Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 3, Maret 2021
ANALISIS
DEIKSIS PERSONA, WAKTU DAN TEMPAT PADA PEMBELAJARAN DARING (DALAM JARINGAN)
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
Eka Rihan K
STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan
Riau, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
This study
aims to describe the form and function of online learning deixis (in network)
Indonesian language courses at STAIN Sultan Abdurrahman, Riau Islands.
Qualitative descriptive research method. Technique data collection techniques
see. The data validity technique is triangulation of sources of the online
learning process in the form of interactions between lecturers and students in
Whatsapp groups. Interactive model data analysis techniques consist of data
collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The
results of online learning research were in the form of personal deixis, time
deixis and place deixis. Dominant persona deixis uses more pronouns I, he, we,
we, them as singular first person, third singular, first plural, and third
plural deixis, in the context of online learning, and dominant person deixis
appears more than place and third person deixis. time deixis. One of the
functions of this person, place and time deixis is to clarify the reference
information for personal deixis, the place and time when the speaker speaks
according to the context of the situation and conditions that occur when online
learning takes place.
Keywords: deixis; online
learning; indonesian
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi deiksis Pembelajaran
Daring (Dalam Jaringan) Mata Kuliah bahasa Indonesia di �STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan
Riau. Metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data teknik
simak. Teknik keabsahan data triangulasi sumber proses pembelajaran daring
berupa interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam Grup Whatsapp. Teknik
analisis data model interaktif terdiri dari pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan conclusion drawing. Hasil penelitian pembelajaran daring berupa
deiksis persona, deiksis waktu dan deiksis tempat. Deiksis persona
dominan lebih banyak menggunakan kata ganti saya, dia, kami, kita, mereka sebagai
kata ganti orang pertama tunggal, ketiga tunggal, pertama jamak, dan ketiga
jamak, dalam konteks pembelajaran daring, dan deiksis persona dominan lebih
banyak muncul daripada deiksis tempat dan deiksis waktu. Fungsi dari deiksis
persona, tempat dan waktu ini salah satunya yaitu untuk memperjelas keterangan
rujukan deiksis persona, tempat dan waktu ketika penutur bertutur sesuai
konteks situasi dan kondisi yang terjadi saat pembelajaran daring berlangsung.
Kata kunci:
deiksis; pembelajaran daring; bahasa indonesia.
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Pembelajaran
daring mata kuliah bahasa Indonesia
merupakan salah satu bentuk dari pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia,
meskipun dalam situasi Pandemi Covid-19, pembelajaran harus tetap dilaksanakan
walaupun dalam bentuk daring (dalam jaringan). Pembelajaran daring untuk meminimalisir
Penyebaran Virus Covid-19 juga dilakukan pada mata kuliah bahasa Indonesia di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau.
Model pembelajaran daring ini sangat bervariasi seperti penggunaan Aplikasi Zoom Cloud Meeting, Google Classroom, Google Meet,
Video Pembelajaran, Group Whatsapp Mata Kuliah, dan lain sebagainya.
Penelitian ini dilakukan pada pembelajaran daring grup whatsapp
matakuliah bahasa Indonesia. Proses tanya jawab dan diskusi terhadap materi
yang sedang dibahas terjadi ketika pembelajaran daring berlangsung. Penulis
melihat ada beberapa deiksis yang digunakan selama proses tanya jawab dan
diskusi di Grup Whatsapp Mata Kuliah bahasa Indonesia. Deiksis ini
muncul pada pertanyaan dan jawaban ketika proses pembelajaran daring
berlangsung sehingga penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis bentuk dan fungsi deiksis yang muncul ketika
menjawab dan merespon pertanyaan tersebut. (Damayanti, 2015) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan tinggi, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua aspek warga
negara Indonesia. Ada tiga hal
yang perlu diperhatikan
pada fase perkembangan bahasa menurut (Herlina, 2019), yaitu: durasi,
pendampingan dan keberimbangan.
Sejak usia tiga tahun beberapa
anak mulai dapat mengakses media sendiri (menyalakan/mematikan, menjelajah media
digital, menelepon, mengirim
pesan, dan lain-lain). Whatsapp
ini merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dalam media digital.
Deiksis merupakan salah satu
bidang kajian pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara
bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu (Yule, 2006). (Chaer, 2013) berpendapat bahasa
itu� bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun
secara acak, tidak secara sembarangan. Sedangkan sistemis artinya bahasa itu
bukan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-sistem atau sistem bawahan.
