Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��������������������������������� e-ISSN: 2548-1398
��������������������������������� Vol. 6, No. 1 Januari 2021
PENGARUH
BREATHING EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT FATIGUE PADA PASIEN
HEMODIALISA
Maesaroh
Akademi Keperawatan Buntet
Pesantren Cirebon (AKPER BPC) Jawa Barat, Indonesia
Email: m[email protected]
Abstract
Chronic Kidney Disease is a global health
problem with a high burden of health costs. In fact, disease can be prevented
by making efforts to prevent, control and manage according to standards. To
survive, patients with end-stage kidney disease need kidney replacement therapy
such as hemodialysis. Despite regular hemodialysis, patients are still affected
by symptoms, namely uremic syndrome, with fatigue/fatigue being one of the most common
symptoms. This study aims to determine the effect of breathing exercise on
decreasing the level of fatigue in hemodialysis patients. This study uses a
quasi-experimental method with a pre and post test approach without a control
group. Univariate and bivariate analysis. Fatique levels will be compared
before and after breathing exercise. Assessment of the level of fatigue using
the FACIT scale Number of population 54 respondents, the number of samples that
met the inclusion criteria of 16 respondents. The results showed there were
significant differences between the levels of fatigue before and after the
intervention, meaning that there was an effect of Breathing Exercise on the
level of fatigue in hemodialysis patients. Breathing Exercise in many
dimensions of fatigue as a non-pharmacological method.
Keywords: breathing exercise; fatigue; hemodialysis
Abstrak
Penyakit
ginjal kronis merupakan masalah kesehatan
dunia dengan beban biaya kesehatan yang tinggi. Padahal, penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan upaya
pencegahan, pengendalian dan tatalaksana sesuai standar. Untuk bertahan hidup, pasien dengan
penyakit ginjal stadium akhir memerlukan terapi penggantian ginjal seperti
hemodialisis. Meskipun hemodialisis reguler, pasien masih dipengaruhi oleh
gejala, yaitu sindrom uremik, dengan kelelahan/fatigue menjadi salah satu gejala yang paling umum. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh breathing exercise terhadap penurunan tingkat fatique pada
pasien hemodialisa. Penelitian ini menggunakan
metode kuasi eksperimental dengan pendekatan pre and post test tanpa
kelompok kontrol. Tingkat fatique
akan dibandingkan sebelum dan sesudah dilakukan breathing exercise. Penilain tingkat fatigue dengan menggunakan skala FACIT Jumlah populasi 54 responden, jumlah sampel yang memenuhi kriteria
inklusi 16 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan antara
tingkat fatique sebelum dan setelah
intervensi, berarti ada pengaruh Breathing
Exercise terhadap tingkat fatique
pada pasien hemodialisa. Breathing
Exercise dalam banyak dimensi fatigue digunakan sebagai metode non-farmakologis.
Kata
kunci: breathing
exercise; fatigue; hemodialisa
Coresponden Author
Email:
[email protected]
Artikel
dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Penyakit
ginjal
kronis merupakan masalah kesehatan dunia dengan beban biaya kesehatan yang
tinggi (UTAMI, 2019).
Padahal, penyakit ini dapat
dicegah dengan melakukan upaya pencegahan, pengendalian dan tatalaksana sesuai
standar. Untuk bertahan hidup, pasien dengan
penyakit ginjal stadium akhir memerlukan terapi penggantian ginjal seperti
hemodialisis, dialisis peritoneal, atau transplantasi ginjal. Berdasarkan
Indonesian Renal Registry �(IRR)
tahun 2016, sebanyak 98% penderita gagal ginjal menjalani terapi
Hemodialisis dan 2% menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD) (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018).
Hemodialisis adalah metode Dialisis yang paling umum dan tujuan utama dari
perawatan ini adalah untuk mencoba dan membuat kehidupan (Parvan, Jabar-Zadeh,
Sarbakhsh, Akhtari-Shojai, & Zarei, 2017). Penyebab penyakit ginjal kronis terbesar
adalah nefropati diabetik (52%), hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam
urat (1%), penyakit lupus (1%) dan lain-lain (Tuloli, Madania, &
Tuli, 2019) (Manurung & Sari,
2020).
