�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 2,
No 10 Oktober 2017
PENGARUH
KECENDERUNGAN OTAK KANAN, LINGKUNGAN KELUARGA, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Firda Halawati
Universitas
Islam Al Ihya Kuningan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1)
kecenderungan otak kanan, lingkungan keluarga, motivasi belajar dan prestasi
belajar matematika (2) pengaruh kecenderungan otak kanan lingkungan keluarga,
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika (3) hubungan kausal
baik langsung maupun tidak langsung antara kecenderungan otak kanan, lingkungan
keluarga, motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat survei.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MI se-kabupaten Kuningan. Sampel 10
sekolah dipilih dengan menggunakan stratified proportional random sampling
dengan jumlah siswa sebanyak 400 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) kecenderungan otak kanan siswa berada pada kategori rendah,
lingkungan keluarga berada pada kategori tinggi, motivasi belajar berada pada
kategori tinggi dan prestasi belajar matemtika berada pada kategori sedang. (2)
kecenderungan otak kanan, lingkungan keluarga, dan motivasi belajar secara
bersama-sama memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap prestasi
belajar matematika dengan sumbangan sebesar 16,3%. (3) Kecenderungan otak kanan
mempunyai pengaruh langsung terhadap motivasi belajar matematika sebesar -0,01
dan mempunyai pengaruh langsung terhadap prestasi belajar sebesar -0,08
sedangkan total pengaruh tidak langsung sebesar 0,0008. Lingkungan keluarga
mempunyai pengaruh langsung terhadap motivasi belajar matematika sebesar 0,59
dan mempunyai pengaruh langsung terhadap prestasi belajar sebesar 0,1 sedangkan
total pengaruh tidak langsung sebesar 0,059. Motivasi belajar mempunyai
pengaruh langsung terhadap prestasi belajar�
matematika sebesar 0,07.
Kata Kunci: � Kecenderungan otak kanan, Lingkungan Keluarga,
Motivasi Belajar, �Prestasi Belajar
Matematika
Pendahuluan
Perkembangan zaman yang
semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut
adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Salah satu sarana yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan. Jalur pendidikan dapat dilaksanakan secara formal, nonformal, dan
informal (Depdiknas, 2003: 6). Salah satu pendidikan formal dapat melalui
pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar yang diselenggarakan di Indonesia
dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan formal
mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah atas.
Pembelajaran matematika pada tingkat sekolah menengah pertama dilaksanakan
berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Menurut Permendiknas No 22
tahun 2006 tujuan pengajaran matematika antara lain: memahami konsep
matematika, menjelaskan
keterkaitan antara
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Potensi peserta didik
dapat dikembangkan melalui aktivitas belajar di sekolah, sehingga apa yang
menjadi tujuan belajar tersebut dapat tercapai yang terwujud dalam suatu
prestasi belajar. Prestasi belajar sangat penting sebagai indikator
keberhasilan bagi seorang pendidik maupun peserta didik. Bagi seorang pendidik,
prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pedoman penilaian terhadap
keberhasilan dalam kegiatan membelajarkan peserta didik. Masih rendahnya
prestasi belajar khususnya dalam pelajaran Matematika bisa kita lihat di
beberapa daerah khususnya di kabupaten Kuningan.
Tidak ada peserta didik
yang menginginkan prestasi yang rendah. Namun untuk memperoleh semua itu
tidaklah mudah karena mengingat adanya perbedaan lingkungan keluarga, motivasi
belajar siswa, karakter, intelegensi, cita-cita dan lain-lain yang dimiliki
oleh masing-masing peserta didik. Dengan perbedaan yang dimiliki akan
menyebabkan tercapainya suatu prestasi belajar yang berbeda pula yaitu
prestasinya yang tergolong tinggi, sedang dan rendah.
Peningkatan prestasi
belajar peserta didik tentunya membutuhkan dukungan dari semua pihak terutama
keluarga. Di lingkungan keluarga pertama kali anak mendapat pengaruh, karena
itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan
kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat bimbingan dari orang tua. Keluarga
merupakan lingkungan yang terdiri atas orang-orang yang terdekat bagi seorang
anak. Banyak sekali waktu dan kesempatan bagi seorang anak untuk berjumpa dan
berinteraksi dengan keluarganya. Perjumpaan dan interaksi tersebut sudah pasti
sangat besar pengaruhnya bagi prilaku dan prestasi seseorang.
