Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 2, Februari 2021
ANALISA BALOK DENGAN PERKUATAN PENAMBAHAN TULANGAN
MEMAKAI PEREKAT SIKADUR DAN ANCHOR FIX-2 SECARA EXPERIMENTAL
Andar Sitohang, Johannes Tarigan dan Medis
Surbakti
Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]
Abstract
This research was conducted to determine
the analytical and experimental load increase with the addition of D10 mm
threaded iron reinforcement and to compare the epoxial
adhesion (Sikadur 31 CF Normal and Anchor Fix 2
Normal). Tests were carried out on 3 (three) 10 x 15 x 150 cm reinforced
concrete beam specimens divided into 3 (three) groups, namely normal reinforced
concrete beams and reinforced concrete beams with reinforced D10 mm iron screw
coated with Sikadur 31 CF Normal and Anchor Fix 2
Normal. Furthermore,
the test object is given a centralized load until the reinforced concrete beams
collapse so that the maximum load and deflection are known. The results showed
that the addition of D10 mm thread iron with 31 CF Normal sikadur
adhesive was able to increase the flexural strength by 37.78% from the initial
strength while using Anchor fix 2 adhesive was able to
increase the flexural strength by 30% from the initial strength. Based on
theoretical analysis and test results proved that the addition of external
strengthening of iron thread D10 mm using adhesive is able to increase the
ability of beams in carrying bending much better than normal conditions.
Keywords: flexural strength of reinforced beam;
d10 mm iron; sikadur;
anchor fix 2
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan beban secara analitis dan experimental dengan penambahan perkuatan
besi ulir d10 mm dan membandingkan daya rekat epoxsi (sikadur 31
CF normal dan anchor fix 2 normal). Pengujian dilakukan terhadap 3 (tiga) buah
benda uji balok beton bertulang ukuran 10 x 15 x 150 cm yang dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu balok
beton bertulang normal dan balok beton bertulang dengan perkuatan besi ulir D10
mm yang dilapisi Sikadur 31 CF normal dan achor fix 2 normal. Selanjutnya benda
uji diberikan beban terpusat sampai balok beton bertulang
runtuh sehingga diketahui beban maxsimum dan lendutannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan besi ulir D10 mm dengan perekat Sikadur 31 CF normal mampu meningkatkan
kuat lentur sebesar 37,78 % dari kekuatan awalnya sedangan memakai perekat anchor fix 2 mampu meningkatkan
kuat lentur sebesar 30% dari kekuatan awalnya. Berdasarkan analisa secara teoritis maupun hasil pengujian
terbukti bahwa penambahan perkuatan eksternal besi ulir D10 mm memakai perekat mampu meningkatkan
kemampuan balok dalam memikul lentur
jauh lebih baik dari kondisi
normalnya.
Kata kunci:
kuat lentur balok bertulang; besi d10 mm; sikadur; anchor fix 2
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Balok
merupakan elemen lentur yang mempunyai karakteristik internal yang lebih rumit
dalam memikul beban dibandingkan dengan jenis elemen struktur yang lainnya.
Konstruksi balok dengan balok beton bertulang dimaksudkan agar dapat melengkapi
kelemahan dari material-material pembentuknya. Kelebihan utama yang dimiliki oleh beton bertulang
adalah kombinasi beton dan baja tulangan yang memberikan kuat tekan sekaligus
kuat tarik yang besar.
