Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
6, No. 3, Maret
2021
ANALISIS
PENGENDALIAN ALAT KESEHATAN NON ELEKTROMEDIK STERIL DAN NON STERIL MENGGUNAKAN
METODE ABC DI SALAH SATU PENYALUR ALAT KESEHATAN KOTA BANDUNG
Yusuf Supriadi, Nida Yulianti Muchtar dan Akhmad Priyadi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi
Bandung, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
dan [email protected]
Abstract
The
purpose of this research is to know the management of inventory into groups A,
B and C based on the analysis of Activity Based Costing (ABC) method of use
value and investment value in one of the distributors of medical devices in
Bandung. This type of research is non-experimental research that is descriptive
quantitative. The data is collected by retrospectively, i.e.
taking sales report data for one year, namely January 2018 - December 2018.
Inventory control helps meet customer needs, affects customer satisfaction
levels and also high-value investments require proper control to reduce costs
incurred. From the analysis of the classification of ABC usage value obtained
that non-electromedic non sterile medical devices
entered into group A 47 items (14.46%) sales percentage 81% (31,501), Group B
89 items (27.38%) 15% (5,892) and group C 189 items (58.16%) sales percentage
4% (1,570), while sterile non-electromedic medical
devices entered into group A 28 items (13.8%) sales percentage 81% (44,331),
Group B 46 items (22.7%) sales percentage 15% (8,244), group C 129 items
(63.5%) sales percentage of 4% (2,252). And for abc
classification the investment value was obtained that non electromedic
non sterile medical devices entered into group A 77 items (23.7%) cost
percentage 81% (RP. 680,512,818), Group B 100 items (30.77%) cost percentage
15% (Rp. 127,926,383), group C 148 items (45.53%) 4% fee percentage (Rp.
34,299,125), while for non-electromedic sterile
medical devices entered into group A 45 items (21.17%) cost percentage 81% (Rp.
309,177,082), Group B 56 items (27.59%) cost percentage 15% (Rp. 58,567,428),
group C 102 items (50.25%) 4% fee percentage (Rp. 15,740,728).
Keywords: ABC
analysis of investment value; ABC analysis of disposable values; inventory
control
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengelolaan persediaan alat kesehatan yang dikelompokkan menjadi A, B dan C berdasarkan analisis metode Activity Based
Costing (ABC) nilai pakai
untuk memenuhi kebutuhan dan nilai investasinya pada salah satu
distributor alat kesehatan kota Bandung. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dengan cara retrospektif, yaitu mengambil data laporan penjualan selama satu tahun,
yaitu Januari 2018-Desember
2018. Pengendalian persediaan
membantu memenuhi kebutuhan alat kesehatan pelanggan, mempengaruhi
tingkat kepuasan pelanggan dan juga investasi yang
bernilai tinggi memerlukan pengendalian yang tepat untuk menekan
permasalahan biaya yang mungkin terjadi. Dari hasil analisis klasifikasi ABC nilai pakai didapat bahwa
alat kesehatan non elektromedik non steril masuk kedalam kelompok
A 47 item (14,46%) persentase penjualan
81% (31.501), Kelompok B 89 item (27,38%) persentase penjualan 15% (5.892),
dan kelompok C 189 item (58,16%) persentase
penjualan 4% (1.570), sedangkan
alat kesehatan non elektromedik steril masuk kedalam kelompok
A 28 item (13,8%) persentase penjualan
81% (44.331), Kelompok B 46 item (22,7%) persentase penjualan 15% (8.244),
kelompok C 129 item (63.5%) persentase
penjualan 4% (2.252). Dan untuk
klasifikasi ABC nilai investasi didapat bahwa alat kesehatan
non elektromedik non steril
masuk kedalam kelompok A 77 item (23,7%) persentase
biaya 81% (RP. 680.512.818), Kelompok
B 100 item (30,77%) persentase biaya
15% (Rp. 127.926.383), kelompok C 148 item (45,53%) persentase biaya 4% (Rp.