Keluarga sebagai
lembaga pendidikan informal, merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama. Keluarga yang dalam hal ini orang tua memiliki pengaruh terhadap
prestasi belajar anaknya (Houtenvile & Conway, 2007). Perhatian merupakan
hadiah terbesar orang tua terhadap anaknya. Namun tidak setiap anak mendapatkan
perhatian dari orang tuanya. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya
dapat menyebabkan anak menjadi malas, acuh tak acuh dan kurang minat belajar.
Dengan adanya perhatian orang tua diharapkan akan berdampak pada pencapaian
prestasi belajar siswa di sekolah
Kondisi yang harmonis
dalam keluarga dapat memberi stimulus dan respon yang baik dari anak sehingga
prilaku dan prestasinya menjadi baik. Sebaliknya jika keluarga tidak harmonis
akan berdampak negatif bagi perkembangan siswa, prilaku dan prestasi cenderung
terhambat, dan akan muncul masalah-masalah dalam prilaku dan prestasinya.
Menurut Slameto (2010: 63) suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar untuk bisa
mengembangkan potensi yang ada didirinya. Suasana rumah juga merupakan faktor
yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Agar anak dapat belajar
dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak
betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
Menurut Slameto (2010:
63) keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya yaitu makanan,
pakaian, tempat tinggal dan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan
lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai
cukup uang dan adanya perhatian dari orang tua. Dengan begitu siswa akan merasa
tenang dan nyaman karena semua kebutuhannya dapat terpenuhi, sehingga siswa
dapat berkonsentrasi penuh dalam belajarnya.
Orang tua harus dapat
menciptakan kondisi harmonis dalam keluarga dan memberi dorongan pada siswa di
sekolah atau bisa juga dengan penghargaan yang diberikan atas prestasi yang
didapat siswa, sebagai pemacu siswa untuk belajar agar mendapatkan prestasi
belajar yang baik di sekolah. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan
tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak-anak mengalami keinginan tidak mau
belajar,orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Cole (2011: 4) yang menyatakan bahwa anak-anak membutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi ketika sedang belajar dan peran kedua orang tua yang
untuk memberi dorongan dan semangat kepada anaknya dalam belajar sangat
berpengaruh terhadap potensi akademik anaknya.
Santrock (2008; 34) mengungkapkan bahwa �family environment is the first
environment for children and families have an important role in educating
children� maksud dari pernyataan tersebut adalah lingkungan keluarga
merupakan lingkungan pertama bagi anak dan keluarga mempunyai peranan yang
cukup penting dalam hal mendidik anak. Menurut Berk
(2007: 23) mengungkapkan bahwa �family
environment� is the first social� group for children where socialization
between parents and children guidance from parents, home atmosphere and the
family�s economic will effect children�s achievement and motivation� maksud
dari pernyataan Berk adalah bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pertama bagi anak dimana sosialisasi antara orang tua dan anak berlangsung
serta bimbingan dari orang tua, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga akan
mempengaruhi motivasi dan prestasi.
Selain di dalam
lingkungan keluarga, siswa berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal, di tempat inilah kegiatan
belajar mengajar berlangsung (ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan
kepada anak didik). Sekolah diharapkan bisa menciptakan suatu lingkungan yang
khas sebagai lingkungan pendidikan, yaitu tempat berlangsungnuya kegiatan
belajar mengajar dengan segala sarana dan prasarana serta kondisi lingkungan
yang mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana
yang merupakan lingkungan fisik sangat dibutuhkan, karena bila komponen ini
tersedia secara memadai, maka akan memperlancar proses pendidikan dan akan
memberikan mutu lulusan yang baik (Hamalik, 2006: 11). Namun saat ini ada
banyak sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana yang belum memadai
bahkan sangat minim. Bafadal (2004: 2) mendefinisikan
sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, sedangkan
prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak
langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran Lewat berbagai media
sering kita baca dan lihat masih ada gedung sekolah yang rusak, ruang kelas yang
sudah tidak layak, namun tetap digunakan sebagai tempat berlangsungnya
pembelajaran. Hal ini memperlihatkan kondisi lingkungan sekolah yang belum
begitu baik.
