Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�������������������������������� ��e-ISSN: 2548-1398
��������������������������������� �Vol. 6, No. 2, Februari 2021
ANALISIS KONTROVERSI VAKSIN COVID-19,
MICROCHIP 666 DAN ANTIKRIS DI TENGAH GEREJA DI INDONESIA BERDASARKAN WAHYU 13:16-18
Djone Georges Nicolas
STT Ikat Jakarta � Pascasarjana
Email: [email protected]
Abstract
The purpose
of this study is to analyze and answer doubts over the doctrinal controversy
that has recently been circulating among believers, regarding the Covid-19
vaccine which is linked to the microchip 666 and anti-Christ implantation
revealed in the Book of Revelation 13: 16-18, thereby building a phobia in the
middle. God's people. Can Christians be vaccinated against Covid-19? Is it true
that the vaccine contains a 666 microchip? What if it is true that the Covid-19
vaccine contains the anti-Christ gene so that it is possible that the vaccine
will perish? This study uses a qualitative approach with descriptive methods
and literature analysis. First, the Covid-19 vaccine, even though it is
controversial, is still a vaccine like other vaccines that have existed before,
so it doesn't need to be connected to the 666 microchip and the antichrist.
Second, even if the Covid-19 vaccine contains the anti-Christ gene, will this
liquid invalidate our belief in Jesus Christ? The answer is clearly not at the
same time rejecting the issue of perishing due to being vaccinated against
Covid-19. Third, being vaccinated against covid-19 is a sign of obedience to
the government as God's representative on earth, as well as an act of love,
because it does not only protect ourselves, but also protect other people
around us. The conclusion is that the refusal of the Covid-19 vaccine
vaccination due to doctrinal reasons linking it to the 666 microchip and
anti-Christ, is an unfounded mistake. Being vigilant is good and must be for
believers according to the advice of God's word, but the Covid-19 vaccine is
not a threat to the salvation of believers as long as faith in Jesus Christ is
not denied, because whatever the contents of the Covid-19 vaccine liquid cannot
separate believers of God's love in Christ Jesus (Rom. 8: 35-39). Therefore,
believers must set an example by faith in receiving the Covid-19 vaccine
vaccination as recommended by the government.
Keywords: Controversy; Covid-19 Vaccine; Chip 666;
Antichrist; Church in
Indonesia.
Abstrak
Tujuan
penelitian ini adalah menganalisa dan menjawab keraguan
atas kontroversi doktrinal yang belakangan ini beredar di kalangan orang
percaya, berkaitan vaksin Covid-19 yang dihubungkan dengan penanaman microchip
666 dan antiKris yang diwahyukan di dalam Kitab Wahyu 13:16-18, sehingga
membangun fobia di tengah umat Allah. Apakah orang Kristen boleh divaksin
covid-19? Apa benar vaksin tersebut mengandung microchip 666? Bagaimana kalau
benar vaksin covid-19 mengandung gen antiKristus
sehingga kemungkinan yang divaksin akan binasa?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitif dengan metode deskriptif dan
analisa literatur. Pertama, vaksin Covid-19 walaupun menjadi kontroversi
tetaplah sebuah vaksin seperti vaksin lain yang sudah ada sebelumnya, sehingga
tidak perlu dihubungkan dengan microchip 666 dan antikristus. Kedua, seandainya
pun vaksin covid-19 mengandung gen
antiKristus, apakah cairan tersebut
membatalkan iman percaya kita kepada Yesus Kristus? Jawabannya jelas tidak sekaligus menolak isu binasa
karena divaksinasi
Covid-19. Ketiga, divaksin covid-19 merupakan tanda ketaatan pada
pemerintah sebagai wakil Allah di bumi, sekaligus tindakan kasih, sebab dengan
demikian bukan sekedar melindungi diri, tetapi juga melindungi orang lain di sekitar kita. Kesimpulannya adalah bahwa penolakan vaksinasi vaksin Covid-19 karena alasan doktrinal
yang mengkaitkannya dengan
microchip 666 dan antiKristus, merupakan
suatu kekeliruan yang tidak berdasar. Berjaga-jagalah adalah baik dan harus bagi orang-orang percaya sesuai anjuran firman Tuhan, tetapi
vaksin Covid-19 bukanlah suatu ancaman bagi
keselamatan orang percaya selama iman kepada
Yesus Kristus tidak sangkali, sebab apapun isi
cairan vaksin Covid-19 tidak dapat memisahakan
orang percaya dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus (Rom.8:35-39). Oleh karena
itu, orang-orang percaya harus memberi teladan
dengan penuh iman menerima vaksinasi
vaksin Covid-19 sesuai anjuran pemerintah.
