Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 5, Mei 2021
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNGGULAN
BERSAING TERHADAP KINERJA BISNIS (STUDI PADA UMKM BATIK DI KOTA SEMARANG)
Mohamad Ari Wibowo
dan Susilo Toto Raharjo
Universitas Diponegoro
(Undip) Semarang Jawa
Tengah, Indonesia
Email: [email protected]
dan [email protected]
Abstract
This study
examined the influence of factors that affect competitive advantages on
business performance (Study on Batik MSMEs in Semarang City). Data obtained
from the Office of Cooperatives and MSMEs semarang
city recorded the number of batik MSMEs in the city of
Semarang only 30. The problem becomes a serious problem because of the decrease
in the number of MSMEs Batik and turnover every know, therefore it will be
examined further. The purpose of this research is to analyze the influence of
variables of entrepreneurial orientation, market orientation, intellectual
capital, product innovation and competitive advantage on business performance.
This study used a sample of all batik MSME owners in Semarang City. Purposive
sampling method is used in this study as a method of data collection, the
determination of the number of samples is 30 and 30 questionnaire forms
collected from respondents as well as by interview techniques. The analysis
technique used to analyze the data that has been obtained is structural
equation mode partial least square (SEM-PLS) using AMOS application. All
hypotheses in this study are. First, entrepreneurial orientation positively
influences competitive advantage. second, market orientation positively affects
the third competitive advantage, intellectual capital positively affects the
competitive advantage. Fourth, product innovation does not have a positive
effect on the competitive advantages of the five entrepreneurial orientations
positively affect business performance. The six market orientations have no
positive effect on business performance. The seven intellectual capitals have a
positive impact on business performance. all eight product innovations have no
positive effect on business performance. The nine competitive advantages
positively affect business performance.
Keywords:������ entrepreneurial
orientation; market orientation; intellectual capital; product innovation;
competitive advantage; business performance
Abstrak
Penelitian ini meneliti mengenai
pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi Keunggulan bersaing
terhadap Kinerja Bisnis (Studi Pada UMKM Batik di Kota Semarang). Data yang
diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang mencatat jumlah UMKM batik
di Kota Semarang hanya 30. Permasalahan tersebut menjadi masalah yang cukup
serius karena menurunya jumlah UMKM Batik dan omzet setiap tahunya, oleh karena
itu akan di teliti lebih lanjut. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh dari variabel orientasi kewirausahaan, orientasi
pasar, intellectual capital, inovasi produk dan keunggulan bersaing
terhadap kinerja bisnis. Penelitian ini menggunakan sampel semua pemilik UMKM
Batik di Kota Semarang. Metode purposive sampling digunakan dalam penelitian
ini sebagai metode pengumpulan data, penentuan jumlah sampel adalah 30 dan 30
form kuesioner terkumpul dari responden serta dengan teknik wawancara. Teknik
analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh adalah
dengan teknik Structural Equation Mode partial least square
(SEM-PLS) dengan menggunakan aplikasi AMOS. Seluruh hipotesis pada penelitian
ini yakni. Pertama, orientasi kewirausahaan berpengaruh positif keunggulan
bersaing. kedua, orientasi pasar berpengaruh positif terhadap keunggulan
bersaing ketiga, intellectual capital berpengaruh positif terhadap
keunggulan bersaing. Keempat, inovasi produk tidak berpengaruh positif terhadap
keunggulan bersaing kelima orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap
kinerja bisnis. Keenam orientasi pasar tidak berpengaruh positif terhadap
kinerja bisnis. Ketujuh intellectual capital berpengaruh positif
terhadap kinerja bisnis. kedelapan inovasi produk tidak berpengaruh positif
terhadap kinerja bisnis. Kesembilan keunggulan bersaing berpengaruh positif
terhadap kinerja bisnis.
Kata Kunci:�� orientasi kewirausahaan; orientasi pasar;
intellectual capital; inovasi �produk; keunggulan bersaing; kinerja bisnis
Pendahuluan
Keunggulan kompetitif meningkat dari nilai yang diciptakan perusahaan untuk pelanggannya dan bukan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menciptakannya. Nilai atau manfaat semacam
ini akan dibayarkan oleh pelanggan lain, dan nilai superior yakni penetapan harga lebih rendah
dibandingkan dengan harga pesaing (Porter, 1985).
(Tubagus Ismail, 2012)
menyatakan bahwa perusahaan atau organisasi yang memproduksi barang atau jasa
tentunya wajib memperhatikan konsep keunggulan kompetitif, agar perusahaan atau organisasi dapat bertahan dan sebagai imbalannya akan mencapai keuntungan. Hall (1990) mengungkapkan bahwa keunggulan kompetitif terdapat tiga dimensi:
daya tahan lama, sulit ditiru, dan mudah identik.
Keunggulan kompetitif akan meningkatkan kinerja bisnis UKM melalui pertumbuhan laba, pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan pelanggan. Hasilnya (Chan, Shaffer, & Snape, 2004)
menyatakan bahwa keunggulan kompetitif secara positif mempengaruhi kinerja perusahaan. Indikator kinerja bisnis UKM (Stamp, 2008),
adalah pengukuran pengembangan penjualan, pengembangan pelanggan, pengembangan laba dan pengembangan modal kerja yang sangat penting bagi mereka seperti
finansial dan waktu untuk melakukan pekerjaan yang ternyata tidak sesuai dengan
tujuan perusahaan. UKM perlu merumuskan suatu strategi untuk membuat bisnisnya ada pada track
yang benar untuk pencapaian tujuan UKM yaitu kinerja bisnis
yang prima. Masalah mendasar
dari manajemen strategi adalah bagaimana suatu organisasi dapat mencapai kinerja yang unggul dan mempertahankan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Teece, Pisano, & Shuen, 1997).