Faktor lain yang diduga
berpengaruh terhadap prestasi ialah motivasi belajar. Seharusnya setiap siswa
memiliki motivasi dalam belajarnya, baik itu motivasi dalam diri maupun
motivasi dari luar dirinya. Dengan adanya motivasi diharapkan siswa akan lebih
giat dalam belajar dan mampu meraih prestasi yang diharapkan. Menurut Schunk
(2012: 492) �teori motivasi berprestasi berpengaruh bagi pengajaran dan
pembelajaran�. Schunk, Pintrich & Meece (2010: 4) juga menambahkan �motivation is the process whereby goal diirected
activity is instigated and sustained�. Pernyataan tersebut bermakna
motivasi adalah proses dimana kegiatan tujuan diarahkan untuk mendorong dan
mendukung. Fenomena yang terjadi di sekolah maupun di masyarakat yang terkait
dengan motivasi ini antara lain siswa yang telat masuk sekolah, siswa yang
rajin datang ke sekolah namun enggan untuk belajar, masih ada siswa yang suka
membolos, siswa yang mengantuk di kelas dan lain sebagainya. Dengan demikian
motivasi belajar yang ada pada diri siswa belum memberikan sumbangan yang
maksimal sehingga prestasi belajar matematika belum sesuai dengan yang
diharapkan.
Motivasi yang dimiliki
setiap siswa juga berbeda satu dengan yang lain. Syah (1995:� 136) motivasi adalah keadaan internal
organisme (manusia maupun hewan) yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Ormord
(2003:� 368) menerangkan bahwa�motivation is something that energizes,
direct, and sustains behavior; its get students moving, points them in a particular
direction, and keeps them going.� Motivasi adalah sesuatu yang memberikan
tenaga, mengarahkan, dan memelihara perilaku; motivasi membuat siswa menjadi
aktif, menunjukkan kepada siswa dalam arah tertentu. Motivasi seseorang dapat
bersumber dari dalam diri sendiri yang dikenal sebagai motivasi internal, dan motivasi
dari luar diri yang dikenal sebagai motivasi eksternal, sebagaimana dijelaskan Wollfolk
(2008: 188) motivasi terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
dapat dipengaruhi oleh keadaan internal atau keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri, misalnya perasaan senang terhadap sesuatu hal. Selain
itu juga keadaan eksternal atau keadaan yang berasal dari luar diri siswa itu
sendiri juga turut mempengaruhi, misalnya dorongan dari orang tua di rumah
maupun guru di sekolah. Motivasi mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
aktivitas belajar siswa. Berdasarkan informasi dari guru matematika motivasi
belajar siswa masih kurang menggembirakan, hal ini terlihat antara lain masih
ada siswa yang menghindar saat pelajaran matematika, ada pula siswa pada saat
pembelajaran berlangsung lebih banyak bercerita dan mengerjakan hal lain
dibandingkan memperhatikan penjelasan dari guru.
Hal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap prestasti belajar yaitu kecerdasan/intelegensi peserta
didik tersebut. Semua kecerdasan yang lebih tinggi, ada dalam otak sejak lahir.
Selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan, kecerdasan ini dapat
disingkapkan jika dirawat dengan baik (Deporter & Hernacki, 2003: 30).
Kecerdasan antara peserta didik yang satu berbeda dengan peserta didik yang
lainnya. Kecerdasan ini terletak di dalam otak manusia setiap peserta didik,
sesuai pendapat Byrnes (Schunk, 2012: 69) mengungkapkan bahwa otak manusia
strukturnya serupa, ada perbedaan-perbedaan antara satu individu dengan individu
lainnya. Beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan otak adalah faktor
genetik, stimulasi lingkungan, dan nutrisi. Otak kita dibagi ke dalam dua
bagian. Belahan otak kiri dan belahan otak kanan (Pink, 2012: 26), dimana kedua
belahan otak kanan dan otak kiri memiliki fungsi yang berbeda-beda. Otak kiri
memiliki fungsi: logika, tulisan, angka, hitungan, urutan, analisis, short term memory. Otak kanan memiliki
fungsi: imaginasi, musik, warna, emosi, bentuk, kreativitas, long term memory.