34.299.125), sedangkan untuk
alat kesehatan non elektromedik steril masuk kedalam kelompok
A 45 item (21,17%) persentase biaya
81% (Rp. 309.177.082), Kelompok B 56 item (27,59%) persentase biaya 15% (Rp.
58.567.428), kelompok C 102 item (50,25%) prosentase biaya 4% (Rp.
15.740.728).
Kata kunci: analisis ABC nilai investasi; analisis ABC nilai pakai; pengendalian persediaan
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Pelayanan
kesehatan alat kesehatan merupakan komponen yang penting disamping obat, hal ini menjadikan
banyak ragam jenis, bentuk dan pabrik pembuatnya (Tampubolon, Saragih, Reza, Epicentrum, &
Asosiasi, 2013).
Alat kesehatan dapat digolongkan berdasarkan: Alat kesehatan non elektromedik radiasi dan elektromedik radiasi; Alat kesehatan non elektromedik steril dan non steril; serta produk
diagnostik invitro (Kemenkes, 2010).
Alat kesehatan yang beredar banyak ragam dan jenisnya, maka perlu Penyalur
Alat Kesehatan (PAK) (Perizinan & PAK, 2011) untuk mendistribusikan alat kesehatan ini. Syarat untuk
menjadi PAK yaitu: memiliki izin yang diberikan oleh Direktur Jenderal; memiliki penanggung jawab teknis alat kesehatan
yang bekerja penuh; memiliki sarana dan prasana yang memadai; memiliki bengkel atau bekerja sama
dengan PAK dalam melaksanakan jaminan purna jual alat
kesehatan; melaksanakan
Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) (Kemenkes, 2010).
Pada observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa kekosongan barang di salah satu PAK kota Bandung yang mengakibatkan konsumen beralih ke PAK lain dan terjadi pula beberapa penumpukan barang yang membuat barang tersebut beberapa menjadi rusak dan beberapa expired, maka diperlukan manajemen persediaan alat kesehatan yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan terjangkaunya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (Kemenkes, 2011).
Untuk membantu pengendalian persediaan secara efektif dan efisien dapat digunakan Metode Activity Based
Costing (ABC) (Pujawati, 2015),
sehingga memberikan informasi dalam rangka memprioritaskan dan membantu menentukan alat kesehatan mana yang harus dipesan (Reddy & Elanchezhian, 2008).
Sistem informasi berbasis aktivitas pada Metode ABC di rancang untuk memotivasi pengelola dalam melakukan pengurangan biaya jangka panjang
melalui pengelolaan aktivitas (Mulyadi, 2016).
Metode
ABC juga dapat digunakan penyalur alat kesehatan
untuk meningkatkan kualitas dalam pelayanan, mengurangi aktivitas perusahaan yang tidak perlu dan efisiensi perusahaan (Suciati, Adisasmito, & Wiku, 2006)
dan (Farida, Sunandar, & Hetika, 2017).�
Metode Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif kuantitatif (Creswell, 2016),
data dikumpulkan dengan cara retrospektif, yaitu mengambil data dari populasi laporan
penjualan di salah satu PAK
kota Bandung selama satu tahun, yaitu
Januari 2018 sampai dengan Desember 2018 (Sugiyono, 2011).
Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah laporan penjualan alat kesehatan pada periode Januari-Desember 2018 yang terdapat
pada sistem informasi dan
daftar harga alat kesehatan.
Data
yang telah didapatkan melalui rekapan laporan penjualan selama tahun 2018 kemudian diolah dengan aplikasi microsoft excel. Menggolongkannya
kepada alat kesehatan non eletromedik steril dan non steril kemudian melakukan perhitungan (Pudjiantoro, 2008).
A. Nilai
Pakai
B. Nilai
investasi
�����������
Apabila
perhitungan nilai frekuensi kumulatif antara 0%-80% maka dikelompokkan sebagai kelompok A Apabila berkisar antara 80-95% akan dikelompokkan sebagai kelompok B, dan nilai frekuensi antara 95-100% akan dikelompokkan sebagai kelompok C.
