selanjutnya saham perusahaan akan mengalami kenaikan, maka ketika harga
saham mengalami kenaikan nilai price earning ratio juga akan
mengalami perubahan. Investor tertarik
membeli saham perusahaan meskipun dengan harga yang semakin tinggi, namun hal tersebut sebanding
dengan return yang
akan diperoleh investor.
Hal ini didukung oleh penelitian (Sijabat & Suarjaya, 2018) dan (Susanto & Marhamah, 2018) yang
menunjukkan bahwa dividend payout ratio berpengaruh
terhadap price earnings ratio.
Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis penelitian ini adalah:
H1 = dividend payout ratio berpengaruh
terhadap price earnings ratio. Pengaruh debt to
equity ratio terhadap price earnings
ratio.
Pengukur suatu kinerja keuangan untuk melihat besarnya proporsi utang yang digunakan perusahaan adalah debt to equity ratio. debt to equity ratio merupakan rasio solvabilitas untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan besaran rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan
untuk membayar utang kepada kreditor. Penggunaan utang tidak selalu berdampak buruk bagi perusahaan
karena utang yang digunakan
untuk membiayai tujuan produktif perusahaan dapat memberikan manfaat berupa tambahan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang apabila perusahaan mampu mengelolanya dengan benar. Tetapi
disisi lain penggunaan
utang yang terlalu tinggi
juga tidak baik dikarenakan risiko keuangan yang ditimbulkan semakin tinggi. Apabila perusahaan lebih banyak menggunakan
utang dibandingkan dengan
modal sendiri maka beban tetap yang ditanggung perusahaan semakin tinggi, akibatnya laba bersih yang dihasilkan semakin rendah karena perusahaan harus membayar pokok utang beserta beban bunga yang timbul akibat penggunaan
utang tersebut.
Semakin besar debt to equity ratio artinya perusahaan lebih banyak didanai oleh utang dalam struktur permodalannya. Hal ini akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan�� karena� adanya kemungkinan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya apabila
tidak diimbangi dengan keuntungan yang didapat dari hasil
penggunaan utang tersebut. Akibatnya kepercayaan investor rendah terhadap kinerja perusahaan karena dianggap sebagai suatu sinyal
negatif. Jika sahamnya tidak diminati oleh investor maka penurunan harga saham dapat
terjadi sehingga akan berdampak pada price earnings ratio dikarenakan investor cenderung menghindari
melakukan investasi pada perusahaan dengan risiko tinggi.
Hal ini
didukung oleh penelitian (Mulyani, 2017), (Sijabat & Suarjaya, 2018) dan (Susanto & Marhamah, 2018) yang menunjukkan bahwa
debt to equity ratio berpengaruh terhadap price earnings ratio. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis penelitian ini adalah:
H1 = debt to equity ratio berpengaruh
terhadap price earnings ratio.
Berdasarkan
perumusan hipotesis diatas, maka kerangka pemikiran dapat dibuat sebagai
berikut :
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
penelitian dasar atau basic research. Tujuan utama penelitian dasar adalah untuk menghasilkan lebih banyak
pengetahuan dan pemahaman terhadap fenomena ketertarikan dan membangun teori-teori berdasarkan hasil penelitian. Sedangkan jenis riset berdasarkan
studi menggunakan studi kausal yakni
studi yang digunakan untuk menguji apakah
satu variabel menyebabkan variabel yang lain berubah atau tidak.
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan sektor property
real estate and building contructions yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) pada tahun 2016-2018.
Berdasarkan proses penentuan
sampel, maka perusahaan yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berjumlah 20 perusahaan. Penelitian ini menggunakan 3 tahun pengamatan yaitu tahun 2016-2018, sehingga jumlah seluruh sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel.
Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan dan ringkasan laporan kinerja perusahaan sektor property real estate and building constructions yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2016- 2018 melalui situs www.idx.co.id.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran umum sampel data. Berikut ini adalah
hasil dari statistik deskriptif:
Tabel 2
Descriptive Statistics
|
N |
Mean |
Std. Deviation |
PER |
60 |
16,9596 |
13,44694 |
DPR |
60 |
,3064 |
,40032 |
DER |
60 |
1,0648 |
,84539 |
Valid
N (listwise) |
60 |
|
|
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui variabel price earnings ratio memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 16,9596 dengan
nilai standar deviasi sebesar 13,44694. Nilai
rata-rata (mean) memiliki
nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai standar
deviasi yaitu 16,9596 >
13,44694 artinya sampel
yang dimiliki besarnya hampir sama antar
masing- masing sampel (data tidak
variatif).
