�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 2,
No 9 September 2017
PENGARUH
MOTIVASI KERJA GURU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA MUSYAWARAH GURU MATA
PELAJARAN (MGMP) TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI MTS NEGERI MODEL BREBES
Wawat
Hermawati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cirebon
Abstrak
Guru atau dalam istilah
lain disebut pendidik adalah penting dalam pembangunan karakter bangsa. Guru
memiliki peran khusus dalam kehidupan bernegara. Guru memiliki jasa dalam ranah
pendidikan. Kendati demikian tidak sedikit pula guru dengan kinerja mengajar
yang kurang baik. ketidakmaksimalan kinerja guru disebabkan oleh beberapa
salah, dua diantaranya adalah motivasi kerja guru dan implementasi program
kerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang kurang maksimal. Penelitian
ini secara umum menguraikan peran kedua hal tersebut atas proses meningkatnya
kinerja mengajar guru. Penelitian ini mengupas bagaimana peran motivasi kerja
guru dan implementasi program kerja MGMP atas meningkatnya kinerja mengajar. Penelitian
ini dilaksanakan di MTS Negeri Model Brebes. Adapun populasi serta sampel yang
diterapkan disini adalah guru MTs Model Brebes dengan jumlah 100 orang.
Peneliti mendapati pengaruh yang cukup signifikan dari motivasi kerja guru dan
implementasi program kerja MGMP atas meningkatnya kinerja mengajar guru.
Merujuk dari hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa motivasi kerja guru dan
implementasi program kerja MGMP secara baik dapat meningkatkan kinerja mengajar
pendidik atau guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Brebes.
Kata
Kunci: � Motivasi
Kerja Guru, Implementasi Program Kerja MGMP, Kinerja
Mengajar Guru
Pendahuluan
Pendidikan
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang handal
bagi pembangunan dan memiliki peranan strategis untuk mencapai kemajuan suatu
bangsa. Keberhasilan pendidikan bukanlah suatu hal yang secara otomatis akan
tercapai dalam penyelenggaraan pendidikan, namun hal tersebut menuntut adanya
strategi dan kajian komprehensif berkaitan dengan bagaimana mengelola berbagai
komponen pendidikan. Komponen-komponen tersebut antara lain adalah guru,
kurikulum, fasilitas, biaya, kepemimpinan, hubungan madrasah dengan warga serta
peserta didik.
Komponen
pendidikan yang terkelola umumnya memiliki komponen yang saling bersinergi satu
dengan yang lain. Dan dari komponen yang tersedia sekarang, komponen yang
berperan sebagai penentu keberhasilan pendidikan, tidak lain adalah guru atau
pendidik. Guru merupakan orang yang memberikan pengarahan, bimbingan dan
pelatihan kepada siswa guna mencapai sasaran dan target pendidikan.
Pendidikan
merupakan usaha��yang dilakukan secara sadar dan terencana��yang pada
pelaksanaannya, pendidikan dilaksanakan melalui proses belajar, baik mandiri
maupun kelompok dengan tujuan pengembangan potensi bagi masing-masing peserta
didik. Selain tujuan sebagaimana diuraikan di atas, pendidikan juga
dilakuntukan dengan tujuan pembekalan kekuatan spiritual, pengalaman,
kecerdasan, kepribadian, keterampilan, dan akhlak mulia. Sedangkan fungsi dari
pembekalan sendiri adalah agar siswa lebih siap dalam menjalani kehidupan,
berguna untuk bangsa, negara, juga agama�
(UUSPN No 20 tahun 2003: 3)
Guna
menggapai sasaran dan tujuan di atas, tentu diperlukan suatu manajemen
profesional dalam tata kelola pendidikan di madrasah, satu kebersamaan tujuan
antara kepala madrasah sebagai manajer di madrasah, guru sebagai pelaksana
proses pembelajaran bersama siswa, serta peran komite madrasah sebagai
perwakilan orang tua peserta didik di Madrasah. Kebersamaan tujuan ini harus
termuat dalam suatu visi dan misi madrasah yang jelas.
Berbicara
mengenai mutu pendidikan sangatlah abstrak, mudah untuk diucapkan namun sukar
untuk diukur dan dideskripsikan, perbedaan pendapat tentang indikator dan
kriteria untuk mengukur kualitas atau mutu pendidikan sulit untuk diselesaikan
secara tuntas. Banyak hal yang menjadi penentu dalam peningkatan �kualitas pendidikan, antara lain kurikulum,
peserta didik, guru yang profesional, sarana dan prasarana belajar, bahkan
mungkin budaya dan tingkat kesadaran masyarakat akan penntingnya pendidikan.
Pada
kondisi lapangan, dalam melihat kualitas pendidikan, masyarakat kerap
memperhatikan satu komponen pendidikan saja, yakni guru. Supriyadi
(1998) mengemukakan bahwa guru memegang peranan
strategis dalam membentuk watak bangsa dan pengembangan
nilai-nilai kepribadian. Selanjutnya guru harus mampu mengembangkan keprofesionalannya
sebagai problem solver atau pemecah
masalah dalam proses pembelajaran dan pembangunan kemasyarakatan.� Menurut Supriyadi (2008:334) sosok guru pada
abad 21 akan mengalami perubahan pola relasi antara guru dengan lingkungannya,
dengan sesama guru, dengan peserta didik, dengan orang tua, kepala madrasah,
dengan teknologi, bahkan dengan kariernya sendiri. Penampilan guru bukan hanya
sebagai pengajar (teacher), melainkan
sebagai pelatih, konselor, manajer belajar, partisipan dan pelajar.