Suatu
struktur dengan desain tertentu akan mampu memikul beban yang sesuai dengan
perencanaan. Jika suatu struktur memikul beban yang berlebihan (tidak sesuai
dengan perencanaan), maka struktur tersebut akan mengalami lendutan yang
berlebihan dari kemampuan struktur tersebut, yang mengakibatkan terjadinya
retak/patahan pada struktur tersebut, maka struktur tersebut perlu solusi
perbaikan untuk mengembalikan kekuatan pikulnya.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan
dengan perbaikan struktur dengan menambahkan perkuatan sudah banyak dilakukan oleh
banyak peneliti diantaranya: Perbaikan balok beton bertulang
yang telah mengalami beban puncak dengan
baja siku (Helmi, 2009). Penggunaan
CFRP sebagai bahan komposit eksenternal pada struktur balok beton bertulang (Pangestuti, 2009). Pengaruh
lapisan hybrid serat karbon dan serat gelas terhadap kapasitas lentur balok
bertulang (Djamaluddin,
Irmawati, & Didipu, 2014). Perbandingan kekuatan lentur balok beton bertulang
dengan menggunakan perkuatan CFRP dan GFRP (Ginardi, Anggraini,
& Suseno, 2014). Tinjauan variasi tebal grouting sikadur 31 CF normal dan panjang penyaluran
terhadap daya� lekat baja tulangan pada beton mutu normal (Rosyidah & Yasin, 2011). Analisis retak
lentur pada balok beton bertulang mutu tinggi yang diperbaiki dengan injeksi
epoxy (Puspita, Aulia, & Afifuddin, 2018). Perilaku
Runtuh Balok Beton Bertulang yang Diperkuat dengan
Lapis Glass Fibre Reinforced Polymer (Gfrp) (Sudarsana &
Widiarsa, 2008). Pengaruh Penggunaan Carbon Fibre Sheet terhadap
Kekakuan Pada Balok Beton Bertulang (Mulyadi, 2018). Pengaruh Pembalutan Carbon Fiber Wrap
(Cfw) terhadap Daktilitas Balok Beton Bertulang (Utami,
Nuroji, & Antonius, 2016). Kerusakan dan Perkuatan� Struktur Beton Bertulang (Isneini,
2009). Analisa
Balok Beton Bertulang Cold Formed Menggunakan Solidworks (Jaya,
2014). Studi Perkuatan Balok Beton
Bertulang Dengan Strand Tanpa Penegangan dan Tulangan U (Susanto,
Kasyanto, & Susilahadi, 2018).
Penggunaan
Carbon Fiber Reinforced Plate sebagai
Tulangan Eksternal pada
Struktur Balok Beton (Pangestuti, 2009). Perilaku Lentur Perbaikan Balok Beton
Bertulang dengan
Variasi Lebar Carbon Fibre Reinforced Polymer (Jamal, Bale, & Haqiqi, 2015). Kajian Eksperimental Perilaku Balok Beton
Tulangan Tunggal Berdasarkan Tipe Keruntuhan Balok (Nur, 2009).
Namun
saat ini, telah muncul inovasi baru dalam perencanaan struktur
bangunan dalam peningkatan perkuatan struktur beton, diantaranya dengan penambahan lapisan FRP
(fiber reinforced polymer), plat baja termasuk penambahan
besi beton dan lain-lain. Salah
satu usaha untuk meningkatkan kekuatan dan daktilitas balok beton bertulang
adalah menambahkan besi ulir D10 mm dibagian tekan balok dengan menggunakan
jenis perekat Sikadur 31 CF normal dan anchor fix 2. Diharapkan penelitian ini akan memberikan
konstribusi terhadap peningkatan kekuatan beton struktur tersebut.
Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui
peningkatan beban perkuatan secara analitis dan experimental dengan
penambahan bahan besi ulir pada balok beton bertulang yang telah dibebani
hingga tulangan meleleh.
2. Membandingkan
sifat bond dari jenis perekat (sikadur 31 CF normal dan anchor fix-2 normal). Manakah yang
memiliki dampak peningkatan paling signifikan terhadap kuat lentur balok beton.
3. Mengetahui pola
retakan dan model keruntuhan balok dengan 3 variabel (beton normal, beton
perkuatan besi ulir D10 mm memakai perekat Sikadur 31 CF normal dan perkuatan
besi ulir D10 mm memakai anchor Fix 2 normal.
Metode Penelitian
1.
Tahapan Penelitian
Dalam
penelitian ini, sampel terdiri dari 3 (tiga) benda uji
silinder dengan ukuran diameter 15 cm dam tinggi 30 cm untuk pengujian kuat
tekan beton, dan 3 (tiga) benda
uji balok ukuran10x15x150 cm untuk pengujian
lentur dengan mutu beton rencana f�c 25 MPa dimana satu balok beton beton
bertulang tanpa perkuatan dan satu balok beton bertulang denganmenggunakan
perkuatan besi ulir dengan
memakai perekat (Sikadur 31 normal dan anchor fix 2 normal). Balok diuji pada
saat umur beton 28 hari.
2.