Subsistem itu antara lain subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
pragmatik. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah seseorang dapat
bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau
tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang
mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Percakapan juga berhubungan
dengan kegiatan berbicara. Menurut Goffmann dalam (Parera, 2014), dalam membuka dan menutup
percakapan telah terdapat repertoar ritual yang sudah baku. Repertoar itu
terikat pada budaya dan bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya.
Para sosiolinguis mengidentifikasi repertoar ritual sebagai rumus bahasa yang
mereka sebut dengan phatic communion. J. Laver dalam (Parera, 2014) berpendapat phatic
communion berupa indeksikal dan deiktik. Indeksikal merupakan fungsi
repertoar pembuka yang menyampaikan kepada pendengar informasi tentang pribadi
dan status sosial pembicara. Sedangkan deiktik adalah fungsi pembuka yang
merujuk kepada tempat dan waktu.
Deiktik
atau Deiksis memiliki rujukan dan kata acuan yang selalu berubah-ubah,
tergantung pada konteksnya. Perubahan konteks tersebut sering disebabkan
perubahan dari situasi, seperti penutur dan petutur, hal ini dipaparkan
Levinson dalam (Muhyidin, 2019). Sebuah kata bersifat
deiksis apabila rujukannya berpindah atau berganti, tergantung siapa yang
menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu, menurut Purwo
dalam (Sebastian, Diani, & Rahayu, 2019). Menurut Kurhartati dalam (Fitrianti, 2018) Deiksis juga dapat
dilihat sebagai cara menunjukkan pada suatu hal yang berkaitan erat dengan
konteks penutur, dengan demikian, deiksis dapat diartikan bentuk bahasa yang
titik acuannya bergantung pada penutur.
Deiksis
adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang
kita lakukan dengan tuturan (Yule, 2006). Deiksis berarti
penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan
penunjukan disebut ungkapan deiksis. Deiksis dapat digunakan untuk menunjuk
orang disebut deiksis persona, untuk menunjuk tempat disebut deiksis spasial
dan untuk menunjuk waktu disebut deiksis temporal (Yule, 2006). Deiksis persona atau
deiksis orang ini menerapkan tiga pembagian dasar yang dicontohkan dengan kata
ganti orang pertama tunggal (saya, aku, daku), orang kedua tunggal (kamu, Anda,
kau), dan orang ketiga tunggal (dia, ia, beliau), dan dalam pembahasan lainnya
juga termasuk kata ganti orang pertama jamak (kita, kami), kata ganti orang
kedua jamak (kalian, kamu, sekalian), kata ganti orang ketiga jamak (mereka).
Deiksis spasial atau deiksis tempat memiliki hubungan antara orang dan benda
yang ditunjukkan. Seperti kata di sana dan di sini. Kemudian kata keterangan
tempat� yang menunjukkan gerakan ke arah
penutur dan gerakan menjauhi penutur. Deiksis temporal atau deiksis waktu
seperti kata �sekarang� yang menunjukkan baik waktu yang berkenaan dengan saat
penutur berbicara maupun saat suara penutur sedang didengar, baik waktu
sekarang, masa lalu maupun masa yang akan datang dengan waktu penutur sekarang (Yule, 2006). �Menurut Kaswanti Purwo dalam (Nadar, 2018) kata
deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos yaitu hal penunjukan secara
langsung dan sebuah kata bersifat deiktis apabila referennya berpindah-pindah
atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.
Beberapa
ungkapan linguistik memberikan contoh hubungan antara bahasa dengan konteks
yang lebih baik bukan sekedar istilah-istilah deiksis. Istilah-istilah ini
mencakup ungkapan-ungkapan dari kategori-kategori gramatikal yang memiliki
keragaman sama banyaknya seperti kata ganti dan kata kerja, menerangkan
berbagai entitas dalam konteks sosial, linguistik, atau ruang-waktu ujaran yang
lebih luas, (Cummings & Setiawati, 2007), melalui acuan pada
entitas berbagai konteks dapat memperoleh makna ungkapan-ungkapan deiksis, dan
untuk memahaminya perlu memperhatikan makna sebuah ujaran, seperti pada ujaran
�Saya ingin pergi sekarang� mungkin tidak dapat mengetahui apa yang dimaksudkan
oleh ujaran tersebut tanpa mengetahui referen kata ganti orang pertama �saya�,
di samping itu, menetapkan referen kata ganti ini harus memperhatikan konteks
yang terdiri atas penutur ujaran ini.
