�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 2,
No 9 September 2017
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR INSPEKTORAT KOTA CIREBON
Mahfud
Sekolah Tinggi
Ilmu Bahasa Asing (STIBA) Invada
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengukur
seberapa tinggi dampak dan pengaruh yang ditimbulkan gaya kepemimpinan serta
kompoensasi atas kinerja pegawai Kantor Inspektorat Kota Cirebon. Penelitian
ini bermetodekan deskriptif analisis. Populasi dalam penelitian ini� adalah� pegawai Kantor Inspektorat Kota Cirebon sebanyak 104
orang, sampel 83 orang. Analisis data menggunakan analisis regresi linier ganda. Hasil analisis data menunjukkan dampak yang cukup signifikan dari gaya kepimpinan..
Hasil uji t diperoleh bahwa nilai thitung variabel Gaya
Kepemimpinan� (X1) memiliki
nilai sebesar p-value 0,018 < 0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung
2,411 > ttabel 1,990 artinya diterima. Hal tersebut berarti Gaya
Kepemimpinan� (X1) secara
parsial berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai�
(Y). Besarnya pengaruh Gaya Kepemimpinan�
terhadap Kinerja Pegawai�� sebesar� 7,4%.�
Terdapat pengaruh Kompensasi� terhadap Kinerja Pegawai.� hasil uji t diperoleh bahwa nilai thitung
variabel Kompensasi� (X2)
memiliki nilai sebesar p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung
4,635 > dari ttabel 1,990 artinya diterima. Artinya
Kompensasi� (X2) secara
parsial berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai (Y). Besarnya pengaruh Kompensasi�
terhadap Kinerja Pegawai��
adalah sebesar 21,7%. Terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan� dan Kompensasi� secara bersama-sama terhadap
Kinerja Pegawai. Hasil� uji anova atau F test didapat Fhitung
sebesar� 14,822 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Hal itu berarti variabel Gaya Kepemimpinan� (X1) dan Kompensasi �(X2)
berpengaruh secara bersama-sama (Simultan) terhadap Kinerja Pegawai (Y). Hasil
uji F tersebut memiliki nilai p-value 0,000 < 0,05 artinya
signifikan, sedangkan Fhitung 14,822 > dari Ftabel 3,110
artinya diterima. Tingginya dampak yang ditimbulkan gaya kepemimpinan serta
kompensasi atas kinerja pegawai memiliki nilai dikisaran 27%.
Kata Kunci: Kepemimpinan,
Kompensasi, Kinerja Pegawai
Pendahuluan
Tantangan terbesar organisai pemerintahan tidak pada pelaksanaan tugas maupun kewajiban secara umum, melainkan bagaimana pelaksanaan tugas maupun tanggung jawab tetap berpegangan erat pada komitmen dan nilai-nilai luhur peradaban bangsa serta prinsip good governance. Pelaksanaan peran dan tanggung jawab pembangunan organisasi pemerintah, sebagaimana yang diterangkan di atas, tidak hanya tertuju pada cita-cita organisasi itu sendiri, melainkan cita-cita bangsa dan negara, sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan orientasi di atas, organisasi publik��sebagaimana operator pelaksana kebijakan dan pemerintahan��wajib menaruh perhatian lebih atas hal-hal yang sebagaimana diuraikan di atas tersebut, terlebih pada keberadan sumber daya manusia sebagai pilar penting dalam terwujudkan good governance. Good governance��sebagaimana diutarakan di atas��baru akan terwujud apabila terpenuhi beberapa syarat, dan salah satu syarat yang wajib terpenuhi adalah tingginya peran pegawai atau sumber daya manusia.
1
Namun pada kenyataanya tidak semua pegawai menampilkan kinerja yang baik, karena kinerja bukanlah hal yang konstan sehingga suatu saat bisa dalam keadaan prima, tapi di lain waktu terjadi penurunan. Hal ini terjadi pula pada Kantor Inspektorat Kota Cirebon. Dari survey pra penelitian tempat penelitian, Kantor Inspektorat Kota Cirebon masih memiliki pegawai dengan kinerja yang rendah. Rendahnya kinerja ditunjukkan dengan pekerjaan tidak mencapai target yang telah ditetapkan, volume kerja tidak meningkat dibanding dengan hasil kerja sebelumnya, kurang tepatnya metode dalam teknis pelaksanaan pekerjaan sehingga terjadi ketidakefesiensian baik dalam waktu maupun tenaga.
Secara keseluruhan banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja, diantaranya adalah gaya kepemimpinan.� Gaya kepemimpinan merupakan keterampilan pimpinan dalam mempengaruhi tindakan maupun perilaku orang lain. Apabila pemimpin mampu melaksanakan sebagaimana yang disebutkan, sebuah organisasi terpenting memiliki kemungkinan besar untuk dapat berhasil, serta mampu mencapai sasaran dan tujuan organisasil. Veithzal Rivai (2004: 64) mengemukakan :
�Gaya
kepepimpinan dapat diterjemahkan sebagai seluruh pola dam tindakan pemimpin
yang dilihat maupun tidak dilihat oleh bawahan. Gaya kepemimpinan juga dapat
diterjemahkan sebagai suatu strategi, hasil dari pencampuran, keterampilan,
sifat, falsafah, serta sikap yang kerap digunakan pemimpin dalam mempengaruhi
bawahan.�
Dalam pengamatan peneliti,
bersumber dari data serta fakta di lapangan, Kantor Inspektoran Kota Cirebon
secara umum menerapkan model demokratis sebagai gaya kepemimpinan yang
diterapkan. Gaya ini mengajak pegawai untuk ikut andil dalam mendelegasikan
kekuasaan, penentuan keputusan, serta mendorong peran serta partisipasi pegawai
dalam penentuan metode dan sasaran target yang hendak dicapai.