Jumlah pasien hemodialisis baik pasien baru maupun pasien aktif sejak tahun
2007 sampai 2016 mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan usia, pasien hemodialisis terbanyak adalah kelompok usia 45-64
tahun, baik pasien baru maupun pasien aktif (Kompasiana, 2018). Meskipun hemodialisis reguler,
pasien masih dipengaruhi oleh gejala, yaitu sindrom uremik, dengan fatigue menjadi
salah satu gejala yang paling umum. Setelah sindrom uremik, kapasitas kerja
fisik pasien berkurang 50% dibandingkan dengan orang sehat (Hasmi, 2017). Ada korelasi yang signifikan
antara pengurangan aktivitas fisik dan peningkatan depresi atau fatigue. Karena
aktivitas menurun, kekuatan individu menurun, yang mengintensifkan depresi dan fatigue.
Secara
umum,
fatigue telah digambarkan sebagai kelemahan, perasaan fatigue, dan kekurangan
energi. fatigue tidak hanya mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien tetapi
juga menyebabkan gangguan perawatan diri sehari-hari, status psikologis, dan kualitas
hidup. Sekitar 94% pasien dengan hemodialisis cenderung menjalani lebih banyak
sesi dialisis jika itu akan meningkatkan tingkat energi mereka. Namun, beberapa
penelitian telah dilakukan dalam hal ini. fatigue, dengan prevalensi 60% hingga
97%, telah diusulkan sebagai gejala paling parah yang pernah dilaporkan di
antara pasien dengan penyakit ginjal kronis.
�Penelitian
oleh Jham dkk
menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir mengalami tingkat
fatigue yang ekstrim (Jhamb, Weisbord,
Steel, & Unruh, 2008).
Meskipun demikian, itu kurang dikenal atau diobati karena sifat subjektifnya. Metode
perawatan untuk fatigue diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu farmakologi
dan nonfarmakologi. Metode yang pertama melibatkan L-carnitine-, vitamin C, dan
resep erythropoietin dan obat-obatan lain untuk mengendalikan anemia. Metode
yang terakhir melibatkan latihan, yoga, relaksasi, akupresur, akupunktur, stimulasi
listrik, dan dialisis. Olahraga
mungkin membantu dalam mengurangi depresi dan fatigue di antara pasien yang
menjalani dialisis (Kusniawati, 2018).
Latihan dilakukan dengan berbagai cara seperti latihan aerobik, daya tahan, dan
ketahanan serta latihan ergometrik kaki dan relaksasi otot progresif. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa teknik pencitraan dan relaksasi dapat berhasil
digunakan untuk meningkatkan kondisi penyesuaian pasien pada dialisis, salah
satu yang akan diteliti adalah tehnik breathing exercise.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Breathing Exercise
Terhadap Penurunan Tingkat Fatique pada Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Islam
Sukapura Jakarta. Tujuan yang
ingin dicapai yaitu mengetahui perbedaan signifikan
antara tingkat fatique sebelum dan setelah intervensi dan pengaruh Breathing
Exercise terhadap tingkat fatique pada pasien hemodialisa di RS Islam Sukapura
Jakarta tahun 2019.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan pendekatan pre
and post test tanpa kelompok kontrol. Tingkat fatique akan dibandingkan sebelum dan sesudah dilakukan breathing exercise.
Tabel 1
Desain
penelitian one group pretest-postest (Sugiono, 2010)
Pretest |
Treatment |
Postest |
O1 |
X |
O2 |
Keterangan:
O1��� : Pengukuran tingkat fatique dengan menggunakan FAS sebelum dilakukan tindakkan breathing
exercise.
X�������� : �Pemberian
Breathing Exercise.
O2�� : Pengukuran tingkat fatique dengan menggunakan FAS setelah dilakukan tindakkan breathing exercise.
