Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6,
No. 3, Maret 2021
STIMULASI
PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
Septriani Renteng
Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Sam Ratulangi, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstract
Improving the quality of health in
children is the government's effort in increasing productive human resources.
Improving the health of children with optimal attention to the stages of
development, especially the golden age of children. Development is an important
factor in the life of preschoolers because it will determine the development of
children in the next age. But the development of children has not become the
main priority of parents in child care. This condition is very impact on the
provision of developmental stimulation in preschoolers by the parents. Efforts
that can be done by nurses in overcoming these problems by running the role
nurse are care providers. Stimulation aims to improve the stages of development
of preschoolers. The method used in this practice is the case study of 118
preschool children in five kindergartens in Curug Urban Village. Based on the
evaluation showed an increase in the development of preschool children as much
as 19%. The results of the evaluation activities can be concluded the program
can be used in improving the development of preschoolers.
Keywords: development; pre-school
children; friend
Abstrak
Peningkatan
kualitas kesehatan pada anak merupakan upaya pemerintah dalam peningkatan
sumber daya manusia yang produktif. Peningkatan kesehatan anak dengan perhatian
optimal terhadap tahapan perkembangan khususnya masa keemasan anak yaitu usia
prasekolah. Perkembangan �merupakan
faktor penting di kehidupan anak usia prasekolah karena akan
menentukan perkembangan anak diusia yang selanjutnya. Namun saat ini
perkembangan anak belum menjadi prioritas utama orang tua dalam pengasuhan
anak. Kondisi ini sangat berdampak terhadap pemberian stimulasi perkembangan
pada anak usia prasekolah oleh orang tua. Upaya yang dapat dilakukan oleh
perawat dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan menjalankan peran sebagai
pemberi layanan berupa stimulasi perkembangan. Tujuan penelitian ini mengambarkan
tahapan perkembangan anak prasekolah setelah dilakukan stimulasi perkembangan.
Metode yang digunakan dalam adalah studi kasus �kepada 118 anak usia prasekolah di lima TK di
Kelurahan Curug. Berdasarkan hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan
perkembangan pada anak usia prasekolah sebanyak 19% sehingga dapat disimpulkan
dapat digunakan dalam meningkatkan perkembangan anak.
Kata kunci: anak usia
prasekolah; �perkembangan anak usia
prasekolah; sahabat
�
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Pembangunan kesehatan oleh bangsa
Indonesia bertujuan dalam meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat sebagai upaya menciptakan sumber daya manusia yang produktif. Anak
usia prasekolah merupakan salah satu target dalam peningkatan kesehatan karena
sebagai generasi penerus bangsa. Salah satu komponen kesehatan pada anak usia
prasekolah� yang menjadi prioritas adalah
tahapan perkembangan anak. Perkembangan pada anak sangat berpengaruh terhadap
kesehatan anak di usia selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan peran orang tua
dalam melakukan pengasuhan kepada anak.
Pengasuhan pada anak yang dilakukan oleh
orang tua mengoptimalkan dua faktor pada anak yaitu faktor pertumbuhan dan
perkembangan. Pencapaian kualitas pertumbuhan dipengaruhi dengan pemenuhan gizi
pada anak. Hal ini tergambar dari�
beberapa penelitian yang dilakukan yang menyatakan adanya hubungan yang
positif antara pemenuhan nutrisi dengan tahapan perkembangan (Uce, 2017). Pencapaian perkembangan yang optimal
selain dipengaruhi gizi anak juga dipengaruhi oleh pemberian stimulasi
perkembangan (Kemenkes RI, 2016).
Stimulasi�
perkembangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatan kemampuan
anak untuk mencapai tugas tertentu yang sesuai dengan tahapan perkembangan (Sudarsih, Syafrial,
& Bahar, 2014).
Namun yang terjadi orang tua lebih memahami konsep pertumbuhan pada anak
dibandingkan perkembangan anak. Kondisi ini tergambar dari hasil wawancara
kepada orang tua di TK Kelurahan Curug yang mengambarkan bahwa perkembangan
adalah pemantauan berat badan anak secara berkala. Selain itu berdasarkan hasil
survey yang dilakukan kepada orang tua dengan topik perkembangan di TK
Kelurahan Curug teridentifikasi hanya 63% orang tua dengan tingkat pengetahuan
baik terkait perkembangan.