Kartini Kartono (2006:193)
mengemukakan :
�Dalam
kepemimpinan demokratis ada penekanan pada disiplin diri, dari kelompok untuk
kelompok. Akan tetapi, hal sebagaimana di atas, tidak serta merta mengurangi,
atau bahkan menghilangkan peran dari pemimpin sebagai pemangu kekuasaan. Hal
ini justru memberi penguatan pada pemimpin agar semakin didukung oleh seluruh
anggota. Pola sebagaimana diterangkan di atas tersebut juga dapat memungkinkan
pemimpin menampung pikiran dan/atau aspirasi dalam bentuk perbuatan yang lebih
riil. Semua permasalahan dihadapi dan dipecahkan secara bersama-sama.�
Dengan gaya
kepemimpinan yang diterapkan, diharapkan kinerja pegawai terus meningkat. Selain
gaya kepemimpinan, untuk
menjamin tercapainya kinerja yang optimal, pimpinan juga dapat mencurahkan
perhatian melalui pemberian kompensasi, karena kompensasi sendiri adalah bentuk
apresiasi organisasi terhadap pegawai dengan kriteria tertentu. Kompensasi
menurut Malayu S.P. Hasibuan (2010) adalah keseluruhan pendapatan��baik
berbentuk uang, barang langsung maupun non langsung��yang diberikan oleh
organisasi pada pegawai sebagai apreasiasi atas jasa atau kinerjanya yang
dinilai baik.
Dari uraian sebagaimana
disebut di atas, kompensasi memiliki peran khusus dalam peningkatan kinerja.
Sebab, jika dinilai dari bentuk, kompensasi dapat memberi motivasi lebih pada
pegawai untuk dapat mencukupi kebutuhan melalui kompensasi. Seseorang akan
bekerja secara maksimal agar mendapat kompensasi yang sesuai. Dalam suatu
instansi, pegawai senantiasa mengharapkan penghasilan yang lebih memadai.
Dalam Peraturan Pemerintah
No. 26 tahun 2001 telah disepakati mengenai penggajian dengan orientasi pangkat
dan golongan, adapun tentang kompensasi lain seperti insentif dan lain-lain
dapat diatur dan dikelola oleh masing-masing instansi. Kompensasi sangat
penting bagi pegawai, hal ini karena kompensasi merupakan sumber penghasilan
bagi mereka dan keluarganya. Di sisi lain, menurut beberapa pihak, kompensasi
merupakan cerminan status sosial dari seorang pegawai. Kompensasi juga menjadi
suatu gambaran status sosial seorang pegawai. Peningkatan kualitas pekerjaan
dan kinerja sangat mungkin dilakukan untuk mendapat kompensasi itu sendiri.
Sehingga, berdasarkan apa yang dijelaskan di atas, kompensasi dapat diberikan
agar dapat lebih meningkatkan kinerja dan kualitas pekerjaan pegawai.
Berdasarkan latar
belakang masalah, faktor gaya kepemimpinan dan kompensasi menjadi unsur utama
peneliti dalam mengajukan judul penelitian yaitu:� "Pengaruh
Gaya Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Inspektorat
Kota Cirebon�.
Metodelogi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Inspektorat Kota Cirebon. Tempat
penelitian tersebut dipilih karena berbagai hal. Selain dekat dan mudah
dijangkau, baik dari sisi waktu dan tempat, peneliti sendiri merupakan PNS di
Kantor tersebut, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan tiap-tiap proses
penelitian.
Untuk metode penelitian, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis.
Metode deskriptif analisis sendiri adalah metode yang bertujuan untuk memberi
gambaran, dengan tujuan memecahkan permasalahan melalui pengumpulan,
penyusunan, dan penjelasan data yang diperoleh dari proses pengumpulan data
(Surakhmad: 1994).
Dalam penjelasannya mengenai sampel dan populasi, Sugiyono (2010)
menerangkan bahwa sampel merupakan karakteristik dan jumlah yang dimiliki oleh
populasi. Sambung Sugiyono, dalam pengertiannya, populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri tas objek/subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu. Adapun terkait populasi dan sampel, dalam tulisan ini,
peneliti secara khusus menerangkan bahwa populasi yang digunakan disini adalah
pegawai Kantor Inspektorat Kota Cirebon yang berjumlah 104 pegawai. Sedangkan
untuk sampel, peneliti menggunakan teori Slovin yang dikemukakan Husein Umar
(2005). Menurutnya, untuk menentukan sampel, peneliti harus menggunakan rumus
se sebagaimana berikut:
Penetapan
jumlah sampel minimal digunakan rumus Slovin :
Keterangan:
N��������� = Populasi������������������
e���������� = Tingkat kesalahan yang bisa
ditoleransi ( 5 %� = 0,05 )
n��������� =�
sampel
Sumber :
Husein Umar (2005:78)���
Besarnya
sampel yang diambil berdasarkan hasil perhitungan adalah :
Maka
ditetapkan sampel sebanyak 83 orang
����������� Konversi data
dilakukan sebagai persyaratan untuk menggunakan statistik parametrik, karena
jenis data yang peneliti� kumpulkan
merupakan data ordinal (rangking) maka harus dikonversi menjadi data interval
(jarak antar data bobotnya sama).
Dalam mengkonversi data
ordinal ke interval peneliti� menggunakan
Metode of Successive Interval (MSI) dengan bantuan
aplikasi MS. Excel 2007. Sedangkan untuk mengukur kualitas data,
peneliti menggunakan 2 pengujian. Pengujian pertama adalah pengujian tentang
validitas data. Sedangkan pengujian yang kedua adalah pengujian reliabilitas
data.
