Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 2, Februari 2021
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, ETOS KERJA, DAN KUALITAS KEHIDUPAN
KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT RSUD
ARJAWINANGUN KABUPATEN
CIREBON
R. Deni Indrawan
Akademi Keperawatan
Buntet Pesantren Cirebon, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
This study aimed to find out the influence of leadership style,
work ethic, and quality of work life on the performance of nurses Arjawinangun hospital Cirebon regency.
The method used in this research is
descriptive survey method with analysis. The independent variables in this research
are organizational commitment, interpersonal communication and employee
competency of dependent variable that is employee performance. Population and
sample in this research is employee that exist in arjawinangun hospital 102 respondent. The
data were collected using documentation and questionnaires, with data analysis
methods namely instrument test (validity test and reliability test),
descriptive percentage analysis, classical assumption test, and partial regression
analysis using SPSS for windows version 20. The results showed that the three
independent variables very positive effect on the independent variable. This is
indicated from the tcount of all variables greater than table 1.984 and this
there is a significant influence between variables X1 to variable Y of 3.385,
variable X2 to variable Y of 11.261 and variable X3 to variable Y of 4.684 with
significance level α = 5 % (P <0.05). And based on t_hitung value can
be seen that the variable that is very dominant influence on employee performance
is on interpersonal communication variables with the value t_hitung (11.261) is
greater than other variables with a significance value of 0.00 ≤ 0.05.
Keywords: organizational
commitment; interpersonal communication; employee competency; employee performance
Abstract
Penelitian ini
berujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan, etos kerja, dan
kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif dengan
analisis. Variabel independen pada penelitian ini yaitu komitmen organisasi,
komunikasi interpersonal dan kompetensi pegawai variabel dependen yaitu kinerja
pegawai. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pegawai yang ada sebanyak 102 responden.
Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan kuesioner, dengan metode analisis
data yaitu uji instrumen (uji validitas dan uji reliabilitas), analisis
deskriptif persentase, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda secara
parsial menggunakan SPSS for Windows Versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga
variabel independen sangat berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Hal
ini ditunjukan dari hasil hitung dari semua variabel lebih besar dari tabel
1,984 dan ini ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1 terhadap variabel
Y sebesar 3,385, variabel X2 terhadap variabel Y sebesar 11,261 dan variabel X3
terhadap variabel Y sebesar 4,684 dengan tingkat signifikansi α = 5% (p
< 0,05) dan berdasarkan
nilai t���_hitung dapat diketahui bahwa variabel
yang sangat berpengaruh dominan pada kinerja pegawai adalah pada variabel
komunikasi interpersonal dengan nilai t_hitung (11,261)� yang lebih besar dibandingkan variabel yang lain
dengan nilai signifikansi 0,00 ≤ 0,05.
Kata Kunci: komitmen organisasi; komunikasi interpersonal; kompetensi pegawai; kine
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas harus selalu dikelola
dan ditekankan oleh organisasi
untuk dapat mencapai kinerja yang diharapkan (Susilaningsih, 2008). Era globalisasi sudah tidak terbendung lagi dan khususnya terjadi di Negara Indonesia sudah
mulai merasakan dampaknya. Oleh karena itu, dalam menyikapi
fenomena tersebut diperlukan dukungan dan kerjasama dari seluruh bagian yang ada di dalam organisasi,
dimana salah satunya adalah dukungan SDM atau sering disebut
juga dengan karyawan.
Peran
SDM dalam sebuah organisasi sangatlah penting karena mutu SDM yang tinggi
umumnya diikuti dengan kinerja yang tinggi pula (Mangkuprawira
& Hubeis, 2007). Faktor SDM memegang peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan karena SDM berperan penting dalam hal perencanaan, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan
organisasi. Setiap organisasi atau perusahaan dapat dipastikan memiliki satu atau
beberapa tujuan yang memberikan arah dan menyatukan unsur-unsur yang
terdapat dalam organisasi tersebut. Tujuan yang ingin dicapai adalah
suatu keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Untuk mencapainya
diperlukan serangkaian kegiatan yang
dikenal sebagai proses manajemen, terdiri dari tindakan-tindakan: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian,
3) menggerakkan dan mengendalikan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran
yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Keberhasilan
organisasi dalam meningkatkan kinerjanya sangat bergantung pada kualitas sumber
daya manusia yang bersangkutan dalam bekerja selama berada pada organisasi
tersebut (Logahan, 2009).