Kata Kunci: Kontroversi;
Vaksin Covid-19; Chip
666;
Antikris;
Gereja di Indonesia.
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Sejak awal kemunculan
Coronavirus desease yang lebih
dikenal di Indonesia dengan
istilah Covid-19 yang pada akhirnya
ditetapkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi,
bermunculan pula berbagai teori yang menjadi kontroversial di kalangan orang percaya.
Joshua Boyke Tewuh dalam refleksi
pastoral-nya di situs Youtube
Henry E.P. Manalu mengaitkan
Covid-19 dengan strategi konspirasi
sekte illuminati yang dikepalai
oleh sang Dajjal atau antiKris
dalam rangka mengiring semua orang untuk menerima implantasi microchip 666 melalui imunisasi dengan alasan sebagai solusi ampuh melawan
Covid-19 sehingga menjadi pengenapan nunuatan Alkitab yang ditulis di Kitab
Wahyu 13:16-18. Ada pula yang menyatakan bahwa virus corona sesungguhnya bukanlah virus alami, tetapi sebaliknya merupakan buatan para pemuja setan dengan
tujuan membawa kekacauan di tengah dunia, dikarenakan Covid-19 adalah representasi dari simbol 666 (Christina, 2020). Sebagian lain mengaitkan
Covid-19 dengan tentara
Allah dengan tujuan menghancurkan musuh-musuhNya (Sabara, 2020). Menurut Henry Makow, sejarah tidak bersifat aksidental, tetapi merupakan hasil dari konspirasi jangka panjang satanis agar derajat manusia menurun sehingga dapat diperbudak melalui kebohongan mereka, dalam hal ini
sekte Illuminati (Makmun & Hazhiyah,
2020). Namun bagi
para Pejabatan Majelis
Daerah Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Jawa Tengah, 98,1%
meyakini bahwa penyebab Covid-19 bukanlah hal lain tetapi semata-mata karena virus (Setiawan, Purwoto,
& Stevanus, 2020).