Uji validitas dilakukan
guna mengukur tingkat keabsahan suatu instrumen digunakan untuk mengetahui
valid (sahih) tidaknya instrumen melalui analisis pada masing-masing bulir
itemnya. Untuk menguji
validitas instrumen menggunakan program SPSS, secara teoritis
menerapkan rumus korelasi
Product Moment dengan angka kasar yaitu:�
(Suharsimi Arikunto, 1997:69)
Keterangan
:
rxy� = Koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y, dua variabel yang�
��� dikorelasikan.
Instrumen
penelitian yang baik, selain� valid, juga
harus reliabel artinya mempunyai nilai ketepatan yang tinggi� bila diujikan pada kelompok yang sama, waktu
yang berbeda, namun menghasilkan hasil yang serupa dari hasil pertama.
Untuk perhitungan reliabilitas dilakukan langkah - langkah sebagai
berikut :
a)
Mencari varian tiap bulir soal lalu
dijumlahkan
b)
Mencari varian total
c)
Memasukkan
ke dalam rumus alpha
Selanjutnya didistribusikan ke dalam rumus alpha sebagai berikut :
Sumber: Suharsimi Arikunto (1996:191)
Keterangan :
r11���� ����������� = reliabilitas instrumen
k���������������� = banyaknya butir
pertanyaan atau banyaknya soal.
Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui kenormalan populasi yang
ditunjukan oleh kenormalan distribusi data sampel. Perhitungan untuk menguji
normal tidaknya variabel X dan Y digunakan statistik non parametrik Chi-Kuadrat
dengan
bantuan program SPSS.
Dwi
Priyatno (2009:40) mengemukakan bahwa uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas,
yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Uji
multikolinieritas dengan melihat nilai inflation
factor (VIF) pada model regresi. Jika VIF > 5, diartikan bahwa variabel
memiliki masalah terkait multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya.
Menurut Bhuono Agung
Nugroho (2005:63) Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang
lain. Lebih lanjut Bhuono Agung Nugroho (2005:63) mengemukakan bahwa cara menelisik
keberadaan heteroskedastisitas pada sebuah model dapat dilakukan melalui pola Scatterplot model tersebut. Analisis
gambar sebagaimana penjabaran di atas dapat dilakukan jika:
1) Beberapa
titik data meluas di atas, bawah, maupun disekitaran angka 0;
2) Titik-titik
yang dimaksud tidak hanya berkumpul di atas maupun di bawah semata;
3) Penyebaran
titik sebagaimana penjabaran sebelum tidak diperkenankan membentuk pola-pola
bergelombang yang menyempit dan melebar setelahnya;
4) Penyebaran
titik sebagaimana uraian sebelumnya tidak diperkenan membentuk pola-pola
tertentu;
Bhuono Agung Nugroho (2005:63)
mengungkapkan bahwa uji autokorelasi diterapkan guna mengetahui keberadaan penyimpangan
asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yangterjadi antararesidual pada satu
pengamatan dengan pengmatan lain pada model regresi. Selanjutnya Bhuono Agung Nugroho
(2005:60) :
�Patokan nilai Durbin Watson mendekati angka 2 dapat
diterakan guna mengetahui percepatan autokorelasi pada sebuah model. Jika nilai
menunjukan angka 2 atau sekitarnya, model yang dimaksud dinyatakan terlepas
dari asumsusi klasi terkait autokorelasi, sebab angka 2 pada pengujian ini
berada pada daerah No Autoccorellatuion.�
Penentuan letak dibantu
dengan tabel� dL dan dU, dibantu dengan
nilai k (jumlah variabel independen). Pengujian ini digambarkan sebagai
berikut:
Gambar
1
Daerah
Penerimaan pada Uji Durbin Watson
0 dl du 2 4-du 4-dl 4 Menolak Ho bukti auto korelasi
positif Daerah� keragu raguan Menerima Ho tidak ada
autokorelasi Daerah� keragu raguan Menolak Ho bukti auto korelasi
negatif
Sumber: Dwi
Prayitno (2009:29)
Uji t memiliki tujuan untuk mengukur besar kecilnya pengaruh yang
ditimbulkan variabel independen secara parsial atas variabel dependen. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Dwi Prayitno (2009:83) yang menyatakan bahwa uji t diterapkan guna mengukur keberadaan dampak
variabel independen atas variabel dependen pada kacamata parsial. Adapun rumus t hitung
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
r = koefisien korelasi parsial
k = jumlah variabel independen
n = jumlah data atau kasus� (Dwi Prayitno, 2009:84)
dengan ketentuan : jika t hitung > t tabel, maka Ho
diterima.
Sementara uji F memiliki tujuan untuk mengetahui
keberadaan dampak keseluruhan yang timbul dari variabel independen atas varibe
dependen. Dwi Prayitno (2009:81) menyatakan bahwa uji F diterapkan guna mengetahui dampak bersama
dari variabel independen ke variabel dependen. F hitung dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
R2 ���� = koefesien determinasi
n������� =
jumlah data atau kasus
k������� =
jumlah variabel independen� (Dwi
Prayitno, 2009:81)
Dengan ketentuan: jika F hitung > F tabel, maka Ho
ditolak.
Untuk memudahkan perhitunga, uji t dan uji F
dihitung menggunakan bantuan program SPSS.
Untuk memperoleh taksiran
nilai-nilai variabel Y dan nilai-nilai variabel X1 dan X2
serta arah pengaruh yang diakibatkan oleh nilai-nilai tersebut maka digunakan
analisis regresi ganda. Penelitian ini melibatkan variabel X1 (gaya
kepemimpinan) dan variabel X2 (kompensasi) serta variabel Y yaitu
kinerja pegawai secara simultan, dilakukan analisis regresi berganda menggunakan rumus:
Sumber : Sugiyono (2010:211)
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Penelitian
1.
Pengolahan
Dan Analisis Data
a.