Pada
dasarnya dalam suatu organisasi atau perusahaan, kepemimpinan� merupakan salah satu faktor penting.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap, gaya, dan perilaku pimpinan sangat
berpengaruh terhadap pegawai yang dipimpinnya bahkan turut berpengaruh terhadap
kinerja suatu organisasi khususnya di rumah sakit.
Rumah
sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan
yang melayani pasien dengan berbagai jenis pelayanan. (Laksono,
2005). Semua instansi khususnya rumah sakit
pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan upaya-upaya guna pencapaian
tujuan. Peran rumah sakit yaitu sebagai media atau fasilitas social yang mencakup pelayanan kesehatan,
penelitian dan pendidikan. Sumber daya manusia merupakan aset terpenting rumah
sakit karena perannya sebagai subyek pelaksana�
kebijakan dan kegiatan operasional rumah sakit.
Oleh� karena�
itu� sumber� daya�
manusia khususnya� perawat� dituntut�
untuk memberikan pelayanan dengan mutu dan kualitas yang baik. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan di rumah sakit, maka perlu
disusun strategi peningkatan mutu sumber daya manusia yaitu dengan peningkatan
mutu dan kualitas kerja para perawat, salah satunya adalah dengan peningkatan
kinerja bagi para perawat.
Kunci
utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan adalah perawat yang
mempunyai kinerja tinggi. Kinerja merupakan landasan bagi pencapaian tujuan
suatu organisasi. (Mangkunegara,
2016) mengatakan bahwa kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Setiap organisasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja
karyawannya dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan tercapai.
Pelaksanaan kegiatan rumah sakit di indonesia
sudah bersifat padat modal, padat karya dan padat teknologi yang diandalkan
untuk memberikan pengayoman medik bagi pusat�pusat pelayanan kesehatan. Di
samping itu kegiatan di rumah sakit juga menimbulkan padat masalah. Oleh karena
itu untuk melaksanakan seluruh kegiatan pelayanan tersebut sangat erat
kaitannya dengan profesionalisme staf rumah sakit, termasuk kegiatan pelayanan
keperawatan (Kuntoro,
2010). Dengan demikian perawat adalah
jenis tenaga yang paling sering kontak langsung dengan pasien dan keluarga,
sehingga peranannya sangat menentukan mutu serta citra rumah sakit. Pelayanan
keperawatan menentukan nilai suatu pelayanan kesehatan sehingga perawat adalah
salah satu unsur vital dalam rumah sakit. Perawat, dokter dan pasien merupakan
satu kesatuan yang saling membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan.
Perawat
merupakan �the caring profession� yang mempunyai kedudukan penting dalam
menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang
unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan
tersendiri dibanding jenis pelayanan lainnya. Oleh karena itu, rumah sakit
haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik yang akan menunjang kinerja
rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan atau pasien (Wahyuni, 2011).
Seorang perawat dengan etos kerja yang baik tidak hanya
perlu memiliki skill
dan knowledge saja
tapi juga dibutuhkan
attitude yang baik dalam hal ini yang dapat
menerima, mendengarkan dan mengikuti aturan yang diberikan oleh pimpinan dalam hal ini
adalah kepala keperawatan, dimana dengan melakukan kerjasama yang baik dan semangat untuk berprestasi tinggi untuk dapat mengembangkan organisasi dan rumah
sakit tempatnya bernaung dan bekerja. Etos kerja juga disinggung secara verbal
(Wuryanto, komunikasi personal, 14 desember
2014) dalam seminar optimalisasi dan aplikasi undang-undang keperawatan yang
diadakan di gedung Bakorwil Surakarta Desember 2014 lalu dikatakan bahwa etos kerja perawat indonesia
masih perlu
ditingkatkan untuk mencapai pelayanan keperawatan prima. Berbagai cara dapat dilakukan
oleh seorang kepala ruang untuk meningkatkan
etos kerja perawat, yaitu dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Kepala ruang
sebagai pengelola sumber daya manusia
dituntut memiliki gaya kepemimpinan dimana dapat bekerja
sama dan dapat menekan kemungkinan konflik yang akan terjadi dalam kelompok
kerja sehingga tujuan rumah sakit
dapat tercapai.
Menurut
(Hasibuan,
2012), kepemimpinan merupakan cara seseorang
mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Ada berbagai macam atau tipe
kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam memimpin sebuah organisasi menurut (Robbins,
2009) seperti tipe otokratik, tipe karismatik,
tipe paternalistik, tipe laiser faire dan tipe demokratis. Pemimpin sebuah
organisasi mungkin saja tidak sama menerapkan berbagai tipe kepemimpinan sesuai
dengan kondisi yang ada. Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada
individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Danim,
2010).