Tindakkan breathing exercise dilakukan 4 (empat) kali sehari, sekali tindakan selama 15 menit,
dilakukan 15 menit di jam pertama, 15 menit jam kedua, 15 menit jam ketiga, 15
menit jam keempat. Hari pertama sebanyak 8 (delapan) responden, hari ke dua sebanyak 8 (delapan) responden, jumlah seluruh responden sebanyak 16
responden, penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018, di ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta.�
Instrumen menggunakan Skala FACIT, Quesioner, alat tulis: untuk mencatat
nama, dan hasil, SOP breathing exercise, SOP
pengukuran tingkat fatigue. Analisis univariat
dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini distribusi frekuensi responden
diantaranya umur, jenis kelamin, riwayat pendidikan serta mendiskripsikan
variabel-variabel penelitian secara tersendiri. Analisa bivariat digunakan
untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh Breathing
Exercise terhadap penurunan tingkat fatique dengan menggunakan uji T dengan
SPSS versi 16,0 untuk membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
1.
Data Univariat
a. Karakteristik
Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 16
orang yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Islam Sukapura Tahun 2019. Karakteristik responden berdasarkan, jenis kelamin,
usia, pekerjaan,� tingkat pendidikan,
status perkawinan, lamanya hemodialisa, frekuensi hemodialisa, mengalami fatique, tingkat fatique sebelum dan setelah intervensi.
b. Distribusi
responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin |
Jumlah |
Persentasi |
Laki-laki Perempuan |
7 9 |
43,8 56,3 |
Total |
16 |
100 |
Berdasrkan
tabel diatas jumlah laki-laki yang menjalani hemodialisa sebanyak 7 orang
(43,8%), dan perempuan �sebanyak 9 orang
(56,3%).
c.
�Distribusi responden� berdasarkan Usia
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia |
Jumlah |
Persentasi |
20-30 tahun >30 |
3 13 |
18,8 81,3 |
Total |
16 |
100 |
Karakterisitik
responden berdasarkan usia yang menjalani hemodialisa yaitu usia 20-30 sebanyak
3 orang (18,8%), �dan usia >30
sebanyak 13 orang (81,3%).
d.
Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4
Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan |
Jumlah |
Persentasi |
IRT Swasta PNS |
6 9 1 |
37,5 56,3 6,3 |
Total |
16 |
100 |
����
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yaitu IRT dengan jumlah responden
6 (enam)
orang atau sebanyak 3,5%, swasta 9 (sembilan) orang atau sebanyak 56,3% dan PNS 1 (satu) orang
atau sebanyak 6,3%. Dengan demikian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
terbanyak yaitu swasta
e.
Distribusi responden berdasarkan Pendidikan
Tabel 5
Distribusi responden berdasarkan Pendidikan
Pendidikan |
Jumlah |
Persentase |
Tidak sekolah SD SMP SMA PT |
2 3 4 5 2 |
12,5 18,8 25 31,3 12,5 |
Total |
16 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah responden yang
tidak sekolah sebanyak 2 (dua) atau
sebanyak 12,5%, berpendidikan SD berjumlah 3 (tiga) orang atau sebanyak 18,8% dan responden yang
berpendidikan SMP berjumlah 4 (empat) orang
atau sebanyak 25% serta responden yang berpndidikan perguruan tinggi sebanyak 2 (dua) orang atau sebanyak 12,5%. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP.
f.
Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status
Perkawinan |
Jumlah |
Persentasi |
Lajang Menikah Duda Janda |
2 10 1 3 |
12,5 62,5 6,3 18,8 |
Total |
16 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa
karakteristik responden berdasarkan status perkawinan adalah responden yang
lajang berjumlah 2 (dua) orang atau
sebanyak 12,5% dan responden yang menikah berjumlah 10 orang atau sebanyak
62,5%, responden yang duda sebanyak 1 (satu) orang atau sebanyak 6,3%, serta yang janda berjumlah 3 atau sebanyak
18,8%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berstatus
menikah.
g.
Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya
Hemodialisa
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya
Hemodialisa
Lama Hemodialisa |
Jumlah |
Presentasi |
<1
tahun >1
tahun >2
tahun >3
tahun |
5 2 4 5 |
31,3 12,5 25 31,3 |
Total |
16 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa
karakteristik responden berdasarkan lamanya hemodialisa adalah responden yang
<1 tahun berjumlah 5 (lima) orang atau
sebanyak 31,3% dan responden yang >1 tahun berjumlah 2 orang atau sebanyak
12,5%, responden yang > 2 tahun sebanyak 4 orang atau sebanyak 25%, serta
yang >3 tahun berjumlah 5 atau sebanyak 31,3%. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden berdasarkan lama hemodialisa adalah
<1 tahun dan >3 tahun.
h.
Distribusi Responden Berdasarkan Status Frekuensi
Hemodialisa
Tabel 8
Distribusi
Responden Berdasarkan Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi Hemodialisa |
Jumlah |
Persentasi |
2 kali
seminggu 3 kali
seminggu |
15 1 |
93,8 6,3 |
Total |
16 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa
karakteristik responden berdasarkan frekuensi hemodialisa adalah responden yang
2x seminggu berjumlah 15 orang atau sebanyak 93,8% dan responden yang 3x
seminggu berjumlah 1 orang atau sebanyak 6,3%. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden berdasarkan frekuensi hemodialisa adalah 2 kali
seminggu.
i.
Distribusi Responden Berdasarkan Mengalami Fatigue
Tabel 9
Distribusi
Responden Berdasarkan Mengalami Fatigue
Mengalami
Fatigue |
Jumlah |
Persentase |
Ya |
16 |
100 |
Total |
16 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa
karakteristik responden berdasarkan yang mengalami fatigue sebanyak 16 orang
atau sebanyak 100%.
j.
Distribusi responden berdasarkan Tingkat Fatique
Sebelum Intervensi
Tabel 10
Distribusi responden berdasarkan Tingkat Fatique
Sebelum Intervensi
Tingkat Fatique Sebelum Intervensi |
Jumlah |
Persentasi |
Ringan Sedang Berat |
2 5 9 |
12,5 31,3 56,3 |
Total |
16 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa
distribusi responden berdasarkan�
tingkat� fatique sebelum
intervensi adalah ringan 2 orang�
sebanyak 12,5%, sedang berjumlah 5 orang�
sebanyak 31,3% dan berat berjumlah 9 sebanyak 56,3% . Dengan demikian dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden berdasarkan tingkat fatique sebelum intervensi adalah
berat.
k.
Distribusi responden berdasarkan Tingkat Fatique Sesudah
Intervensi
Tabel 11
Distribusi responden berdasarkan Tingkat
Fatique Sesudah Intervensi
Tingkat Fatique Setelah Intervensi |
Jumlah |
Persentasi |
Ringan Sedang |
10 6 |
62,5 37,5 |
Total |
16 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa
distribusi responden berdasarkan�
tingkat� fatique sesudah dilakukan
intervensi adalah ringan 10 orang�
sebanyak 62,5%, sedang berjumlah 6 orang sebanyak 37,5%. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden berdasarkan tingkat fatique setelah
intervensi� adalah ringan.
2.
Analisis
Bivariat
Tabel 12
Distribusi Rata-rata Tingkat Fatique Berdasarkan Sebelum dan Sesudah
Intervensi di Ruang Hemodialisa RS Islam Sukapura Tahun 2018
Variabel |
Mean |
SD |
SE |
P Value |
N |
Tingkat
Fatique Sebelum
Intervensi Setelah
Intervensi |
2,47 1,40 |
0,743 0,507 |
0,192 0,131 |
0,000 |
16 |
�� �Berdasarkan
tabel diatas rata-rata tingkat fatique sebelum�
intervensi adalah 2,47 dengan standar deviasi 0,743. Pada pengukuran
kedua didapat rata-rata tingkat fatique setelah intervensi adalah 1,40 dengan
standar deviasi 0,507. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran sebelum
dan setelah intervensi adalah 1,07. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,000
maka dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan antara tingkat fatique sebelum
dan setelah intervensi.
B. Pembahasan
1.