Guru
adalah tenaga profesional pendidikan. Sebagai suatu profesi, guru berperan
sebagaimana pelaksana pencapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar
mengajar. Mengajar merupakan usaha serta tugas guru yang terbilang kompleks,
prosesnya senantiasa diimbangi dengan kondisi peserta didik di lapangan, sehingga
sukar menentukan bagaimana cara mengajar yang baik dan dianjurkan. Pada
prosesnya, banyak sekali guru yang tidak bisa mengajar di strata pendidikan
yang berbeda. Sebagai contoh, ada guru yang dapat mengajar dengan baik pada
taman kanak-kanak, namun guru tersebut sangat kesulitan mengajar di pendidikan
menengah ke atas, namun sangat kesulitan mengajar di pendidikan dasar dan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Banyak aspek yang berpengaruh terhadap
kegiatan mengajar yang efektif sehingga siswa dapat belajar secara aktif,
kreatif, dan menyenangkan.
Bagaimanapun� guru memiliki peran dan beban yang cukup
berat untuk tercapainya cita-cita pendidikan nasional. Oleh karena itu kualitas
guru perlu terus dikembangkan. Maka peran dan fungsi pendidikan dan latihan
dalam upaya meningkatkan kualitas guru sangat diperlukan. Diklat sendiri adalah
upaya dan proses peningkatan kualitas terhadap aspek kemampuan dan pengetahuan
untuk melaksanakan tugas dan peran guru sebagai seorang aparatur negara dalam
lingkup pendidikan, meningkatkan motivasi, disiplin, etos kerja, dan tanggung
jawab dengan dilandasi unsur pengabdian, serta perubahan sikap yang merujuk
pada keterbukaan dan mengayomi sebagai bentuk peningkatan atas pelayanan publik
(Kristiadi, 2007:98).
Guru
sebagai pendidik memiliki peran yang cukup strategis dalam melaksanakan
tugas-tugasnya di madrasah. Untuk menjadi guru yang profesional, sehingga dapat
memenuhi tuntutan keterampilan yang dikehendaki dalam layanan pembelajaran
kepada siswa tentu perlu dilaksanakan pembinaan dan pelatihan, mengingat adanya
berbagai latar belakang guru dan ketidaksesuaian dengan beban tugas dan
tanggung jawabnya sebagai guru mata pelajaran. Kesenjangan antara kemampuan dan
tuntutan pembaharuan tersebut diistilahkan sebagai "performance gaps". Agar dapat dikatakan sebagai profesi guru
harus memenuhi syarat-syarat keprofesionalan. Beberapa pihak menerangkan bahwa
ciri-ciri suatu profesi sebagai berikut:
1.
Anggota dianjurkan
untuk memberi pelayanan sosial yang khusus dan nyata pada masyarakat.
2.
Pada pelaksanaannya
penampilan khusus tersebut harus didasari oleh teknik dan/atau dasar
intelektual.
3.
Anggota mempunyai
kerangka yang ilmu yang serupa dan dapat dipelajari dan/atau dikomunikasikan
melalui proses intelektual dalam konsep perguruan tinggi.
4.
Guna menyelenggarakan
dan/atau memasuki pekerjaan yang demikian, guru terlebih dulu mengikuti
pendidikan dan� latihan dalam satu atau
lebih periode yang memadai.
5.
Anggota secara tegas
dituntut memiliki kompetensi minimum yang berlisensi.
6.
Memiliki standar
profesional yang dituangkan dalam kode etik profesi.
7.
Secara berkesinambungan
anggota diharapkan dapat melakukan penyegaraan dan/atau pembaharuan dalam
meningkatkan kompetensi, baik dalam sifat kelompok maupun pribadi.
Jika
merujuk merujuk pada uraian di atas, pendidik atau guru diharuskan memiliki
profesionalitas, kompetensi, kinerja, serta kreativitas yang tinggi. Kesemua
hal tersebut merupakan modal guru untuk mencapai pendidikan berkelas dan
efektif. Namun, pada prakteknya, tidak sedikit guru dengan kinerja dan motivasi
kerja yang kurang baik.
MGMP
atau kepanjangannya Musyawarah Guru Mata Pelajaran, adalah wadah dalam usaha
meningkatkan kemampuan profesional guru, melalui MGMP guru melakukan kegiatan
pertemuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang ada kaitannya dengan
proses pembelajaran. Di samping hal tersebut, melalui MGMP guru juga dapat
meningatkan kompetensi dan motivasi mengajar melalui media tukar pikiran yang
dilakukan dalam pertemuan MGMP.
MTs
Model Brebes merupakan madrasah yang cukup diperhitungkan di Kabupaten Brebes.
Madrasah tersebut memiliki beberapa siswa yang mempunyai keterampilan di atas
rata-rata. Di samping hal tersebut, tidak sedikit pula prestasi yang berhasil
direngkuh oleh madrasah tersebut. Namun pada kenyataannya, cukup banyak peserta
didik yang mempunyai nilai di bawah rata-rata. Banyak hal yang mempengaruhi hal
tersebut, namun satu dari sekian alasan yang menonjol adalah rendahnya
kemampuan pendidik dalam menyampaikan bahan ajaran.