Dalam matematika
dibutuhkan keterampilan peserta didik menghitung secara cepat dan tepat.
Menghitung secepat kilat adalah dominan dari hemisfer kanan. Menghitung dengan
otak kiri sangat berbeda secara alami. Jika seorang anak melewati usia 3 tahun,
otak kiri perlahan menjadi dominan. Dari usia 6 tahun perubahan ini akan
selesai, dan otak kiri akan tetap dominan mulai saat itu. Dengan begitu,
membuatnya lebih sulit untuk membuka kemampuan bawaan ini. Jika saluran
perhitungan otak kanan dibuka sebelum itu, kemampuan ini dapat dengan mudah
bertahan. Menghitung secepat kilat ditujukkan secara otomatis oleh otak kanan
menggunakan fungsi pemrosesan kecepatan tinggi secara otonom. Otak manusia
tidak butuh untuk bekerja secara sadar, dan nyatanya, fungsi bawah sadar dari
otak lebih besar. Ini sebabnya anak-anak dari usia nol sampai 3 tahun dianggap
sebagai genius bahasa. Jika mereka mengakumulasi secara bawah sadar beberapa
stok kata-kata, maka fungsi pemrosesan otomatis mereka mulai bekerja. Mereka
jadi bisa menggunakan kata-kata dengan bebas. Mereka menyusun kata-kata secara
bawah sadar menjadi kalimat dengan maksud untuk berbicara.
Otak kanan mendominasi
ketika manusia dalam tahap embrionik dan selama 3 tahun pertama setelah
kelahiran. Periode usia tiga tahun sampai enam tahun menandai adanya transisi
dari dominasi otak kanan ke otak kiri. Setelah usia enam tahun, otak kiri
benar-benar telah mendominasi. (Sinchida, 2009: 82). Untuk alasan ini,
sangatlah penting untuk melakukan latihan memori otak kanan selama 6 tahun
pertama, ketika hemisfer kanan berfungsi secara alamiah. Jika memori otak kanan
dilatih selama periode ini, saluran terbuka dan aksesnya berlaku seumur hidup.
Berdasarkan uraian di
atas, beberapa masalah yang berhubungan
dengan kecenderungan otak kanan, lingkungan keluarga dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar siswa perlu diteliti yaitu perlunya lebih jauh
masalah-masalah yang mempengaruhinya. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti
tertarik melakukan penelitian Pengaruh Kecenderungan Otak Kanan, Lingkungan
Keluarga, dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa MI.
Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kecenderungan otak kanan, lingkungan keluarga,
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa MI di Kabupaten
Kuningan. Menentukan besarnya pengaruh kecenderungan otak kanan, lingkungan
keluarga, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa MI di
kabupaten Kuningan. Menentukan hubungan kausal baik langsung maupun tidak
langsung antara kecenderungan otak kanan, lingkungan keluarga, dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa MI.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini memiliki
jenis kualitatif dengan pendekatan survei. Survei dalam hal ini termasuk segala
kegiatan penelitian dilaksanakan pada Januari hingga Februari 2016. Populasi
yang terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi MI
se-Kuningan untuk tahun pelajaran 2016/2017. Adapun untuk jumlah, peneliti
mencatat terdapat 79 MI dengan total siswa sejumlah 12.346 jiwa.
Dalam pelaksanaannya,
jumlah populasi tersebut tidak serta merta digunakan dalam bentuk bulat atau
penuh. Akan tetapi, untuk melaksanakan penelitian, peneliti menetapkan jumlah
sampel melalui rumus berikut:
Dimana : n = jumlah sampel
����������� �� N = Jumlah populasi
����������� �� d2 = presisi yang ditetapkan
(Riduwan, 2013: 65)
Teknik analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data
dan menganalisis statistik inferensial terhadap data yang diperoleh. Deskripsi
data dilakukan dengan mencari rata-rata, standar deviasi, varians, skor
minimal, dan skor maksimal dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini
digunakan analisis regresi linier ganda, untuk itu perlu dilakukan pengujian
persyaratan analisis yang berupa uji normalitas, uji linieritas, uji
mulktikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Setelah pengujian asumsi analisis
terpenuhi maka dilakukan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan analisis
regresi ganda dilanjutkan dengan analisis jalur. Regresi ganda dilakukan untuk menguji keberartian regresi
atau signfikansi pengaruh pengaruh variabel bebas baik sendiri-sendiri atau
bersama�sama terhadap variabel terikat, dan sumbangan (determinasi)
variabel bebas baik secara sendiri-sendiri maupun bersama sama terhadap
variabel terikat. Analisis jalur digunakan untuk menguji besarnya pengaruh
langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh non kausal didasarkan pada model
hubungan kausal empiris dari data penelitian.