Setelah penantian lama vaksin di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum usai, akhirnya
Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia Joko Widodo menjadi
pribadi yang pertama menerima vaksinasi vaksin Covid-19 sebagai tindakan memberi motivasi dan dorongan kepada rakyat untuk
tidak meragukan dan tidak menolak vaksinasi
tersebut menurut berita CNBC Indonesia. Namun, kontroversi berkaitkan vaksin Covid-19 munculan juga. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) Ribka Tjiptaning dengan terang-terangan menolak divaksinasi vaksin Covid-19 dan lebih memilih membayar denda dengan alasan
vaksin tersebut belum uji klinis ketiga menurut berita Liputan 6 pada 12 Januari 2021 sehingga mengakibatkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Menurut Muh Alim Masnun, vaksin Covid-19 merupakan pemenuhan tanggung jawab pemerintah sebagaimana diatur undang-undang� NRI Tahun 1945 (Masnun, Sulistyowati,
& Ronaboyd, 2021). Ada yang mengaku Tuhan berbicara dan memesan langsung dalam doa bahwa
harus menolak vaksinasi vaksin Covid-19, dikarenakan di dalamnya terkandung �gen antiKristus� sehingga ditanggapi oleh Pdt Esra Alfred Soru pada 16 Januari 2021 dalam situs Youtube pribadinya dengan menyatakan telah muncul fenomena dua golongan, yakni
golongan eskatofobia atau orang yang takut berbicara tentang hal apapun yang berkaitan dengan akhir zaman, dan golongan eskatomania atau orang yang hobynya mengaitkan segala sesuatu dan fenomena dengan akhir zaman. Dalam Youtube Rubin Adi Abraham TV tanggal
2 Januari 2021, Pdt. Rubin
Adi Abraham sebagai Ketua Umum Gereja Bethel Indonesia di
situs Youtube pribadinya, menyatakan bahwa orang Kristen boleh divaksin Covid-19 dikarenakan berfungsi sebagai perlindungan agar tubuh lebih sehat
melalui hikmat yang Tuhan beri kepada
manusia, dalam hal ini para peneliti
dan para dokter. Apakah
orang Kristen boleh divaksin covid-19? Apa benar vaksin tersebut mengandung
microchip 666? Bagaimana kalau benar vaksin covid-19 mengandung gen
antiKristus
apakah kita akan binasa? Itulah sejumlah pertanyaan jemaat yang akan dijawab sehingga dapat menerangi pemahaman orang-orang percaya seturut dengan kebenaran Alkitab yang merupakan satu-satunya kebenaran bagi orang Kristen.
Secara fakta sedikit maupun banyak, kontroversi yang beredar dan menghebohkan di mimbar-mimbar gereja online tentang fenomena yang mengkaitkan antara Covid-19, vaksin Covid-19,
microchip 666 dan antiKris sudah
memberi pengaruh negatif pada cara pandang sebagian orang percaya dalam meresponi
pandemi Covid-19 yang terus
berlangsung hingga saat ini, sehingga
hal tersebut apabila tidak diluruskan
dapat merugikan pribadi lepas pribadi,
maupun organisasi seperti gereja dan pemerintah yang sedang berusaha dengan keras mengatasi masalah pandemi yang semakin memakan korban setiap hari. Sebab,
apabila tidak berhikmat gereja justru dapat menjadi
alat yang digunakan Iblis dalam menyebarkan ketakutan melalui penyesatan dan hoax. Oleh karenanya,
penulis mempunyai dorongan untuk
menganalisa dan menjawab keraguan
atas kontroversi doktrinal yang belakangan ini beredar di kalangan orang
percaya, berkaitan vaksin Covid-19 yang dihubungkan seperti di jabarkan di
Youtube oleh Pdt. Wignyo Tanto pada tanggal 7 Januari lalu di Youtube (Thruth.id) dengan penanaman microchip 666 dan antiKris yang di dalam
Kitab Wahyu 13:16-18. �
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitif dengan metode
deskriptif dan analisa literatur maupun literatur
research dengan tujuan menganalisa
dan menjawab keraguan atas
kontroversi doktrinal yang belakangan ini beredar di kalangan orang percaya,
berkaitan vaksin Covid-19 yang dihubungkan dengan penanaman microchip 666 dan
antiKris yang diwahyukan di dalam Kitab Wahyu 13:16-18. Untuk mencapai tujuan tersebut, teknik pengumpulan data melalui Alkitab, sumber buku-buku, artikel digital, jurna-jurnal, wawancara serta dokumen lain yang berkaitan dengan masalah yang menjadi objek kajian. Penelitian
kualitatif menurut (Bogdan & Biklen,
1997) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan tipe data deskriptif yang berupa ucapan atau
tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati di dalam suatu konteks dan yang dikaji dari sudut
pandang yang lengkap dan komprehensif, maupun menyeluruh atau holistik. Deskriptif karena mempelajari
masalah-masalah di tengah masyarakat serta pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Analisa data dilakukan penulis dengan menggunakan metode hermeneutika untuk menggali makna yang benar berdasarkan teks Kitab Wahyu
13:16-18, kemudian berdasarkan
analisis teks dan historisnya, mencoba menghubungkannya dengan persoalan fenomena kontroversi doktrinal yang terus beredar di tengah krisis pandemi
Covid-19 agar menjadi sebuah
uraian yang mendalam.