Kegiatan
MGMP di MTs Negeri Model Brebes diharapkan dapat membantu memberi peningkatan
pada keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Selain
itu, melalui kegiatan MGMP, setiap guru mata pelajaran dapat berinteraksi,
bertukar pikiran, berdiskusi saling mengisi dan melengkapi kemampuan
profesionalnya, yang di akhir memiliki tujuan untuk melahirkan suatu standar
bagi kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas untuk tercapainya tujuan
pembelajaran di madrasah masing-masing.
Untuk
membina dan menumbuhkan profesionalisme guru, tidak cukup mengandalkan preservice training, tetapi diperlukan
pembinaan berkelanjutan melalui kegiatan inservice
training sehingga diharapkan para guru di MTs Negeri Model Brebes
memperoleh penyegaran tentang konsep-konsep aktual dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar selaras dengan mata pelajaran masing-masing.
Dalam
penelitian ini peneliti mencoba mengkaji lebih jauh mengenai peran MGMP di MTs
Negeri Model Brebes, terlebih dalam meningkatkan motivasi kinerja guru. Dengan
demikian MGMP di MTs Negeri Model Brebes mempunyai peran yang cukup strategis
dalam membina dan menumbuhkan profesionalisme guru-guru mata pelajaran.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitin ini adalah deskriptif analisis dengan
desain
penelitian berupa Explanatory Survey
Method, melalui pendekatan kuantitatif. �Menurut Surakhmad (2004) metode deskriptif
merupakan istilah umum yang mencakup beragam teknik deskriptif. Secara luas
metode dan/atau teknik deskriptif merupakan kegiatan yang memungkinkan
seseorang untuk menggambarkan, menuturkan, menganalisis, dan mengklarifikasi
pendidikan dengan teknik survey untuk keperluan penelitian maupun non
penelitian. Adapun pengertian Nawawi (2010) metode deskriptif adalah prosedur
pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menyelediki dengan penggambaran,
penjabaran dan analisis terhadap suatu objek permasalahan melalui fakta yang
nampak untuk kemudian diselesaikan melalui prosedur penelitian yang berlaku.
Populasi dan sampel
penelitian ini berjumlah 100 orang yang berlatar belakang sebagai pendidik di
MTs Model Brebes. Pemilihan
jumlah populasi tersebut memiliki landasan berupa pernyataan yang disampaikan Arikunto
(2006) yang menerangkan bahwa populasi merupakan seluruh subjek penelitian yang
tersedia. Sedangkan penetapan jumlah sampel dilatar belakangi oleh jumlah
populasi itu sendiri. Sebab, menurut hemat penulis, jumlah populasi dapat
sekaligus dijadikan sampel apabila jumlah tersebut tidak melebihi seratus. �
Penyebaran angket,
wawancara, observasi, serta pengumpulan data skunder berupa literatur terkait
variabel penelitin merupakan teknik pengumpulan data yang cukup efektif.
Sehingga, dilatarbelakangi oleh hal tersebut, peneliti kemudian menerapkan
teknik-teknik sebagaimana uraian di atas untuk penelitian ini. Dengan kata
lain, lembar observasi, bahan bacaan terkait variabel penelitian,
kuesioner/angket, program SPSS serta komputer merupakan instrumen penelitian
yang akan digunakan. Dalam kuesioner/angket yang disebar terdapat beberapa
pertanyaan terkait motivasi mengajar guru (X1), implementasi program kerja MGMP
(X2) serta kinerja mengajar guru (Y).
Untuk menguji validitas
alat ukur. Angket sebagai alat ukur kemudian dikorelasikan dengan alat ukur
lain secara keseluruhan, dengan mengorelasi masing-masing alat ukur melalui
skor total adalah jumlah tiap skor butir, dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson�� sebagai
berikut :
Keterangan:
����� r ��� =
Koefisien korelasi
����� X � =
Jumlah skor tiap item ke -1
����� Y�� =
Jumlah skor total seluruh item
����� n �� =
Jumlah responden
Selanjutnya dihitung nilai/statistik uji t pada
tarap signifikan a
= 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n - 2�
dengan rumus:
Keterangan :
����� t
��� = Nilai t terhitung
����� r
��� = Koefisien korelasi hasil hitung
����� n
�� = Jumlah Responden
Kaidah keputusan:
1.
Jika t hitung lebih dari t tabel, maka instrumen tersebut
valid.
2.
Jika t hitung kurang dari atau sama dengan t tabel, maka
instrumen tersebut tidak valid.
Selain harus valid,
alat ukur penelitian juga harus reliabel (handal). Alat ukur akan disebut valid
jika menyatakan hasil yang konsisten jika variabel yang diukur merupakan
variabel yang sama. Reliabilitas merupakan tolak ukur apakah suatu alat ukur
dapat diandalkan atau tidak. Dengan demikian, reliabilitas menampilkan konsistensi
alat ukur penelitian dalam mengukur gejala yang sama.
Pengujian reliabilitas
alat ukur penelitian ini menggunakan rumus alfa cronbach dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
Rumus
menghitung Si2� dan ST 2
����������� Keterangan
:
����������� n��������� =
Jumlah responden
�������� Jki������� = Penjumlahan dari kuadrat seluruh skor
tiap item
����������� Jks������ =
Penjumlahan dari kuadrat jumlah skor tiap item
����������� XT������ = Skor masing-masing responden
����������� K�������� =
Jumlah item
a. Jika
jika t hitung > t tabel, maka alat ukur penelitian yang digunakan tersebut
handal (reliabel).
b. Jika
t hitung < t tabel, maka alat ukur penelitian yang digunakan tersebut
tidak handal (tidak reliabel).