Keterbatasan pemahaman orang tua dalam memahami
tahapan perkembangan anak berdampak terhadap stimulasi yang diberikan orang tua
kepada anak. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yusran, Widodo, Kep, & Setiyawati, 2014) yang menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi
perkembangan dengan perkembangan motorik anak usia 6-24 bulan (p=0,000).� Selain itu keterbatasan pengetahuan orang tua
berdampak terhadap sikap orang tua terhadap perkembangan. Hal ini sejalan
dengan hasil pengkajian yang dilakukan kepada 115 orang tua di TK Kelurahan yaitu
42% orang tua dengan sikap yang baik terbatas perkembangan. Keterbatasan
pengetahuan dan sikap orang tua terhadap perkembangan sangat berdampak terhadap
kemampuan dalam melakukan stimulasi perkembangan. Berdasarkan hasil pengkajian
yang dilakukan kepada 115 orang tua di lima TK Kelurahan curug teridentifikasi
hanya 53% orang tua yang mampu melakukan stimulasi dengan benar.
Kurangnya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan orang tua sangat berdampak dalam pemenuhan kebutuhan akan
stimulasi pada anak. Belum optimalnya stimulasi perkembangan yang diberikan
kepada anak sangat berdampak terhadap tingkat perkembangan anak. Berdasarkan
data, diperkirakan anak Indonesia mengalami gangguan perkembangan sebanyak
5-10% (IDAI). (Yusran et al., 2014) mengungkapkan
dari 1000 lahir beresiko 2 anak mengalami gangguan motorik, 3-6 beresiko
mengalami gangguan pendengaran, dan 1 anak beresiko mengalami keterlambatan
bicara. hasil� Anak yang mengalami
gangguan perkembangan akan berdampak terhadap kualitas bangsa di masa yang akan
datang, seperti meningkatnya tingkat ketergantungan anak. Hasil pemeriksaan
tahapan perkembangan� dengan form KPSP
kepada 118 anak di TK Kelurahan Curug teridentifikasi sebanyak 22% anak dengan
perkembangan yang meragukan.
Teridentifikasinya anak dengan
perkembangan meragukan sehingga diperlukan upaya untuk penanganan dalam
memberikan stimulasi perkembangan pada anak. Stimulasi perkembangan yang
dilakukan dengan dua kegiatan yaitu permainan aktivitas fisik dengan mengacu
kepada penelitian (Vazou, Mantis, Luze, & Krogh,
2017) dan permainan
menggambar (Green
& Drewes, 2013).
Anak usia prasekolah termasuk dalam kelompok risiko dengan
�tiga faktor �yang mempengaruhi yaitu risiko dari biologi,
risiko dari lingkungan sosial dan lingkungan fisik, serta risiko dari perilaku (Stanhope &
Lancaster, 2019).
Berdasarkan� risiko biologi pada anak
usia prasekolah berkaitan dengan usia anak, karena masih dalam tahapan
pertumbuhan dan perkembangan sehingga menyebabkan koordinasi motorik pada anak
belum optimal dan �berpengaruh terhadap
kesehatan anak seperti beresiko terjadinya cedera (Potter, Perry, Hall, & Stockert, 2013).
Faktor yang kedua yaitu dari lingkungan sosial dan lingkungan fisik seperti
kondisi perekonomian, sosial budaya, lingkungan pendidikan (Stanhope &
Lancaster, 2019).
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap pemenuhan stimulasi perkembangan bagi
anak usia prasekolah yang dilakukan oleh orang tua. Faktor yang ketiga adalah
risiko dari perilaku. Perilaku berisiko dikaitkan dengan perilaku keluarga� diantaranya pemenuhan nutrisi pada anak,
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, serta pemenuhan stimulasi dimana sangat
berdampak terhadap perkembangan anak (Potter, A., &
Perry, 2012).