Hasil dan Pembahasan
A.
Genre Wahyu 13:16-18
Kitab
Wahyu dipandang sebagai
salah satu Kitab yang tersulit
untuk dipahami dalam Alkitab, oleh karena isinya dipenuhi
simbol-simbol yang mungkin membinggungkan para pembacanya.
Kitab Wahyu merupakan kita dengan genre sastra Apokaliptik atau mengenai akhir
zaman. Dalam bahasa
Indonesia �Wahyu� berasal dari
kata Yunani �apokaluqiv� yang mempunyai
makna dalam bahasa Inggris�� sebagai
�revelation, disclousure, manifestation� yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia mempunyai makna �membuka, menyatakan, menyingkapkan.� Wahyu
1:1 memberi gambaran yang jelas tentang genrenya
dengan diawali pernyataan �Inilah Wahyu Yesus Kristus��, sehingga atas dasar
tersebut Kitab Wahyu merupakan
buku yang berisi penyingkapan tentang nubuatan akhir zaman tentang rahasia ilahi (Wahyu. 1:3; 22:7, 10, 18-19).
Berdasarkan pernyataan
(McAllister,
2020), gematria merupakan
salah satu cara dari empat cara
yang ada dalam penggunaan angka. Gemetaria berdasarkan situs
kompasiona.com merupakan suatu
ilmu numerologi yang dipakai dalam rangka
mendapatkan makna yang tersembunyi di balik tulisan dengan cara menghitung
nilai numerik dari setiap huruf.
Penafsiran Kitab Wahyu 13:16 tentang
angka bilangan 666 menjadi perhatian khusus bagi hampir
semua orang percaya, oleh karena disebut angka gaib terhubung
dengan. antiKristus, sehingga Yuresti dengan mengutip Donald C.
stamps� menulis
empat golongan penafsiran yang lahir dari bermacam-macam pandangan mengenai makna Kitab wahyu: yakni, penafsiran preterist yang mengkaitkan peristiwa ini dengan masa lampau, kemudian penafsiran historistic yang jelas memberi tekanan
pada unsur sejarah, lalu penafsiran idealistik yang memberi tekanan pada pikiran yang ideal,
dan yang terakhir penafsiran
futurist yang berbicara masa yang akan
datang (To�Bungan
Yuresti, 2016).
B.
Vaksinasi Vaksin
Covid-19: Halal atau Haram
Berdasarkan hasil
proses wawancara dengan tiga narasumber pada tanggal 16 Januari 2021, Desi Ayu
pandemi menyatakan: �Vaksin Covid-19 itu mencurigakan, soalnya kelihatan dipaksakan oleh pemerintah sampai memberi denda sebesar
5 Juta Rupiah bagi yang menolak
divaksin. Ada apa di balik vaksin ini.
Saya tidak akan mau divaksin�. Menurut Ferdinand Silalahi,
�virus corona merupakan konspirasi
buatan masusia dan vaksin Covid-19 adalah sarana untuk ditanamkan
chip. Antikris sudah di depan mata, tetap
banyak orang tidak menyadarinya�. Berbeda pendapat Evangelist Alfons
Abednego menyatakan bahwa sama seperti penyakit
yang lain, dampak Covid-19 nyata
dengan fakta banyak kematian, sehingga vaksin menjadi kebutuhan dan tidak usah ditafsirkan
dengan tanda 666.