Konversi
Data Ordinal ke Interval
Konversi data dilakukan sebagai persyaratan untuk
menggunakan statistik Parametrik, karena jenis data yang penulis kumpulkan
merupakan data ordinal (rangking)
maka harus dikonversi menjadi data interval (jarak antar data bobotnya sama).
Model perhitungan konversi data yang digunakan yaitu
dengan menggunakan Method
of Successive Interval (
b.
Uji
Validitas
Pengujian validitas instrumen perhitungannya memaksimalkan
Program SPSS (Statistical Package for Social Science)
versi 17, dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 (5%). Dengan kriteria
pengujian, jika taraf signifikansinya lebih kecil dari 0,05 , maka item
instrumen penelitian dinyatakan valid.
Adapun hasil uji validitas seluruh item instrumen
penelitian untuk variabel X1 variabel X2 �dan variabel Y disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1
Hasil perhitungan uji validitas
seluruh item� instrumen variabel X1
|
TOTAL |
||
|
Pearson Correlation |
Sig. (2-tailed) |
N |
TOTAL |
1 |
|
83 |
VAR00001 |
.614** |
.000 |
83 |
VAR00002 |
.518** |
.000 |
83 |
VAR00003 |
.525** |
.000 |
83 |
VAR00004 |
.236* |
.032 |
83 |
VAR00005 |
.509** |
.000 |
83 |
VAR00006 |
.517** |
.000 |
83 |
VAR00007 |
.447** |
.000 |
83 |
VAR00008 |
.600** |
.000 |
83 |
VAR00009 |
.463** |
.000 |
83 |
VAR00010 |
.464** |
.000 |
83 |
VAR00011 |
.546** |
.000 |
83 |
VAR00012 |
.469** |
.000 |
83 |
VAR00013 |
.386** |
.000 |
83 |
VAR00014 |
.317** |
.004 |
83 |
VAR00015 |
.455** |
.000 |
83 |
VAR00016 |
.280* |
.010 |
83 |
VAR00017 |
.650** |
.000 |
83 |
VAR00018 |
.404** |
.000 |
83 |
VAR00019 |
.572** |
.000 |
83 |
VAR00020 |
.369** |
.001 |
83 |
Berdasarkan data tabel di atas
dapat dilihat bahwa dari 20 item pertanyaan taraf signifikansinya kurang dari
0,05, maka seluruh instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid, sehingga
dapat dipergunakan untuk penelitian.
Tabel
2
Hasil
perhitungan uji validitas seluruh item� instrumen
variabel X2
|
TOTAL |
||
|
Pearson Correlation |
Sig. (2-tailed) |
N |
TOTAL |
1 |
|
83 |
VAR00001 |
.279* |
.011 |
83 |
VAR00002 |
.488** |
.000 |
83 |
VAR00003 |
.162 |
.144 |
83 |
VAR00004 |
.375** |
.000 |
83 |
VAR00005 |
.345** |
.001 |
83 |
VAR00006 |
.496** |
.000 |
83 |
VAR00007 |
.714** |
.000 |
83 |
VAR00008 |
.580** |
.000 |
83 |
VAR00009 |
.758** |
.000 |
83 |
VAR00010 |
.538** |
.000 |
83 |
VAR00011 |
.541** |
.000 |
83 |
VAR00012 |
.676** |
.000 |
83 |
VAR00013 |
.626** |
.000 |
83 |
VAR00014 |
.722** |
.000 |
83 |
VAR00015 |
.671** |
.000 |
83 |
VAR00016 |
.647** |
.000 |
83 |
VAR00017 |
.598** |
.000 |
83 |
VAR00018 |
.614** |
.000 |
83 |
VAR00019 |
.539** |
.000 |
83 |
VAR00020 |
.097 |
.382 |
83 |
Berdasarkan data tabel di atas
dapat dilihat bahwa dari 20 item pertanyaan ada yang taraf signifikansi lebih
besar dari 0,05, yaitu nomor item 3 dan 20 sementara yang lainnya kurang dari
0,05, maka hanya 18 instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid dan dapat
dipergunakan untuk penelitian, dua item tidak digunakan dalam analisis data.
Tabel
3
Hasil
perhitungan uji validitas seluruh item�
instrumen variabel Y
|
Total |
||
|
Pearson Correlation |
Sig. (2-tailed) |
N |
total |
1 |
|
83 |
VAR00001 |
.655** |
.000 |
83 |
VAR00002 |
.653** |
.000 |
83 |
VAR00003 |
.628** |
.000 |
83 |
VAR00004 |
.579** |
.000 |
83 |
VAR00005 |
.499** |
.000 |
83 |
VAR00006 |
.560** |
.000 |
83 |
VAR00007 |
.590** |
.000 |
83 |
VAR00008 |
.611** |
.000 |
83 |
VAR00009 |
.698** |
.000 |
83 |
VAR00010 |
.668** |
.000 |
83 |
VAR00011 |
.627** |
.000 |
83 |
VAR00012 |
.575** |
.000 |
83 |
VAR00013 |
.589** |
.000 |
83 |
VAR00014 |
.677** |
.000 |
83 |
VAR00015 |
.561** |
.000 |
83 |
VAR00016 |
.647** |
.000 |
83 |
VAR00017 |
.654** |
.000 |
83 |
VAR00018 |
.655** |
.000 |
83 |
VAR00019 |
.552** |
.000 |
83 |
VAR00020 |
.377** |
.000 |
83 |
Berdasarkan data tabel diatas
dapat dilihat bahwa dari 20 item pertanyaan taraf signifikansinya kurang dari
0,05, maka seluruh instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid, sehingga
dapat dipergunakan untuk penelitian.
c.