Perkembangan anak usia prasekolah pada saat anak
berusia tiga tahun hingga lima tahun (Potter, Perry, Hall,
& Stockert, 2013).
Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2/VII/PB/2014 dengan Nomor
7 Tahun 2014 menyatakan satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia empat tahun
sampai enam tahun. Usia anak prasekolah di Indonesia dimulai dari usia tiga
tahun hingga 6 tahun. Tahapan perkembangan pada anak usia prasekolah terdiri
atas empat sektor yaitu perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal
sosial, dan kemampuan bahasa.
Sektor motorik kasar yaitu kemampuan anak untuk
melakukan gerakan sederhana hingga memiliki kemampuan dalam berlari (Santrock,
2011). Sektor motorik halus yaitu kemampuan anak
untuk mengambil objek kecil hingga menyusun benda dengan tepat serta koordinasi
yang baik antara lengan, tubuh, tangan dan mata (Santrock, 2011). Pada perkembangan sektor bahasa anak usia
prasekolah yaitu kemampuan bahasa anak sebanyak 8000 kata -14.000 kata yang
digunakan anak untuk menentukan objek, menentukan warna, dan mengungkapkan
keinginan (Potter, Perry, Hall,
& Stockert, 2013).
Sektor kemampuan personal sosial anak prasekolah dimana anak mulai untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Pemberian stimulasi perkembangan pada anak harus
dengan adanya rasa kasih sayang, menunjukkan sikap dan perilaku yang baik,
menyesuaikan usia anak, stimulasi dengan permainan dan alat yang berada di
sekitar, kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan, serta
memberikan pujian pada anak. Stimulasi yang diberikan dengan tepat dan
konsisten akan menciptakan perkembangan yang optimal pada anak. Pencapaian
perkembangan anak yang optimal selain dengan stimulasi perkembangan juga dengan
pemeriksaan perkembangan secara berkala yaitu tiap 6 bulan sekali pada anak
berusia 24-72 bulan (Kemenkes RI, 2016).
Pemeriksaan perkembangan di Indoensia dengan
menggunakan form KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Pemeriksaan
perkembangan dengan KPSP disesuaikan dengan usia anak dalam perhitungan bulan
dengan jumlah pertanyaan 9-10 yang terbagi menjadi 4 sektor. Hasil pemeriksaan
diinterpretasikan menjadi 3 bagian yaitu perkembangan yang sesuai dengan skor
9-10, perkembangan yang meragukan dengan skor 7-8, dan perkembangan dengan
penyimpangan dengan skor 6 atau kurang (Kemenkes RI, 2016b).
Stimulasi perkembangan pada anak usia
prasekolah dapat dilakukan dengan permainan aktivitas fisik yang �berdampak positif terhadap kesehatan anak.
Pernyataan ini didukukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wasenius et al., 2018) yang melakukan penelitian selama 3 bulan pada anak usia
prasekolah. Pada penilitian ini anak-anak dilakukan kegiatan terstruktur untuk
melakukan aktivitas fisik selama 60 menit/hari dengan menggunakan musik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pada kemampuan gerak motorik
kasar anak seperti berlari, berjalan, melompat, serta adanya peningkatan pada
motorik halus berupa kemampuan mengontrol objek. Kegiatan aktivitas fisik juga
berdampak terhadap kemampuan psikomotor, kognitif, dan sosial emosional anak.
Metode aktivitas fisik yang dikembangkan oleh (Vazou et al., 2017) terdiri
atas enam sesi. Hasil penelitian ini menyatakan adanya peningkatan kemampuan
pada anak.