Dalam mengetahui
kondisi dua variabel X, yakni motivasi kerja guru dan impementasi program kerja
MGMP atas kinerja guru,� maka peneliti
melakukan pengukuran dengan menggunakan angket yang tersusun atas motivasi kerja�
guru (X1), implementasi
program kerja MGMP (X2), sebagai variabel bebas (independent variable), dan kinerja mengajar guru (Y) dengan pertanyaan
yang masing-masing disertai 4 (empat) kemungkinan jawaban yang harus dipilih
dan dianggap sesuai menurut responden. Dari jawaban tersebut, kemudian disusun
kriteria penilaian sebagai berikut :
Tabel
1
Kriteria
Penilaian Berdasarkan Persentase
NO |
Persentase |
Kriteria Penilaian |
1 |
25� � 43.75 |
Kurang baik |
2 |
44� � 62.75 |
Cukup baik |
3 |
63� � 81,75 |
Baik |
4 |
82 � 100 |
Sangat Baik |
����� Sumber : Boediono dan Koster (2001)
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
1.
Hasil
Uji Instrumen
Sebelum melangkah lebih jauh, peneliti sebelumnya melaksanakan
pengujian validitas, reabilitas dan uji t dengan hasil sebagai berikut:
a.
Uji
Validitas� dan Reabilitas Motivasi Kerja
Guru (X1)
Berdasarkan perhitungan melalui
SPSS 11 for window, validitas dan reliabilitas variabel motivasi kerja guru
adalah sebagai
berikut:
Tabel
2
Hasil Uji Validitas
Variabel Motivasi Kerja Guru
NO |
T Hitung |
T Tabel |
Keterangan |
1 |
0,6894 |
0,062 |
VALID |
2 |
0,6254 |
0,062 |
VALID |
3 |
0,6712 |
0,062 |
VALID |
4 |
0,5918 |
0,062 |
VALID |
5 |
0,6619 |
0,062 |
VALID |
6 |
0,7172 |
0,062 |
VALID |
7 |
0,6071 |
0,062 |
VALID |
8 |
0,5576 |
0,062 |
VALID |
9 |
0,6081 |
0,062 |
VALID |
10 |
0,6758 |
0,062 |
VALID |
11 |
0,5471 |
0,062 |
VALID |
12 |
0,5500 |
0,062 |
VALID |
13 |
0,7090 |
0,062 |
VALID |
14 |
0,6028 |
0,062 |
VALID |
15 |
0,5888 |
0,062 |
VALID |
16 |
0,5514 |
0,062 |
VALID |
17 |
0,4294 |
0,062 |
VALID |
18 |
0,3456 |
0,062 |
VALID |
Reliabilitas
sebesar 0, 9015 sementara� r tabel
sebesar 0,462. R HITUNG > r TABEL = 0,9015 > 0,462. dengan demikian
angket tersebut reliabel
b.
Uji
Validitas dan Reabilitas Implementasi Program Kerja MGMP (X2)
Berdasarkan perhitungan melalui
SPSS 11. for window, validitas dan reliabilitas variabel implementasi program
kerja MGMP adalah sebagai berikut:
Tabel
3
Hasil Uji
Validitas Variabel Program Kerja MGMP
NO |
T Hitung |
T Tabel |
Keterangan |
1 |
0,4159 |
0,062 |
VALID |
2 |
0,3393 |
0,062 |
VALID |
3 |
0,4313 |
0,062 |
VALID |
4 |
0,3444 |
0,062 |
VALID |
5 |
0,5005 |
0,062 |
VALID |
6 |
0,4108 |
0,062 |
VALID |
7 |
0,4344 |
0,062 |
VALID |
8 |
0,5050 |
0,062 |
VALID |
9 |
0,4155 |
0,062 |
VALID |
10 |
0,3615 |
0,062 |
VALID |
11 |
0,4605 |
0,062 |
VALID |
12 |
0,3845 |
0,062 |
VALID |
13 |
0,3733 |
0,062 |
VALID |
14 |
0,3568 |
0,062 |
VALID |
15 |
0,3841 |
0,062 |
VALID |
16 |
0,4413 |
0,062 |
VALID |
17 |
0,3718 |
0,062 |
VALID |
18 |
0,3936 |
0,062 |
VALID |
Reliabilitas
sebesar 0, 5272 sementara� r tabel
sebesar 0,462. r Hitung > r Tabel = 0,5272 > 0,462. dengan demikian
angket tersebut reliable.
c.
Uji
Validitas dan Reabilitas Kinerja Mengajar Guru (Y)
Berdasarkan perhitungan melalui SPSS 10. for window,
validitas dan reliabilitas variabel kinerja mengajar guru adalah sebagai
berikut:
Tabel
4
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja
Mengjar Guru
NO |
T Hitung |
T Tabel |
Keterangan |
1 |
0,5729 |
0,062 |
VALID |
2 |
0,5423 |
0,062 |
VALID |
3 |
0,5624 |
0,062 |
VALID |
4 |
0,4779 |
0,062 |
VALID |
5 |
0,5541 |
0,062 |
VALID |
6 |
0,5376 |
0,062 |
VALID |
7 |
0,4683 |
0,062 |
VALID |
8 |
0,5033 |
0,062 |
VALID |
9 |
0,3503 |
0,062 |
VALID |
10 |
0,3259 |
0,062 |
VALID |
11 |
0,3510 |
0,062 |
VALID |
12 |
0,3355 |
0,062 |
VALID |
13 |
0,4095 |
0,062 |
VALID |
14 |
0,3127 |
0,062 |
VALID |
15 |
0,2474 |
0,062 |
VALID |
16 |
0,1851 |
0,062 |
VALID |
17 |
0,2588 |
0,062 |
VALID |
18 |
0,2679 |
0,062 |
VALID |
Reliabilitas
sebesar 0, 5948 sementara� r tabel
sebesar 0,462. R hitung > R tabel = 0,5948 > 0,462. Dengan demikian
angket tersebut reliable.