Menurut
Stoner (Handoko,
2013) kepemimpinan managerial merupakan suatu proses pengarahan
dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang
saling berhubungan tugasnya. Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian
sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola
atau bentuk tertentu. Sesuai apa yang dikemukakan oleh �(Siagian, 2003) bahwa terdapat korelasi positif
antara kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja dengan kinerja pegawai. (Robbins,
2009) juga mengemukakan bahwa organisasi
yang mempunyai pegawai dengan etos kerja dan kualitas kehidupan kerja tinggi cenderung lebih efektif bila dibandingkan organisasi
yang mempunyai
pegawai yang kurang memiliki etos kerja dan kualitas kehidupan kerja.
Kinerja
perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik�baiknya suatu
wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas
pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Kinerja
perawat menjadi sangat penting dan perlu menjadi perhatian para manajer karena
akan mempengaruhi kinerja rumah sakit. Kegiatan pelayanan keperawatan dilakukan
oleh para perawat pelaksana pada pasien diawali dengan pengkajian, penetapan
diagnosis/masalah keperawatan, penyusunan rencana, pelaksanaan implementasi,
dan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi seluruh tindakan yang telah dilakukan
(PPNI, 2010). Semua instansi pasti
memerlukan manajemen yang berkaitan dengan upaya-upaya guna pencapaian tujuan.
Berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya tergantung pada tingkat keberhasilan dari tiap individu
organisasi itu sendiri dalam menjalankan tugas mereka (Wahyuddin, 2016). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja,
antara lain motivasi, kepemimpinan, etos kerja,
lingkungan
kerja, disiplin kerja, budaya kerja, komunikasi, komitmen, jabatan, kualitas
kehidupan kerja, pelatihan, kompensasi, kepuasan kerja, dan masih banyak yang
lain. Semua faktor tersebut berpengaruh, tergantung pada fakta yang terjadi
sebenarnya, ada yang dominan dan ada pula yang tidak (Wahyuddin, 2016). Bagi organisasi yang memberikan
pelayanan publik, tentu saja kinerja pegawai itu dapat dilihat dari bagaimana
organisasi tersebut dalam memberikan pelayanan kepada publik, seperti dalam rumah
sakit umum daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon yang memberikan pelayanan berkaitan dengan bidang kesehatan
masyarakat.
RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon merupakan pusat rujukan
pelayanan kesehatan di Kabupaten Cirebon. Mengingat tujuan utama dari RSUD ini adalah memberikan pelayanan optimal
dalam arti penyelenggaraan �good patient care�, diharapkan dapat selalu
meningkatkan mutu pelayanan dalam upaya pemenuhan tuntutan masyarakat yang
semakin meningkat dan kompleks seiring dengan semakin tingginya tingkat
persaingan dengan rumah sakit swasta.
Dan untuk mewujudkan pelayanan prima yang berorientasi pada
kepuasan pelanggan harus didukung dari segala aspek baik sumber daya manusia,
sarana prasarana, metode, lingkungan baik internal maupun eksternal, serta manajemen
yang baik pula. Berbagai perkembangan tersebut telah berpengaruh besar
terhadap perkembangan pengelolaan rumah sakit yang lebih efisien, peningkatan
sarana prasarana serta pengembangan dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Berikut
ini Tabel yang menerangkan berkaitan dengan sarana prasarana yang terdapat pada
RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon pelayanan 24 jam.