Vaksin Covid-19 merupakan langkah medis atas
rekomendasi WHO yang adalah
Organisasi Kesehatan Dunia dalam
rangka mengatasi pandemi yang terus menerus memakan korban nyawa. Dalam dunia medis, berbagai vaksin telah terbukti
efektif dalam penangganan pandemi sebelumnya seperti cacar, tuberkulosis (TBC) maupun polio dan sebagainya. Menurut Armanto Makmun dan Siti Fadhila Hazhiyah (2020), vaksin merupakan cara paling ampuh dan ekonomis mencegah penyakit yang dapat menular termasuk
Covid-19, sehingga vaksin
Covid-19 sangat diperlukan.
Maka mengacu pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, berdasarkan
berita voa.indonesia.com terbitan
tanggal 19 Januari 2021,
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Profesor Edward
Omar Syarif Hariej senada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Profesor Mahfud MD menyampaikan bahwa vaksinasi Covid-19 adalah kewajiban seluruh rakyat Indonesia demi kepentingan
bersama. Oleh karena yang tidak divaksin mengancam hak kesehatan
orang lain.
Gereja hadir untuk
memberitakan shalom bagi
dunia ini melalui Kabar Baik, dan bukan sebaliknya menghadirkan ketakutan dan kebimbangan. Oleh karena itu, orang percaya bukan sekedar boleh
divaksinasi, tetapi harus bersedia divaksinasi vaksin Covid-19 sesuai anjuran pemerintah sebagai bentuk ketaatan dan kepedulian, sebab orang-orang percaya dipanggil untuk menjadi teladan
dalam situasi dan kondisi apapun dan dimana pun.
C.
Pandemi Covid-19, Vaksin Covid-19 tidak perlu dihubungkan dengan Microchip 666 dan AntiKristus
1.
Analisis Wahyu 13:16-18
��
diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya� (Wahyu 13:16).
Makna kata �tanda� atau �Xaρaγμα� dalam bahasa Yunani dimaknai sebagai stempel (a stamp), tanda
yang dicetak (an imprinted mark)
seperti tanda merek� yang dicap
di atas tubuh (the mark
branded upon horses) atau gambar
pemuja berhala (idolatrus images). Dengan kata
lain, apabila ditafsirkan secara harfiah tanda tersebut merupakan tanda yang nampak dan harus bisa dilihat dan diteguhkan di ayat 17 yang menyatakan tidak ada yang dapat bertransaksi tanpa tanda nama atau
bilangan nama binatang tersebut. Berdasarkan fakta tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat
hubungan antara vaksin Covid-19 dan tanda
microchip 666 maupun antiKristus,
oleh karena cairan vaksin justru dimasukkan
di dalam tubuh manusia sehingga seandainya dikaitkan dengan microchip 666, tidak memenuhi kriteria tanda yang terdapat di Kitab
Wahyu 13:16-18 yang harus dapat
dilihat dan angka 666 bukan sekedar tanda
antiKristus, tetapi sekaligus merupakan nama dan bilangan antiKristus sebagai manusia. Fakta di atas menolak pendapat Jopie Rattu dkk yang menyatakan mempunyai keyakinan yang kuat bahwa tanda angka
666 merupakan barcode (Rattu Jopie, Sridadi Atiyanto, 2013).
Apabila
dibandingkan dengan Kitab Ulangan 6:8 �Haruslah engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang
pada dahimu� yang berkaitan
perintah kepada orang
Israel untuk mengajarkan turun temerun kepada
anak-anak mereka bahwa hanya Dia
lah Satu-satunya Tuhan dan tidak ada yang, tentunya tanda sini tidak
dapat diartikan secara harfiah. Demikian juga, dikarenakan Kitab
Wahyu bergenre apokaliptik,
tanda 666 tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai berhubungan dengan simbol. Sebagai salah satu contoh, Ferdinan S. Manafe berpendapat bahwa apabila dikaitkan
dengan ibadah, kitab Wahyu 13 tidak
berhubungan dengan Iblis atau Antikristus walaupun sempat disinggung penyembahan terhadap naga dan sang binatang di Wahyu 13:4-12, tetapi
sepenuhnya kitab Wahyu menunjukkan
ibadah yang terfokus kepada
Allah Tritunggal sebagai
model ibadah Perjanjian Baru
(Ferdinan, 2012).