Subjek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
penjualan alat kesehatan yang terdapat di salah satu Penyalur Alat Kesehatan
Bandung bulan Januari sampai dengan Desember
2018.
Sample
penelitian harus mengandung kriteria inklusi yaitu: Data laporan penjualan di salah satu penyalur alat
kesehatan kota Bandung bulan Januari sampai
dengan Desember 2018 yang termasuk golongan alat kesehatan non elektromedik steril dan non steril.
Sample
pada penelitian ini diambil berdasarkan pehitungan menggunakan rumus Solvin dengan
jumlah seluruh populasi (N) adalah jumlah item alat kesehatan non elektromedik non steril dan steril di salah satu PAK kota Bandung yang masuk kriteria inklusi.
Rumus
Slovin
n=
N/ (1+Ne^2)
Keterangan:
n=
Jumlah sampel minimal
N=Jumlah seluruh Populasi
e=
Margin Error
Perhitungan
sample analisis ABC alat kesehatan non elektromedik non steril bedasarkan Rumus Slovin
N=
1720
e=
0, 05
n
= 1720/ (1+1720.〖0,
05〗^2 )
n
= 325 item
Perhitungan
sample analisis ABC alat kesehatan non elektromedik steril bedasarkan Rumus Slovin
N=
410
e=
0, 05
n
= 410/ (1+410〖0,
05〗^2 )
n
= 203 item
Dan
untuk kriteria ekslusinya yaitu: Data laporan penjualan dan pembelian di salah satu penyalur alat kesehatan
kota Bandung bulan Januari sampai dengan Desember 2018 yang tidak termasuk golongan alat kesehatan
non elektromedik steril dan
non steril.
Objek
penelitian yang digunakan penulis adalah pengendalian alat kesehatan non eletromedik steril dan non steril menggunakan metode ABC di salah satu penyalur alat
kesehatan kota Bandung bulan Januari 2018 sampai dengan Desember
2018.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
Tabel 1
Data Analisa ABC Nilai
Pakai Alat Kesehatan Non Eletromedik
Non Steril Di Salah Satu Distributor Alat Kesehatan Bandung
No |
��� Kelompok Alat �����
Kesehatan |
��� Jumlah Item |
� Penjualan ��� (buah) |
�Persentase Item (%) |
Persentase ��Penjualan (%) |
1 |
A |
47 |
31.501 |
14,46 |
81 |
2 |
B |
89 |
5.892 |
27,38 |
15 |
3 |
C |
189 |
1.570 |
58,16 |
4 |
|
TOTAL |
325 |
38.693 |
100 |
100 |
Tabel 2
Data Analisa ABC Nilai
Pakai Alat Kesehatan Non Eletromedik
Steril Di Salah Satu
Distributor Alat Kesehatan Bandung
NO |
�� Kelompok
Alat ��� Kesehatan |
��� Jumlah
Item |
� Penjualan ��� (buah) |
� Persentase ���� Item (%) |
� Persentase �� Penjualan � (%) |
1 |
A |
28 |
44.331 |
13,8 |
81 |
2 |
B |
46 |
8.244 |
22,7 |
15 |
3 |
C |
129 |
2.252 |
63,5 |
4 |
|
TOTAL |
203 |
54.827 |
100 |
100 |
Tabel 3
Data Analisa ABC Nilai
Investasi Alat Kesehatan Non Eletromedik
Non Steril Di Salah Satu Distributor Alat Kesehatan Bandung
No |
���� Kelompok Alat ����
Kesehatan |
���� Jumlah Item |
Biaya (Rp) |
Persentase Item
(%) |
� Persentase ��� Biaya (%) |
1 |
A |
77 |
��� 680.512.818 |
23,70 |
81 |
2 |
B |
100 |
��� 127.926.383 |
30,77 |
15 |
3 |
C |
148 |
���� 34.299.125 |
45,53 |
4 |
|
TOTAL |
325 |
��� 842.738.326 |
100 |
100 |
Tabel 4
Data Analisa ABC Nilai
Investasi Alat Kesehatan Non Eletromedik
Steril Di Salah Satu Distributor
Alat Kesehatan Bandung
No |
Kelompok Alat
Kesehatan |
���� Jumlah Item |
Biaya (Rp) |
� Persentase ��� Item
(%) |
Persentase Biaya (%) |
1 |
A |
45 |
���� 309.177.082 |
21,17 |
81 |
2 |
B |
56 |
������ 58.567.428 |
27,59 |
15 |
3 |
C |
102 |
����� 15.740.728 |
50,25 |
4 |
|
TOTAL |
203 |
���� 383.485.238 |
100 |
100 |
B.