Karakteristik
responden
Karakteristik responden
pada penelitian ini meliputi jenis
kelamin, usia, pekerjaan,� tingkat
pendidikan, status perkawinan, lamanya hemodialisa, frekuensi hemodialisa,
mengalami fatique, tingkat fatique sebelum dan setelah intervensi. Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh jumlah responden wanita 56,3% lebih banyak
dibanding laki-laki. Usia responden yang menjalani hemodialisa 81,3% terjadi
pada usia >30 tahun. Pekerjaan responden 56,3% adalah swasta. Tingkat
pendidikan responden 31,3% adalah SMA. Status perkawinan responden 62,5% adalah
menikah. Lamanya hemodialisa responden 31,3 % adalah >3 tahun. Frekuensi
hemodialisa responden 93,8% adalah 2kali seminggu. Responden yang mengalami
kelelahan/fatique akibat proses hemodialisa adalah 100%. Tingkat fatique
responden sebelum intervensi 56,3% adalah tingkat berat. Tingkat fatique� responden setelah intervensi 56,3% adalah
tingkat ringan.
2.
Pengaruh Breathing Exercise terhadap Tingkat fatigue
pada Pasien Hemodialisa di RS Islam Sukapura
Berdasarkan
hasil penelitian dengan uji T didapatkan rata-rata tingkat fatique
sebelum� intervensi adalah 2,47 dengan
standar deviasi 0,743. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata tingkat fatique
setelah intervensi adalah 1,40 dengan standar deviasi 0,507. Terlihat nilai
mean perbedaan antara pengukuran sebelum dan setelah intervensi adalah 1,07.
Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
signifikan antara tingkat fatique sebelum dan setelah intervensi.
Hasil penelitian
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ghanbari, Shirmohamadi, Paryad, Bazghale, &
Mohammadpourhodki, 2018)� ada
perbedaan yang signifikan (P = 0,0001) pada kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah intervensi mengenai mean dan standar deviasi serta perubahan skor
rata-rata dimensi fatigue kecuali fatigue mental� yang membandingkan perubahan rata-rata dalam
skor total fatigue dalam hal latihan pernapasan, dapat dilihat bahwa ada
perbedaan statistik yang signifikan dan terbalik antara (melakukan) latihan
pernapasan dan perubahan dalam skor total fatigue, yaitu lebih banyak latihan
pernapasan yang digunakan, semakin rendah skor keletihannya. Ada peningkatan
statistik yang signifikan dalam skor rata-rata dimensi fatigue setelah latihan
pernapasan, fatigue umum (p = 0,0001), fatigue fisik (p = 0,0001), mengurangi
aktivitas (p = 0,0001) dan mengurangi motivasi (p = 0,0001), tetapi ada tidak
ada perbedaan signifikan dalam fatigue mental. Prediktor perubahan total skor fatigue,
latihan pernapasan (p <0,0001) dan semprotan Salbutamol (p <0,013)
dianggap sebagai dua faktor yang mempengaruhi perubahan skor fatigue dalam beberapa
analisis.
Hasil penelitian
sesuai dengan yang
dilakukan (Afiyanti, Achmad, & Sangkala, 2018), menemukan penurunan yang signifikan (P
<0,01) dalam skor fatigue rata-rata kedua kelompok. Melakukan RBE empat kali sehari secara
efektif mengurangi fatigue lebih baik daripada RBE dua kali sehari
pasien kanker ginekologi menjalani kemoterapi.
Hasil
penelitian sesuai juga yang dikemukakan oleh Masoumeh Zakerimoghadam,
dkk, 2011 bahwa keparahan fatigue rata-rata sebelumnya (55.766) dan
setelah (40.166) menggunakan latihan pernapasan di kelompok pengalaman (p = 0%)
berbeda secara signifikan. Sementara dalam kelompok kontrol (p = 0,002)
sebelumnya (54,166) dan sesudahnya (52.200) studi memiliki sedikit perbedaan.
Ada korelasi invers yang signifikan antara menggunakan pernapasan latihan dan
keparahan fatigue (r = -0,593, p = 0,001). Berarti intensitas fatigue untuk
pengalaman dan kelompok kontrol menurun menjadi 40.916 � 14.4 dan 52.20 � 8.539
setelah penelitian, masing-masing (p = 0,001). Ada perbedaan yang signifikan
dalam keparahan fatigue antara pengalaman dan kelompok kontrol setelah
penelitian.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat� fatique sebelum intervensi adalah ringan 2
orang� sebanyak 12,5%, sedang berjumlah 5
orang� sebanyak 31,3% dan berat berjumlah
9 seanyak 56,3% . Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berdasarkan tingkat fatique sebelum intervensi adalah berat.