Tabel 1
Sarana dan Prasarana Penunjang Pelayanan Publik
No |
Sarana Prasarana |
Pelayanan |
1 |
Instalasi Rawat Jalan |
Klinik Spesialis, Klinik Umum, Klinik
Konsultasi Gizi, Klinik KesPro, Klinik
KIR/General Check Up, dsb |
2 |
Instalasi Gawat Darurat |
Tenaga Medis dan Paramedis dengan
sertifikasi PPGD, serta dilengkapi mobil ambulance |
3 |
Instalasi Rawat Inap |
Ruang Inap meliputi Kelas III, Kelas
II, Kelas I, VIP, VVIP |
4 |
Instalasi Perawatan Intensif (ICU, HCU dan
ICCU) |
38 bed dengan peralatan sesuai standar
ICU dan perawat dengan spesifikasi perawat ICU |
5 |
Ruang Perinatologi, NICU, PICU |
6 inkubator, 10 bed, peralatan standar perinatologi, serta dokter
spesialis anak dan perawat khusus |
6 |
Ruang OK |
10 tempat tidur |
7 |
Ruang Isolasi |
8 tempat tidur |
8 |
Instalasi Bedah Sentral |
Tenaga Medis dan peralatan pelayanan
bedah sentral |
9 |
Instalasi Bank Darah |
Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit |
10 |
Instalasi Kesehatan Reproduksi |
KIA, program KB, Kesehatan Lansia |
11 |
Sterilisasi Sentral |
Pelayanan sterilisasi sentral |
12 |
Pemulasaran Jenazah |
Pelayanan pemulasaran jenazah |
13 |
Ambulance dan Mobil Jenazah |
Pelayanan Ambulance dan mobil jenazah |
14 |
Instalasi Laboratorium |
Pemeriksaan kimia darah, Imunologi,
Skrening zat-zat narkoba, Urinalisa, dsb |
15 |
Instalasi Radiologi |
Radiologi Diagnostik dan Radiologi Imaging |
16 |
Instalasi Gizi |
Pelayanan kebutuhan gizi |
17 |
Instalasi Farmasi |
Pelayanan untuk rawat inap dan rawat
jalan |
18 |
Instalasi Rehabilitasi Medis |
Dokter spesialis rehabilitasi medis,
tenaga fisioterapis, psikolog, dsb |
19 |
Elektromedik |
Peralatan canggih dan tenaga
profesional guna mendukung penegakan diagnosa |
20 |
Instalasi Pengelolaan Limbah |
Pengelolaan dengan sistem FBBR (Fluidized
Bed Bio-Film Reactor) |
21 |
Komputerisasi |
Sistem jaringan komputer (Work
Station-Server) |
22 |
Informasi |
Didukung SDM profesional,
komputerisasi, serta fasilitas telepon PABX(Private Automatic Branch
Exchange) |
23 |
Kasir |
Didukung sistem komputerisasi |
Sumber: RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon, 2017
Sarana
prasarana ini diharapkan mampu memfasilitasi segala aspek di bidang kesehatan
berkaitan dengan pelayanan publik yang nantinya dapat berdampak pada
peningkatan mutu dan kualitas serta peningkatan kepercayaan dan kepuasan
pelanggan terhadap RSUD tersebut (Husnawati,
2006).
Pada
dasarnya, kinerja perawat pada RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon sudah dikatakan baik. Berawal dengan kinerja yang
baik itulah diharapkan dapat menghasilkan output pelayanan yang sesuai. Kinerja
perawat dikatakan baik apabila semua indikator yang mempengaruhinya sudah baik
pula. Indikator kinerja perawat menurut (Mathis,
2002) adalah kuantitas, kualitas,
keandalan, dan kehadiran perawat. Kuantitas merupakan banyaknya pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh seseorang dalam waktu satu hari kerja. Kualitas adalah
ketaatan karyawan sesuai prosedur, disiplin, dan dedikasinya terhadap
organisasi. Sedangkan keandalan karyawan merupakan kemampuan karyawan dalam
melakukan pekerjaan yang mencakup konsistensi kinerja serta keandalan dalam
pelayanan, akurat, benar, dan tepat. Kehadiran adalah keyakinan karyawan masuk
kerja setiap hari dan sesuai dengan jam kerja yang sudah ditetapkan.
Manajemen
kinerja yang diterapkan oleh pimpinan RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon ternyata belum berhasil meningkatkan antusiasme
perawat untuk memberikan kinerja yang lebih baik yang bermuara pada tingkat
pelayanan yang diberikan terhadap masyarakat yang dipengaruhi oleh
kepemimpinan, etos kerja, dan kualitas kehidupan kerja dan suatu Instansi dikatakan sudah
melakukan kinerja pelayanan prima menurut (Mathis,
2002) apabila seluruh elemen kinerja
meliputi kuantitas, kualitas, ketepatan waktu, kehadiran, dan kemampuan bekerja
sama sudah terlaksana dengan baik pula karena suatu rumah sakit dituntut harus
memberikan pelayanan yang prima dengan mengikuti perkembangan teknologi sarana
prasarana serta studi berkaitan dengan bidang kesehatan yang semakin berkembang
pula.
Kualitas
kehidupan kerja dipandang sebagai konsep yang luas, mencakup kondisi kerja yang
sehat dan aman yang memungkinkan karyawan untuk mengembangkan kemampuannya
dalam bekerja (Dino,
Ismail, & Zahara, 2019). Penciptaan kualitas kehidupan kerja
pada rumah sakit sangat diperlukan. Kualitas kehidupan kerja adalah
persepsi-persepsi karyawan bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif
merasa puas dan mendapat kesempatan mampu tumbuh dan berkembang selayaknya
manusia (Cascio
& Boudreau, 2010).