Regresi ganda dengan menempatkan
variabel motivasi belajar (X3) sebagai variabel terikat dan variabel
kecenderungan otak kanan siswa (X1) dan lingkungan keluarga (X2),
sebagai variabel bebas. Dengan konstanta
Regresi ganda dengan menempatkan
variabel prestasi belajar (Y) sebagai variabel terikat dan variabel
kecenderungan otak kanan siswa (X1), lingkungan keluarga (X2),
dan motivasi belajar (X3) sebagai variabel bebas. Dengan konstanta
Analisis jalur dengan menempatkan variabel kecenderungan
otak kanan siswa (X1), lingkungan keluarga (X2), sebagai
variabel bebas (eksogen), dan variabel motivasi belajar (X3) dan
prestasti belajar (Y) sebagai variabel terikat (endogen).
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini
dilakukan terhadap siswa MI di kabupaten Kuningan yang berjumlah 400 siswa.
Deskripsi data penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel
1
Data
Statistik seluruh Variabel Penelitian
Statistik
Deskripsi |
Kecenderungan
Otak Kanan (X1) |
Lingkungan
Kerja (X2) |
Motivasi
Belajar (X3) |
Prestasi
Belajar Matematik (Y) |
Mean |
45,89 |
76,86 |
75,78 |
54,81 |
Standar Devisiasi |
9,9 |
7,87 |
10,51 |
16,04 |
Skor Maksimum |
81 |
95 |
98 |
100 |
Skor Minimum |
20 |
52 |
46 |
15 |
Data kecenderungan otak
kanan didapat dari pengerjaan Software
Brainwork yang terdiri atas 20 butir pernyataan yang diisi oleh 400 siswa
di kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2
Kategori
Variabel Kecenderungan Otak Kanan
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Tinggi |
122 |
30,5% |
Sedang |
31 |
7,75% |
Rendah |
247 |
61,75% |
Total |
400 |
100% |
Berdasarkan Tabel 2
kategori variabel kecenderungan otak kanan, maka dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan otak kanan yang dimiliki siswa MI di Kabupaten Kuningan mempunyai
kecenderungan rendah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor sebesar 30,5%
siswa memiliki kecenderungan otak kanan yang tinggi yang diwakili oleh 122
siswa; 7,75% siswa berada pada kategori sedang yang diwakili oleh 31 siswa;
61,75% siswa berada pada kategori rendah yang diwakili oleh 247 siswa. Secara
umum kecenderungan otak kanan siswa MI di Kabupaten Kuningan termasuk pada
kategori rendah.
Lingkungan keluarga
yang terdiri atas 20 butir pernyataan yang diperoleh dari 400 siswa MI di
kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3
Kategori
Variabel Lingkungan Keluarga
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Sangat Tinggi |
130 |
32,50% |
Tinggi |
228 |
57,00% |
Sedang |
41 |
11,25% |
Rendah |
1 |
0,25% |
Sangat Rendah |
0 |
0% |
Total |
400 |
100% |
Berdasarkan Tabel 3
kategori variabel lingkungan keluarga, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan
keluarga siswa MI di kabupaten Kuningan mempunyai kecenderungan tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan skor sebesar 32,50% siswa memiliki lingkungan
keluarga yang sangat tinggi yang diwakili oleh 130 siswa; 57% siswa berada pada
kategori tinggi yang diwakili oleh 228 siswa; 11,25% siswa berada pada kategori
sedang yang diwakili oleh 41 siswa; 0,25% siswa berada pada kategori rendah
yang diwakili oleh 1 siswa. Sementara untuk kategori sangat rendah tidak
terwakili di dalam sampel penelitian ini. Secara umum lingkungan keluarga siswa
MI di kabupaten Kuningan termasuk pada kategori tinggi. Lingkungan keluarga
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa MI di Kabupaten Kuningan
hal ini didukung pula oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Olszewski,
Lee & Thomson. Penelitian sebelumnya yang berjudul Family Environment and Social Deevelopment in Gifted Students, hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang berbakat di bidang akademis dan
mempunyai kompetensi yang baik dinilai mempunyai keluarga dengan pendidikan
tingkat tinggi, fleksibel dan komunikasi di antara anggota keluarga baik.