Uji Reliabilitas
Hasil� pengujian
reliabilitas variabel X1, variabel X2 dan variabel Y memaksimalkan
Program
SPSS 17 for Windows, diperoleh nilai
koefisien reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil perhitungan
reliabilitas variabel X1
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.809 |
20 |
Tabel 5
Hasil perhitungan
reliabilitas variabel X2
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.861 |
20 |
Tabel 6
Hasil perhitungan reliabilitas variabel Y
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.906 |
20 |
Tabel
di atas memperlihatkan nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk variabel X1 sebesar 0,809 dan untuk
variabel X2 sebesar 0,861 dan variabel Y sebesar 0,906. Sekaran
dalam Dwi Priyatno (2008:26) menerangkan Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah
kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Dengan demikian instrumen penelitian seluruh variabel �adalah reliabel dan dapat dipergunakan dalam
penelitian.�
d.
Uji Normalitas Data
Untuk menguji normal tidaknya data, peneliti
melakukan perhitungan dengan menggunakan Program
SPSS 17 For Windows dengan model pengujian Chi-Square Test, dengan ketentuan jika tingkat signifikansinya
lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji
normalitas data tersebut sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil perhitungan uji normalitas
Test Statistics |
|||
|
Gaya Kepemimpinan |
Kompensasi |
Kinerja Pegawai |
Chi-Square |
38.880a |
35.386b |
29.590c |
df |
35 |
33 |
34 |
Asymp. Sig. |
.299 |
.356 |
.684 |
a. 36 cells (100.0%) have expected frequencies less
than 5. The minimum expected cell frequency is 2.3. |
|||
b. 34 cells (100.0%) have expected frequencies less
than 5. The minimum expected cell frequency is 2.4. |
|||
c. 35 cells (100.0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 2.4. |
Berdasarkan perhitungan di atas uji normalitas data
variabel X1 (Gaya Kepemimpinan ) didapat nilai Chi-kuadrat χ2hitung = 38,880� sedangkan nilai� χ2tabel �pada taraf nyata 0,05 dan df = 35 didapat
χ2(0,05)(35) = 49,802. Dengan demikian nilai χ2hitung
= 38,880<χ2tabel�
= 49,802. Karena probabilitas di atas 0,05 (0,299>0,05) maka distribusi variabel X1
adalah normal.
Sementara uji normalitas data variabel X2
(Kompensasi ) didapat nilai Chi-kuadrat χ2hitung =
35,386 sedangkan nilai� χ2tabel
�pada taraf nyata 0,05 dan df = 33
didapat χ2(0,05)(33) = 47,40. Dengan demikian nilai
χ2hitung = 35,386<χ2tabel� = 47,40. Karena probabilitas di atas
0,05 (0,356 >0,05) maka distribusi variabel X2 (Kompensasi ) adalah
normal.
Selanjutnya�
uji normalitas data variabel Y (Kinerja Pegawai) didapat nilai
Chi-kuadrat χ2hitung = 29,590 sedangkan nilai� χ2tabel �pada taraf nyata 0,05 dan df = 34 didapat
χ2(0,05)(34) = 48,602. Dengan demikian nilai χ2hitung
= 29,590<χ2tabel�
= 48,602. Karena probabilitas di atas 0,05 (0,684 >0,05) maka
distribusi variabel Y (Kinerja Pegawai) adalah normal.
Dengan demikian, hasil uji normalitas menunjukkan
bahwa data ketiga variabel tersebut berdistribusi normal.
e.
Uji� Multikolinearitas
Uji
multikolinieritas melalui nilai inflation
factor (VIF) pada model regresi. Apabila VIF>5, diartikan bahwa variabel
tersebut memiliki masalah terkait �multikolinieritas dengan variabel bebas
lainnya:
Tabel
8
Hasil
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa |
|
|||
Model |
Collinearity Statistics |
|||
Tolerance |
VIF |
|||
1 |
(Constant) |
|
|
|
Gaya Kepemimpinan |
.991 |
1.009 |
||
Kompensasi |
.991 |
1.009 |
||
a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai |
|
|||
Dari
hasil tabel di atas diketahui nilai Variance
Inflation Factor (VIF) kedua variabel yaitu Gaya Kepemimpinan serta
Kompensasi adalah 1,009 lebih kecil dari 5, sehingga bisa diduga bahwa antar
variabel independen tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
f.
Uji
Heteroskedastisitas
Cara
mengetahui keberadaan heteroskedastisitas di suatu model tertenu dapat
dilakukan dengan meliha pola Scatterplot
model tersebut. Analisis gambar Scatterplot
sebagaimana di atas, akan menyebutkan suatu model regresi linier berganda
tidak memiliki heteroskedastisitas apabila:
1) Beberapa
titik data meluas, baik itu berada di atas, di bawah, maupun disekitaran angka
0;
2) Titik-titik
sebagaimana di atas tidak hanya berkumpul di wilayah atas maupun bawah saja;
3) Penyebaran
titik sebagaimana di atas tidak diperkenankan membentuk pola-pola tertentu yang
bergelombang, melebar, menyempit, serta melebar kembali setelahnya;
4) Penyebaran
titik sebagaimana di atas tidak diperkenankan membentuk pola;
Gambar� 2
GambarScatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
Gambar Scatterplot
di atas menunjukkan penyebaran beberapa titik sebagai berikut:
1)
Titik-titik data tidak berkumpul,
melainkan melebar pada bagian atas, bawah, maupun daerah di sekitar angka 0;
2)
Titik-titik sebagaimana gambar di atas
tidak hanya berkumpul pada area atas maupun bawah semata;
3)
Penyebaran titik tidak mengacu pada
pembentukan pola yang bergelombang, melebar, kemudian menyempit dan melebar
lagi setelahnya;
4)
Penyebaran titik-titik data sebaiknya berpola
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier
berganda sebagaimana uraian di atas tersebut lolos dari asumsi klasik heteroskesdastisitas,
serta layak diterapkan pada suatu penelitian.
g.