Namun, sumber daya yang dimiliki oleh organisasi, jika terlalu mudah bagi
pesaing untuk meningkatkan dan menciptakan sumber daya pengganti
yang lebih efektif, bukanlah faktor utama untuk mencapai
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. (Hsu, Ju, Yen, & Chang, 2007)
dan (Chowdhury, 2013)
mendefinisikan bahwa, semakin mudah teknologi
ditiru; dengan perubahan cepat dari pesaing dan aturan masyarakat; semakin banyak pengetahuan organisasi muncul sebagai sumber utama keunggulan
kompetitif. Studi oleh (Rodan, 2008)
pada pandangan berbasis sumber daya menekankan
bahwa pengetahuan strategis berbasis sumber daya menjadi
berpengaruh terhadap
strategi bisnis. Hasil studi
ini memiliki kesamaan dan memperkuat penelitian sebelumnya (Budiastuti & Versia, 2011)
adanya pengaruh yang signifikan antara keunggulan bisnis terhadap kinerja bisnis. Hasil studi menguatkan temuan penelitian (Daud Ismail, Alam, & Hamid, 2017)
bahwa kinerja ekspor dimediasi keunggulan kompetitif. Hasil ini berkebalikan dengan penelitian (Echdar, 2012),
dan (Asyhari, Pudjihastuti, & Kurdaningsih, 2018)
yang menemukan bahwa kinerja berdampak positif serta signifikan
terhadap keunggulan kompetitif. Dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan atau kinerja bisnis adalah kinerja keuangan yang dicapai dalam bentuk pencapaian
dari aspek keuangan oleh UKM. Kinerja perusahaan
adalah tingkat keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya melalui penggunaan berbagai sumber daya yang dimilikinya. Baik buruknya kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menggunakan sumber dayanya dan beradaptasi dengan perubahan kondisi inovasi. (Ismanu & Kusmintarti, 2018)
menyatakan bahwa pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat
penjualan, profitabilitas, pengembalian modal, tingkat
turnover, dan pangsa pasar. Kinerja dalam penelitian ini diukur dengan
tingkat indikator produksi, pangsa pasar yang dicapai oleh volume penjualan
yang tinggi dan profitabilitas
UKM yang diperoleh.
Jumlah UKM di Indonesia sekarang ini jumlah
semakin bertambah. UKM di
Indonesia juga menyumbang total 60% dari pertumbuhan ekonomi nasional (Bank Indonesia,
2018). Hal ini juga kontras
dengan pertumbuhan jumlah UKM, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan omset UKM khususnya di Jawa Tengah. Data UKM Binaan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam
table sebagai berikut:
Tabel 1
Data UKM Binaan
Provinsi Jawa Tengah
No |
Deskripsi |
Satuan |
Tahun |
||||
2013 |
2014 |
2015 |
2016 |
2017 |
|||
1 |
Jumlah UKM |
Unit |
90.339 |
99.681 |
108.937 |
115.751 |
133.679 |
2 |
Penyerapan tenaga kerja |
Orang |
480.508 |
608.893 |
740.740 |
791.767 |
918.455 |
3 |
Omzet |
Rp. Milyar |
20.345 |
24.587 |
29.113 |
43.570 |
49.247 |
Sumber : Dinas
Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, 2019
Berdasarkan data yang
ada, dapat diketahui bahwa terdapat pertumbuhan yang terus menerus dari UKM
yang ada di Jawa Tengah selama periode 2013-2017. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara umum UKM di wilayah Jawa Tengah mengalami peningkatan kinerja bisnisnya.
Namun demikian, selama periode� 2013-
2017, terapat sektor UKM yang mengalami penurunan yaitu pada UKM Batik dengan
data sebagai berikut:
Tabel 2
Data UKM Batik Kota
Semarang
No |
Deskripsi |
Satuan |
Tahun |
||||
2013 |
2014 |
2015 |
2016 |
2017 |
|||
1 |
Jumlah UKM |
Unit |
100 |
70 |
65 |
50 |
30 |
2 |
Penyerapan tenaga kerja |
Orang |
1855 |
1598 |
1135 |
975 |
787 |
3 |
Omzet |
Rp. Milyar |
- |
-14 |
-29 |
-14 |
-19 |
Permasalahan yang ada
adalah pada periode 2013-2017, diketahui bahwa terjadi penurunan omset dari UKM
Batik di Kota Semarang pada periode 2013- 2017, tentunya berbanding terbalik
dengan peningkatan jumlah UKM yang bergerak di sektor Batik. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada UKM sektor Batik di Kota Semarang.
Penurunan kinerja bisnis UKM sektor Batik di Kota Semarang ini diduga
disebabkan karena kurangnya strategi bisnis yang dimiliki oleh UKM sektor Batik
di Kota Semarang sehingga kinerja bisnisnya tidak maksimal. Strategi bisnis
berkaitan dengan perencanaan dan arahan yang akan dicapai oleh perusahaan dalam
suatu periode waktu dimana perusahaan akan menyesuaikan diri dengan
sumber-sumber daya yang dimilikinya dan melakukan langkah-langkah untuk lebih
meningkatkan kinerja bisnis perusahaan.
Metode Penelitian
Objek
atau sampel dalam penelitian ini adalah adalah pemilik atau yang bertanggung
jawab dalam kegiatan UMKM Batik yang berada di Kota Semarang� yang berjumlah berjumlah 30 orang, yang
diperoleh dari hasil penentuan sampel dengan metode sampling sensus, yaitu
sampel yang digunakan adalah keseluruhan jumlah populasi.
Pada
penelitian ini teknik yang digunakan, dilakukan dengan metode kuesioner dan wawancara.
Kuesioner tersebut berisi angket berisi pernyataan dan dapat dipilih langsung
oleh responden, bertujuan agar peneliti mendapatkan data yang diharapkan dan
wawancara. Metode pengumpulan data ini dilakukan untuk mengumpulkan data
primer.kuantitatif digunakan untuk menjelaskan data kualitatif. Data kualitatif ini
didapatkan melalui wawancara dengan partisipan secara mendalam (Sugiyono, 2015).