Motivasi belajar siswa
yang terdiri atas 20 butir pernyataan diperoleh dari 400 siswa di kabupaten
Kuningan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4
Kategori
Variabel Motivasi Belajar
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Sangat Tinggi |
137 |
34,25% |
Tinggi |
183 |
45,75% |
Sedang |
73 |
18,25% |
Rendah |
7 |
1,75% |
Sangat Rendah |
0 |
0% |
Total |
400 |
100% |
Berdasarkan Tabel 4
kategori variabel motivasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
pada siswa MI di kabupaten Kuningan mempunyai kecenderungan tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan skor sebesar 34,25% siswa memiliki motivasi
belajar yang sangat tinggi yang diwakili oleh 137 siswa; 45,75% siswa berada
pada kategori tinggi yang diwakili oleh 183 siswa; 18,25% siswa berada pada
kategori sedang yang diwakili oleh 73 siswa; 1,75% siswa berada pada kategori
rendah yang diwakili oleh 7 siswa. Sementara untuk kategori sangat rendah tidak
terwakili di dalam sampel penelitian ini. Secara umum motivasi belajar siswa MI
di kabupaten Kuningan termasuk pada kategori tinggi.
Prestasi belajar� siswa diperoleh dari nilai UAS semester 1,
nilai UAS diperoleh dari 400 siswa MI di kabupaten Kuningan dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel
5
Kategori
Variabel Prestasi Belajar Matematika
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Sangat Tinggi |
45 |
11,25% |
Tinggi |
122 |
30,5% |
Sedang |
140 |
35% |
Rendah |
83 |
20,75% |
Sangat Rendah |
10 |
2,5% |
Total |
400 |
100% |
Berdasarkan Tabel 5
kategori variabel prestasi belajar matematika, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar matematika yang dimiliki siswa MI di kabupaten Kuningan
mempunyai kecenderungan sedang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor
sebesar 11,25% siswa memiliki prestasi belajar matematika yang sangat tinggi
yang diwakili oleh 45 siswa; 30,50% siswa berada pada kategori tinggi yang
diwakili oleh 122; 35% siswa berada pada ketegori sedang yang diwakili oleh 140
siswa; 20,75% siswa berada pada kategori rendah yang diwakili oleh 83 siswa;
dan 2,5% siswa berada pada kategori sangat rendah yang diwakili oleh 10 siswa.
Secara umum prestasi belajar matematika siswa MI di Kabupaten Kuningan termasuk
pada kategori sedang.
Analisis
regresi ganda dengan menempatkan variabel motivasi belajar sebagai variabel
terikat dan kecenderungan otak kanan serta lingkungan keluarga sebagai variabel
bebas. Persamaan regresi linear sebagai berikut:
X3
= 1,948 - 0,008X1 + 0,786X2
Dimana : X3
= motivasi belajar
����� X1 = kecenderungan otak kanan
����� X2 = lingkungan keluarga
Berdasarkan
persamaan regresi ganda di atas dapat diketahui bahwa koefisien regresi
variabel kecenderungan otak kanan sebesar -0,008 artinya jika variabel
independen lainnya (lingkungan keluarga) nilainya tetap, dan kecenderungan otak
kanan mengalami kenaikan 1% maka motivasi belajar akan mengalami penurunan
0,008. Hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif, artinya semakin tinggi
kecenderungan otak kanan siswa maka semakin rendah motivasi belajar siswa.
Koefisien
regresi variabel lingkungan keluarga sebesar 0,786 artinya jika variabel
independen lainnya (kecenderungan otak kanan) nilainya tetap, dan lingkungan
keluarga mengalami kenaikan 1% maka motivasi belajar akan mengalami kenaikan
0,786. Hubungan yang terjadi adalah hubungan positif, artinya semakin tinggi
lingkungan keluarga maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.