Uji Autokorelasi
Patokan nilai Durbin Watson dengan pendekatan angka hitung 2 dapat dijadikan
instrumen untuk mengetahui percepatan proses keberadaan autokorelasi pada
sebuah model. Apabila suatu nilai Durbin Watson hitung mendekati angka
tersebut, maka model dapat dinyatakan terbebas dari asumsi klasik autokorelasi.
Sebab, seperti diketahui, angka 2 sendiri berada di zona No Autoccorellatuion.
Tabel 9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb |
|||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Durbin-Watson |
1 |
.520a |
.270 |
.252 |
10.05203 |
1.842 |
a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Gaya
Kepemimpinan |
|||||
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai |
Hasil uji autokorelasi dengan Durbin
Watson menunjukkan angka 1.842. sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi
0,05 dan jumlah data 83, serta k =2 (k= jumlah variabel independen) diperoleh
nilai dL sebesar 1,440� dan dU sebesar
1,541. Karena nilai DW (1,842) berada pada daerah antara no autocorrelation sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
linier berganda lolos dari asumsi klasik. Seleras dengan apa yang telah
disampaikan pada uraian sebelumnya.
Gambar daerah penerimaan Durbin Watson
tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar
3
Daerah
Penerimaan pada Uji Durbin Watson
0 dL 1,440 dU 1,541 2 4-du 2,560 4-dl 2.459 4 Menolak Ho bukti auto korelasi
positif Daerah� keragu raguan Menerima Ho tidak ada autokorelasi Daerah� keragu raguan Menolak Ho bukti auto korelasi
negatif 1,842
h.
Pengujian Hipotesis
1)
Uji t
a)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan� (X1) terhadap Kinerja Pegawai� (Y)
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Gaya Kepemimpinan�
(X1) secara individual (parsial) terhadap Kinerja
Pegawai� (Y) dapat dilihat dari nilai t pada tabel Coefficients di bawah ini dengan kriteria pengujian jika tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis diterima. Adapun hasil
pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel
10
Uji
Hipotesis (t) variabel X1 terhadap Y
Coefficientsa |
|
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|||
B |
Std. Error |
Beta |
|||||
1 |
(Constant) |
13.647 |
9.593 |
|
1.423 |
.159 |
|
Gaya Kepemimpinan |
.293 |
.121 |
.231 |
2.411 |
.018 |
||
Kompensasi |
.517 |
.111 |
.445 |
4.635 |
.000 |
||
a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai |
|
||||||
Berdasarakan tabel 4.10 hasil uji t diperoleh bahwa
nilai thitung variabel Gaya Kepemimpinan� (X1) memiliki nilai sebesar p-value 0,018 < 0,05 artinya
berdistribusi signifikan, sedangkan thitung 2,411 > dari ttabel
1,990 artinya signifikan. (ttabel 1,990 diperoleh dari derajat
kebebasan (df) n-3 atau 83-3=80, dengan rumus pada microsoft excel menggunakan
=tinv(0,005,80). Hal tersebut berarti Gaya Kepemimpinan� (X1) secara parsial memberi
pengaruh atas Kinerja Pegawai� (Y). Hal
tersebut berarti menerima hipotesis H1 yang menyebutkan perihal
dugaan adanya pengaruh atau dampak gaya kepemimpinan atas kinerja pegawai.
Selanjutnya,
guna mengukur tingkat pengaruh yang ditimbulkan X1 terhadap Y, dapat
dilakukan dengan melihat hasil �perhitungan koefesien determinasi pada� tabel dibawah ini:
Tabel 11
Hasil Perhitungan Koefesien Determinasi
Model Summaryb |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.273a |
.074 |
.063 |
11.25159 |
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan |
||||
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai |
Dari tabel di atas terlihat bahwa R Square �sebesar 0,074, hal ini berarti bahwa 7,4% Kinerja
Pegawai dipengaruhi oleh variabel Gaya
Kepemimpinan, sedangkan sisanya 92,6%
dipengaruhi oleh faktor lain.
b) Pengaruh
Kompensasi� (X2) terhadap
Kinerja Pegawai� (Y)
Berdasarakan tabel 4.10 hasil uji t diperoleh
bahwa nilai thitung variabel Kompensasi� (X2) memiliki nilai sebesar p-value 0,000 <0,05 artinya
signifikan, sedangkan thitung 4,635 > dari ttabel 1,990
artinya signifikan. (ttabel 1,990 diperoleh dari derajat kebebasan
(df) n-3 atau 83-3=80, dengan rumus pada microsoft excel menggunakan
=tinv(0,005,80). Artinya Kompensasi� (X2)
secara parsial memberi pengaruh atas Kinerja Pegawai� (Y). Hal ini kemudian selaras dan menerima
hipotesis H2 yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh atau dampak
dari kompensasi atas kinerja pegawai.
Selanjutnya,
guna meniliki seberapa berpengaruhnya variabel X2 atau
kompensasi atas kinerja pegawai, dapat dilakukan dengan melihat hasil
perhtiungan ��koefesien determinasi sebagaimana berikut:
Tabel 12
Model Summaryb |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.466a |
.217 |
.208 |
10.34638 |
a. Predictors: (Constant), Kompensasi |
||||
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai |
Dari tabel di
atas terlihat bahwa R Square �sebesar 0,217, hal ini berarti bahwa 21,7%
Kinerja Pegawai� dipengaruhi oleh
variabel Kompensasi, sedangkan sisanya 78,3% dipengaruhi oleh faktor lain.