Instrument yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode kuesioner dengan menggunakan skala tipe likert
(likert scale).
Masing-masin pertanyaan dari kuesioner memiliki 5 (lima) skala dimana angka 1 pada sebelah kiri menunjukkan
jawaban sangat tidak setuju dari
pertanyaan dan pernyataan
yang terdapat pada kuisioner.
Sebaliknya angka 5 pada sebelah kanan menunjukkan
angka jawaban dari responden yang memiliki penilaian positif atau sangat
setuju dengan pertanyaan atau pernyataan yang diajukan .
Penentuan variabel dan indikator secara keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Definisi Operasional Variabel
Variabel |
Definisi Operasional Variabel |
Indikator |
Orientasi Kewirausahaan |
Faktor
yang dapat meningkatkan kinerja bisnis menjelaskan bahwa karakteristik
orientasi kewirausahaan diamati dari perilaku bisnis, yang melibatkan
beberapa aspek seperti pengambilan risiko, inovasi dan proaktif. |
OK1 : Proaktif OK2 : Otonomi OK3 :risk-taking OK4 :Agresivitas kompetitif |
Orientasi Pasar |
Organisasi
yang luas generasi intelijen pasar yang berkaitan dengan kebutuhan pelanggan
saat ini dan masa depan, penyebaran intelijen secara horizontal dan vertikal
dalam organisasi, dan tindakan organisasi yang luas atau responsif
terhadapnya. |
OP1
: Orientasi Pelanggan OP2
: Orientasi Pesaing OP3
: Koordinasi Antar Fungsi |
Intellectual Capital (Kamukama, Ahiauzu, & Ntayi, 2011); (Todericiu & Stăniţ, 2015); (Kamukama, 2013) |
Modal intelektual juga
didefinisikan sebagai total stok semua aset dan kemampuan tidak berwujud
dalam perusahaan yang dapat menciptakan nilai. Stewart (1994) mendefinisikan
modal intelektual sebagai total stok kolektif pengetahuan, informasi,
teknologi, hak kekayaan intelektual, pengalaman, pembelajaran dan kompetensi
organisasi, sistem komunikasi tim, hubungan pelanggan, dan merek yang mampu
menciptakan nilai-nilai untuk suatu perusahaan |
IC1:
Keterampilan karyawan IC2:
Kualifikasi karyawan IC3:
Pengetahuan karyawan IC4
: Pengalaman karyawan |
Inovasi Produk |
Inovasi produk yang baik
memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, seperti meningkatkan posisi
pasar, merek, menarik konsumen baru dan meningkatkan loyalitas
konsumen.Industri kreatif tidak hanya memiliki tingkat kapasitas inovatif
yang tinggi tetapi juga dapat membentuk lingkungan yang dapat mendukung
ide-ide kreatif dan membantu dalam membuat produk, proses atau sistem baru |
IP1
: Perluasan Lini Produk IP2
: Produk Tiruan IP3
: Produk Baru |
Variabel |
Definisi
Operasional Variabel |
Indikator |
Keunggulan
Bersaing |
Berdasarkan
teori keunggulan kompetitif, keunggulan kompetitif terdiri dari dua dimensi
utama, yaitu keunggulan biaya rendah dan keunggulan diferensiasi sebagai
kunci dalam mencapai kinerja superior (Porter, 1985) |
KB1 :Keunggulan
Biaya KB2 : Variasi
produk yang ditawarkan KB3 : Kemampuan
memanfaatkan sumber daya KB4 : Kemampuan
beradaptasi |
Kinerja Bisnis (Efrat, Hughes, Nemkova, Souchon, & Sy-Changco, 2018), (Nkundabanyanga, Akankunda, Nalukenge, & Tusiime, 2017) |
Baik
buruknya kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan
untuk menggunakan sumber dayanya dan beradaptasi dengan perubahan kondisi
inovasi. Jaugh dan Glueck (1998) menyatakan bahwa pengukuran kinerja
perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, profitabilitas, pengembalian
modal, tingkat turnover, dan pangsa pasar. |
KBI1:� Pertumbuhan Laba KBI2:� Pertumbuhan Penjualan KBI3:
Pertumbuhan Pelanggan KBI4 :
Penganggaran |
Teknik
analisis data pada penelitian ini adalah kuantitatif, penelitian ini di desain
dengan data statistik. Pendekatan
yang digunakan adalah Structural Equation
Modelling Partial Least Square (SEM-PLS) dengan aplikasi software Smart PLS.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian
ini adalah adalah pemilik atau yang bertanggung jawab dalam kegiatan UMKM Batik
yang berada di Kota Semarang� yang
berjumlah berjumlah 30 orang, yang diperoleh dari hasil penentuan sampel dengan
metode sampling sensus, yaitu sampel yang digunakan adalah keseluruhan jumlah
populasi. Hasil penelitian ini sebagai berikut:
A.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Outer
model merupakan model yang menspesifikasi hubungan antara variable laten dengan
indikator-indikatornya atau bisa dikatakan bahwa outer model mendefinisikan
bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya. Pengujian
outer model dalam penelitian ini menggunakan uji nilai konvergennya (convergent validity), discriminant validity dan composite reliability. Adapun hasil
pengujian outer model dapat diketahui sebagai berikut :
1. Nilai Konvergennya (Convergent Validity)
Pengujian
dalam menilai convergent validity
didasarkan atas korelasi antara item score/component
score. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih
dari 0.70 dengan konstruk yang diukur. Namun untuk penelitian tahap awal dari
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup memadai.
Adapun batas nilai loading factor yang digunakan dalam penelitian adalah 0.60.
Artinya apabila tiap-tiap indikator memiliki nilai loading factor lebih dari
0,6, maka indikator tersebut telah memenuhi validitas konvergen (convergent validity) dan sebaliknya.