Selanjutnya untuk
menguji persamaan regresi linear ganda, digunakan statistik uji F, yaitu jika
nilai Fhitung lebih dari Ftabel maka disimpulkan bahwa
persamaan regresi linear untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan antara
variabel terikat dan variabel bebas. Dari hasil perhitungan dengan bantuan
program SPSS diperoleh nilai F hitung sebesar 80,515. Sedangkan nilai F tabel
dengan df� untuk pembilang 3, dan df
untuk penyebut 396 adalah sebesar 2,63. Karena harga Fhitung > Ftabel,
maka persamaan regresi linear.
Analisis regresi ganda
dengan menempatkan variabel prestasi belajar sebagai variabel terikat dan
kecenderungan otak kanan, lingkungan keluarga, serta motivasi belajar sebagai
variabel bebas. persamaan regresi linear sebagai berikut:
Y=18,962 - 0,13X1 +
0,198X2 + 0,114X3
Dimana : Y = Prestasi
Belajar
��������������� X1 = Kecenderungan
Otak Kanan
��������������� X2 = Lingkungan
Keluarga
��������������� X3 = Motivasi
Belajar
Berdasarkan
persamaan regresi ganda di atas dapat diketahui bahwa koefisien regresi
variabel kecenderungan otak kanan sebesar -0,130 artinya jika variabel
independen lainnya (lingkungan keluarga dan motivasi belajar) nilainya tetap,
dan kecenderungan otak kanan mengalami kenaikan 1% maka prestasi belajar akan
mengalami penurunan sebesar 0,130. Hubungan yang terjadi adalah hubungan
negatif.
koefisien
regresi variabel lingkungan keluarga sebesar 0,198 artinya jika variabel
independen lainnya (kecenderungan otak kanan dan motivasi belajar) nilainya
tetap, dan lingkungan keluarga mengalami kenaikan 1% maka prestasi belajar akan
mengalami kenaikan 0,198. Hubungan yang terjadi adalah hubungan positif,
artinya semakin tinggi lingkungan keluarga maka semakin tinggi pula prestasi
belajar siswa.
Koefisien regresi
variabel motivasi belajar sebesar 0,114 artinya jika variabel independen
lainnya (lingkungan keluarga dan kecenderungan otak kanan) nilainya tetap, dan
motivasi belajar mengalami kenaikan 1% maka prestasi belajar akan mengalami
kenaikan 0,114. Hubungan yang terjadi adalah hubungan positif, artinya semakin
tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa.
Selanjutnya untuk
menguji persamaan regresi linear ganda, digunakan statistik uji F, yaitu jika
nilai Fhitung lebih dari Ftabel maka disimpulkan bahwa
persamaan regresi linear untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan antara
variabel terikat dan variabel bebas. Dari hasil perhitungan dengan bantuan
program SPSS diperoleh nilai F hitung sebesar 19,269. Sedangkan nilai F tabel
dengan df� untuk pembilang 4, dan df
untuk penyebut 395 adalah sebesar 2,39. Karena harga Fhitung > Ftabel,
maka persamaan regresi linear.
Hasil analisis jalur
hubungan langsung maupun tidak langsung dapat dilihat pada tabel nomor 6.
Tabel
6.