Pembahasan
Dari
hasil perhitungan metode ABC nilai pakai dapat dilihat
kelompok C pada penggunaan alat kesehatan non elektromedik non steril adalah 58,16% dan alat kesehatan non elektromedik steril adalah 63,5% dari seluruh item alat kesehatan non elektromedik non steril dan steril (Andampury, Dewi, & Marwati, 2016).
Hal ini menunjukkan banyak item alat kesehatan non elektromedik non steril dan steril kelompok C yang moving-nya sangat rendah.
Perhitungan ini dapat digunakan untuk menyeleksi item alat kesehatan non elektromedik non steril dan steril mana saja yang perlu diadakan dan mana yang tidak perlu, karena
terlalu banyak item dengan moving rendah akan menyulitkan
pemantauan, �mempunyai risiko kadaluwarsa serta biaya penyimpanan bertambah besar, Hal yang perlu diperhatikan juga apakah alat kesehatan
tersebut dalam kategori vital atau bersifat life saving yang penggunaannya tidak terlalu banyak tetapi tetap harus
tersedia walaupun dalam jumlah kecil.
Kelompok
B perhitungan persentasenya
27,38% pada alat kesehatan
non elektromedik non steril
dan 22,7% pada alat kesehatan
non eletromedik steril. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok B adalah item dengan pemakaian sedang, sehingga tidak memerlukan pengawasan yang sangat ketat (Rika, 2010).
Item
yang masuk dalam kelompok A merupakan sediaan yang sering digunakan dengan 81% dari seluruh penjualan
alat kesehatan elektromedik steril dan non steril. Dengan demikian perlu dilakukan pengawasan ketat agar tidak terjadi terjadi kekosongan sediaan.
Nilai
investasi alat kesehatan pada kelompok A adalah alat kesehatan
yang menghabiskan anggaran
paling besar, maka perlu dikendalikan secara ketat yaitu
dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci. Pencatatan pada kartu stok juga harus teliti agar dapat dilakukan pengawasan setiap bulan. Oleh karena itu, penyimpanannya juga diperketat untuk menghindari kemungkinan hilangnya persediaan.
Pengendalian
alat kesehatan kelompok B tidak seketat kelompok A, tetapi laporan penggunaan dan sisa alat kesehatan dilaporkan secara rinci untuk dilakukan
pengawasan secara berkala setiap satu sampai tiga
bulan sekali. Stok untuk kedua kelompok
ini hendaknya ditekan serendah mungkin untuk memudahkan
pengendalian, namun persediaannya tetap dapat mencukupi kebutuhan pelayanan alat kesehatan. Pengendalian alat kesehatan kelompok C yang memakan anggaran paling kecil dalam pengadaan,
dapat lebih longgar pencatatan dan pelaporannya dengan dilakukan pengawasan setiap dua sampai
enam bulan (Yanti & Farida, 2016).
Kesimpulan
Hasil
perhitungan nilai pakai alat kesehatan
non elektromedik steril dan
non steril didapatkan presentase item dan penjualan adalah sebagai berikut:
1.
Kelompok
A terdiri dari 14,46% item
dan 81% penjualan untuk alat kesehatan non elektromedik non steril sedangkan untuk alat kesehatan non eletromedik steril terdiri dari 13,8% item dan 81% penjualan.
2.
Kelompok
B terdiri dari 27,38% item
dan 15% penjualan untuk alat kesehatan non elektromedik non steril sedangkan untuk alat kesehatan non eletromedik steril terdiri dari 22,7% item dan 15% penjualan.