2.
Hasil
Angket
a.
Hasil
Angket Motivasi Kerja Guru (X1)
Guna
melihat kondisi dari variabel X1 (motivasi kerja guru), maka
peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan angket yang terdiri dari� 18 pertanyaan, yang masing-masing disertai 4
(empat) kemungkinan jawaban yang harus dipilih dan dianggap sesuai menurut
responden. Setelah peneliti melaksankan pengolahan data terhadap 18 pertanyaan
tentang motivasi kerja guru� (X1), diperoleh hasil seperti
tercantum pada tabel berikut:
Tabel
5
Kriteria
Penilaian Penerapan motivasi kerja guru�
(X1)
No. Item |
Tentang |
Kumulatif |
Persentase |
Kriteria |
1 |
Guru memiliki ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang yang
dikerjakan |
248 |
62,00 |
Baik |
2 |
Guru menguasai
bidang studi dari sisi keilmuan dan kependidikan sebagai sebuah paket
pembelajaran yang utuh |
249 |
62,25 |
Baik |
3 |
Guru menguasi konsep-konsep
dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan |
251 |
62,75 |
Baik |
4 |
Guru memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan bidangnya |
244 |
61,00 |
Baik |
5 |
Guru menggunakan kurikulum yang didasarkan Standar Kompetensi Guru |
253 |
63,25 |
Baik |
6 |
Guru memiliki karakter atau kepribadian yang membuatnya dihargai, dibanggakan
dan diterima orang lain. |
258 |
64,50 |
Baik |
7 |
Guru memiliki kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif |
260 |
65,00 |
Baik |
8 |
Guru menggunakan berbagai media komunikasi dan informasi |
248 |
62,00 |
Baik |
9 |
Guru memiliki
kompetensi sosial yang meliputi kemampuan melakukan komunikasi dan bergaul
dengan peserta didik |
264 |
66,00 |
Baik |
10 |
Guru memiliki otonomi dalam melakukan profesi keguruan |
260 |
65,00 |
Baik |
11 |
Guru kemampuan
mengadakan perancangan proses pembelajaran, guru mampu mengimplementasikan
proses dan hasil pembelajaran |
270 |
67,50 |
Baik |
12 |
Guru mampu memanfaatkan hasil
penilaian untuk melakukan perbaikan secara sistematis, |
272 |
68,00 |
Baik |
13 |
Guru mampu
pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan. |
262 |
65,50 |
Baik |
14 |
Guru memiliki kemampuan
melakukan perbaikan secara secara terus menerus |
270 |
67,50 |
Baik |
15 |
Guru mampu bekerjasama dengan teman sejawat dalam kegiatan
MGMP |
258 |
64,50 |
Baik |
16 |
Guru mampu melakukan upaya kerjasama dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran |
271 |
67,75 |
Baik |
17 |
Guru mampu mengenal siswa
dengan lebih mendalam serta memiliki visi yang jelas |
276 |
69,00 |
Baik |
18 |
Guru memiliki peserta didik yang berprestasi |
273 |
68,25 |
Baik |
Jumlah |
1171,75 |
Baik |
||
Rata-rata |
65.09 |
�Sumber : Hasil
Pengolahan Data (2013)
Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase jawaban responden pada variabel X1 (motivasi kerja guru) adalah� 1171,75 atau rata-rata sebesar 65.09 dari
seluruh pertanyaan pada variabel tersebut dengan kriteria cukup baik.�
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut respon responden atas motivasi kerja� guru dapat kategorikan baik sehingga
diharapkan kepala madrasah dapat memberi peningkatan motivasi kerja guru
melalui berbagai pendidikan dan latihan�
sehingga guru memiliki motivasi kerja�
yang memadai.
b.