Pengaruh
Kausalitas antar Variabel
Pengaruh
Variabel |
Pengaruh
Kausal |
||
|
Tidak Langsung |
Total |
|
Langsung |
Melalui X4 |
||
X1 terhadap X3 |
-0,01 |
|
-0,01 |
X1 terhadap Y |
-0,08 |
(-0,01)(-0,08) |
0,0008 |
X2 terhadap X3 |
0,59 |
|
0,59 |
X2 terhadap Y |
0,10 |
(0,59)(0,10) |
0,059 |
X3 terhadap Y |
0,07 |
|
0,07 |
Berdasarkan Tabel 6 di
atas maka pengaruh langsung kecenderungan otak kanan sebesar -0,88 menunjukkan
hubungan yang negatif antara kecenderungan otak kanan dengan prestasi belajar
matematika. Pengaruh tidak langsung sebesar 0,0008 menunjukan bahwa terjadi
hubungan yang positif pengaruh tidak langsung kecenderungan otak kanan dengan
prestasi belajar matematika walaupun pengaruhnya sebesar 0,0008 mempunyai
pengaruh yang kecil (tidak kuat)
�Pengaruh langsung lingkungan keluarga terhadap
prestasi belajar sebesar 0,10 menunjukan bahwa terjadi hubungan yang positif
pengaruh langsung lingkungan keluarga dengan prestasi belajar matematika
walaupun pengaruhnya kecil (tidak terlalu kuat). Pengaruh tidak langsung
sebesar 0,059 menunjukan bahwa terjadi hubungan yang positif pengaruh tidak
langsung lingkungan keluarga dengan prestasi belajar matematika walaupun
pengaruhnya kecil (tidak terlalu kuat). Motivasi belajar mempunyai pengaruh
langsung terhadap prestasi belajar sebesar 0,07.
Kesimpulan
Hasil dan pembahasan di
atas menerangkan bahwa otak kanan siswa MI di Kabupaten Kuningan berada pada
kategori rendah, lingkungan keluarga berada pada kategori tinggi, motivasi
belajar berada pada kategori tinggi dan prestasi belajar matematika siswa
berada pada kategori sedang
Kecenderungan otak
kanan siswa (X1), lingkungan keluarga (X2), dan motivasi
belajar matematika (X3) secara bersama-sama berpengaruh meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa MI di kabupaten Kuningan (Y) dimana
kontribusi yang diberikan sebesar 16,3%. Dengan kontribusi ketiga variabel
bebas secara bersama-sama sebesar 16,3% menunjukkan sisanya sebesar 83,7%
dipengaruhi oleh variable-variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian
ini.
Lingkungan keluarga
mempunyai pengaruh langsung terhadap motivasi belajar matematika sebesar 0,59
dan mempunyai pengaruh langsung terhadap prestasi belajar sebesar 0,1 sedangkan
total pengaruh tidak langsung sebesar 0,059. Motivasi belajar mempunyai
pengaruh langsung terhadap prestasi belajar�
matematika sebesar 0,07.
BIBLIOGRAFI
Bafadal,
I. 2004. Manajemen perlengkapan sekolah
teori dan aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.
Berk, L.E. 2007. Development
through in the lifespan. Boston: Allyn and Bacon.
Cole, J. 2011. A research
review: the importance of families and the home environment. Diakses pada
tanggal 28 Agustus 2015 dari http://www.literacytrust.org.uk/assets/0000/7901/Research_reviewimportance_of_families_and_home.pdf
Depdiknas. 2003. Undang-undang
RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasioal RI Nomor 22, tahun 2006, tentang Standar Isi.
Deporter,B & Hernacki, M. 2013. Quantum learning. (Terjemahan Alwiyah Abdurahman). New York: Dell
Publishing. (Buku asli diterbitkan tahun 1992).�
Hamalik, O. 2006. Pendidikan
guru berdasarkan pendekatan kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
�
Olszewski, P. K., Lee,S.K., & Thomson, D. 2011. Family
environment and social development in gifted students. Journal of Social and Personal Relationships,
8, 315-346.
Pink, D.H. 2012. Misteri
otak kanan manusia. (Terjemahan Rusli). New York: Riverhead Books. (Buku
asli diterbitkan tahun 2006).
Riduwan. 2013. Belajar mudah
penelitian untuk guru karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabeta
Santrock, J. W. 2008. Educational
Psychology (second edition). New York: McGraw-Hill.
Schunk, D.H., Pintrich, P.R., & Meece, J.L. 2010. Motivation in education: Theory, research,
and applications. New Jersey: Pearson Education.
Schunk,D.H. 2012. Teori-teori
pembelajaran: Perspektif Pendidikan.(Terjemahan Eva Hamdia & Rahmat Fajar).
Pearson Education, Inc. (Buku asli diterbitkan tahun 2010).
Sinchida, M. 2009. The
mistery of the right brain. Jakarta: PT Elex Media Gramedia Komputindo.
Slameto. 2010. Belajar dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. 2003. Psikologi
pendidikan suatu pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.