Rumah sakit sebagai bagian dari lembaga penyelenggaraan pelayanan publik, dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas, profesional, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur
kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait. Untuk itu diperlukan peningkatan
kinerja perawat. Dari semua penjelasan yang telah dipaparkan diatas maka dengan ini
penulis merasa tertarik untuk mencoba menggali lebih jauh lagi
tentang pengaruh kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja perawat, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul �pengaruh gaya kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon�.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian studi kasus di rumah sakit umum daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon dalam kategori penelitian
asosiatif kausal bertujuan untuk� meneliti dan mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang� digunakan�
dalam� penelitian� ini adalah�
metode survei dan� metode�
kuantitatif. Menurut (Sugiyono & Kuantitatif, 2014) metode
survei adalah� metode�
penelitian� kuantitatif� yang��
digunakan untuk mendapatkan�
data� yang� terjadi pada masa lampau atau pada saat ini,
tentang keyakinan, pendapat, karakteristik,�
perilaku, hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang
sosiologis� dan psikologis dari sampel yang diambil dari
populasi tertentu, teknik pengumpulan�
data dengan pengamatan kuesioner yang tidak mendalam dan hasil
penelitian�� cenderung untuk
digeneralisasikan. Menurut (Sugiyono & Kuantitatif, 2014)
metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen� penelitian,analisis data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.
Dalam
penelitian survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan
kuesioner. Pendekatan kuantitatif digunakan karena data yang akan digunakan
untuk menganalisis pengaruh antar variabel dinyatakan dengan angka. Pendekatan� kualitatif�
yang� dilakukan� yaitu�
dengan mengambil data sekunder dari pihak rumah sakit. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan data yaitu menggunakan� angket yang berupa sejumlah� pertanyaan�
yang� diberikan kepada responden
untuk di isi
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Penelitian
ini akan menjelaskan hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari
variabel-variabel yang akan diteliti (X), yaitu kepemimpinan, etos kerja dan
kualitas kehidupan kerja terhadap variabel dependen (Y) kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
Hasil dan Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian tentang
pengaruh gaya kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja
perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon ini dimaksudkan untuk memberi
gambaran dan kejelasan serta pemahaman yang diperoleh� dari hasil analisis data sebagai� berikut:
1.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat RSUD
Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin demokratis
gaya kepemimpinan yang diterapkan maka akan semakin tinggi
kinerja perawatnya. Gaya kepemimpinan yang perlu dipertahankan terutama pada aspek melibatkan pegawai dalam hal pengambilan keputusan dan perlu meningkatkan aspek di mana pimpinan harus memperhatikan kepentingan pegawai maupun kepentingan rumah sakit. Hasil penelitian ini didukung� oleh� teori� yang� dikemukakan oleh (Amirullah, 2015), kepemimpinan adalah orang yang memiliki wewenang untuk� memberi� tugas, mempunyai kemampuan untuk� membujuk� atau� mempengaruhi orang�
lain dengan�
melalui�
pola hubungan� yang� baik� guna� mencapai� tujuan yang� telah ditentukan� dan� didukung� oleh� teori� yang� dikemukakan� oleh �(Kartika,
2014), ciri-ciri� gaya kepemimpinan demokratis adalah� sebagai� berikut:� pertama, keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan� dan bawahan. Kedua, komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan
dan ketiga, banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat.
Selain itu� hasil� penelitian� ini� juga� mendukung� penelitian sebelumnya� yang dilakukan oleh (Wibowo, 2012) dengan judul pengaruh �Gaya Kepemimpinan Dan Pelatihan Kinerja Terhadap Kinerja Karyawan� studi khasus pada PT Sarihusada Generasi Mahardhika Yogyakarta� yang� dimana gaya� kepemimpian,� pelatihan� kerja, secara� persial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Hasil survei penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perawat
yang perlu dipertahankan adalah pada aspek dimana setiap pekerjaan
yang diberikan kepada perawat dikerjakan dengan hati-hati. Sedangkan kinerja perawat yang perlu ditingkatkan adalah pada aspek di mana perawat harus dapat memberikan
pelayanan yang jauh lebih baik kepada
pasein yang datang ke RSUD Arjawinangun.