Kajian
Deiksis terhadap karya sastra pada sebuah novel dan skenario pembelajarannya di
SMA telah dilakukan oleh Asep Muhyidin yang berjudul Deiksis dalam Novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye dan Skenario
Pembelajarannya di SMA.
Hasil penelitian (Muhyidin,
2019) menunjukkan ditemukan sebanyak 992
deiksis, yang terdiri atas deiksis persona sejumlah 879, deiksis ruang sejumlah
82, dan deiksis waktu sejumlah 31 buah. Kajian
deiksis dalam penelitian tersebut berimplikasi terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia di SMA Kelas XII, khususnya pada pembelajaran menyunting novel. Hal
ini disebabkan deiksis terkait dengan pemilihan kata dan penggunaan kalimat
yang efektif pada pembelajaran bahasa Indonesia. Selain novel, kajian dan
analisis deiksis juga dilakukan pada percakapan
formal maupun informal Mahasiswa Pendidikan bahasa Indonesia Universitas
Bengkulu, dilakukan oleh Dwiyan Sebastian et.al., dengan judul Analisis
Deiksis pada Percakapan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas
Bengkulu. Hasil penelitian (Sebastian et al., 2019) yaitu
deiksis yang ditemukan meliputi, deiksis persona (persona pertama tunggal,
persona pertama jamak, persona kedua tunggal, persona kedua jamak, persona
ketiga tunggal), deiksis ruang/tempat, deiksis waktu (lampau, sekarang,
mendatang, deiksis wacana (anafora, katafora), deiksis sosial.
Kemudian Penelitian Deiksis Sosial
dalam Diskusi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ekasakti Padang juga sudah
dilakukan oleh Eva Fitrianti ketika mengamati mahasiswa mempresentasikan tugas
mereka dengan judul Deiksis Sosial dalam Diskusi
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Eka Sakti Padang. Hasil penelitian (Fitrianti, 2018) yaitu
beberapa deiksis sosial ditemukan pada mahasiswa ketika berdiskusi
mempresentasikan tugas mereka seperti deiksis ucapan, jenis julukan, jenis
profesi, jenis gelar, dan jenis pekerjaan. Penggunaan deiksis sosial secara
tepat berhubungan dengan kesopanan. Selain itu, deiksis sosial juga dapat
meningkatkan kesopanan seseorang dalam berbicara. Hubungan antara deiksis
sosial dan kesopanan dapat digunakan untuk mengekspresikan makna yang sangat
sopan, agak sopan, kurang sopan dan adil. Penelitian deiksis dalam wacana
berita telah dilakukan oleh Pratiwi dan Lutfi berjudul Bentuk
dan Fungsi Deiksis dalam Wacana Pengungsi Syria Harian Suddeutsche Zeitung.
Adanya deiksis dalam wacana berita pengungsi Syria pada Suddeutsche Zeitung
membantu pemahaman pembaca terhadap peristiwa yang diberitakan. Hasil
penelitiannya terdapat empat bentuk deiksis dan fungsi deiksis, yaitu deiksis
demonstratif, deiksis waktu, deiksis sosial, dan deiksis wacana. Penelitian
deiksis dalam tajuk rencana telah dilakukan oleh Purwandari, et.al berjudul Bentuk
dan Fungsi Deiksis dalam Tajuk Rencana pada Surat Kabar Solo Pos Edisi 2017 dan
Relevansinya sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Teks Editorial di Sekolah Menengah
Atas. Hasil penelitiannya terdapat lima bentuk deiksis berupa persona,
tempat atau ruang, waktu, wacana, sosial dan tajuk rencana pada Surat Kabar
Solo Pos Edisi 2017 memenuhi kriteria sebagai bahan ajar pembelajaran teks
editorial di sekolah menengah atas. Penelitian deiksis dalam Antologi Cerpen
sudah dilakukan oleh Raihanny et.al berjudul Deiksis dalam Antologi Cerpen
Pembunuh Ketujuh Karya Herman RN.�
Hasil penelitiannya mendeskripsikan deiksis persona, deiksis tempat, dan
deiksis waktu yang ditemukan sangat beragam. Deiksis persona terdiri dari
persona pertama, kedua dan ketiga, baik tunggal maupun jamak. Deiksis tempat
terdiri dari deiksis tempat yang proksimal (dekat), semi-proksimal (agak jauh),
maupun distal (jauh), deiksis tempat berbentuk verba dan deiksis tempat
pronomina demonstratif. Deiksis waktu terdiri dari deiksis waktu yang
menyatakan waktu lampau, waktu kini, waktu yang akan datang dan waktu
frekuensitatif.