Stimulasi perkembangan yang kedua yaitu dengan
mengajarkan menggambar pada anak usia prasekolah. Metode mengambar dapat
dilakukan dengan berbagai metode yaitu (Bowman, 2013):
a. mengambar
dengan menggunakan alat untuk mengambar dengan objek yang ditentukan atau anak
berkreasi sendiri
b. membuat
bingkai lukisan dengan bahan kardus dan anak mengambar didalamnya
c. mengambar
dengan menggunakan stempel yang telah dibentuk sesuai dengan tema yang
ditentukan
d. mengambar
dengan menggunakan jari yang telah dicelup ke alat pewarna
e. anak
memberikan warna� pada bentuk
geometric.�
Stimulasi menggambar pada anak usia
prasekolah akan disesuaikan dengan kemampuan dan tujuan dilakukan kegiatan pada
anak khususnya dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak dan kemampuan
sosialisasi anak terhadap teman anak.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah studi kasus berupa stimulasi
perkembangan dilakukan pada 118 anak usia prasekolah di lima TK Kelurahan Curug
dengan kegiatan permainan aktivitas fisik dan
mengambar.Kegiatan stimulasi perkembangan dalam sesi permainan aktivitas fisik
dilakukan sebanyak enam sesi dengan waktu 30 menit. Pada tiap sesi terbagi tiga
tahapan yaitu tahapan pertama selama 2 menit yaitu perkenalan dan penjelasan
intruksi permainan. Tahapan kedua selama 25 menit yaitu permaian sesuai dengan
sesi yang dilakukan. Tahapan ketiga 3 menit yaitu sesi evaluasi dari permainan.
Permainan ini dilakukan 1 minggu sekali di tiap TK.
Sesi pertama dengan permainan menempel burung. Pada sesi ini �anak diminta untuk belari dengan berlomba
untuk menempel burung di pohon, �memberi
makan kepada burung-burung sesuai dengan warna yang disebutkan, serta diminta
untuk menyebutkan nama buah yang ditempel. Sesi kedua yaitu permainan menangkap
gajah untuk melatih kerjasama anak. Disaat menangkap gajah ada beberapa
intruksi yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Kemudian secara
bergantian anak bertukar peran menjadi gajah dan pemburu. Sesi yang ketiga
yaitu grup warna yaitu tiap anak berdiri sesuai kelompok warna kemudian
berjalan berputar sesuai dengan lagu yang diputar. Kemudian saat lagu yang
diberhentikan maka pemimpin akan mengatakan salah satu warna untuk berpindah
tempat.
Permainan sesi keempat yaitu permainan lebah. Permainan ini Anak-anak
menari sesuai dengan lagu yang diputar. Ketika lagu diberhentikan maka perawat
akan berkata dagu teman, maka anak-anak secara berpasangan akan memegang dagu.
Kemudian lagu akan diputar dan anak mengikuti irama lagu. Permainan dengan sesi
kelima yaitu tangkap bola yaitu anak-anak bekerja sama untuk saling melempar
dan menangkap bola dengan diiringi lagu. Ketika lagu dihentikan anak yang
memegang bola akan menangkap anak yang tidak memegang bola. Permainan sesi
keenam yaitu anak hebat dengan kegiatan perawat membacakan cerita tentang anak
hebat. Disaat perawat cerita anak-anak diminta untuk memperagakan intruksi yang
diminta sesuai dengan cerita.
Stimulasi
yang kedua yaitu dengan aktivitas mengambar dengan pola yang ditentukan.
Stimulasi ini dilakukan selama 1 sesi dengan waktu 30 menit. Pada 1 sesi
terbagi menjadi 3 tahapan kegiatan kegiatan. Pada tahapan pertama 2 menit
pertama yaitu perkenalan dan penjelasan permainan, tahapan kedua yaitu
aktivitas seni berupa menggambar selama 25 menit. Tahapan ketiga yaitu evaluasi
dengan kegiatan anak menjelaskan tentang gambar.�� �
Evaluasi
yang dilakukan pada program �sahabat� yaitu menilai tingkat �perkembangan anak dengan menggunakan form KPSP
yang disesuaikan dengan usia anak pada saat dilakukan pemeriksaan. Evaluasi
kegiatan dilakukan setelah dilakukan intervensi selama 8 bulan.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
Hasil kegiatan dari stimulasi
perkembangan terhadap perkembangan anak menimbulkan dampak positif yaitu peningkatan
perkembangan anak yang sesuai dengan tahapan perkembangannya (Diagram 1).