Untuk melihat nilai loading factor dari indikator-indikator yang mengukur
konstruk dapat diketahui dari gambar berikut:
Discriminant validity pada suatu model dianggap baik jika
setiap nilai loading dari setiap indikator dari sebuah variabel laten memiliki
nilai loading yang paling besar dengan nilai loading lain terhadap variabel
laten lainnya. Hasil pengujian discriminant
validity diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4
Pengujian Discriminant
Validity
|
original sample
estimate |
mean of
subsamples |
Standard
deviation |
T-Statistic |
OK1 |
0.687 |
0.707 |
0.122 |
5.648 |
OK2 |
0.698 |
0.738 |
0.086 |
8.120 |
OK3 |
0.902 |
0.897 |
0.020 |
44.124 |
OK4 |
0.743 |
0.761 |
0.057 |
12.919 |
OK5 |
0.839 |
0.818 |
0.053 |
15.910 |
OK6 |
0.808 |
0.766 |
0.074 |
10.925 |
OK7 |
0.702 |
0.684 |
0.129 |
5.444 |
OK8 |
0.711 |
0.705 |
0.076 |
9.317 |
OP1 |
0.847 |
0.826 |
0.067 |
12.666 |
OP2 |
0.805 |
0.786 |
0.073 |
11.002 |
OP3 |
0.628 |
0.621 |
0.133 |
4.724 |
OP4 |
0.863 |
0.851 |
0.021 |
40.518 |
OP5 |
0.905 |
0.902 |
0.020 |
44.735 |
OP6 |
0.769 |
0.733 |
0.077 |
10.005 |
IC1 |
0.613 |
0.536 |
0.145 |
4.221 |
IC2 |
0.741 |
0.711 |
0.122 |
6.052 |
IC3 |
0.684 |
0.651 |
0.121 |
5.635 |
IC4 |
0.677 |
0.674 |
0.113 |
6.004 |
IC5 |
0.692 |
0.767 |
0.126 |
5.487 |
IC6 |
0.857 |
0.854 |
0.037 |
22.982 |
IC7 |
0.844 |
0.844 |
0.036 |
23.672 |
IC8 |
0.762 |
0.780 |
0.066 |
11.465 |
IP1 |
0.772 |
0.727 |
0.078 |
9.867 |
IP2 |
0.842 |
0.839 |
0.072 |
11.614 |
IP3 |
0.616 |
0.689 |
0.146 |
4.211 |
IP4 |
0.705 |
0.681 |
0.110 |
6.418 |
IP5 |
0.934 |
0.941 |
0.014 |
64.978 |
IP6 |
0.864 |
0.875 |
0.067 |
12.979 |
KB1 |
0.715 |
0.773 |
0.053 |
13.482 |
KB2 |
0.653 |
0.683 |
0.074 |
8.827 |
KB3 |
0.846 |
0.820 |
0.037 |
22.621 |
KB4 |
0.773 |
0.782 |
0.060 |
12.772 |
KB5 |
0.706 |
0.735 |
0.065 |
10.799 |
KB6 |
0.809 |
0.813 |
0.059 |
13.733 |
KB7 |
0.771 |
0.793 |
0.112 |
6.891 |
KB8 |
0.684 |
0.739 |
0.111 |
6.167 |
KBB1 |
0.740 |
0.769 |
0.077 |
9.613 |
KBB2 |
0.788 |
0.812 |
0.099 |
7.926 |
KBB3 |
0.780 |
0.714 |
0.085 |
9.201 |
KBB4 |
0.789 |
0.806 |
0.047 |
16.788 |
KBB5 |
0.634 |
0.695 |
0.093 |
6.842 |
KBB6 |
0.873 |
0.839 |
0.038 |
22.762 |
Tabel
4
menunjukkan bahwa seluruh indikator memiliki nilai outer loading > 0,6 dan
memiliki nilai� t-statistik > 1,96.
Artinya bahwa bahwa semua indikator yang mengukur kontruk telah memenuhi
validitas konvergen (convergent validity). Oleh karena seluruh indikator yang
mengukur kontruk telah memenuhi convergent validity, sehingga dapat digunakan
dalam pengujian hipotesis.