2)
Uji�
F
a)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan� dan Kompensasi� terhadap Kinerja Pegawai�
Selanjutnya, guna mengukur pengaruh atau dampak
bersama��dalam hal ini adalah X�1 dan X2��atas variabel
Y, dapat dilakukan melalui penujian F dengan hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel
13
Hasil
Uji F
ANOVAb |
||||||
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
2995.396 |
2 |
1497.698 |
14.822 |
.000a |
Residual |
8083.471 |
80 |
101.043 |
|
|
|
Total |
11078.867 |
82 |
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Gaya
Kepemimpinan |
||||||
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai |
Berdasarkan
tabel hasil� uji anova atau F test
didapat Fhitung sebesar�
14,822 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal itu berarti variabel Gaya
Kepemimpinan� (X1) dan
Kompensasi �(X2) berpengaruh secara bersama -
sama (Simultan) terhadap Kinerja Pegawai�
(Y). Hasil uji F tersebut memiliki nilai p-value 0,000 <0,05 artinya signifikan, sedangkan Fhitung
14,822 > dari Ftabel 3,110
artinya signifikan. (Ftabel 3,110 diperoleh dari df1=k-1 dan df2 =
n-k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen, maka df1=3-1 dan df2=
83-3=80, dengan rumus pada microsoft excel menggunakan =finv(0,05,2,80).
Artinya Gaya Kepemimpinan �(X1) dan Kompensasi �(X2)
berpengaruh secara bersama - sama (Simultan) terhadap Kinerja Pegawai� (Y). Hal tersebut diartikan sebagai
diterimanya H3 yang menerangkan bahwa terdapat dugaan terkait pengaruh
bersama yang timbul dari X1 atau gaya kepemimpinan dan X�2
atau kompensasi atas variabel Y atau kinerja pegawai.
i.
Analisis Regresi Berganda
Untuk
mengetahui persamaan regresi dapat dilihat dari tabel 10 di atas. Berdasarkan
tabel tersebut menunjukkan persamaan regresi linier ganda:
Persamaan tersebut menyatakan bahwa
setiap penambahan X1 dan X2 sebesar 1 maka akan
meningkatkan Y sebesar 0,293 dan 0,517, artinya setiap peningkatan Gaya
Kepemimpinan serta Kompensasi� sebesar 1, akan meningkatkan Kinerja
Pegawai� sebesar 0,293 dan 0,517.
Sedangkan untuk menguji signifikansi (diukur dari tingkat signifikansi), dari
tabel 4.10 terlihat signifikansi variabel Gaya Kepemimpinan� (X1) sebesar 0,018 yang berati
signifikan dan menerima hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang cukup
terlihat dari gaya kepemimpinan atas kinerja pegawai dan variabel
Kompensasi� sebesar 0,000 lebih kecil
dari 0,05, maka hipotesis diterima atau Kompensasi� berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai.
Selanjutnya
hasil perhitungan koefesien determinasi diperoleh seperti pada tabel dibawah
ini:
Tabel
14
Hasil
Perhitungan Koefesien Determinasi
Model Summaryb |
|||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Durbin-Watson |
1 |
.520a |
.270 |
.252 |
10.05203 |
1.842 |
a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Gaya
Kepemimpinan |
|||||
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai |
Dari tabel di atas terlihat bahwa R Square �sebesar 0,27 , hal ini berarti bahwa 27%
Kinerja Pegawai� dipengaruhi oleh
variabel Gaya Kepemimpinan� dan
Kompensasi, sedangkan sisanya 73% dipengaruhi faktor lain.
B. Pembahasan
Setelah
melakukan pengolahan serta analisis data penelitian, diperoleh gambaran sebagai
berikut:
Gambar 4
Diagram Pengaruh Variabel Penelitian
Gaya
Kepemimpinan (
X1 ) Kompensai ( X2
) Kinerja
Pegawai ( Y ) RX1 X2Y rX2Y rX1Y
Keterangan
:
X1 = Variabel Gaya Kepemimpinan
X2 = Variabel Kompensasi�
Y� = Variabel Kinerja Pegawai�
1.
Pengaruh
Gaya Kepemimpinan� (X1) terhadap Kinerja
Pegawai� (Y)
Pengujian secara parsial pengaruh
variabel Gaya Kepemimpinan (X1)
terhadap Kinerja Pegawai� (Y) diperoleh hasil bahwa variabel Gaya Kepemimpinan� tidak dapat memprediksi Kinerja
Pegawai. Nilai signifikansi sebesar 0,018 < 0,05 mengandung arti bahwa
hipotesis Hi diterima. Apabila dilihat dari uji t diperoleh bahwa nilai thitung
sebesar 2,411 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,990. Dengan demikian
diketahui bahwa thitung > ttabel artinya bahwa
hipotesis terkait pengaruh serta dampak gaya kepimpinan atas kinerja pegawai
telah diterima. Artinya, dengan kata lain, secara umum gaya kepemimpinan atau
variabel X1 dapat memberi pengaruh atas meningkatnya kinerja
pegawai. Adapun peningkatan sebagaimana yang disebutkan berada dikisaran 7,4%.
Pimpinan dalam menerapkan gayanya, harus memiliki strategi yang tepat untuk
meningkatkan kinerja pegawai.� Sebagaimana
dituliskan Mangkunegara� (2007:14) bahwa
kepemimpinan adalah faktor penting yang memberi pengaruh atas
kinerja pegawai pada suatu organisasi. Cara yang dapat ditempuh guna
memberi peningkatan atas kinerja pegawai melalui gaya kepemimpinan� adalah dengan�
Kebijakan
yang tepat, musyawarah dengan pegawai dalam mengambil keputusan, mengajak
pegawai berpartisipasi dalam kegiatan organisasi dan melakukan evaluasi secara
berkala.
2.