Diagram 1
Gambaran Tahapan Perkembangan Sebelum Dan Sesudah Intervensi
Keperawatan
�(N=118)
Berdasarkan diagram
tersebut digambarkan adanya peningkatan perkembangan pada anak usia prasekolah
sebanyak 19%. Peningkatan perkembangan anak terjadi pada anak dengan
perkembangan sebelumnya berada pada tahap meragukan.
B.
Pembahasan
Peningkatan
perkembangan ini dipengaruhi adanya stimulasi perkembangan yang diberikan
secara komprehensif yang dilakukan pada anak usia prasekolah di TK dengan
kegiatan aktivitas fisik. Stimulasi perkembangan berupa aktivitas fisik yang
dilakukan dengan komprehesif berdampak terhadap kesehatan anak yaitu perkembangan anak yang sesuai dengan tujuan dari asuhan
keperawatan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 bulan
pada anak usia prasekolah dengan melakukan kegiatan terstruktur� berupa aktivitas fisik dengan musik (Wasenius
et al., 2018). Hasil penelitian ini menyatakan ada peningkatan pada kemampuan
gerak motorik kasar anak seperti berlari, melompat,dan� peningkatan motorik halus yaitu kemampuan
anak-anak� untuk mengontrol objek yang
diberikan.�
Aktivitas
fisik memiliki dampak positif terhadap perkembangan anak, sehingga aktivitas
fisik dapat digunakan sebagai stimulasi perkembangan di sekolah. Aktivitas
fisik yang berfungsi sebagai stimulasi pada anak harus disesuaikan dengan
metode pembelajaran kepada anak usia dini dan tahapan perkembangan anak.� Pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan
adalah dengan bermain yang dirancang dengan menyenangkan, fungsional, dan
efektif sebagai pembelajaran anak. Penelitian yang dilakukan oleh (Vazou et al., 2017) yang melakukan kegiatan
aktivitas fisik pada 27 anak usia prasekolah. Kegiatan aktivitas fisik
dilakukan sebanyak enam sesi yang bertujuan untuk merangsang kemampuan
psikomotor, kemampuan kognitif, dan kemampuan sosial emosional. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa adanya peningkatan kemampuan secara menyeluruh
pada anak usia prasekolah setelah dilakukan kegiatan aktivitas fisik selama 12
minggu secara komprehensif.
Pemberian
aktivitas fisik yang berdampak positif terhadap perkembangan sehingga perawat
komunitas akan memberikan intervensi keperawatan berupa aktivitas fisik.
Kegiatan aktivitas fisik merupakan pengembangan dari intervensi yang dilakukan
oleh (Vazou et al., 2017).
Aktivitas fisik yang dilakukan dengan sebanyak 6 sesi yang dikombinasikan
dengan tahapan perkembangan berdasarkan (Kemenkes, 2016).
Tahapan perkembangan yang digunakan dalam akivitas fisik� ini berupa tugas yang diminta untuk anak
menyelesaikan disaat kegiatan aktvitas fisik. Pemilihan tugas perkembangan dari
(Kemenkes RI, 2016) karena sesuai dengan
kondisi perkembangan anak Indonesia pada umumnya, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan adalah ras.�
Kegiatan
stimulasi yang kedua adalah mengambar. Mengambar merupakan salah satu metode
yang menarik bagi anak dan tidak mengeluarkan biaya mahal. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan (Sudarsih et al., 2014) yang melakukan kegiatan
mengambar kepada anak selama 4 hari dengan durasi waktu satu jam diperoleh
hasil bahwa adanya peningkatan motorik halus anak setelah dilakukan kegiatan.
Mengambar juga merupakan salah satu metode untuk anak berekspresi karena dengan
megambar anak dapat mengungkapkan bahasa non verbal anak (Ligorio, Schwartz,
D�Aprile, & Philhour, 2017).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan yang mengungkapkan adanya
peningkatan kemampuan motorik halus pada anak usia prasekolah dengan kemampuan
menggambar manusia dengan 6 bagian tubuh. Kegiatan menggambar pada anak usia
prasekolah berdampak positif karena meningkatkan koordinasi antara mata dan
tangan selain itu anak mampu mengembangkan daya imajinatif yang berdampak
terhadap kognitif anak (De�k & Wiseheart,
2015).