Variabel dividend payout ratio memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3064 dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,40032. Nilai
rata-rata (mean) memiliki
nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai standar
deviasi yaitu 0,3064 <
0,40032 artinya sampel memiliki perbedaan data yang relatif besar (data variatif).
Variabel debt to equity ratio memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 1,0648 dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,84539. Nilai
rata-rata (mean) memiliki
nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai standar
deviasi yaitu 1,0648 >
0,84539 artinya sampel yang
dimiliki besarnya hampir sama antar
masing-masing sampel perusahaan
(data tidak variatif).
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
1)
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Berikut ini adalah hasil
uji normalitas:
Table 3
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
|
Unstandardized Residual |
|
N |
|
60 |
Normal Parametersa,b |
Mean |
,0000000 |
Std. Deviation |
12,38098418 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
,121 |
Positive |
,121 |
|
|
Negative |
-,071 |
Test Statistic |
|
,121 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
,029c |
a.
Test distribution
is Normal.
b.
Calculated
from data.
c.
Lilliefors Significance Correction.
�
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan hasil uji normalitas
pada tabel dapat dilihat bahwa nilai
nilai assym. Sig. (2-tailed)
adalah sebesar 0,029.
Nilai signifikansi 0,029 lebih
kecil daripada tingkat signifikan 0,05 maka dapat disimpulkan
data dalam penelitian ini memiliki distribusi
yang tidak normal.
Untuk mengatasinya, peneliti
melakukan pengujian ulang dengan mengetahui
terlebih dahulu bagaimana bentuk grafik histogramnya. Bentuk grafik histogram pada variabel menunjukkan moderate
positive skewness sehingga mentransformasi
datanya harus dirubah menggunakan transformasi data SQRT
pada semua variabel. Berikut ini hasil
pengujian setelah dilakukan transformasi data ditunjukkan sebagai berikut:
Table 4
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
|
Unstandardized Residual |
|
N |
|
60 |
Normal Parametersa,b |
Mean |
,0000000 |
Std. Deviation |
1,47901597 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
,092 |
Positive |
,092 |
|
|
Negative |
-,080 |
Test Statistic |
|
,092 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
,200c,d |
a.
Test
distribution is Normal.
b.
Calculated
from data.
c.
Lilliefors
Significance Correction.
d.
This is a
lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Hasil pengujian
ulang pada tabel dapat dilihat bahwa
nilai asymp. Sig. (2- tailed) adalah sebesar
0,200. Karena nilai signifikan
sebesar 0,200 lebih besar dibandingkan tingkat signifikan 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data penelitian telah terdistribusi normal.
2)
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
di dalam model regresi yaitu jika nilai
tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10 maka terjadi multikolinearitas antar variabel independen (Ghozali, 2018).
Table 5
Coefficientsa
Model |
Collinearity Statistics |
|
Tolerance |
VIF |
|
(Constant) |
|
|
DPR |
,998 |
1,002 |
DER |
,998 |
1,002 |
a. Dependent Variable: PER
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai tolerance variabel dividend payout ratio dan debt to equity ratio adalah sebesar 0,998 lebih
besar dari nilai tolerance 0,10.
Sementara itu nilai VIF variabel dividend payout ratio dan debt to equity ratio adalah sebesar 1,002 lebih
kecil dari nilai VIF 10,00. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
3)
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Berikut ini adalah hasil
uji autokorelasi Durbin Watson:
Tabel 6
Model Summaryb
Model |
Adjusted R Square |
Durbin-Watson |
1 |
,039 |
2,120 |
a. Predictors: (Constant), DER, DPR
b. Dependent Variable: PER
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan tabel 6, nilai durbin-watson sebesar 2,120 dengan banyaknya
data (n = 60) dan jumlah variabel
independen (k = 2), maka akan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 7
Durbin Watson
N |
k = 2 |
|
dL |
dU |
|
60 |
1,5144 |
1,6518 |
Dapat dilihat bahwa nilai dL sebesar 1,51421 dan dU sebesar 1,6518 maka nilai 4-dU adalah sebesar 2,3482 (4 �
1,6518). Nilai durbin watson tersebut telah berada diantara nilai dU dan 4-dU (1,6518 < 2,120 < 2,3482). Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi.