Penelitian
deiksis pada wacana sarasehan habib telah dilakukan Riza, et.al dengan judul Deiksis
pada Wacana Sarasehan Habib dengan Masyarakat. Hasil penelitian deiksis
pada wacana sarasehan habib dengan masyarakat ini ditemukan bentuk-bentuk
deiksis persona, spasial, temporal, wacana, sosial dan numeral. Wacana
sarasehan habib terdapat ciri yang khas yaitu bentuk deiksis yang jumlahnya
ribuan. Fungsi deiksis ada lima yaitu fungsi emotif. Konatif, referensial,
puitik dan fatik. Bentuk deiksis yang paling dominan adalah bentuk deiksis kita.
Alasan penggunaan deiksis kita adalah menghilangkan jarak sosial antara
habib dengan jamaahnya, sehingga tercipta adanya rasa kesatuan di antara mereka
dan pembicaraan menjadi lebih luas, santai dan lancar. Penelitian deiksis pada
wacana narasi buku telah dilakukan Apu, et.al dengan judul Deiksis dalam
Wacana Narasi Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Revisi 2017. Hasil
penelitiannya berupa bentuk deiksis persona yang terdapat pada wacana narasi
terdiri dari deiksis persona pertama saya dan kita serta deiksis
persona ketiga ia, -nya, mereka. Deiksis penunjuk yang terdapat dalam
wacana narasi yaitu itu dan ini, dalam wacana narasi ini tidak
terdapat deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.
Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya memiliki persamaan
yaitu mengenai kajian deiksis dan perbedaannya terletak pada bahan yang dikaji
seperti deiksis pada karya sastra berbentuk novel oleh Asep Muhyidin, deiksis
pada percakapan formal dan informal mahasiswa oleh Dwiyan Sebastian et.al,
deiksis sosial dalam diskusi mahasiswa oleh Eva Fitrianti, deiksis dalam wacana
berita oleh Pratiwi dan Lutfi, deiksis pada tajuk rencana oleh Purwandari
et.al., deiksis dalam antologi cerpen oleh Raihanny, deiksis
dalam wacana sarasehan habib oleh Riza et.al., deiksis dalam wacana narasi buku
siswa oleh Apu, et.al. Penelitian deiksis ini berfokus pada tuturan mahasiswa
ketika pembelajaran dalam jaringan (daring) berlangsung di Grup Whatsapp Mata
Kuliah bahasa Indonesia STAIN Sultan Abdurahman Kepulauan Riau. Konteks dan
situasi tutur� berkaitan dengan deiksis
yang digunakan mahasiswa dalam pembelajaran daring mata kuliah bahasa Indonesia
ini perlu dipahami bentuk dan fungsinya agar pembelajaran daring dapat dilaksanakan
secara efektif dan maksimal sebagai salah satu bentuk dari
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, meskipun dalam situasi Pandemi
Covid-19. Penggunaan kajian pragmatik terutama deiksis dalam pembelajaran
memiliki peran untuk menentukan hubungan antara bahasa dengan konteks dalam
ujaran dan menentukan keadaan atau situasi antara penutur dengan lawan tutur
pada saat berinteraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk
dan fungsi deiksis Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan)� Mata Kuliah bahasa Indonesia di STAIN Sultan
Abdurrahman Kepulauan Riau.