3.
Kelompok
C terdiri dari 58,16% item
dan 4% penjualan untuk alat kesehatan non elektromedik non steril sedangkan untuk alat kesehatan non eletromedik steril terdiri dari 63,5% item dan 4% penjualan.
Hasil
perhitungan nilai investasi alat kesehatan non elektromedik steril dan non steril didapat presentase item dan biaya sebagai berikut:
1.
Kelompok
A terdiri dari 23,70% item
dan 81% biaya untuk alat kesehatan non elektromedik non steril sedangkan untuk alat kesehatan non eletromedik steril terdiri dari 21,17% item dan 81% biaya.
2.
Kelompok
B terdiri dari 30,77% item
dan 15% biaya untuk alat kesehatan non elektromedik non steril sedangkan untuk alat kesehatan non eletromedik steril terdiri dari 27,59% item dan 15% biaya.
3.
Kelompok
C terdiri dari 45,53% item
dan 4% biaya untuk alat kesehatan non elektromedik non steril sedangkan untuk alat kesehatan non eletromedik steril terdiri dari 50,25% item dan 4% biaya.
BIBLIOGRAFI
Andampury, Fasha Since, Dewi, Arlina, & Marwati, Triyani.
(2016). Analisis Kebijakan Investasi Alat Radiologi C-Arm Rumah Sakit X. Kes
Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 10(1),
43�54.
Creswell, John W. (2016). Research design: pendekatan metode
kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 5.
Farida, Ida, Sunandar, Sunandar, & Hetika, Hetika.
(2017). Analisis Penggunaan Metode Activity Based Costing (ABC) dalam
Menentukan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (Spp) pada Politeknik Harapan
Bersama. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 17(1),
17�30.
Kemenkes, RI. (2010). permenkes nomor 1191 tahun 2011
Tentang Penyalur Alat Kesehatan. Kementrian Kesehatan Indonesia.
Kemenkes, RI. (2011). permenkes nomor 1148 tahun 2011
Tentang Pedagang Besar Farmasi. Kementrian Kesehatan Indonesia.
Mulyadi. (2016). Activity Based Cost System: Sistem
Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya (Edisi 6). Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Perizinan, P. A. K., & PAK, Cara Mendapatkan Izin.
(2011). Perizinan Penyaluran Alat Kesehatan di Republik Indonesia.
Pudjiantoro, Rahardjanto. (2008). Pengembangan Pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo-Semarang. program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
Pujawati, Helena. (2015). Analisis Sistem Pengadaan Obat
dengan Metode ABC Indeks Kritis (Studi Kasus Pengadaan Obat Jaminan Kesehatan
Nasional di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta). Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Reddy, D. V, & Elanchezhian, N. (2008). Evaluation of
tropical tree leaves as ruminant feedstuff based on cell contents, cell wall
fractions and polyphenolic compounds. Cellulose (ADF-ADL), 14(21.58),
17�52.
Rika, Pia. (2010). analisis pareto ABC sediaan farmasi
puskesmas di kabupaten bantul dengan penyakit utama nasofaringitis akut dan
myalgia periode 2009. Skripsi Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, 33�36.
Suciati, Susi, Adisasmito, Wiku B. B., & Wiku, B. (2006).
Analisis perencanaan obat berdasarkan ABC indeks kritis di instalasi farmasi.
Gadjah Mada University.
Sugiyono, Prof. (2011). Metodologi
penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alpabeta, Bandung.
Tampubolon, Kennedi, Saragih, Hoga, Reza, Bobby, Epicentrum,
K., & Asosiasi, A. (2013). Implementasi Data Mining Algoritma Apriori pada
sistem persediaan alat-alat kesehatan. Majalah Ilmiah Informasi Dan
Teknologi Ilmiah, 1(1), 93�106.
Yanti, Tina Hari, & Farida, Yeni. (2016). Analisis ABC
dalam Perencanaan Obat Antibiotik Di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. JPSCR:
Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 1(1),
51�57.