Wahyu 13:13 diawali
dengan sebuah catatan penting: �Yang penting disini ialah hikmat: barangsiapa
yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan
binatang itu��. Jelas penekanan diberi pada �hikmat� atau �σoφία� dalam Yunani dan �wisdom� dalam bahasa Inggris yang bukan berbicara hikmat dari dunia ini, melainkan hikmat dari tempat
yang Maha Tinggi. Yang artinya
tidak boleh diartikan sesuai pikiran dan kehendak sendiri. Maka, catatan selanjutnya adalah kata �kebijaksanaa� atau �νoῦς� dalam bahasa
Yunani dan �understanding� dalam bahasa
Inggris dan mempunyai makna pengertian atau arti yang dalam dari. Tentunya hanya hikmat yang dari Allah yang dapat memberi memberi pengertian atas rahasia atau arti yang tersembunyi di balik nubuatan yang Allah sampaikan.
Mark Hitchcok dalam bukunya berjudul �Who is The AntiChrist?� menyampaikan bahwa salah satu dari 10 kunci memahami
tanda angka 666 sebagai tanda binatang
adalah bahwa tanda tersebut bersifat lahiriah seperti cap yang kasat mata maupun seperti
tatoo (Mark, 2016).
�
Maka,
Imanuel Sukardi berpendapat bahwa bagian tersulit dari doktrin gereja
adalah kesulitan hilangkan kesalah pahaman serta citra
mental buruk yang sudah terlanjur melanda gereja, sehingga diperlukan pembersihan pikiran dengan mengizinkan Alkitab dan Roh Kudus menafsirkannya (Y.M. Imanuel Sukardi, 2018).
�
Kata
penting berikutnya adalah �menghitung� atau �ψηφιζω� (psephizo)
dalam bahasa Yunani yang dimaknai seperti menggunakan kerikil dalam pencacahan. Dengan kata lain, menghitung dengan teliti atau
dengan hati-hati, bukan asal mengkaitan
fenomena alam seperti Covid-19 maupun vaksin Covid-19 yang adalah vaksin seperti vaksin yang lain. Menurut Daud Darmadi justru debat tentang topik
antikristus sebatas apakah dia adalah
pribadi atau tokoh di bidang politik, atau mungkin
lembaga religious tertentu.
Namun, yang pasti pribadi anti Kristus tidak hanya menjadi
lawan Kristus, tetapi di sisi lain usahanya adalah untuk mengambil alih posisi Kristus
sebagai penguasa (Daud, 2019).
Penolakan vaksinasi vaksin Covid-19 karena alasan doktrinal yang mengkaitkannya dengan microchip
666 dan antiKristus, merupakan
suatu kekeliruan yang tidak berdasar, oleh karena menurut Wahyu 13:16-18 tanda yang diterima berupa tanda yang nampak seperti stempel di tangan kanan dan dahi, bukan ditanamkan di dalam tubuh. Oleh karena itu, orang-orang percaya harus memberi
teladan dengan penuh iman menerima
vaksinasi vaksin Covid-19 sesuai anjuran pemerintah.