Syarat-Syarat Pelaksanaan
Dalam
pengujian kuat lentur suatu balok beton, hal yang terutama diperhatikan adalah
perencanaan campuran beton, dan merencanakan kekuatan suatu balok. Sehingga
sangat diperlukan ketelitian dalam merencanakan pembuatan benda uji balok, baik dari segi hitungan
kekuatan beton dan baja tulangan maupun dari
segi pelaksanaan pengerjaan benda uji. Jika dalam pelaksanaan terjadi kesalahan,
maka hasil yang akan dicapai dalam pengujian kekuatan suatu balok tidak
tercapai.
Untuk
mencapai hasil seperti yang direncanakan, maka diperlukan beberapa kriteria
yang harus diperhatikan yaitu;
1. Perencanaan Campuran Beton
Beton merupakan suatu
material yang diperoleh dari
campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil) dan air. Beton dalam berbagai variasi kekuatan dapat diperoleh dengan perencanaan yang sesuai dari perbandingan
jumlah material pembentuknya.
Dalam pengujian ini, untuk membentuk
kekuatan beton yang direncanakan (mutu beton
K250) dilakukan pemeriksaan
sifat-sifat fisis agregat
dan perencanaan perbandingan
campuran beton (mix design).
Dalam
proses pengecoran perlu diperhatikan nilai slump
test. Di mana tujuan slump test
adalah untuk memeriksa kekentalan dari
campuran beton apakah sesuai dengan nilai slump (kekentalan) yang direncanakan. Untuk menjaga adukan beton tidak terlalu
encer dan kental dianjurkan untuk menggunakan nilai-nilai slump
yang ditunjukan dalam peraturan
di dalam pelaksanaan pengeringan beton.
2.
Baja Tulangan
Ada
dua jenis tulangan yaitu tulangan polos dan tulangan ulir. Jenis tulangan yang
dipakai adalah tulangan ulir. Pada penelitian ini,
digunakan tulangan ulir D13 mm,
sebagai tulangan tarik. Sedangkan untuk sengkang digunakan baja tulangan f6 mm �yang berfungsi sebagai pengikat antar tulangan.
Untuk memastikan mutu baja tulangan ini sesuai dengan mutu baja yang
diharapkan, maka dilakukan pengujian kuat tarik baja tulangan. Hal ini dilakukan
supaya mendapatkan hasil yang direncanakan dalam balok beton.
3. Resin Epoxy
Mengingat kekuatan lekatan antara tulangan dan beton merupakan salah satu faktor mempengaruhi kekuatan tarik tulangan pada struktur beton bertulang, sedangkan tulangan yang dipasang pada beton dilakukan setelah beton menjadi keras,
maka perlu suatu zat untuk
melekatkan antara baja tulangan dengan
beton. Zat yang digunakan adalah zat epoxy yang bagus sebagai perekat dan coating.
Dalam penelitian ini digunakan zat
perekat jenis sikadur 31 CF normal dan anchor fix 2 normal. Dimana sikadur 31 CF normal mempunyai kuat lekat (bond strength) epoxyjenis ini mencapai 20 N/mm setelah 7 hari dioleskan pada beton yang sudah mencapai umur 28 hari.
4.
Pembuatan Benda Uji
Benda uji berupa balok
beton bertulang dengan ukuran100 x 150x 1500 mm dengan
tebal selimut beton 20 mm. Tulangan yang dipakai adalah tulangan tarik 2D13 mm dan tulangan tekan 3D13 mm dengan fy = 340.21 MPa dan sengkang f6 dengan jarak 15 mm.
Campuran beton direncanakan dengan f�c = 21,34 MPa dengan ukuran agregat kasar maksimum 20 mm. Percobaan dibuat dalam 3 perlakuan yaitu balok tanpa
perkuatan (sebagai balok kontrol), balok dengan penambahan
besi ulir 3D10 mm memakai perekat Sikadur 31 CF normal dan balok
dengan penambahan besi ulir 3D10 mm memakai perekat anchor fix 2 normal. Setiap perlakuan dibuat 1 benda uji. Untuk lebih jelas
lihat.
Tabel 1
Benda Uji
Nama |
Jumlah Pengujian |
Jumlah Penambahan Besi
D10 mm |
Perekat |
Beton I |
1 |
- |
|
Beton II |
1 |
3D10 mm |
Sicadur 31 CF Normal |
Beton III |
1 |
3D10 mm |
Anchor fix 2 Normal |
5.
