����������� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849

����������� e-ISSN : 2548-1398

����������� Vol. 2, No 10 Oktober 2017

 

 


PENGARUH METODE DISCOVERY DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

 

Dicky Fauzi Firdaus

Universitas Islam Al Ihya Kuningan

[email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kuningan mengenai pengaruh penggunaan Metode Discovery dan Metode Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah mendapatkan pembelajaran menggunakan metode Discovery dan metode Problem Solving. Jenis penelitian ini adalah studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalen control group design. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari kelas XI.2 IIS, XI.3 IIS, dan XI.4 IIS SMA Negeri 1 Kuningan. Analisis data menggunakan SPSS versi 21 dengan pengujian hipotesis melalui statistik parametrik, uji perbedaan rata-rata (paired samples t-test dan independent samples t-test), dan perhitungan effect size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan metode Discovery, metode Problem Solving, dan metode pembelajaran Konvensional. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas yang menggunakan metode Discovery dan metode Problem Solving dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Konvensional, dan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas yang menggunakan metode Discovery dengan kelas yang menggunakan metode Problem Solving.

 

Kata kunci: Metode Discovery, Metode Problem Solving, Kemampuan Berpikir Kritis

 

Pendahuluan

Watson & Glaser (Filsaime, 2008: 60) memandang berpikir kritis sebagai sebuah gabungan sikap, pengetahuan, dan kecakapan. Proses pembelajaran idealnya semua peserta didik terlibat aktif sehingga dalam proses pembelajaran, bukan hanya peserta didik tertentu saja yang aktif. Dalam pembelajaran ekonomi di kelas, guru dituntut untuk bisa menjadi teman atau fasilitator dalam proses memahami dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Salah satu cara untuk mengoptimalkan peran guru sebagai fasilitator adalah dengan mengaplikasikan sebuah metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik sebagai pusat aktivitas belajar (student center), dimana hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga hasil belajar pun akan lebih baik.

Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kuningan adalah salah satu kelas dengan kemampuan berpikir kritis yang relatif rendah. Dari pengamatan peneliti, kelas tersebut cenderung pasif dan tidak menunjukan karakter kritis. Berbekal rasa ingin tahu dan kebutuhan, peneliti pun melaksanakan wawancara guna mendapat data lebih lanjut terkait kemampuan berpikir kritis yang dimiliki XI IIS SMA Negeri 1 Kuningan dalam mata pelajaran Ekonomi.

Berdasarkan hasil dari wawancara tersebut, maka dilakukan pra penelitian dengan membagikan soal yang dibuat dengan kriteria indikator kemampuan berpikir kritis. Soal berbentuk uraian berjumlah 5 soal dan setiap soal mewakili indikator kemampuan berpikir kritis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal peserta didik yang mampu menjawab soal kemampuan berpikir kritis. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis

Skor

Jumlah Peserta Didik

(%)

0

-

-

20

73

58,4

40

51

40,8

60

1

0,8

80

-

-

100

-

-

Jumlah

125

100

����������������� Sumber : Pra Penelitian, data diolah

Tabel 1 menunjukkan bahwa 5 soal yang merujuk pada indikator kemampuan berpikir kritis tidak ada peserta didik yang mencapai skor ideal dari 80-100, artinya bahwa kemampuan peserta didiknya dalam berpikir kritis tergolong masih rendah. Peserta didik hanya mampu mengerjakan soal dengan memperoleh skor dibawah skor ideal yakni berada pada rentang 40-0 sedangkan peserta didik dengan skor terbanyak ada pada skor 60. Hal ini, memerlukan upaya konkrit untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran Ekonomi kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kuningan.

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik. Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.

Penggunaan metode yang efektif dalam pembelajaran sangat diperlukan bagi peserta didik untuk dapat memahami konsep secara utuh sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya untuk menghubungkan konsep dasar dengan situasi yang sebenarnya di lapangan. Metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yaitu metode discovery dan metode problem solving karena dalam proses pembelajarannya melibatkan peran peserta didik.

Perkembangan metode pembelajaran dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang menuntut guru untuk mengaplikasikan dalam proses belajar mengajar. Salah satunya metode Discovery dan metode Problem Solving. Menurut Mulyatiningsih (2010: 7) metode discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Metode Discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Menurut Djamarah dan Zain (2002: 103) bahwa:

�Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan.�

 

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Dalam mengaplikasikan metode discovery guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar teacher oriented menjadi student oriented.