Pengaruh
Kompensasi� (X2) terhadap
Kinerja Pegawai� (Y)
Pengujian secara parsial pengaruh
variabel Kompensasi (X2)� terhadap Kinerja Pegawai (Y) diperoleh hasil bahwa variabel Kompensasi�
dapat memprediksi Kinerja Pegawai�
�secara positif. Nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05 mengandung arti bahwa hipotesis diterima. Apabila
dilihat dari uji t diperoleh bahwa nilai thitung sebesar 4,635
sedangkan nilai ttabel sebesar 1,990. Dengan demikian diketahui
bahwa thitung > ttabel artinya bahwa hipotesis terkait
adanya pengaruh atau dampak yang ditimbulkan kompensasi atas meningkatnya
kinerja pegawai telah diterima. Artinya, dengan kata lain, secara jelas
kompensasi perusahaan dapat memberi pengaruh positif atas meningkatnya kinerja
pegawai. Adapun peningkatan seperti yang disampaikan tersebut berada di kisaran
21,7%.
Kompensasi sendiri merupakan sesuatu
yang diperoleh pegawai atas jasa mereka pada perusahaan. Cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kinerja
pegawai� melalui kompensasi� adalah dengan cara pemberian kompensasi yang
adil dan layak yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan, resiko
pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan dan jabatan pekerjaan.
Hasil penelitian, didukung oleh pendapat
Cascio F. Wayne dalam Sjafri Mangkuprawira (2003:196) mengemukakan bahwa
kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai langsung, pembayaran tidak langsung
dalam bentuk manfaat pegawai, dan intensif untuk memotivasi pegawai� agar bekerja keras untuk mencapai
produktivitas yang semakin tinggi. Jusuf Irianto (2001:67) mengemukakan bahwa
kompensasi untuk membantu menciptakan kesadaran bersama diantara para pelaku
individu bersedia bekerjasama dengan organisasi dan mengerjakan segala sesuatu
yang dibutuhkan organisasi.
Dari� pendapat di atas, dapat
dipahami bahwa dengan Kompensasi� dapat
meningkatkan� kinerja.
3.
Pengaruh
Gaya Kepemimpinan �(X1) dan Kompensasi �(X2) terhadap Kinerja Pegawai� (Y)
Pengujian secara bersama-sama pengaruh
variabel Gaya Kepemimpinan� (X1) dan Kompensasi �(X2)
terhadap Kinerja Pegawai� (Y) diperoleh hasil bahwa variabel Gaya Kepemimpinan� (X1) dan Kompensasi �(X2)
dapat memprediksi Kinerja
Pegawai� (Y) secara bersama-sama.
Nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 mengandung arti bahwa hipotesis
diterima. Apabila dilihat dari uji F diperoleh bahwa nilai Fhitung
sebesar 14,822 sedangkan nilai Ftabel sebesar 3,110. Dengan demikian
diketahui bahwa Fhitung > Ftabel artinya bahwa
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya yang menyatakan bahwa diduga
terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kompensasi� terhadap kinerja Pegawai diterima atau
terbukti. Atau dengan kata lain gaya kepemimpinan� dan kompensasi� dapat memprediksi peningkatan kinerja pegawai. Adapun besarnya pengaruh
gaya kepemimpinan� dan kompensasi� terhadap kinerja pegawai� adalah sebesar 27%.
Mengacu pada hipotesis penelitian
yang mengungkapkan bahwa �Diduga terdapat pengaruh gaya kepemimpinan� dan kompensasi� terhadap kinerja pegawai�, yang berarti bahwa
untuk meningkatkan kinerja pegawai� dapat
dilakukan dengan gaya kepemimpinan� dan kompensasi.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat
pengaruh signifikan gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. Hasil uji t
diperoleh bahwa nilai thitung variabel gaya kepemimpinan� (X1) memiliki nilai sebesar p-value 0,018 < 0,05 artinya
berdistribusi signifikan, sedangkan thitung 2,411 > dari ttabel
1,990 artinya hipotesis diterima. Hal tersebut berarti gaya
kepemimpinan� (X1) secara
parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai (Y). Besarnya pengaruh gaya
kepemimpinan� terhadap kinerja
pegawai�� sebesar� 7,4%.
2. Terdapat
pengaruh kompensasi terhadap
kinerja pegawai.� Hasil uji t diperoleh
bahwa nilai thitung variabel Kompensasi� (X2) memiliki nilai sebesar p-value 0,000 < 0,05 artinya
signifikan, sedangkan thitung 4,635 > dari ttabel 1,990
artinya hipotesis diterima. Artinya kompensasi�
(X2) secara parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai� (Y). Besarnya pengaruh kompensasi�
terhadap kinerja pegawai��
adalah sebesar 21,7%.
3.
Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan� dan kompensasi� secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai. Hasil�
uji anova atau F test didapat Fhitung sebesar� 14,822 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal
itu berarti variabel gaya kepemimpinan� (X1)
dan kompensasi �(X2)
berpengaruh secara bersama-sama
(Simultan) terhadap Kinerja Pegawai� (Y).
Hasil uji F tersebut memiliki nilai p -value 0,000 < 0,05 artinya signifikan, sedangkan Fhitung
14,822 > dari Ftabel 3,110 artinya hipotesis diterima. Besarnya pengaruh
positif gaya kepemimpinan� dan kompensasi �terhadap adalah kinerja pegawai� sebesar 27%.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Suatu
Pendekatan Praktek. Edisi Revisi III. �Cetakan Kesebelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasibuan, Malayu S.P.. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Cetakan Keempat Belas.
Jakarta:
Bumi� Aksara.
Irianto,
Jusuf. 2001. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Penerbit Insan Cendikia.
Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta; Raja Grafindo Persada.
Mangkunegara,
Anwar Prabu. 2007. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Cetakan Ketujuh. Bandung: PT Rosda Karya
Mangkuprawira,
Sjafri. 2003. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugroho,
Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih
Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.
Prayitno,
Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta:
Mediakom
___________. 2009. Mandiri
Belajar SPSS. Jakarta:
Buku Kita.
Rivai,
Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.
Umar,
Husein. 2005. Metode Penelitian. Jakarta:
Salemba Empat