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan staf, menggunakan kekuasaan posisi untuk mendorong
ide dari staf, memberikan informasi seluas-luasnya. Diantara ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yang sudah terlihat pada kepala ruang di RSUD Arjawinangun adalah adanya pelimpahan
sebagian wewenang kepada bawahan, keputusan dibuat secara musyawarah, prakarsa dapat datang dari bawahan, pengawasan
tidak ketat. Namun ada beberapa
yang belum dilakukan oleh kepala ruang diantaranya
belum meratanya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, kritik yang lebih banyak diberikan daripada pujian, ketidak bebasan memilih kelompok bekerja yang merupakan bukti yang nampak pada gaya kepemimpinan di RSUD Arjawinangun, sehingga menyebabkan gaya kepemimpinan hanya pada kategori sedang. Pemimpin dalam melaksanakan tugas tersebut seorang dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya: kematangan, kecerdasan, motivasi dan hubungan manusiawi.� Faktor kematangan diantaranya adalah jenis kelamin
dan usia yang tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua,
yang memiliki kematangan
dan kestabilan emosi, sedangkan faktor kecerdasan diantaranya adalah kecerdasan berfikir yang biasanya berhubungan dengan� tingkat� pendidikan (Djaelani, 2013).
2.
Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kinerja Perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon
Hasil analisis data secara statistik
membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel etos kerja terhadap kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon, ini ditunjukkan dari nilai standardized coefficients beta sebesar 0.712, selain itu dapat dilihat dari
nilai t_hitung variabel etos kerja sebesar 9.369 dengan nilai sig 0,000 maka secara parsial dapat dikatakan bahwa
hipotesis etos kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon dapat diterima.
Faktor pertama yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah etos kerja. etos adalah aspek evaluatif sebagai sikap mendasar
terhadap diri dan
dunia� mereka
yang direfleksikan�
dalam� kehidupannya (Khasanah dalam Mimin, 2016). Etos kerja yang tinggi seyogyanya dimiliki setiap pegawai atau pemimpin
di suatu lembaga, ini sangat membutuhkan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari setiap pegawai,
kalau tidak organisasi akan sulit berkembang, dan memenangkan persaingan dalam merebut pangsa
pasarnya.
(Tasmara, 2002) menjabarkan etos kerja yang seharusnya dimiliki oleh seorang pegawai adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya
mengekspresikan, memandang,
meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak
dan meraih amal yang
optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik. Perawat
RSUD Arjawinangun yang memiliki etos kerja
tinggi dapat dilihat dari aspek
kerja keras. Kerja keras adalah
perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
Adanya sikap kerja keras
akan membuka pandangan dan sikap bersungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja. Etos kerja
juga ditunjukkan dari sikap tanggung jawab perawat RSUD Arjawinangun. Seorang perawat RSUD Arjawinangun yang mengerjakan tanggung jawab tugasnya dengan sungguh-sungguh, maka hal ini menunjukkan kuatnya kesungguhan dan ketekunan mereka dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan
oleh (Saleha, 2020) tentang �Pengaruh Lingkungan Kerja, Etos Kerja Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Bina Marga Propinsi Sulawesi Tengah�. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Bina Marga Propinsi Sulawesi Tengah.
Perawat yang memiliki etos kerja yang tinggi yang disebabkan karena kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan dan memiliki prinsip untuk tidak
membuang waktu luang maka hal
ini akan meningkatkan pelayanan yang baik, misalnya perawat akan berusaha
memanfaatkan kemampuan, meningkatkan mutu, semangat dalam bekerja, mengembangkan diri dalam meningkatkan
kemampuan bekerja, meningkatkan mutu dan efisiensi. Didalam dunia kerja, ketika seseorang
perawat mempunyai penilaian sangat positif terhadap hasil kinerja, maka etos kerjapun akan meningkat.
Dan ketika seseorang perawat merasa bahwa pekerjaan merupakan suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan
cita-cita, maka etos kerja pun secara langsung akan meningkat.
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat etos kerja yang dimiliki perawat semakin tinggi pula kinerja perawat dalam melakukan pekerjaannya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat etos kerja perawat,
semakin rendah pula kinerja yang diberikan oleh perawat RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
3.
Pengaruh Kualitas Kehidupan
Kerja Terhadap Kinerja Perawat
RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon
Hasil analisis data secara statistik
membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon yang ditunjukkan dari nilai standardized coefficients beta sebesar 0.227, selain itu dapat dilihat dari
nilai t_hitung variabel kualitas kehidupan kerja sebesar 2.991 > dari nilai t_tabel 2,73 dengan nilai sig sebesar 0,004 < dari nilai 0,05 dan ini
membuktikan bahwa secara parsial hipotesis kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon dapat diterima.