Selain itu metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode problem solving. Sanjaya (2011: 221) menyebutkan bahwa:

�Metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.�

 

Prawiro (1986) menegaskan bahwa Problem Solving adalah metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dalam memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapinya. Pada proses pembelajaran ini, siswa dituntut untuk lebih mandiri, berani dan mampu menyelesaikan permasalahan melalui upaya-upaya yang harus dilakukannya. Selaras dengan hal tersebut, Pranata (2005) dalam bukunya menegaskan bahwa metode problem solving adalah metode pembelajaran yang menghapuskan ketidaksesuaian yang timbul antara hasil dan kehendak yang ingin diperoleh.

Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang berorientasi �learner centered� dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh peserta didik melalui kerja kelompok. Metode problem solving sering disebut �metode ilmiah� (scientific method) karena langkah-langkah yang digunakan adalah langkah-langkah ilmiah. Metode problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses pemecahan masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Berdasarkanuraian di atas, untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi, maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian tentang �Pengaruh Metode Discovery dan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kasus Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Menganalisis Kerjasama Ekonomi Internasional di Kelas XI SMA Negeri 1 Kuningan)�.

 

Metodologi Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 2) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental Design atau sering juga dikenal dengan istilah quasi eksperimen, dimana peneliti ingin melihat apakah metode Discovery dan metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Ekonomi.

Objek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Kuningan Tahun Pelajaran 2014/ 2015. Penelitian ini dilaksanakan di 3 kelas XI yaitu XI.2 IIS, XI.3 IIS, dan XI.4 IIS.

Dari pemaparan terkait objek penelitian di atas, semakin jelas bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari kelas yang disebutkan di atas. Adapun jumlah keseluruhan populasi disini adalah sebanyak 125 siswa. Secara umum populasi sendiri adalah seluruh dari generalisasi yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono: 2012). Sambung Sugiyono, berbeda dengan populasi, sampel juga dinyatakan sebagai sebagian dari generalisasi yang digunakan sebagai objek penelitian. Terkait dengan sampel, penelitian ini sendiri menggunakan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel yang digunakan. Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling sendiri adalah teknik pengambilan sampel dengan orientasi pada beberapa pertimbangan. Lebih lanjut, dalam penelitian ini sendiri, peneliti mempertimbangkan keterlibatan seluruh peserta didik. Sehingga, untuk mencapai hal tersebut, peneliti pun menggunakan seluruh populasi sebagai sampel penelitian.

Peneliti menggunakan beberapa teknik analisis data. Teknik analisis data yang pertama adalah pengujian normalitas, homogenitas dan pengujian hipotesis. Selaras dengan teknik tersebut, peneliti juga menggunakan beberapa alat tes seperti pengujian validasi, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.

 

Hasil dan Pembahasan

Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan metode Problem Solving lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 1 yang menggunakan metode Discovery. Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen 2 dilihat dari N-gain yaitu sebesar 0.486 sedangkan kelas eksperimen 1 sebesar 0.426. Selisih nilai means pada kelas eksperimen 2 yaitu sebesar 21.687 sedangkan kelas eksperimen 1 sebesar 18.967. Selisih nilai means dengan N-gain berbeda sedikit.

Hasil penelitian ini memperlihatkan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Discovery dengan kelas yang menggunakan metode Problem Solving. Hal ini terlihat dari nilai besarnya pengaruh metode Discovery dan metode Problem Solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran ekonomi sebesar 0.071 (eta squared = 0.071) yang artinya variabilitas peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran ekonomi sebesar 7,1 %oleh perlakuan metode Discovery dan metode Problem Solving.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan metode Discovery dan metode Problem Solving yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis di SMA Negeri 1 Kuningan sehingga diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut adalah :

1.      Metode Discovery berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2.      Metode Problem Solvingberpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

3.      Metode pembelajaranKonvensional berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

4.      Metode Discovery berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran Konvensional.

5.      Metode Problem Solving berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran Konvensional.

6.      Dilihat dari nilai rata-rata gainnya pada kelas eksperimen 2 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 1. Maka dapat disimpulkan bahwa dan metode Problem Solving lebih efektif dari metode Discovery dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

 

Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Filsaime, D. K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Presentasi Pustakarya.

 

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

 

Prawiro, Bambang. 1986. Pengertian Metode Problem Solving. Tersedia online di link berikut: http:// phisiceducation09.blogspot.com.

 

Sanjaya, Mina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.