Kesimpulan
Penolakan vaksinasi vaksin Covid-19 karena alasan doktrinal yang mengkaitkannya dengan microchip
666 dan antiKristus, merupakan� suatu kekeliruan yang tidak berdasar. �Berjaga-jagalah
adalah baik dan harus bagi orang-orang percaya sesuai anjuran firman Tuhan, tetapi vaksin
Covid-19 bukanlah suatu ancaman bagi keselamatan
orang percaya selama iman kepada Yesus
Kristus tidak sangkali, sebab apapun isi cairan
vaksin Covid-19 tidak dapat memisahakan orang percaya dari kasih
Allah di dalam Kristus Yesus (Rom.8:35-39). Oleh karena
itu, orang-orang percaya harus memberi teladan
dengan penuh iman menerima vaksinasi
vaksin Covid-19 sesuai anjuran pemerintah, sebab gereja dipanggil
dan diutus dengan tujuan menjadi terang dan garam dunia di dalam kondisi seburuk dan segelap apapun. Maka, vaksinasi vaksin Covid-19 menjadi suatu momentum bagi umat Tuhan untuk
menunjukkan kasih melalui respon dan tindakan yang nyata dan penuh tanggung jawab, apa bila
tidak ingin kasih yang dikenal sebagai ciri khas
orang Kristen hanya menjadi
slogan semata.
BIBLIOGRAFI
Bogdan, Robert, & Biklen, Sari Knopp. (1997). Qualitative research
for education. United
States: Allyn & Bacon Boston, MA
Christina,
Endah. (2020). Pandemi Covid-19 Adalah 666? Logia: Jurnal Teologi Pentakosta,
1(2), 1�22.
Darmadi Daud, 2019, Memahami Teologi Yohanes Tentang
Akhir Zaman, KALUTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 1,
No.1, 21-33.
Imanuel Y.M. sukardi, 2018. Gereja Ekstra Biblika dan
Implikasinya Terhadap Penyelesaian Amanat Agung, Prudentia: Jurnal teologi
dan Pendidikan Kristiani Vol. 1, No.1, 43-58.
Hitchcock Mark, 2016. Who is The AntiChrist? .Cet.
5, 104. Yogyakarta: Andi.
Makow Henry, 2015. Illuminati 2, PT Ufuk Publishing
House, hlm. 22-28.Terkait
Pengembangan Vaksin Covid-19, Molucca Medica
Vol. 13, No.2, 52-59.
Makmun, Armanto, & Hazhiyah, Siti Fadhilah. (2020). Tinjauan
Terkait Pengembangan Vaksin COVID 19. Molucca Medica, 52�59.
Manafe S. Ferdinan, 2012, Ibadah Perjanjian Baru Suatu
Uraian Deskriptif Tentang Ibadah dan Kontribusinya bagi Ibadah Masa Kini, Missio
Ecclesiae 1(1), 87-102.
Masnun, Muh Ali, Sulistyowati, Eny, & Ronaboyd, Irfa.
(2021). Pelindungan Hukum Atas Vaksin Covid-19 Dan Tanggung Jawab Negara
Pemenuhan Vaksin Dalam Mewujudukan Negara Kesejahteraan. DiH: Jurnal Ilmu
Hukum, 17(1).
McAllister, Colin. (2020). The Cambridge companion to
apocalyptic literature. Cambridge: University Press.
Rattu Jopie, Sridadi Atiyanto, Yunus Ciptawilangga. (2013). Benarkah
Chip Sebagai Penggenap 666?, Bandung: Terang Hidup, 4.
Sabara, Sabara. (2020). Beragama Dengan Moderat di
Era Pandemi Covid-19. Mimikri, 6(2), 131�149.
Setiawan, David, Purwoto, Purwoto, & Stevanus, Kalis.
(2020). Gambaran Persepsi Pejabat Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Majelis
Daerah Jawa Tengah tentang Pandemi Covid-19 dan Implikasinya bagi Pelayanan
Gerejawi. Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi, 1(2), 89�116.
To�Bungan Yuresti. (2016). �Kajian Biblika Tentang
Bilangan Binatang 666 berdasarkan Wahyu 13:11-18 dan Relevansinya Dalam
Kehidupan Orang Percaya Masa Kini�, Skripsi, S. Th, Sekolah Tinggi Theologia
Jaffray Makassar.