Hasil
Angket Implementasi Program Kerja MGMP
Untuk
mengetahui kondisi variabel implementasi program
kerja MGMP (X2), maka peneliti melakukan pengukuran dengan
menggunakan angket yang terdiri dari 18 pertanyaan, yang masing-masing disertai
4 (empat) kemungkinan jawaban yang harus dipilih dan dianggap sesuai menurut
responden. Setelah peneliti melakukan pengolahan data terhadap 18 pertanyaan
tentang implementasi program kerja MGMP (X2),
diperoleh hasil sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel
6
Kriteria
Penilaian Implementasi Program Kerja�
MGMP (X2)
No |
Tentang |
Kumulatif |
Persentase |
Kriteria |
1 |
Adanya jadwal
pertemuan yang rutin dalam melaksanakan aktivitas� di MGMP |
246 |
61,50 |
Baik |
2 |
Adanya
perencanaan yang dilakukan dalam melaksanakan aktivitas� di MGMP |
256 |
64,00 |
Baik |
3 |
Adanya
langkah-langkah dalam penyusunan struktur program atau materi kegiatan di
MGMP |
244 |
61,00 |
Baik |
4 |
Adanya buku
administrasi yang lengkap dalam kegiatan MGMP |
256 |
64,00 |
Baik |
5 |
Adanya deskripsi tentang tugas masing-masing pengurus MGMP |
252 |
63,00 |
Baik |
6 |
Adanya
evaluasi yang dilakukan secara rutin atas aktivitas MGMP |
247 |
61,75 |
Baik |
7 |
Adanya upaya
atau cara yang dilakukan untuk melaksanakan evaluasi aktivitas MGMP |
257 |
64,25 |
Baik |
8 |
Adanya
kerjasama dengan MKKS, pengawasan dalam pelaksanaan aktivitas MGMP |
254 |
63,50 |
Baik |
9 |
Adanya upaya
yang dilakukan untuk melakukan kerjasama dalam meningkatkan kualitas
aktivitas MGMP |
255 |
63,75 |
Baik |
10 |
Adanya
dukungan dari pengurus MKKS terhadap aktivitas MGMP |
259 |
64,75 |
|
11 |
Aktivitas MGMP
membantu guru dalam meningkatkan pengetahuannya dalam proses pembelajaran |
254 |
63,50 |
Baik |
12 |
Adanya upaya
untuk melakukan analisis terhadap bahan ajar bagi guru dalam aktivitas MGMP |
258 |
64,50 |
Baik |
13 |
Adanya upaya
untuk memilih metode pembelajaran yang cocok bagi guru dalam aktivitas MGMP |
264 |
66,00 |
Baik |
14 |
Adanya upaya
untuk menganalisis kedalaman materi yang akan dipergunakan sebagai bahan
pembelajaran oleh guru dalam aktivitas MGMP |
254 |
63,50 |
Baik |
15 |
Adanya upaya
untuk mengetahui ketepatan sasaran dalam menggunakan bahan ajar dalam aktivitas
MGMP |
257 |
64,25 |
Baik |
16 |
Aktivitas MGMP dapat meningkatkan kemajuan individu secara
komprehensif |
250 |
62,50 |
Baik |
17 |
Aktivitas MGMP dapat membantu memilih metode pembelajaran yang
efektif |
262 |
65,50 |
Baik |
18 |
Aktivitas MGMP dapat membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran |
259 |
64,75 |
Baik |
Jumlah |
1146 |
Baik |
||
Rata-rata |
63,67 |
�Sumber : Hasil
Pengolahan Data (2013)
Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase jawaban responden pada variabel
implementasi program kerja MGMP adalah 1146�
atau rata-rata sebesar 63.67 dari seluruh pertanyaan pada variabel
tersebut dengan kriteria baik.�
Berdasarkan
hasil penelitian bahwa respon dari responen atas implementasi program kerja
MGMP dapat dikategorikan cukup baik, sehingga diharapkan implementasi program
kerja� MGMP lebih ditingkatkan karena
memberikan pengalaman dan pendidikan bagi guru sehingga melalui kegiatan
tersebut diharapkan kemampuan guru meningkat.
c.
Hasil
Angket Kinerja Mengajar Guru (Y)
Untuk
mengetahui kondisi variabel Kinerja mengajar Guru (Y), maka peneliti melakukan
pengukuran dengan menggunakan angket yang terdiri dari 18 pertanyaan, yang
masing-masing disertai 4 (empat) kemungkinan jawaban yang harus dipilih dan
dianggap sesuai menurut responden. Setelah peneliti melakukan pengolahan data
terhadap 18 pertanyaan tentang kinerja (Y), diperoleh hasil sebagaimana terdapat
pada tabel berikut:
Tabel
7
Kriteria
Penilaian kinerja mengajar guru� (Y)
No |
Tentang |
Kumulatif |
Persentase |
Kriteria |
1 |
Guru
menyusun tujuan insuksional umum sesuai dengan KTSP |
242 |
60,50 |
Cukup
baik |
2 |
Guru
menyesuaikan program pokok bahasan pada tiap semester |
241 |
60,25 |
Cukup
baik |
3 |
Mencantumkan
nama metode mengajar pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) |
245 |
61,25 |
Baik |
4 |
Guru
menggunakan sumber lain seperti LKS selain buku wajib |
242 |
60,50 |
Cukup baik |
5 |
Guru�
mencantumkan media belajar yang digunakan |
245 |
61,25 |
Baik |
6 |
Guru
mencantumkan tujuan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) |
249 |
62,25 |
Baik |
7 |
Guru
menguraikan tujuan pembelajaran untuk setiap pokok bahasan |
248 |
62,00 |
Baik |
8 |
Guru merinci
Kegiatan Belajar mengajar berdasarkan kegiatan guru pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) |
246 |
61,50 |
Baik |
9 |
Guru merinci
Kegiatan Belajar mengajar berdasarkan kegiatan siswa pada rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) |
251 |
62,75 |
Baik |
10 |
Guru
mencantumkan alat atau media mengajar yang digunakan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) |
247 |
61,75 |
Baik |
11 |
Guru
mencantumkan cara evaluasi yang akan digunakan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) |
240 |
60,00 |
Cukup baik |
12 |
Guru
melaksanakan pengawasan terhadap tata tertib kelas setiap hari |
234 |
58,50 |
Cukup baik |
13 |
Guru
memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan�
pelanggaran tata tertib |
237 |
58,25 |
Cukup baik |
14 |
Guru melakukan
pengaturan posisi tempat duduk secara bergiliran |
236 |
59,00 |
Cukup
Baik |
15 |
Guru
melaksanakan studi tour untuk keperluan pengajaran setiap tahun |
236 |
59,00 |
Cukup
baik |
16 |
Guru membuat
alat peraga untuk keperluan peragaan suatu materi |
246 |
61,50 |
Baik |
17 |
Guru
menggunakan satu metode mengajar dalam kegiatan belajar mengajar |
248 |
62,00 |
Baik |
18 |
Guru
menggunakan lebih dari satu metode mengajar dalam kegiatan kelas |
248 |
62,00 |
Baik |
Jumlah |
1094,25 |
Cukup
baik |
||
Rata-rata |
60.79 |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data (2013)
Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase jawaban responden pada variabel
kinerja guru �adalah 1094.25 atau rata-rata sebesar
60.79� % dari seluruh pertanyaan pada
variabel tersebut dengan kriteria cukup baik.�
Hasil
menarangkan bahwa responen menganggap bahwa kinerja mengajar berkategori cukup
baik, sehingga dengan kondisi tersebut sebaiknya berusaha untuk lebih memberi
peningkatan pada kinerja guru melalui berbagai upaya seperti peningkatan
motivasi kerja� dan aktivitas di MGMP.