Keterbatasan
dalam pelaksanaan simulasi perkembangan yaitu memerlukan fasilitator yang
banyak karena untuk menilai setiap kemampuan anak dalam kegiatan. Hal ini
diantisipasi dengan pelibatan guru sebagai fasilitator. Keterbatasan lainnya
sesi permainan panjang sehingga diperlukan waktu� untuk melakukan intervensi serta sekolah yang
digunakan lebih dari satu. Untuk mengantisipasi hal ini perawat berkoordinasi
terlebih dahulu untuk pembuatan kontrak jadwal sehingga terbentuk jadwal secara
rutin di tiap sekolah untuk melakukan kegiatan. Keterbatasan lainnya dalam
penggunaan form KPSP yang tidak sesuai dengan aktivitas anak, dalam mengatasi
ini perawat mencoba untuk mengatikan pertanyaan yang sesuai dengan tahapan
perkembangannya.
�
Kesimpulan
Stimulasi
perkembangan berupa permainan aktivitas fisik dan menggambar merupakan metode
yang efektif dalam mestimulasi perkembangan pada anak usia prasekolah. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan perkembangan pada anak dengan tahapan
perkembangan yang meragukan.
BIBLIOGRAFI
Bowman. (2013). Montessori at home. Bradeton FL.
De�k, Gedeon O., & Wiseheart, Melody. (2015). Cognitive flexibility in
young children: General or task-specific capacity? Journal of Experimental
Child Psychology, 138, 31�53.
Green, Eric J., & Drewes, Athena A. (2013). Integrating expressive
arts and play therapy with children and adolescents. John Wiley & Sons.
Kemenkes, R. I. (2016). Profl Kesehatan RI Tahun 2016. Jakarta,
Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2016). Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Kemenkes
dan JICA.
Kemenkes RI. (2016). Stimulasi, deteksi dan lntervensi dini tumbuh
kembang anak. Jakarta: Kemenkes.
Ligorio, Maria Beatrice, Schwartz, Neil H., D�Aprile, Gianvito, &
Philhour, David. (2017). Children�s representations of learning through
drawings. Learning, Culture and Social Interaction, 12, 133�148.
Potter, A., & Perry, A. (2012). Fundamental Keperawatan (7th ed.).
Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin Ed, Hall, Amy Ed, & Stockert,
Patricia A. (2009). Fundamentals of nursing. Elsevier mosby.
Santrock, John W. (2011). Life-span development 13th edition. New York:
McGraw-Hill. Schunk, DH (2005). Self-Regulated Learning: The Educational Legacy
of Paul R. Pintrich. Educational Psychologist, 40(2), 85�94.
Stanhope, Marcia, & Lancaster, Jeanette. (2019). Public health
nursing e-book: Population-centered health care in the community. Elsevier
Health Sciences.
Sudarsih, Sudarsih, Syafrial, Syafrial, & Bahar, Amrul. (2014). Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Media Bermain Menggambar Dekoratif Pada
Kelompok B3 Tk Bhayangkari Kota Curup Kabupaten Rejang Lebong. Universitas
Bengkulu.
Uce, Loeziana. (2017). The golden age: Masa efektif merancang kualitas
anak. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 1(2), 77�92.
Vazou, Spyridoula, Mantis, Constantine, Luze, Gayle, & Krogh,
Jacqueline S. (2017). Self-perceptions and social�emotional classroom
engagement following structured physical activity among preschoolers: A
feasibility study. Journal of Sport and Health Science, 6(2),
241�247.
Wasenius, Niko S., Grattan, Kimberly P., Harvey, Alysha L. J., Naylor,
Patti Jean, Goldfield, Gary S., & Adamo, Kristi B. (2018). The effect of a
physical activity intervention on preschoolers� fundamental motor skills�A
cluster RCT. Journal of Science and Medicine in Sport, 21(7),
714�719.
Yusran, Yusran, Widodo, Arif, Kep, A., & Setiyawati, Wiwik. (2014). Pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam mengoptimalkan
pencapaian tumbuh kembang anak pra sekolah di kecamatan kartasura.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.