4)
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Uji heteroskedastisitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji glejser yang dilakukan
dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residual. Berikut ini
adalah hasil dari uji heteroskedastisitas:
Tabel 8
Coefficientsa
Model |
T |
Sig. |
|
1 |
(Constant) |
,953 |
,344 |
|
DPR |
1,813 |
,075 |
|
DER |
1,726 |
,090 |
a.
Dependent Variable:
ABS_Res2
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai
signifikan variabel dividend payout ratio sebesar 0,075 dan debt to equity ratio sebesar 0,090 lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut maka dapat disimpulkan
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada
model regresi.
5)
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini dianalisis dengan model regresi linear berganda untuk melihat ada tidaknya
pengaruh dari variabel independen dividend payout ratio dan debt to equity ratio terhadap variabel dependen price earnings ratio. Berikut ini tabel hasil analisis regresi linear berganda:
Tabel 9
Coefficientsa
Model |
Unstandardized Coefficients |
||
B |
Std. Error |
||
1 |
(Constant) |
3,164 |
,619 |
|
DPR |
1,439 |
,689 |
|
DER |
-,024 |
,495 |
a.
Dependent Variable: PER
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan pada tabel, maka dapat
dibuat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Penjelasan dari persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
1.
Berdasarkan persamaan tersebut,
nilai konstanta sebesar 3,164 menyatakan apabila nilai dividend payout ratio (X1) dan debt
to equity ratio (X2) bernilai konstan atau sama dengan nol maka nilai price earnings ratio (Y) sebesar 3,164.
2.
Nilai koefisien regresi variabel dividend payout ratio (X1) sebesar 1,439 menunjukkan bahwa setiap kenaikan
dividend payout ratio sebesar 1 satuan maka price earnings ratio (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 1,439 dengan asumsi semua variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini bernilai konstan
atau sama dengan nol.
3.
Nilai koefisien regresi variable debt to equity ratio (X2) sebesar -0,024 menunjukkan bahwa
setiap peningkatan debt to equity ratio sebesar 1 satuan maka price earnings ratio (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,024 dengan asumsi semua
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini bernilai konstan atau sama dengan
nol.
6)
Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
secara parsial (individual)
variabel dividend payout ratio dan debt to equity ratio terhadap price earnings ratio. Berikut ini tabel hasil analisis dari uji t:
Tabel 10
Coefficientsa
Model |
T |
Sig. |
(Constant) |
5,112 |
,000 |
DPR |
2,089 |
,041 |
DER |
-,048 |
,962 |
a.
Dependent
Variable: PER
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa variabel
dividend payout ratio memiliki p-value atau
nilai signifikansi sebesar 0,041 < 0,05 yang berarti
Ha diterima. Artinya
hipotesis pertama yaitu dividend payout ratio berpengaruh terhadap rice
earnings ratio.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa variabel
debt to equity ratio memiliki p-value atau
nilai signifikansi sebesar 0,962 > 0,05 yang berarti
Ha ditolak. Artinya
hipotesis kedua yaitu debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
price earnings ratio.
7)
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel dependen dengan melihat nilai adjusted r- square. Hasil uji koefisien determinasi
adalah sebagai berikut:
Tabel 11
Model Summaryb
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
1 |
,267a |
,071 |
,039 |
a.
Predictors: (Constant), DER, DPR
b.
Dependent
Variable: PER
Sumber: Output SPSS 25, 2020
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat nilai adjusted r-square adalah sebesar 0,039. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen cukup rendah, yaitu hanya
sebesar 3,9% sedangkan sisanya 96,1% dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
B.
Pembahasan
1.
Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap Price Earnings Ratio
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel, dividend payout ratio memiliki nilai signifikansi sebesar 0,041 < 0,05 dengan koefisien regresi sebesar 1,439. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dividend payout ratio memiliki pengaruh terhadap price earnings ratio, sehingga hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini diterima. Hasil koefisien regresi
yang bernilai positif menunjukkan terdapat hubungan yang searah antara dividend payout ratio dan price earnings ratio, di mana peningkatan dividend payout ratio akan menyebabkan price earnings ratio ikut meningkat begitupun
sebaliknya apabila dividend payout ratio mengalami penurunan
maka price earnings ratio akan menurun.
Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Sijabat & Suarjaya, 2018) dan (Susanto &
Marhamah, 2018) yang menemukan bukti bahwa dividend Payout ratio berpengaruh
terhadap price earnings ratio. Namun
hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Utomo, Andini, & Raharjo, 2016) yang menunjukkan bahwa dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap price earnings ratio.
Dividend payout ratio merupakan salah satu
rasio yang menunjukkan persentase setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Meningkatnya presentase dividend payout ratio menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam menghasilkan laba. Berdasarkan data yang didapat selama tahun pengamatan, Rasio dividend payout ratio pada sebagian besar perusahaan tercatat mengalami tren yang cenderung meningkat. Meningkatnya dividend payout ratio dapat terjadi
karena perusahaan mampu mengelola laba bersih perusahaan
dengan baik. Selain itu, alasan
lain yang menyebabkan dividend payout ratio mengalami kenaikan
adalah karena perolehan laba bersih yang diterima perusahaan stabil. Besar kecilnya presentase dividend payout ratio ini dapat
menjadi bahan pertimbangan investor untuk memutuskan apakah saham tersebut layak dimasukkan dalam portofolio investasi atau tidak.
Berkaitan dengan
signalling theory, informasi
berupa peningkatan dan penurunan dividend payout ratio dapat dijadikan
sebagai suatu sinyal oleh pihak perusahaan untuk menggambarkan kondisi perusahaan saat ini yang ditujukan kepada pihak investor dalam pengambilan keputusan investasi agar harga sahamnya meningkat. Pada penelitian ini diperoleh hasil
yang menunjukkan bahwa dividend payout ratio selama tahun
pengamatan mengalami peningkatan. Peningkatan dividend payout ratio menunjukkan bahwa
perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan yang didapat dengan menggunakan sumber pendanaan yang berasal dari pemilik modal. Investor dapat menggunakan informasi ini sebagai
bahan pertimbangan apakah saham tersebut
layak dikoleksi atau tidak. Tingkat permintaan dan penawaran terhadap suatu saham dapat menyebabkan
harga sahamnya mengalami perubahan. Harga saham merupakan indikator penting yang digunakan untuk menentukan nilai price earnings ratio, oleh sebab itu setiap perubahan
harga yang terjadi dapat mempengaruhi besar kecilnya nilai price earnings ratio.
2.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Price Earnings Ratio.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel, variabel debt to equity ratio memiliki nilai signifikansi sebesar 0,962 > 0,05 dengan koefisien regresi sebesar -0,024. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap price earnings ratio, sehingga hipotesis
kedua (H2) dalam
penelitian ini ditolak.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Sudaryanti & Sahroni, 2016) dan (Utomo et al., 2016) yang menemukan bukti
bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
price earnings ratio. Namun hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Mulyani, 2017), (Sijabat & Suarjaya, 2018) dan (Susanto & Marhamah, 2018) yang menunjukkan bahwa
debt to equity ratio berpengaruh terhadap price earnings ratio.
Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
price earnings ratio, hal ini disebabkan
karena karakteristik data riset yang menunjukkan bahwa porsi DER untuk seluruh perusahaan
sampel selama periode riset relatif
sama antara satu dengan lainnya.
Hal ini dibuktikan melalui statistik deskriptif dengan menggunakan informasi nilai mean dan deviasi standar. Variabel DER mempunyai mean sebesar 1,064 dan deviasi standar sebesar 0,84539. Jika dilihat dari tingkat variasi
data riset dengan membandingkan dua informasi tersebut, maka diperoleh angka sebesar 0,7939. Angka tersebut kurang dari satu atau
menunjukkan bahwa data riset tidak variatif,
yang artinya DER untuk seluruh perusahaan sampel selama periode
riset mempunyai tingkatan yang serupa sehingga menjadi tidak relevan jika
digunakan dalam pengambilan keputusan investasi yang nantinya akan tercermin melalui PER.