Pemasangan
Besi Ulir Dengan Perekat Sikadur 31CF Normal dan Anchor fix 2 Normal
Penambahan tulangan
besi ulir 3D10 mm dilakukan setelah beton berumur 28hari. Permukaan balok beton bagian bawah dikorek dengan greaneda machine, sepanjang 140 cm dengan lebar 15mm lalu dibersihkan,
sebagai perekat antara besi dengan balok
beton digunakan Sikadur 31 CF normal, Sikadur
31 CF normal terdapat 2 campuran, yaitu komponen A dan komponen B. Cara
pemakaiannya dengan mencampur kedua komponen A+B dengan memakai bor listrik
dengan putaran rendah sampai material tercampur rata dan berwarna abu-abu. Setelah campuran sikadur merata, tuangkan� pada bagian permukaan balok yang sudah dikorek dan
juga pada besi ulir secara merata. Pengujian dilakukan setelah lem
epoksi atau Sikadur 31 CF normal tersebut benar-benar dalam keadaan kering.
Berdasarkan prosedur pemakaian, Sikadur
akan mengering dalam waktu 1 (satu) hari, kemudian benda uji tersebut dapat diuji. Sedangkan
pemakaian benda uji dengan anchor fix 2 (dua)
normal hampir
sama dengan diatas, dimana permukaan balok beton bagian bawah dikorek dengan greaneda machine, sepanjang 140 cm dengan lebar 15mm lalu bersihkan.
Suntikkan perekat ke dalam lubang, mulai dari bagian bawah. Dalam hal apapun hindari udara yang menjebak. Setelah campuran
merata lalu masukkan besi ulir
D10 mm dengan gerakan memutar ke dalam lubang yang telah
disediakan.
Beberapa perekat harus keluar
dari lubang itu. Berdasarkan
�prosedur
pemakaian anchor fix 2 normal akan
mengering dalam waktu 7
hari, kemudian benda uji tersebut dapat diuji.
6.
Uji Pembebanan
Pengujian balok
dilakukan dengan meletakkan balok di atas 2 tumpuan sederhana dan dibebani 2 beban terpusat dengan jarak 450 mm dari masing-masing tumpuan. Pembebanan dilakukan secara bertahap sampai balok dianggap
runtuh. Uji pembebanan dilakukan setelah beton berumur 28 hari. + 7 hari setelah penambahan perkuatan besi ulir D10 mm. Dial
Grauge (alat pengukur lendutan/penurunan)
di letakkan di bawah balok dengan posisi di tiga titik, yakni 1/4 L-L, 1/L (Center
line) dan 1/4L-R.
Gambar 1
Pembebanan balok dan potongan
Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan analisa
pada balok beton bertulang maka hasil analisa balok
secara teoritis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Perhitungan teoritis beban ultimit � Lendutan maksimum
Benda Uji |
Beban Ultimit (Kg) |
Lendutan Maksimum (mm) |
Balok Tanpa Perkuatan |
2,306.33 |
3.9136 |
Balok dengan Perkuatan besi ulir 3D10 mm + Sicadur 31 CF |
3,678.49 |
5.6344 |
Balok dengan Perkuatan besi ulir 3D10 mm + Anchor Fix 2 |
3,678.49 |
5.6344 |
Setelah dilakukan pengujian pada balok beton bertulang, maka hasil pengujian
balok dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil pengujian Beban ultimit�
Lendutan maksimum
Benda Uji |
Beban Ultimit (Kg) |
Lendutan Maksimum (mm) |
Balok tanpa Perkuatan |
7,000.00 |
7.2000 |
Balok dengan Perkuatan besi ulir 3D10 mm + Sicadur 31 CF |
11,250.00 |
12.5000 |
Balok dengan Perkuatan besi ulir 3D10 mm + Anchor Fix 2 |
10,000.00 |
12.4000 |
Pengujian kuat tekan beton
dilakukan di Lab. Beton Politeknik Medan benda uji terdiri dari 3 silinder dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm. Mutu rencana (f�c) yang dipakai adalah 25 MPa. Dari hasil pengujian mengacu pada SNI 1974: 2011 didapat
mutu kuat tekanaktual sebesar 21.34 MPa.