3.
Hasil
Analisis Korelasi dan Regresi
a.
Pengaruh motivasi kerja�
guru terhadap kinerja mengajar guru MTs Negeri Model Brebes
Untuk
mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan oleh �kedua variabel, penulis kemudian menggunakan
rumus koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel
8
Pengaruh
Variabel X1 dan Y
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Change Statistics |
Durbin Watson |
||||
R Square Chang |
F Change |
Df1 |
Df2 |
Sig. F Change |
||||||
1 |
.531a |
.282 |
.274 |
3.84960 |
.282 |
38.401 |
1 |
98 |
.000 |
1.824 |
a. Predictors: (Constanst), X1
b. Dependent Variable: Y
b.
Pengaruh Implementasi program�
MGMP terhadap kinerja mengajar guru MTs Negeri Model Brebes
Untuk mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan
dari kedua variabel, penulis kemudian menggunakan rumus koefisien korelasi
sebagai berikut:
Tabel 9
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Change Statistics |
Durbin Watson |
||||
R Square Chang |
F Change |
Df1 |
Df2 |
Sig. F Change |
||||||
1 |
.568a |
.322 |
.315 |
3.73945 |
.322 |
46.556 |
1 |
98 |
.000 |
2.061 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa besarnya
pengaruh antara variabel (X2) terhadap (Y) yang dihitung dengan
koefesien korelasi adalah 0.568 atau (rX2Y= 0.322). Untuk menyatakan
besar kecilnya kontribusi (sumbangan) variabel (X2) terhadap (Y)
diperoleh hasil sebesar 32.2 %, sedangkan sisanya 67.8% ditentukan oleh
variabel lain. Artinya terdapat pengaruh positif implementasi program� kerja MGMP
terhadap kinerja mengajar guru MTs Negeri Model Brebes.
c.
Pengaruh
Motivasi Kerja Guru dan Implementasi Program Kerja MGMP terhadap Kinerja Guru
Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis melalui
analisis korelasi untuk (X1),�
(X2), Terhadap (Y) melalui Program SPSS Window 11.00. sebagai
berikut:
Tabel 10
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Change Statistics |
Durbin Watson |
||||
R Square Chang |
F Change |
Df1 |
Df2 |
Sig. F Change |
||||||
1 |
.670a |
.450 |
.438 |
3.38685 |
.450 |
39.611 |
2 |
97 |
.000 |
1.701 |
a.
Predictors:
(Constant), X1, X2
b.
Dependent
Variable: Y
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat
R square adalah 0.670 (adalah
pengkuadratan dari koefesien korelasi (0.450). R square dapat disebut koefesien determinasi yang didalam hal ini
berarti 45 % kontribusi� variabel (X1),
(X2), sedangkan sisanya 55 % dipengaruhi oleh sebab-sebab yang lain.
R square berkisar pada angka 0 sampai
1, dengan catatan semakin kecil angka R square,
semakin lemah pula hubungan kedua atau lebih variabel tersebut. Jadi� (X1), (X2), secara
simultan terhadap� (Y)� kontribusinya sebesar 59 %.
Persamaan regresi ganda : Y^ = a + bX1+bX2
= 25.609 + 0.401 X1� + 19.248 + 0.536 X2
Dengan uji anova diketahui
hasil sebagai berikut.
Tabel
11
Anovab
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
1 Regression �� Residual �� Total |
908.728 1112.662 2021.890 |
2 97 98 |
454.364 11.471 |
39.611 |
.000a |
a. Predictors: (Constans),
X1, X2
b. Dependent Variabel: Y
Sehingga dengan uji anova atau
F tes didapat Fhitung adalah� 39,611. Dengan tingkat signifikan 0.000 < 0.005
maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi (Y). Untuk menguji
signifikansi (X1), (X2), terhadap (Y) maka
digunakan rumus� sebagai berikut:����
Jika Fhitung > Ftabel ,
maka signifikan
Jika Fhitung < Ftabel ,
maka� tidak signifikan
Ternyata
Jika Fhitung 39,611 >
Ftabel �1.701, maka signifikan
Ternyata berdasarkan hasil perhitungan diketahui
bahwa Fhitung 39,611 >
Ftabel �1.701, maka signifikan dengan kata
lain hipotesis yang penulis ajukan yaitu �terdapat pengaruh motivasi kerja� guru dan
Implementasi program kerja MGMP terhadap kinerja mengajar guru MTs Negeri Model
Brebes� dapat diterima karena telah teruji kebenarannya.