Manfaat
penelitian ini membantu pengajar memahami dan membedakan fungsi deiksis
persona, tempat dan waktu sesuai situasi dan kondisi yang terjadi dalam
pembelajaran daring, yaitu untuk memperjelas keterangan rujukan deiksis
persona, tempat dan waktu ketika penutur bertutur sesuai konteks situasi dan
kondisi yang terjadi saat pembelajaran daring berlangsung.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan bentuk
deskriptif kualitatif yang dilakukan di kelas yang penulis ajar yaitu Kelas A1
berjumlah 25 mahasiswa, Kelas B2 berjumlah 19 mahasiswa Semester I Program
Studi Manajemen Pendidikan Islam, kemudian Kelas A1 Semester I Program Studi
Ilmu Al-Qur�an dan Tafsir berjumlah 16 orang dan Semester I Program Studi
Akuntansi Syari�ah berjumlah 10 orang, pada bulan September - Desember 2020 di
STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik simak. Teknik keabsahan data diperoleh menggunakan triangulasi
sumber proses pembelajaran daring berupa interaksi antara dosen dan mahasiswa
dalam Grup Whatsapp Mata Kuliah bahasa Indonesia. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan conclusion
drawing.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
penelitian yang ditemukan dalam pembelajaran daring berupa deiksis persona,
deiksis waktu dan deiksis tempat. Deiksis persona dapat dilihat pada tuturan
berikut ini:
�Maaf buk saya terkendala dengan jaringan.�
�Bagaimana Infra Salsabila? Apakah bisa menerima
jawaban saya?�
�Kalau kemaren memang dia kerja buk, tapi kalau
hari ini saya kurang tau buk.�
�Tapi saya lagi coba hubungi dia buk.�
�Maaf buk mau nanya ini tugasnya kami membuat hasil pemahaman dari video pembelajaran atau dari softfile yang
ibu share di WAG?�
Pada video pembelajaran yang sama-sama telah kita tonton tadi. Terdapat kalimat dalam pengertian
berfikir ilmiah ada disebut "Metode Logiko Hipotetiko Verifikatif".
Jelaskan pengertian dari Metode Logiko Hipotetiko Verifikatif itu?
Kita bisa lihat bagaimana orang-orang menciptakan
karyanya, apa saja yang mereka siapkan dalam menciptakan karya tersebut lalu kita jadikan orang-orang tersebut sebagai motivasi untuk
menciptakan karya ilmiah kita sendiri.
Tuturan tersebut merupakan bentuk deiksis orang atau deiksis
persona yang ditandai
dengan penggunaan kata �saya� sebagai kata ganti orang pertama tunggal, kata
�ia� dan �dia� sebagai kata ganti orang ketiga tunggal, kata �kita� dan kata
�kami� sebagai kata ganti orang pertama jamak, dan kata �mereka� sebagai kata
ganti orang ketiga jamak dengan konteks penutur berada dalam situasi dan
kondisi Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19 di Grup Whatsaap Mata
Kuliah bahasa Indonesia. Fungsi Deiksis Orang ini salah satunya untuk
memperjelas siapa rujukan penutur, serta maksud dan maknanya. Misalnya pada
Tuturan: Maaf buk saya terkendala dengan jaringan, dapat diambil maknanya
bahwa penutur pada tuturan tersebut mengalami kendala jaringan dalam
pembelajaran daring.
Deiksis
persona atau deiksis orang ini menerapkan tiga pembagian dasar (Yule, 2006) yang dicontohkan dengan
kata ganti orang pertama tunggal (saya, aku, daku), orang kedua tunggal (kamu,
Anda, kau), dan orang ketiga tunggal (dia, ia, beliau) dan dalam pembahasan
lainnya juga termasuk kata ganti orang pertama jamak (kita, kami), kata ganti
orang kedua jamak (kalian, kamu, sekalian), kata ganti orang ketiga jamak
(mereka).
Deiksis
tempat dapat dilihat pada tuturan berikut:
�Sudah buk, jaringan di sini agak susah buk, saya sudah kirim.�
Tuturan
tersebut merupakan bentuk dari deiksis tempat atau deiksis spasial. Deiksis
spasial atau deiksis tempat memiliki hubungan antara orang dan benda yang
ditunjukkan. Seperti kata di sana dan di sini. Kemudian kata keterangan
tempat� yang menunjukkan gerakan ke arah
penutur dan gerakan menjauhi penutur (Yule, 2006). Fungsi dari deiksis
tempat ini yaitu untuk memperjelas keterangan tempat atau posisi penutur sesuai
konteks situasi dan kondisi yang terjadi saat pembelajaran daring berlangsung.
Misalnya pada tuturan: Sudah buk,
jaringan di sini agak susah buk, saya sudah kirim. Penutur
menjelaskan bahwa penutur sudah mengirimkan jawaban meskipun jaringan agak
susah di tempat penutur.
�Deiksis
waktu dapat dilihat pada tuturan berikut:
�Maaf
bu sebelumnya saya mengirimkan jawabannya di jam 09.27.