Dari slump test mengacu SNI 1972: 2008 didapat angka 11 cm. Dari hasil pengujian kuat tarik tulangan D13 diperoleh tegangan leleh 340.21 MPa dan tegangan
ultimate 533,17 MPa.
1.
Pengujian Balok Beton Tanpa
Perkuatan
Adapun grafik hubungan antara beban dan lendutan dari balok tanpa
pekuatan disajikan pada Grafik 2.
Gambar 11
Grafik 2
Hubungan Beban-Lendutan Pada Balok Tanpa Perkuatan
Pada gambar 2 terlihat bahwa, retak pertama terjadi
pada saat beban 2,0 Ton.
Pada praretak, kurva dari beban defleksi
masih merupakan garis lurus yang memperlihatkan perilaku elastis penuh, kemudian pada kondisi daerah 2, baja leleh terlebih
dahulu yaitu pada saat beban 5,0 ton. Jika beban terus ditingkatkan,
meskipun besarnya peningkatan relatif kecil akan tetapi
lendutan yang terjadi cukup besar dibandingkan
lendutan sebelum leleh.� Akhirnya pada suatu titik tertentu beton desak mengalami
rusak (pecah atau spalling) sehingga jika beban ditambah
sedikit saja maka balok tidak
dapat lagi menahan beban dan akhirnya runtuh. Beban batas/maskimum yang masih dapat dipikul
oleh balok dengan tetap berada pada kondisi keseimbangan disebut beban batas
(ultimate)
ditunjukkan pada beban
7,0 Ton.
2.
Pengujian Balok Beton Dengan
Perkuatan Besi Ulir D.10 mm + Perekat Sikadur 31 CF Normal
Adapun grafik hubungan antara beban dan lendutan dari balok dengan
pekuatan besi D13 mm memakai perekat Sikadur 31 CFnormal disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3
Grafik Hubungan Beban-Lendutan Dengan Perkuatan Besi Ulir D.10 mm (Memakai Sikadur)
Pada gambar 3 terlihat bahwa, retak pertama terjadi
pada saat beban 5,00 Ton.
Pada praretak, kurva dari beban defleksi
masih merupakan garis lurus yang memperlihatkan perilaku elastis penuh, kemudian pada kondisi daerah 2, baja leleh terlebih
dahulu yaitu pada saat beban 7,00 Ton. Jika beban terus ditingkatkan,
meskipun besarnya peningkatan relatif kecil akan tetapi
lendutan yang terjadi cukup besar dibandingkan
lendutan sebelum leleh.� Akhirnya pada suatu titik tertentu beton desak mengalami
rusak (pecah atau spalling) sehingga jika beban ditambah
sedikit saja maka balok tidak
dapat lagi menahan beban dan akhirnya runtuh. Beban batas/maskimum yang masih dapat dipikul
oleh balok dengan tetap berada pada kondisi keseimbangan disebut beban batas
(ultimate) ditunjukkan pada beban 11,25 Ton.
3.
Pengujian Balok Beton Dengan
Perkuatan Besi Ulir D.10 mm + Perekat Anchor Fix
2 Normal
Adapun grafik hubungan antara beban dan lendutan dari balok dengan
pekuatan besi D13 mm memakai perekat anchor Fix 2 normaldisajikan
pada Gambar 4.
Gambar 4
Grafik Hubungan Beban-Lendutan Dengan Perkuatan Besi Ulir D.10 mm (Memakai Anchor Fix 2)
Pada gambar 4 terlihat bahwa, retak pertama
terjadi pada saat beban 4,00 Ton. Pada praretak, kurva dari beban
defleksi masih merupakan garis lurus yang memperlihatkan perilaku elastis penuh, kemudian pada kondisi daerah 2, baja leleh terlebih dahulu yaitu pada saat beban 8,00 ton. Jika beban terus ditingkatkan,
meskipun besarnya peningkatan relatif kecil akan tetapi
lendutan yang terjadi cukup besar dibandingkan
lendutan sebelum leleh.� Akhirnya pada suatu titik tertentu beton desak mengalami
rusak (pecah atau spalling) sehingga jika beban
ditambah sedikit saja maka balok
tidak dapat lagi menahan beban
dan akhirnya runtuh. Beban batas/maskimum yang masih dapat dipikul
oleh balok dengan tetap berada pada kondisi keseimbangan disebut beban batas
(ultimate) ditunjukkan
pada beban 10 ton.