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat� fatique setelah intervensi adalah ringan 10
orang� sebanyak 62,5%, sedang berjumlah 6
orang� sebanyak 37,5% . Dengan demikian
dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berdasarkan tingkat fatique
setelah intervensi� adalah ringan.
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji T
didapatkan rata-rata tingkat fatique sebelum� intervensi adalah 2,47 dengan standar deviasi
0,743. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata tingkat fatique setelah
intervensi adalah 1,40 dengan standar deviasi 0,507. Terlihat nilai mean
perbedaan antara pengukuran sebelum dan setelah intervensi adalah 1,07. Hasil
uji statistik didapatkan nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
signifikan antara tingkat fatique sebelum dan setelah intervensi. Berarti ada
pengaruh Breathing Exercise terhadap tingkat fatique pada pasien hemodialisa di
RS Islam Sukapura Jakarta tahun 2019
BIBLIOGRAFI
Afiyanti, Yati, Achmad, Engkus Kusdinar, & Sangkala, Moh Syafar.
(2018). Effectiveness of Relaxation Breathing Exercise on fatigue in
gynecological cancer patients undergoing chemotherapy. International Journal
of Nursing Sciences, 5(4), 331�335.
Ghanbari, Atefeh, Shirmohamadi, Nasim, Paryad, Ezzat, Bazghale, Milad,
& Mohammadpourhodki, Reza. (2018). Effect of Breathing Exercises on Fatigue
Dimensions in Patients with COPD. Medical Science and Discovery, 5(4),
174�179.
Hasmi, Clarissa Hasana. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Fungsi
Kognitif pada Pasien Hemodialisis Kronik. Universitas Sumatera Utara.
Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik. (2018). Cegah dan Kendalikan
Penyakit Ginjal dengan CERDIK dan PATUH. Retrieved January 3, 2021, from
Kemenkes.co.id website:
https://www.kemkes.go.id/article/view/18030700007/cegah-dan-kendalikan-penyakit-ginjal-dengan-cerdik-dan-patuh.html
Jhamb, Manisha, Weisbord, Steven D., Steel, Jennifer L., & Unruh,
Mark. (2008). Fatigue in patients receiving maintenance dialysis: a review of
definitions, measures, and contributing factors. American Journal of Kidney
Diseases, 52(2), 353�365.
Kompasiana. (2018). Penyakit Ginjal Kronis Jangan Anggap Remeh, Segera
Periksa Ke Dokter. Retrieved January 3, 2021, from Kompasiana.com website:
https://www.kompasiana.com/penaulum/5aa12539ab12ae5fc03b2762/setiap-8-maret-ditetapkan-sebagai-hari-ginjal-sedunia
Kusniawati, Kusniawati. (2018). Hubungan Kepatuhan Menjalani Hemodialisis
Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Jurnal Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 5(2), 206�233.
Manurung, Rostinah, & Sari, Juli Yana. (2020). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rumah
Sakitumum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Imelda, 6(1), 27�35.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Parvan, Kobra, Jabar-Zadeh, Farank, Sarbakhsh, Parvin, Akhtari-Shojai,
Ebrahim, & Zarei, Tahereh. (2017). The effect of exercise during
hemodialysis on fatigue and self-efficacy in patients: a blind randomized
clinical trial. Journal of Clinical and Analytical Medicine, 1,
491.
Tuloli, Teti Sutriyati, Madania, Moh Adam Mustapa, & Tuli, Evania P.
(2019). Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di Rsud Toto Kabila Periode 2017-2018. Parapemikir: Jurnal
Ilmiah Farmasi, 8(2), 25�32.
Utami, N. I. A. Puspita. (2019). Tugas Akhir Nersdeskripsi Kasus:
Penerapan Intradialytic Range Of Motion Exercise Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Pada Pasien Av Fistula Yangmenjalani Hemodialisis.