2. Nilai Diskriminannya (Discriminant Validity)
Discriminant
validity pada suatu model dianggap baik jika setiap nilai loading dari setiap
indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar
dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian
discriminant validity diperoleh sebagai berikut :
Tabel 5
Hasil Pengujian Discriminant Validity
|
OK |
OP |
IC |
IP |
KB |
KBB |
IC1 |
0.293 |
0.421 |
0.613 |
0.328 |
0.384 |
0.454 |
IC2 |
0.516 |
0.582 |
0.741 |
0.490 |
0.632 |
0.662 |
IC3 |
0.461 |
0.511 |
0.684 |
0.431 |
0.507 |
0.610 |
IC4 |
1.029 |
0.666 |
0.677 |
0.587 |
0.869 |
0.870 |
IC5 |
0.861 |
0.522 |
0.692 |
0.486 |
0.729 |
0.736 |
IC6 |
0.750 |
0.774 |
0.857 |
0.580 |
0.838 |
0.818 |
IC7 |
0.646 |
0.662 |
0.844 |
0.527 |
0.750 |
0.734 |
IC8 |
0.466 |
0.505 |
0.762 |
0.449 |
0.550 |
0.556 |
IP1 |
0.616 |
0.699 |
0.726 |
0.772 |
0.679 |
0.691 |
IP2 |
0.612 |
0.684 |
0.945 |
0.842 |
0.773 |
0.824 |
IP3 |
0.927 |
0.519 |
0.616 |
0.616 |
0.683 |
0.646 |
IP4 |
0.434 |
0.451 |
0.591 |
0.705 |
0.537 |
0.535 |
IP5 |
1.000 |
0.924 |
1.028 |
0.934 |
0.996 |
0.960 |
IP6 |
0.869 |
0.729 |
0.788 |
0.864 |
0.809 |
0.787 |
KB1 |
1.091 |
0.550 |
0.839 |
0.610 |
0.715 |
0.849 |
KB2 |
1.019 |
0.590 |
0.707 |
0.573 |
0.653 |
0.750 |
KB3 |
0.701 |
0.706 |
0.885 |
0.572 |
0.846 |
0.789 |
KB4 |
0.681 |
0.766 |
0.806 |
0.626 |
0.773 |
0.758 |
KB5 |
0.627 |
0.710 |
0.742 |
0.423 |
0.706 |
0.700 |
|
|
|
|
|
|
|
KB6 |
0.839 |
0.765 |
0.936 |
0.689 |
0.809 |
0.854 |
KB7 |
0.730 |
0.719 |
0.870 |
0.556 |
0.771 |
0.842 |
KB8 |
0.801 |
0.680 |
0.646 |
0.470 |
0.684 |
0.678 |
KBB1 |
0.623 |
0.647 |
0.841 |
0.587 |
0.784 |
0.740 |
KBB2 |
0.886 |
0.618 |
0.855 |
0.524 |
0.762 |
0.788 |
KBB3 |
0.638 |
0.675 |
0.799 |
0.491 |
0.700 |
0.780 |
KBB4 |
0.886 |
0.919 |
0.955 |
0.643 |
0.959 |
0.789 |
KBB5 |
0.934 |
0.533 |
0.752 |
0.660 |
0.743 |
0.634 |
KBB6 |
0.735 |
0.727 |
0.871 |
0.559 |
0.802 |
0.873 |
OK1 |
0.687 |
0.378 |
0.508 |
0.389 |
0.592 |
0.548 |
OK2 |
0.698 |
0.485 |
0.602 |
0.438 |
0.793 |
0.654 |
OK3 |
0.902 |
0.824 |
0.972 |
0.686 |
1.026 |
0.957 |
OK4 |
0.743 |
0.911 |
1.020 |
0.851 |
0.928 |
0.936 |
OK5 |
0.839 |
0.722 |
0.774 |
0.573 |
0.869 |
0.806 |
OK6 |
0.808 |
0.617 |
0.601 |
0.414 |
0.705 |
0.695 |
OK7 |
0.702 |
0.806 |
0.831 |
0.613 |
0.757 |
0.823 |
OK8 |
0.711 |
0.552 |
0.858 |
0.448 |
0.766 |
0.778 |
OP1 |
0.704 |
0.847 |
0.721 |
0.506 |
0.685 |
0.643 |
OP2 |
0.557 |
0.805 |
0.691 |
0.557 |
0.661 |
0.646 |
OP3 |
0.800 |
0.628 |
0.676 |
0.488 |
0.671 |
0.682 |
OP4 |
0.962 |
0.863 |
1.008 |
0.710 |
1.006 |
0.998 |
OP5 |
0.914 |
0.905 |
0.969 |
0.662 |
0.930 |
0.926 |
OP6 |
0.567 |
0.769 |
0.726 |
0.476 |
0.694 |
0.642 |
Sumber
: Data primer yang diolah
Tabel
5
menunjukkan bahwa seluruh indikator pada variabel orientasi kewirausahaan,
orientasi pasar, intellectual capital, innovasi produk, keunggulan bersaing dan
kinerja bisnis memiliki nilai loading factor lebih besar dibanding nilai
loading variabel laten lain. Hasil ini menunjukkan bahwa Artinya, variabel
orientasi kewirausahaan, orientasi pasar, intellectual capital, innovasi
produk, keunggulan bersaing dan kinerja bisnis memiliki nilai discriminant
validity yang baik. Pengujian discriminant validity juga dapat dilakukan dengan
melihat nilai average variance extracted (AVE) untuk setiap konstruk. Adapun
hasil discriminant validity dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6
Average Variance Extracted (AVE)
|
Average variance
extracted (AVE) |
OK |
0.585 |
OP |
0.653 |
IC |
0.545 |
IP |
0.633 |
KB |
0.558 |
KBB |
0.594 |
Sumber
: Data primer yang diolah
Tabel 6 menunjukkan bahwa diperoleh nilai average variance
extracted (AVE) untuk konstruk
variabel orientasi kewirausahaan diketahui sebesar 0,585, nilai AVE untuk variabel orientasi pasar diketahui sebesar 0,653, nilai AVE variabel intellectual capital diketahui
sebesar 0,558, nilai AVE variabel innovasi produk diketahui sebesar 0,633, nilai AVE variabel keunggulan bersaing diketahui sebesar 0,558� dan nilai
AVE variabel kinerja bisnis diketahui sebesar 0,594. Oleh karena seluruh konstruk memiliki nilai average variance
extracted (AVE) lebih besar
dari 0, maka dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini telah memiliki discriminant
validity yang baik.
3. Composite Reliability
Composite
reliability menguji nilai reliabilitas antara blok indicator dari konstruk yang
membentuknya. Adapun hasil output composite reliability dapat diketahui pada
tabel 7 berikut ini:
Tabel
7
Hasil
Composite Reliability
|
Composite
Reliability |
OK |
0.918 |
OP |
0.918 |
IC |
0.904 |
IP |
0.911 |
KB |
0.909 |
KBB |
0.897 |
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel
7 menunjukkan
bahwa diperoleh bahwa variabel orientasi kewirausahaan memiliki nilai composite reliability sebesar 0,918,
variabel orientasi pasar memiliki nilai composite
reliability sebesar 0,918, variabel intellectual capital memiliki nilai composite reliability sebesar 0,904,
variabel inovasi produk memiliki nilai composite
reliability sebesar 0,911, variabel keunggulan bersaing memiliki nilai composite reliability sebesar 0,909�� dan variabel kinerja bisnis memiliki nilai composite reliability sebesar 0,897.
Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai composite reliability yang lebih besar
dari 0,70. Dengan demikian model dalam penelitian ini telah memenuhi composite reliability.
4. Pengujian Model Struktural (Inner
Model )
Pengujian
inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat antar konstruk, nilai
signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi
dengan menggunakan R-square dengan konstruk dependen uji t serta signifikandi
koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai
dengan melihat R-square untuk setiap
variabel laten dependen. Estimasi
R-square dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 8
Nilai R-square Model
|
R-square |
OK |
|
OP |
|
IC |
|
IP |
|
KB |
0.933 |
KBB |
0.955 |
Sumber: Data primer yang diolah
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis dan hubungan antar variabel dapat dilihat dari hasil Inner Weight
pada model. Adapun hasil koefisien pada pengujian model struktural� path dapat diketahui pada hasil inner model
berikut ini:
Tabel 9
Hasil Inner Weight
|
original sample
estimate |
mean of
subsamples |
Standard
deviation |
T-Statistic |
OK
-> KB |
0.331 |
0.411 |
0.076 |
4.365 |
OP
-> KB |
0.218 |
0.159 |
0.103 |
2.124 |
IC
-> KB |
0.366 |
0.375 |
0.157 |
2.334 |
IP
-> KB |
0.125 |
0.089 |
0.139 |
0.902 |
OK
-> KBB |
0.109 |
0.094 |
0.136 |
0.801 |
OP
-> KBB |
0.034 |
0.082 |
0.154 |
0.218 |
IC
-> KBB |
0.408 |
0.421 |
0.161 |
2.539 |
IP
-> KBB |
0.048 |
0.047 |
0.162 |
0.298 |
KB
-> KBB |
0.417 |
0.374 |
0.151 |
2.756 |
Sumber : Data primer yang diolah
a) Pengujian Hipotesis 1
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap
keunggulan bersaing diperoleh koefisien jalur sebesar 0,331 dan nilai� t-statistics sebesar 4,365. Oleh karena nilai
t-statistics lebih besar dari 1,96 (>1,96),�
maka dapat diketahui Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap
keunggulan bersaing pada pemilik UMKM Batik di Kota Semarang.
b) Pengujian Hipotesis 2
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian pengaruh orientasi pasar terhadap
keunggulan bersaing diperoleh koefisien jalur sebesar 0,218 dan nilai t-statistics sebesar 2,124. Oleh
karena nilai t-statistics lebih besar dari 1,96 (>1,96), �maka dapat diketahui Ho ditolak dan H2
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar berpengaruh
signifikan terhadap keunggulan bersaing pada pemilik UMKM Batik di Kota
Semarang.
c) Pengujian Hipotesis 3
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian pengaruh intellectual� capital terhadap keunggulan bersaing
diperoleh koefisien jalur sebesar 0,366 dan nilai t-statistics sebesar 2,334.
Oleh karena nilai t-statistics lebih besar dari 1,96 (>1,96), maka dapat diketahui
Ho ditolak dan H3 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap
keunggulan bersaing pada pemilik UMKM Batik di Kota Semarang.
d) Pengujian Hipotesis 4
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian
pengaruh inovasi produk terhadap keunggulan bersaing diperoleh koefisien jalur
sebesar 0,125 dan nilai t-statistics sebesar 0,902. Oleh karena nilai
t-statistics lebih kecil dari 1,96 (<1,96), maka dapat diketahui Ho diterima
dan H4 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi produk tidak berpengaruh
signifikan terhadap keunggulan bersaing pada pemilik UMKM Batik di Kota
Semarang.
e) Pengujian Hipotesis 5
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja bisnis diperoleh koefisien jalur sebesar 0,109 dan nilai t-statistics sebesar 0,801. Oleh
karena nilai t-statistics lebih kecil dari 1,96 (<1,96),� maka dapat diketahui Ho diterima dan H5
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja bisnis pada pemilik UMKM Batik di Kota Semarang.
f) Pengujian Hipotesis 6
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis diperoleh koefisien jalur sebesar 0,034 dan nilai t-statistics sebesar
0,218. Oleh karena nilai t-statistics lebih kecil dari 1,96 (<1,96),� maka dapat diketahui Ho diterima dan H6
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja bisnis pada pemilik UMKM Batik di Kota Semarang.
g) Pengujian Hipotesis 7
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian
pengaruh intellectual capital terhadap kinerja bisnis diperoleh koefisien jalur
sebesar 0,408 dan nilai t-statistics sebesar 2,539. Oleh karena nilai t-statistics
lebih besar dari 1,96 (>1,96), maka dapat diketahui Ho ditolak dan H7 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa intellectual�
capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis pada pemilik UMKM
Batik di Kota Semarang.
h) Pengujian Hipotesis 8
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian pengaruh inovasi produk terhadap kinerja
bisnis diperoleh koefisien jalur sebesar 0,048 dan nilai t-statistics sebesar
0,298. Oleh karena nilai t-statistics lebih kecil dari 1,96�������������� (<1,96), maka dapat diketahui
Ho diterima dan H8 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi produk
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis pada pemilik UMKM Batik di
Kota Semarang.
i) Pengujian Hipotesis 9
Hasil
estimasi inner weight pada pengujian pengaruh keunggulan bersaing� terhadap kinerja bisnis diperoleh koefisien
jalur sebesar 0,417 dan nilai t-statistics sebesar 2,756. Oleh
karena nilai t-statistics lebih besar dari 1,96 (>1,96), maka dapat diketahui Ho
ditolak dan H9 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keunggulan bersaing
berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis pada pemilik UMKM Batik di Kota
Semarang.
B.