4. Pola Retak
Yang Terjadi Pada Balok Beton
Retak lentur yang memiliki pola vertical dan
diagonal, seperti yang terlihat
dalam gambar 5.
Gambar 5
Pola Retak Lentur Pada Balok Tanpa Perkuatan
Retak lentur biasanya terjadi disebabkan oleh beban yang melebihi kemampuan balok. Di mana retakan pertama yang terjadi yaitu pada saat beban 2,0 Ton, kemudian disusul dengan retakan berikutnya dengan mencapai beban ultimate yaitu 5,0 ton. Gambar di atas menunjukkan bahwa retakan yang terjadi adalah vertical/diagonal, sehingga
dapat disimpulkan retak yang terjadi adalah retak lentur.
Retak yang terjadi pada perkuatan besi ulir D10 mm dengan perekat Sikadur 31 CF normal yang memiliki pola diagonal/miring, seperti yang terlihat dalam gambar 6.
Gambar 6
Pola Retak Geser di Sekitar (1/4L-R) Pada Balok Dengan Perkuatan Besi Ulir D.10 mm dan Perekat Sikadur
Pada gambar 6 terlihat bahwa balok betonnya lemah dalam gaya
tarik dari pada gaya tekan. Di mana retak pertama yang terjadi saat dibebani
5,00 ton, kemudian retak ini perlahan berubah
menjadi retak diagonal.
Pada saat pembebanan 7,0
Ton retakannya membentuk
garis diagonal. Hingga beban
ultimate pola retak yang terjadi adalah retak diagonal yaitu pada saat pembebanan 11,25 ton.
Retak yang terjadi pada perkuatan besi ulir D10 mm dengan perekat achor fix 2 normal yang memiliki pola diagonal/miring, seperti yang terlihat dalam gambar 7.
Gambar 7
Pola Retak� Geser di Sekitar
(1/4L-R) Pada Balok Dengan Perkuatan Besi Ulir D.10 mm dan Perekat Anchor Fix 2
Retak geser terjadi setelah
adanya retak lentur yang memiliki pola vertikal. Retak geser terjadi
pada balok yang menggunakan
perkuatan dengan besi ulir D.10 mm dengan perekat anchor fix 2. Pada
gambar di atas terlihat bahwa balok betonnya lemah dalam gaya
tarik dari pada gaya tekan. Di mana retak pertama yang terjadi saat dibebani
4,00 ton, kemudian retak ini perlahan berubah
menjadi retak diagonal. Dapat dilihat pada gambar di atas, pada saat pembebanan 8,0ton retakannya membentuk garis
diagonal. Hingga beban
ultimate pola retak yang terjadi adalah retak diagonal yaitu pada saat pembebanan 10,00 ton.
5.
Perbandingan Rekat Sikadur 31 CF Normal dan
Anchor Fix 2 normal
Perbandingan rekatan antara Sikadur 31 CF normal dan anchor fix 2 normal dapat dilihat pada waktu uji pembebanan yakni:
a. Sikadur 31 CF
Normal
Sikadur 31 CF normal dibeban terjadi retak pertama P = 5ton bahwa rekatan antara
beton dan exposi belum ada pemisahan
kedua bahan tersebut, juga pada retakan kedua P = 7ton dan retakan ketiga P = 11,25ton juga tidak terjadi antara beton dan exposi, artinya masih menyatu.
b. Anchor Fix 2
Normal
Sedangkan retakan antara beton awal dengan
perekat anchor fix 2 juga diamati.
Pada pembebanan retak pertama P = 4ton belum ada pemisahan kedua
bahan tersebut dan pada pembeban P = 8ton juga belum terjadi pemisahan anatar beton dengan
perekat, tetapi pada saat retakan ketiga
pembebanan 10ton terjadi pemisahan antara beton dengan perekat
anchor fix 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada table perbandingan rekatan
Sikadur dengan anchor fix
2.