Nilai yang positif tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kualitas kehidupan kerja mempengaruhi tingkat kinerja perawat, dan nilai yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja perawat. Kualitas kehidupan kerja perlu diciptakan oleh organisasi untuk memberikan keseimbangan pada karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Secara umum kualitas kehidupan
kerja mencakup aktivitas-aktivitas yang ada di dalam rumah sakit,
seperti kesehatan dan keselamatan mencakup perlindungan dari kesehatan serta peningkatan kesehatan. Apabila kondisi kesehatan perawat baik maka peningkatan
kinerja akan lebih baik. Ekonomi
dan kebutuhan keluarga, pemberian gaji tinggi sangat mempengaruhi
kinerja, karena mereka akan lebih
semangat dalam bekerja. Kebutuhan sosial seperti dengan adanya teman
baik ditempat kerja akan lebih meningkatkan semangat dalam bekerja. Kebutuhan penghargaan, dengan dihargainya perawat bekerja di rumah sakit
secara pasti mereka akan meningkatkan
kinerja dalam bekerja.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) yaitu kualitas kehidupan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja terbukti. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mahardikawanto, 2013) menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
4.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Etos Kerja dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Kinerja Perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon
Berdasarkan hasil uji analisis
statistik yang dilakukan secara simultan pada variabel bebas dan terikat yang
mana hasilnya adalah dapat dijelaskan dari nilai F_hitung ketiga variabel
sebesar 37.356. Dimana nilai F_hitung ini lebih besar dari nilai F_tabel =
2,73
dengan nilai signifikansi dari ketiga variabel itu sebesar 0,000 lebih kecil
dari 0,05 maka dengan ini jelas dikatakan jika hipotesis yang didapat adalah Ha
di terima dan Ho di tolak.
Selain dari nilai F_hitung di
dapatkan juga hasil nilai dari adjusted r
square dari ketiga variabel ini sebesar 0.589, ini berarti variabel independent gaya kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependent kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon dalam memberikan pelayanan sebesar 58,9 % sedangkan sisanya 41,1 % dipengaruhi oleh faktor lain
dilingkungan kerja RSUA
Arjawinangun Kabupaten Cirebon itu sendiri.
Dan dari hasil analisis statistik
ini pun diketahui bahwa adanya hubungan yang sangat kuat secara bersama-sama
antara variabel gaya kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja perawat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon yang ditunjukkan oleh nilai R
sebesar� 0.778.
Karena saat ini dalam pelayanan kesehatan sekarang
ini, pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Pasien sekarang cenderung kritis
dan menuntut pelayanan berkualitas baik. Etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka etos
kerja mengandung makna sebagai aspek
evaluatif yang dimiliki
oleh individu atau kelompok dalam memberikan penilaian terhadap kegiatan kerja.
Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja adalah
unsur penilaian, maka penilaian bisa positif dan negatif. Etos kerja
positif atau tinggi akan menunjukkan
penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja, menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia, kerja dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan, membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan
cita-cita serta sebagai bentuk ibadah.
Selain itu kualitas kehidupan kerja merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian organisasi (Oh & Lewis, 2013). Hal ini merujuk pada pemikiran bahwa kualitas kehidupan kerja dipandang mampu untuk meningkatkan
kinerja dan peran serta karyawan terhadap organisasi. Menurut (Hasibuan, 2002) pada teori quality of work life dikatakan bahwa para manajer memberikan kesempatan bagi para karyawan untuk mendesain pekerjaan mereka tentang apa yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk atau jasa
agar mereka dapat bekerja secara efektif. Karena dengan pemberian kualitas kehidupan kerja karyawan yang semakin tinggi, maka kinerja
karyawan akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh (Do R�go, Supartha, & Yasa, 2017) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja karyawan.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: pertama, berdasarkan hasil uji analisis
regresi dapat diketahui bahwa ketiga variabel bebas ini dalam mempengaruhi kinerja perawat sebesar 58,9% ini artinya ada faktor lain
sebesar 41,1% yang tidak masuk dalam penelitian ini. Sedangkan dilihat dari hasil nilai R sebesar 0.778� maka ini
dapat dipastikan bahwa secara korelasi ketiga variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai hubungan yang kuat secara bersama-sama. Kedua, Sedangkan dari hasil pengujian
secara parsial (uji t) yang dapat dilihat dari hasil t_hitung ketiga variable > dari nilai t_tabel 1.993 dengan nilai signifikasi < dari
nilai 0,05 maka dengan ini jelas diketahui jika variabel gaya kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja memberikan pengaruh positif yang
signifikan terhadap variabel kinerja perawat pada saat memberikan pelayanan kepada pasein yang datang ke RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Ketiga, hasil pengujian hipotesis secara
simultan (uji F) diketahui bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, hal ini dilihat
dari nilai F_hitung sebesar 37.356 > dari nilai F_tabel 2,73. Ini artinya variabel gaya kepemimpinan, etos kerja dan kualitas kehidupan kerja merupakan beberapa faktor yang juga sangat mempengaruhi kinerja perawat kepda pasein
yang datang ke RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
����������������������������������������������������
BIBLIOGRAFI
Amirullah. (2015). Pengantar Manajemen. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Cascio, Wayne, & Boudreau, John. (2010). Investing in people:
Financial impact of human resource initiatives. Ft Press.