Uji Langsung dan Tidak Langsung
Pengujian
langsung dan tidak langsung dalam penelitian ini menguji pengaruh orientasi
kewirausahaan, orientasi pasar, intellectual capital dan inovasi produk
terhadap kinerja bisnis melalui keunggulan bersaing sebagai variabel
intervening. Adapun hasil pengujian langsung dan tidak langsung dapat diketahui
sebagai berikut:
1. Uji Langsung dan Tidak Langsung
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Bisnis melalui Keunggulan
Bersaing
Hasil
uji langsung dan tidak langsung pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja bisnis melalui keunggulan bersaing sebagai variabel intervening dapat
digambarkan berikut ini:
0,331 0,417 Orientasi Kewirausahaan Keunggulan Bersaing Kinerja Bisnis 0,109
Hubungan langsung��������������� =��������� 0,109
Hubungan tidak langsung������ = �������� 0,331
x 0,417 = 0,138
Gambar
di atas menunjukkan hasil uji mediasi, dimana diperoleh hasil pengaruh tidak
langsung sebesar 0,138. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengaruh tidak langsung� diketahui lebih
besar dari nilai pengaruh langsung sebesar 0,109. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keunggulan bersaing mampu memediasi pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja bisnis.
2. Uji Langsung dan Tidak Langsung
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis melalui Keunggulan Bersaing
Hasil
uji langsung dan tidak langsung pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis melalui keunggulan bersaing sebagai variabel intervening dapat
digambarkan berikut ini:
0,218 0,417 Orientasi Pasar Keunggulan Bersaing Kinerja Bisnis 0,034
Hubungan langsung��� ����������� =��������� 0,034
Hubungan tidak langsung������ = �������� 0,218
x 0,417 = 0,091
Gambar
di atas menunjukkan hasil uji mediasi, dimana diperoleh hasil pengaruh tidak
langsung sebesar 0,091. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengaruh tidak langsung� diketahui lebih
besar dari nilai pengaruh langsung sebesar 0,034.� Dengan emikian dapat disimpulkan bahwa
keunggulan bersaing mampu memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis.
3. Uji Langsung dan Tidak Langsung
Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Bisnis melalui Keunggulan
Bersaing
Hasil
uji langsung dan tidak langsung pengaruh intellectual capital terhadap kinerja
bisnis melalui keunggulan bersaing sebagai variabel intervening dapat
digambarkan berikut ini:
0,366 0,417 Intellectual Capital Keunggulan Bersaing Kinerja Bisnis 0,408
Hubungan langsung��� ����������� =��������� 0,153
Hubungan tidak langsung������ = �������� 0,366
x 0,417 = 0,153
Gambar
di atas menunjukkan hasil uji mediasi, dimana diperoleh hasil pengaruh tidak
langsung sebesar 0,153. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengaruh tidak langsung� diketahui lebih
kecil dari nilai pengaruh langsung sebesar 0,408. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keunggulan bersaing tidak mampu memediasi pengaruh
intellectual capital terhadap kinerja bisnis.
4. Uji Langsung dan Tidak Langsung
Pengaruh Inovasi Produk terhadap Kinerja Bisnis melalui Keunggulan Bersaing
Hasil
uji langsung dan tidak langsung pengaruh inovasi produk terhadap kinerja bisnis
melalui keunggulan bersaing sebagai variabel intervening dapat digambarkan
berikut ini :
0,125 0,417 Inovasi Produk Keunggulan Bersaing Kinerja Bisnis 0,048
Hubungan langsung��� ����������� =��������� 0,048
Hubungan tidak langsung������ = �������� 0,125
x 0,417 = 0,052
Gambar
di atas menunjukkan hasil uji mediasi, dimana diperoleh hasil pengaruh tidak
langsung sebesar 0,052. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengaruh tidak langsung� diketahui lebih
besar dari nilai pengaruh langsung sebesar 0,048.� Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keunggulan bersaing mampu memediasi pengaruh intellectual capital terhadap
kinerja bisnis.
Kesimpulan
Dari hasil pengujian
hipotesis 1 yang berbunyi Orientasi Kewirausahaan diduga berpengaruh positif terhadap Keunggulan Bersaing menunjukkan nilai t statistic
4,365 yang lebih besar dari t table sebesar 1,96. Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 1 terbukti signifikan yaitu Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Keunggulan Bersaing.
Dari hasil pengujian
hipotesis 2 yang berbunyi Orientasi Pasar diduga berpengaruh positif terhadap Keunggulan Bersaing menunjukkan nilai t statistic 2,124 yang lebih
besar dari t table sebesar 1,96. Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 2 terbukti signifikan yaitu Orientasi Pasar berpengaruh positif signifikan terhadap Keunggulan Bersaing.
Dari hasil pengujian
hipotesis 3 yang berbunyi
Intellectual capital diduga berpengaruh
positif terhadap Keunggulan Bersaing menunjukkan nilai t statistic
2,334 yang lebih besar dari t table sebesar 1,96. Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 3 terbukti signifikan yaitu Intellectual
capital berpengaruh positif
signifikan terhadap Keunggulan Bersaing.
Dari hasil pengujian
hipotesis 4 yang berbunyi Inovasi Produk diduga tidak berpengaruh
positif terhadap Keunggulan Bersaing menunjukkan nilai t statistic
0,902. (< 1,96). Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 4 terbukti tidak berpengaruh signifikan yaitu Inovasi Produk
tidak berpengaruh signifikan terhadap Keunggulan Bersaing.
Dari hasil pengujian
hipotesis 5 yang berbunyi orientasi kewirausahaan diduga tidak berpengaruh
positif terhadap kinerja bisnis menunjukkan nilai t statistic
0,801 ( < 1,96). Hasil pengujian
tersebut membuktikan bahwa hipotesis 5 terbukti tidak berpengaruh signifikan yaitu orientasi kewirausahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis.
Dari hasil pengujian
hipotesis 6 yang berbunyi Orientasi Pasar diduga tidak berpengaruh positif terhadap Kinerja Bisnis menunjukkan nilai t statistic 0,218. (< 1,96). Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 6 terbukti tidak berpengaruh signifikan yaitu Orientasi Pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Bisnis.