B.
Pembahasan
1.
Pengaruh
Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar
Berdasarkan hasil temuan pada penelitian di atas bahwa
motivasi kerja� guru berpengaruh terhadap
kinerja mengajar guru di sekolah maka upaya yang dapat dilakukan untuk
mendukung terlaksananya proses belajar mengajar yang baik dan kondusif adalah
dengan cara menyediakan guru yang berkualitas dan profesional.
Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan tidak
hanya memiliki motivasi kerja� akademik,
namun harus juga memiliki kompetensi dan sertifikasi yang memenuhi persyaratan.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 mengamanatkan,
bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip, antara lain memiliki motivasi kerja� akademik, latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya dan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan bidang tugas tersebut. Pada pasal 9 dinyatakan bahwa motivasi
kerja� sebagaimana dimaksud diperoleh
melalui pendidikan tinggi jenjang S1 atau D4.
Peningkatan motivasi
kerja� guru bertujuan agar guru memiliki
motivasi kerja� minimum yang
dipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
yaitu S1 atau D4. Melalui peningkatan motivasi kerja� guru diharapkan membawa dampak terhadap terlaksananya proses
pembelajaran yang menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, yang pada akhirnya akan
meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan akan
menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, termasuk dalam hal ini pola pikir
dan wawasannya tentang kepemimpinan. Selain itu tingkat pendidikan juga merupakan bagian dari pengalaman kerja.
2.
Pengaruh
Implementasi Program Kerja MGMP
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa implementasi program kerja MGMP berpengaruh terhadap
kinerja mengajar guru MTs Negeri Model Brebes maka kegiatan pembinaan
dan pengembangan tenaga kependidikan merupakan usaha-usaha untuk
mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga
kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang
pendidikan (sekolah-sekolah).
Tujuan dari kegiatan pembinaan ini adalah tumbuhnya
kemampuan setiap guru yang meliputi pertumbuhan keilmuannya, wawasan
berfikirnya, sikap terhadap pekerjaannya dan keterampilan dalam pelaksanaan
tugasnya sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa cara yang lebih populer dalam membina dan mengembangkan
tenaga kependidikan dilakukan melalui penataran (inservice training) dan ditujukan kepada guru-guru, baik dalam
rangka penyegaran (refreshing) maupun
dalam rangka peningkatan kemampuan mereka (up-grading).
3.
Pengaruh
Motivasi Mengajar Guru dan Implementasi Program Kerja MGMP terhadap Kinerja
Mengajar Guru
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa motivasi kerja�
guru dan implementasi program kerja MGMP berpengaruh terhadap kinerja
mengajar guru MTs Negeri Model Brebes maka, tugas dan
tanggung jawab guru sebagai pengajar, pembimbing dan administrator. Tidak cukup
hanya mengandalkan motivasi kerja�
berdasarkan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang studi yang
diajarkannya saja. Lebih dari itu guru harus terus menerus mengembangkan
pengetahuannya melalui wadah organisasi profesi agar kemampuannya selalu
terjaga dan terpelihara.
Peningkatan motivasi kerja
pendidikan guru dan implementasi program pembinaan guru berperan dalam
peningkatan kinerja mengajar guru, Soebagio (2002: 37) menyatakan bahwa "Pendidikan
dan pelatihan adalah pengalaman pembelajaran yang di siapkan organisasai untuk
meningkatkan kinerja pegawai". Lebih lanjut, pihak lain menyebutkan
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pelatihan dan pengembangan adalah
sebagai berikut :
a.
Penilaian kebutuhan
yaitu suatu diagnosa untuk mrnenentukan masalah yang dihadapi dan tantangan
dimasa depan yang harus dipenuhi oleh program pelatihan dan pengembangan
b.
Tujuan pelatihan dan
pengembangan harus dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh perusahaan
serta dapat membentuk tingkah laku yang diharapkan
c.
Materi program disusun
dari estimasi kebutuhan dan tujuan pelatihan
d.
Prinsip pembelajaran
idealnya, pendidikan dan pengembangan akan lebih efektif jika metode pelatihan
disesuaikan dengan sikap pembelajaran peserta dan jenis pekerjaan yang
diinginkan.
�Dengan mengacu pada prinsip-prinsip di atas
dapat disimpulkan bahwa MGMP merupakan satu bentuk program pelatihan, pembinaan
dan pemberdayaan guru yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan
sehingga diharapkan akan meningkat pula produktivitas yang dihasilkan.
Kesimpulan
Merujuk pada hasil, analisis, serta
pembahasan di atas peneliti memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BIBLIOGRAFI
Republik
Indonesia. 2003. Undang-Undang no. 20
tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2003. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kristiadi,
JB. 2003. Dimensi Praktisi Manajemen
Pembangunan di Indonesia. STIA LAN Press, Jakarta.
Supriyadi 1998.Guru di
Indonesia, Depdiknas, Direktorat tenaga Kependidikan Jakarta.
Nawawi
2000. Manajemen Strategik Organisasi
Non-Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Iskandar,
Jusman. 2005. Metode Penelitian
Administrasi. Puspaga, Bandung.
Winarno,
Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian
Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Atmodiwiryo,
Soebagio. 2002. Manajemen Pelatihan. Jakarta:
PT Ardadizya Jaya