Tabel 4
Perbandingan rekatan Sikadur
dengan anchor fix 2
Exposi |
Umur |
Pembebanan |
Keterangan |
Sikadur
31 CF Normal |
7 hari diuji pada suhu 30o C |
Retak
1= P = 5 ton |
Belum
ada pemisahan |
Retak
2 =P = 7 ton |
Belum
ada pemisahan |
||
Retak
3 =P = 11,25ton |
Belum
ada pemisahan |
||
Anchor
fix 2 Normal |
7 hari diuji pada suhu 30o C |
Retak
1= P = 4 ton |
Belum
ada pemisahan |
Retak
2 =P = 8 ton |
Belum
ada pemisahan |
||
Retak
3 =P = 10 ton |
Terjadi� pemisahan bahan beton dan perekat |
Setelah mendapatkan semua data hasil analisa teoritis
maka grafik perbandingan hubungan beban � lendutan setiap sampel balok
dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 8
Grafik Perbandingan Hubungan Beban-Lendutan setiap sampel berdasarkan teori
Dari grafik dapat dilihat bahwa
secara teoritis balok normal mampu menahan beban sebesar
2,306ton dengan lendutan
3,87 mm dan setelah dilakukan
penambahan perkuatan dengan besi ulir
D10 mm meningkat sebesar
3,67ton dengan lendutan
5,60 mm.
Dan
dari data hasil pengujian� maka grafik
perbandingan hubungan beban � lendutan setiap sampel balok dapat dilihat pada Gambar
8.
Gambar 9
Grafik Perbandingan Hubungan Beban-Lendutan
setiap sampel berdasarkan pengujian
Dari grafik 9 dapat dilihat bahwa
secara eksperimen balok perkuatan dengan besi ulir
D10 mm + Sikadur 31 CF normal mampu menahan beban
paling besar (baik) sebesar 12,50ton diikuti balok dengan perkuatan
besi ulir D10 mm + anchor
fix 2 normal sebesar
10,0 Ton dan balok tanpa perkuatan sebesar 7,0 ton. Sedangkan dilihat dari sisi lendutannya,
D10+Sikadur 31 CF normal mampu menahan lendutan paling besar yaitu 12,48 mm diikuti balok dengan
D10+anchor fix 2 normal sebesar
12,40 mm dan balok tanpa perkuatan sebesr 7,20 mm. Jadi, secara teoritis Balok dengan D10+Sikadur 31 CF normal mampu menahan lendutan
paling besar dibanding lainnya, serta balok dengan D10+Sikadur 31 CF normal mampu menahan beban
maksimu paling baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: 1) Berdasarkan analisa secara teoritis maupun hasil pengujian
terbukti bahwa penambahan perkuatan eksternal besi ulir D10 mm memakai perekat (Sikadur
31 CF normal dan anchor fix 2 normal) mampu meningkatkan kemampuan balok dalam memikul lentur
jauh lebih baik dari kondisi
normalnya (tanpa perkuatan). 2) Berdasarkan analisa teoritis, pada balok tanpa perkuatan
didapat beban ultimit sebesar 2,306 ton
dan� setelah balok perkuatan dengan besi ulir
D10 mm dan beban ultimitnya
sebesar 3,6785 ton. Dari analisa ini, peningkatan beban yang terjadi pada perkuatan besi ulir D10 mm sebesar 0,458 kali kekuatan awal. (3) Berdasarkan analisa teoritis, pada balok tanpa perkuatan
didapat beban ultimit sebesar 7ton dan balok dengan perkuatan
(besi ulir D10 mm + perekat Sikadur 31 CF Normal) sebesar
12,25ton sedangan perkuatan (besi ulir D10 mm + anchor Fix 2 normal) sebesar 10 ton. Dari analisa ini, peningkatan beban yang terjadi pada perkuatan besi ulir D10 mm memakai perekat Sikadur sebesar 0,607 kali kekuatan awal sedangkan memakai perekat anchor fix 2 sebesar 0,429 kali kekuatan awal. 4) Berdasarkan hasil pengujian, balok dengan besi ulir D10 mm + Sikadur 31 CF normal memiliki efisiensi tertinggi sebesar 37,78 % sedangkanbalok dengan besi ulir D10 mm + anchor fix 2 normal sebesar 30 %. 5) pola retak
pada pengujian tanpa perkuatan terjadi retak pada pembeban P = 2 ton sedangkan dengan perkuatan besi ulir D10 mm menggunakan perekat sikadur 31 CF normal terjadi retak pada P = 5 ton dan Menggunakan perekat anchor fix 2 normal terjadi retak pada P = 4 ton. 6) Perbandingan rekatan antara Sikadur 31 CF normal lebih unggu atau
lebih kuat rekatannya dari rekatan anchor fix 2 normal.