Dari hasil pengujian
hipotesis 7 yang berbunyi
Intellectual capital diduga t berpengaruh
positif terhadap Kinerja Bisnis menunjukkan nilai t statistic 2,539 (> 1,96). Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 7 terbukti berpengaruh signifikan yaitu Intellectual capital berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja
Bisnis.
Dari hasil pengujian
hipotesis 8 yang berbunyi Inovasi produk diduga t tidak berpengaruh positif terhadap Kinerja Bisnis menunjukkan nilai t statistic
0,298 (< 1,96). Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 8 terbukti tidak berpengaruh signifikan yaitu Inovasi produk
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Bisnis.
Dari hasil pengujian
hipotesis 9 yang Keunggulan
Bersaing diduga t berpengaruh positif terhadap Kinerja Bisnis menunjukkan nilai t statistic
2,756 (> 1,96). Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa hipotesis 9 terbukti berpengaruh signifikan yaitu intellectual capital berpengaruh
signifikan terhadap kinerja bisnis.
Asyhari, Asyhari, Pudjihastuti, Sri Hindah, &
Kurdaningsih, Dian Marhaeni. (2018). Peran mediasi keunggulan kompetitif pada
faktor determinan kinerja bisnis UKM di sentra tenun batik di Jawa Tengah. Jurnal
Siasat Bisnis, 22(2), 111�131. Google Scholar
Budiastuti, Dyah, & Versia, Versia. (2011). Pengaruh Kapabilitas
terhadap Keunggulan Kompetitif dan Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan pada
PT Adi Cipta, Makassar. Binus Business Review, 2(1), 286�292. Google Scholar
Chan, Lismen L. M., Shaffer, Margaret A., & Snape, Ed. (2004). In
search of sustained competitive advantage: the impact of organizational
culture, competitive strategy and human resource management practices on firm
performance. The International Journal of Human Resource Management, 15(1),
17�35. Google Scholar
Chowdhury, Partha Prasad. (2013). Key strategies and issues of
positioning: A review of past studies. American Academic & Scholarly
Research Journal, 5(1), 55. Google Scholar
Dwiyono, Teguh. (2006). Pengaruh Variasi Besar, Tinggi Gaya Tekan dan
Kemiringan Pipa Output terhadap Head pada Alat Peraga Hukum Pascal untuk
Menaikkan Elevasi Muka Air. Universitas Negeri Semarang. Google Scholar
Echdar, Saban. (2012). Maryadi. Bussines Ethics and Entrepeneurship.
Yogyakarta. Google Scholar
Efrat, Kalanit, Hughes, Paul, Nemkova, Ekaterina, Souchon, Anne L., &
Sy-Changco, Joseph. (2018). Leveraging of Dynamic export capabilities for
competitive advantage and performance consequences: Evidence from China. Journal
of Business Research, 84, 114�124. Google Scholar
Hsu, Meng Hsiang, Ju, Teresa L., Yen, Chia Hui, & Chang, Chun Ming.
(2007). Knowledge sharing behavior in virtual communities: The relationship
between trust, self-efficacy, and outcome expectations. International
Journal of Human-Computer Studies, 65(2), 153�169. Google Scholar
Ismail, Daud, Alam, Syed Shah, & Hamid, Roshayati bt Abdul. (2017).
Trust, commitment, and competitive advantage in export performance of SMEs. Gadjah
Mada International Journal of Business, 19(1), 1�18. Google Scholar
Ismail, Tubagus. (2012). The development of entrepreneurial social
competence and business network to improve competitive advantage and business
performance of small medium sized enterprises: A case study of batik industry
in Indonesia. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 65, 46�51. Google Scholar
Ismanu, Sidik, & Kusmintarti, Anik. (2018). Pengaruh Lingkungan
Industri Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Inovasi Sebagai Variabel Mediasi
(Studi Kasus Di Ukm Batik Tulis). Prosiding Seminar Nasional Akuntansi,
Manajemen, Dan Keuangan, 1(1). Google Scholar
Kamukama, Nixon. (2013).
Intellectual capital: company�s invisible source of competitive advantage. Competitiveness
Review: An International Business Journal. Google Scholar
Kamukama, Nixon, Ahiauzu, Augustine, & Ntayi, Joseph M. (2011).
Competitive advantage: mediator of intellectual capital and performance. Journal
of Intellectual Capital. Google Scholar
Nkundabanyanga, Stephen Korutaro, Akankunda, Brendah, Nalukenge, Irene,
& Tusiime, Immaculate. (2017). The impact of financial management practices
and competitive advantage on the loan performance of MFIs. International
Journal of Social Economics. Google Scholar
Pes�maa, Ossi. (2007). Development of relationships in
interorganizational networks: studies in the tourism and construction
industries. Lule� tekniska universitet. Google Scholar
Porter, Michael E. (1985). Technology and competitive advantage. Journal
of Business Strategy. Google Scholar
Rodan, Simon. (2008). Organizational learning: effects of (network)
structure and (individual) strategy. Computational and Mathematical
Organization Theory, 14(3), 222�247. Google Scholar
Slater, Stanley F., & Narver, John C. (2000). The positive effect of a
market orientation on business profitability: A balanced replication. Journal
of Business Research, 48(1), 69�73. Google Scholar
Sugiyono, Prof. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung:
Alfabeta, 28. Google Scholar
Teece, David J., Pisano, Gary, & Shuen, Amy. (1997). Dynamic
capabilities and strategic management. Strategic Management Journal, 18(7),
509�533. Google Scholar
Todericiu, Ramona, & Stăniţ, Alexandra. (2015). Intellectual
capital�The key for sustainable competitive advantage for the SME�s sector. Procedia
Economics and Finance, 27, 676�681. Google Scholar
Copyright holder: Mohamad Ari Wibowo dan Susilo Toto Raharjo (2021) |
First publication right: Journal Syntax Literate |
This article is licensed under: |