Tuturan
tersebut merupakan bentuk deiksis waktu atau deiksis temporal. Deiksis temporal
atau deiksis waktu seperti kata �sekarang� yang menunjukkan baik waktu yang
berkenaan dengan saat penutur berbicara maupun saat suara penutur sedang
didengar, baik waktu sekarang, masa lalu maupun masa yang akan datang dengan waktu
penutur sekarang (Yule, 2006). Fungsi dari deiksis waktu
ini salah satunya yaitu untuk memperjelas keterangan waktu ketika penutur
bertutur sesuai konteks situasi dan kondisi yang terjadi saat pembelajaran
daring berlangsung. Misalnya pada tuturan tersebut: Maaf bu sebelumnya saya mengirimkan jawabannya di jam 09.27. Penutur mengirimkan jawaban pada pukul 09.27 lewat dari jadual yang
ditentukan karena batas pengiriman jawaban di pukul 09.25. Pembelajaran daring
berlangsung mulai pukul 07.45-09.25.
Perbandingan
dengan penelitian deiksis yang lainnya yaitu pada pembelajaran daring ini
deiksis persona dominan lebih banyak menggunakan kata ganti saya, dia, kami,
kita, mereka sebagai kata ganti orang pertama tunggal, ketiga tunggal,
pertama jamak, dan ketiga jamak, dalam konteks pembelajaran daring, dan deiksis
persona dominan lebih banyak muncul daripada deiksis tempat dan deiksis waktu.
Kesimpulan
Hasil
penelitian yang ditemukan dalam tuturan mahasiswa selama pembelajaran daring berupa deiksis persona, deiksis
waktu dan deiksis tempat. Deiksis persona dominan lebih banyak
menggunakan kata ganti saya, dia, kami, kita, mereka sebagai kata ganti
orang pertama tunggal, ketiga tunggal, pertama jamak, dan ketiga jamak, dalam
konteks pembelajaran daring, dan deiksis persona dominan lebih banyak muncul
daripada deiksis tempat dan deiksis waktu. Fungsi dari deiksis persona, tempat
dan waktu ini salah satunya yaitu untuk memperjelas keterangan rujukan deiksis
persona, tempat dan waktu ketika penutur bertutur sesuai konteks situasi dan
kondisi yang terjadi saat pembelajaran daring berlangsung. Konsep
mengenai deiksis diperlukan pengajar untuk memahami dan memperjelas rujukan tuturan mahasiswa selama proses belajar mengajar untuk kelancaran pembelajaran daring.
BIBLIOGRAFI
�Apu, Fatmaruwanti. et.al. (2019). Deiksis
dalam Wacana Narasi Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Revisi 2017. Jurnal
Bastra (Bahasa dan Sastra), 4(1).
Chaer,
Abdul. (2013). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Cummings, Louise, & Setiawati, Eti. (2007). Pragmatik: sebuah
perspektif multidisipliner. Bandung:
Pustaka Pelajar.
Damayanti, Rini. dan Tri Indrayanti.
(2015). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Victory Inti
Cipta.
Fitrianti, Eva. (2018). Deiksis Sosial Dalam Diskusi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Ekasakti Padang. UNES Journal of Education Scienties,
2(1), 71�81.
Herlina S., Dyna. (2019). Literasi
Media: Teori dan Fasilitasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Muhyidin, Asep. (2019). Deiksis Dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin Karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA.
Metalingua, 17(1), 45�46.
Nadar, F. X. (2018). Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Parera, J. .. (2014). Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pratiwi,
Wirawati Adhi dan Lutfi Saksono. (2017). Bentuk dan Fungsi Deiksis dalam Wacana
Pengungsi Syria Harian Suddeutsche Zeitung. Identitaet, 6(1),
1-15.
Purwandari,
Meilda Maharani. et.al. (2019). Bentuk dan Fungsi Deiksis dalam Tajuk Rencana
pada Surat Kabar Solo Pos Edisi 2017 dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar
Pembelajaran Teks Editorial di Sekolah Menengah Atas. Basastra; Jurnal
Bahasa, Sastra dan Pengajarannya, 7(1), 186-192.
Raihanny,
Sri. et.al. (2017). Deiksis dalam Antologi Cerpen Pembunuh Ketujuh Karya
Herman RN. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI, 2(4), 378-392.
Riza,
Luqman Nur. et.al. (2017). Deiksis pada Wacana Sarasehan Habib dengan
Masyarakat. Seloka,� 6(3),
273-285.
Sebastian, Dwiyan, Diani, Irma, & Rahayu, Ngudining. (2019). Analisis
Deiksis Pada Percakapan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas
Bengkulu. Jurnal Ilmiah KORPUS, 3(2), 157�165.
Yule, George. (2006). Pragmatik (Terjemahan Indah Fajar Wahyuni). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.