BIBLIOGRAFI
Djamaluddin, R., Irmawati, R., & Didipu, N. L. (2014). Pengaruh
Lapisan Hybrid Serat Karbon dan Serat Gelas terhadap Kapasitas Lentur Balok
Beton Bertulang. Universitas Hassanudin.
Ginardi, Ireneus Petrico, Anggraini, Retno, & Suseno, Hendro. (2014).
Perbandingan Kekuatan Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Menggunakan Perkuatan
CFRP dan GFRP. Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 1(2),
pp-250.
Helmi, Masdar. (2009). Perbaikan Balok Beton Bertulang Yang Telah
Mengalami Beban Puncak Dengan Baja Siku. Rekayasa: Jurnal Ilmiah Fakultas
Teknik Universitas Lampung, 13(1), 58�69.
Isneini, Mohd. (2009). Kerusakan dan Perkuatan Struktur Beton Bertulang. Rekayasa:
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Lampung, 13(3), 259�270.
Jamal, Atika Ulfah, Bale, Helmy Akbar, & Haqiqi, Iqbal. (2015).
Perilaku Lentur Perbaikan Balok Beton Bertulang Dengan Variasi Lebar Carbon
Fibre Reinforced Polymer. Teknisia, 20(2), 154�162.
Jaya, Budianto. (2014). Analisa Balok Beton Bertulang Cold Formed
Menggunakan Solidworks. Sriwijaya University.
Mardiah, Ainul, Satriana, Dwi Puspita, & Syahriati, Elida. (2017).
Peranan dukungan sosial dalam mencegah kekerasan dalam pacaran: studi korelasi
pada remaja di Jakarta. Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of
Indigenous Psychology, 4(1), 29�42.
Mulyadi, Mulyadi. (2018). Pengaruh Penggunaan Carbon Fibre Sheet Terhadap
Kekakuan Pada Balok Beton Bertulang. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan,
9(1).
Nur, Oscar Fitrah. (2009). Kajian Eksperimental Perilaku Balok Beton
Tulangan Tunggal Berdasarkan Tipe Keruntuhan Balok. Jurnal Rekayasa Sipil
(JRS-Unand), 5(2), 39�52.
Pangestuti, Endah Kanti. (2009). Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Plate Sebagai
Bahan Komposit Eksternal Pada Struktur Balok Beton Bertulang. Universitas
Sebelas Maret.
Puspita, Fiany Fajar, Aulia, Teuku Budi, & Afifuddin, Mochammad.
(2018). Analisis Retak Lentur Pada Balok Beton Bertulang Mutu Tinggi Yang
Diperbaiki Dengan Injeksi Epoxy. Jurnal Teknik Sipil, 1(4),
831�844.
Rosyidah, Anis, & Yasin, Efendi. (2011). Tinjauan Variasi Tebal
Grouting Sikadur� 31 Cf Normal Dan Panjang Penyaluran Terhadap Daya Lekat Baja
Tulangan Pada Beton Mutu Normal. Jurnal Poli-Teknologi, 10(1).
Sudarsana, I. Ketut, & Widiarsa, Ida Bagus Rai. (2008). Perilaku
runtuh balok beton bertulang yang diperkuat dengan lapis glass fibre reinforced
polymer (GFRP). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil.
Susanto, Ambar, Kasyanto, Heri, & Susilahadi, Susilahadi. (2018). Studi
Perkuatan Balok Beton Bertulang Dengan Strand Tanpa Penegangan Dan Tulangan U. Jurnal
Poli-Teknologi, 17(1).
Utami, Sri Rejeki Laku, Nuroji, Nuroji, & Antonius, Antonius. (2016).
Pengaruh Pembalutan Carbon Fiber Wrap (CFW) Terhadap Daktilitas Balok Beton
Bertulang. INformasi Dan Ekspose Hasil Riset Teknik SIpil Dan Arsitektur,
12(2), 140�155.