Berdasarkan data yang didapat selama periode penelitian ini bersifat riil
karena berasal dari data yang digunakan dalam riset, bukan
bersifat dugaan semata. Berkaitan dengan signalling theory,
perusahaan yang mengurangi utangnya dan lebih banyak memanfaatkan modal sendiri dalam membiayai
aktivitas perusahaannya dianggap sebagai suatu sinyal positif
bagi investor. Hal ini disebabkan karena penggunaan utang akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham karena perusahaan
lebih memfokuskan pada pelunasan pokok utang beserta bunga yang timbul. Selain itu penggunaan utang yang rendah mengakibatkan risiko kebangkrutan perusahaan relatif rendah. Adanya risiko yang sangat rendah yang dapat menyebabkan investasi pada saham tersebut kurang menarik sehingga investor enggan membeli saham tersebut.
Oleh karena itu, tinggi rendahnya debt to equity ratio perusahaan tidak berpengaruh terhadap kenaikan price earnings ratio.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: 1) Dividend payout ratio berpengaruh terhadap price earnings ratio. 2) Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap price earnings ratio.
BIBLIOGRAFI
Fahmi, Irham. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Bandung:. CV. Alfabeta
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi analisis multivariete dengan program
IBM SPSS 23.
Hanafi, Mamduh M., & Halim, Abdul. (2016). Analisis Laporan
Keuangan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: Upp Stim Ykpn.
Harahap, Syafri Sofyan. (2015). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan,
Cetakan Kedua belas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyani, Pitaloka. (2017). Pengaruh Return on Equity, Earning per Share
(EPS), dan Debt to Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada PT
Indofood Sukses Makmur. Tbk Periode 2012-2014. Widyakala: Journal Of
Pembangunan Jaya University, 4(1), 52�59.
Ross, Stephen A. (1977). The determination of financial structure: the
incentive-signalling approach. The Bell Journal of Economics, 23�40.
Rusliati, Ellen, & Farida, Esti Nur. (2010). Pemecahan saham terhadap
likuiditas dan return saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12(3), 161�174.
Safitri, Abied Luthfi. (2013). Pengaruh Earning Per Share, Price
Earning Ratio, Return On Asset, Debt To Equity Ratio dan Market Value Added
terhadap Harga Saham dalam kelompok Jakarta Islamic Index tahun 2008-2011.
Universitas Negeri Semarang.
Sijabat, Frengky David, & Suarjaya, Anak Agung Gede. (2018). Pengaruh
DPR, DER, ROA Dan ROE Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal
Manajemen, 7(7), 3681�3708.
Simadibrata, Theresia Adelia. (2012). Peranan good corporate governance
terhadap kualitas pelaporan keuangan dan kepercayaan investor. Widya
Mandala Catholic University Surabaya.
Sudaryanti, Dedeh Sri, & Sahroni, Nana. (2016). Pengaruh Return On
Equity (Roe) Dan Debt To Equity Ratio (Der) Terhadap Price Earning Ratio
(Per)(Studi Empiris Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk.). Jurnal Ekonomi
Manajemen, 2(1), 40�47.
Sudirman, Sudirman, & Alhudhori, M. (2018). Pengaruh Konsumsi Rumah
Tangga, Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jambi. Ekonomis:
Journal of Economics and Business, 2(1), 81�91.
Susanto, Edi, & Marhamah, Marhamah. (2018). Pengaruh Current Ratio,
Debt Equity Ratio, Devidend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan, Price Book Value,
Earning Per Share, Return On Asset, Dan Operating Profit Terhadap Price Earning
Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Ta. JAB
(Jurnal Akuntansi & Bisnis), 4(02).
Tambunan, Andy Porman. (2008). Menilai Harga Wajar Saham. Elex
Media Komputindo.
Utomo, Wawan, Andini, Rita, & Raharjo, Kharis. (2016). Pengaruh
Leverage (DER), Price Book Value (PBV), Ukuran Perusahaan (Size), Return On
Equity (ROE), Deviden Payout Ratio (DPR) dan Likuiditas (Cr) terhadap Price
Earning Ratio (Per) pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun
2009�2014. Journal of Accounting, 2(2).