Danim, Sudarwan. (2010). Profesionalisasi dan etika profesi guru. Bandung:
Alfabeta.
Dino, Vallent Aflan, Ismail, Muhammad, & Zahara, Anzu Elvira. (2019). Pengaruh
Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Pt.
Jasa Raharja Cabang Jambi. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Djaelani, Moh Solikodin. (2013). Peran pendidikan agama Islam dalam
keluarga dan masyarakat. Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(2), 100�105.
Do R�go, Elvino Bonaparte, Supartha, Wayan Gede, & Yasa, Ni Nyoman
Kerti. (2017). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan
pada Direktorat Jendral Administrasi dan Keuangan, Kementerian Estatal Timor
Leste. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 6(11),
3731�3764.
Handoko, Riwidikdo. (2013). Statistik kesehatan dengan aplikasi SPSS
dalam prosedur penelitian. Yogyakarta: Rohima Press.
Hasibuan, Malayu S. P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Penerbit, PT. Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu S. P. (2012). Manajemen sumber daya manusia Jakarta:
Bumi Aksara.
Husnawati, Ari. (2006). Analisis pengaruh kualitas kehidupan kerja
terhadap kinerja karyawan dengan komitmen dan kepuasan kerja sebagai
intervening variabel (studi pada Perum Pegadaian Kanwil VI Semarang).
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Kartika, Hendra. (2014). Pembelajaran matematika berbantuan software
matlab sebagai upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan minat
belajar siswa SMA. JUDIKA (Jurnal Pendidikan Unsika), 2(1).
Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar: Manajemen Keperawatan.
Laksono, Paschalis Maria. (2005). Social science associations. Social
Science and Power in Indonesia, 221�246.
Logahan, Jerry Marcellinus. (2009). Pengaruh lingkungan kerja dan stres
pekerjaan terhadap kinerja pekerja di pt nemanac rendem. Jurnal Ilmu
Komunikasi.
Mahardikawanto. (2013). Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, dan
Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Kinerja Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang.
Skripsi. . Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. (2016). Manajemen sumber daya manusia
perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya.
Mangkuprawira, Sjafri, & Hubeis, Aida Vitayala. (2007). Manajemen mutu
sumber daya manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mathis. (2002). Projection of an immunological self shadow within the
thymus by the aire protein. Science, 298(5597), 1395�1401.
Mimin, Sumiati. (2016). Motivasi dan Etos Kerja Pada Masyarakat Jepang
Terhadap Kebangkitan Jepang di Bidang Ekonomi Pasca Perang Dunia II. Universitas
Darma Persada.
Oh, Seong Soo, & Lewis, Gregory B. (2013). Performance ratings and
career advancement in the US Federal Civil Service. Public Management Review,
15(5), 740�761.
Robbins, Stephen P. (2009). organisational behaviour in Southern Africa.
Pearson South Africa.
Saleha, Saleha. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja, Etos Kerja Dan Budaya
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Bina Marga Propinsi Sulawesi Tengah. Katalogis,
4(3).
Siagian, Sondang P. (2003). Manajemen sumber daya manusia.
Sugiyono, M. P. P., & Kuantitatif, P. (2014). Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta.
Susilaningsih, Nur. (2008). Pengaruh kepemimpinan, disiplin, motivasi,
pengawasan, dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai (studi Pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Wonogiri). STIE AUB Surakarta, 1(2).
Tasmara, Toto. (2002). Membudayakan etos kerja Islami. Gema Insani.
Wahyuddin, Wawan. (2016). The Relationship between of Teacher Competence,
Emotional Intelligence and Teacher Performance Madrasah Tsanawiyah at District
of Serang Banten. Higher Education Studies, 6(1), 128�135.
Wahyuni, Fitri Arofiati. (2011). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Perawat tentang Kode Etik Keperawatan dan Hukum Kesehatan dengan Kinerja
Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Suara Forikes, 11(2), 117.
Wibowo, Dionysius Dendy. (2012). Pendidikan karakter: Strategi
membangun karakter bangsa berperadaban. Pustaka Pelajar.