Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��������������������������������� �e-ISSN: 2548-1398
��������������������������������� �Vol. 6, No. 4, April 2021
ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA BENGKEL
BUBUT DAN LAS WIJAYA DENGAN METODE JOB SAFETY
ANALYSIS (JSA) DENGAN PENDEKATAN FAILURE
MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)����������������������������������������
Ruli Sumiratul
Laali
Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
Wijaya lathe and welding
workshop is a workshop engaged in services such as turning services, welding
services, iron cutting services, and rack making services, iron fences and
machining processes. Such as lathes, milling machines, welding machines and
grinding machines there are potential and hazards that can cause accidents to
operators / employees. This research was conducted by measuring the failure of
each activity in the Wijaya Lathe and Welding Workshop, measurements were made
on each machine in the workshop area. Data processing is done by calculating
the failure rate, failure effect, incidence rate, then determining the
detection rate and calculating the RPN value to determine which priority should
be taken using the (FMEA) and (JSA) methods. Results of the study There were 20
work accidents in the Wijaya Lathe and Welding Workshop, namely: Inhalation of
welding fumes. Exposed to welding sparks, Red eyes after the welding process,
Exposure to ultraviolet radiation, Tripped over welding cables, Cut a lathe
thread, Cut into sharp material, Tripped over iron, Eyes exposed to dregs of
turning process, Fall of iron material, Eyes hit by gram grinding, Cut eyes ,
Cut a sharp material, Hand hit by hot grind gram, Tripped over the grinding
wire, Hand cut the chisel / end mill, Hand was exposed to hot powder from the
milling process, Hit the machine body, Cut the sharp angle of the workpiece,
Hit the workpiece. The suggested improvement that can be given is to add some
personal protective equipment that is suitable for the job and the environment.
The operator must wear safety glasses, face shields, mask earplugs, safety
gloves, and safety shoes.
Keywords: risk priority number; job safety analysis; failure
mode
Abstrak
Bengkel Bubut dan Las Wijaya adalah bengkel yang bergerak di bidang jasa seperti
jasa dalam hal membubut, jasa
menegelas, jasa memotong besi, dan jasa membuat kerangka
rak, pagar besi dan proses permesinan dalam proses produksi nya yang banyak menggunakan mesin-mesin dan alat-alat berat seperti mesin bubut,
mesin milling, mesin las
dan mesin gerinda terdapat potensi dan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan pada
operator/karyawan. Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran kegagalan pada setiap aktivitas
yang ada di Bengkel Bubut dan Las Wijaya, pengukuran dilakukan pada setiap
mesin yang ada di area bengkel tersebut.�
Pengolahan data dilakukan dengan menghitung tingkat kegagalan, efek
kegagalan, tingkat kejadian, lalu menentukan tingkat deteksi dan menghitung
nilai RPN untuk menentukan prioritas mana yang harus diambil dengan menggunakan
metode Job Safety Analysis dengan pendekatan Failure Mode And Effect
Analysis. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 20
kecelakaan kerja yang ada di Bengkel Bubut dan Las Wijaya yaitu: menghirup asap las.
terkena percikan api las, mata merah setelah proses pengelasan, terpapar
radiasi sinar ultraviolet, tersandung kabel las, tangan tersayat ulir bubut,
tersayat material tajam, tersandung besi, mata terkena ampas proses pembubutan,
kejatuhan material besi, mata terkena gram gerinda, tersayat mata gerinda,
tersayat material yang tajam, tangan terkena serpihan gram gerinda yang panas,
tersandung kabel gerinda, tangan tersayat mata pahat/end mill, tangan terkena serbuk panas dari proses milling, terbentur body mesin, tersayat sudut tajam benda kerja, tertimpa benda kerja.
Usulan perbaikan yang dapat diberikan adalah menambahkan beberapa alat
pelindung diri yang sesuai dengan pekerjaan dan lingkungan bengkel, operator
harus menggunakan kacamata pengaman, pelindung wajah, penutup telinga masker,
sarung tangan pengaman, sepatu pengaman.
�
Kata Kunci: risk priority number, job safety analysis;
failure mode
Pendahuluan
Pertumbuhan industri yang pesat pada era
modern sekarang ini menuntut kinerja dan produktivitas kerja yang optimal dalam pengaturan waktu kerja yang padat. Seluruh energi yang dikerahkan oleh tubuh tanpa pengaturan
waktu kerja yang cukup tentunya berimbas pada timbulnya kelelahan kerja baik berupa kelelahan
kerja fisik, kognitif maupun psikis (Hadipranoto & Hendra, 2017). Potensi bahaya banyak
terdapat di tempat
kerja dan mengakibatkan kerugian baik dari perusahaan, karyawan maupun terhadap
masyarakat sekitar. Upaya untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan
suatu konsep Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
(K3) (Kani,
Mandagi, p Rantung, & Malingkas, 2013). Keselamatan dan kesehatan kerja pada
Bengkel Bubut dan Las Wijaya masih kurang memperhatikan aspek K3 sehingga
menimbulkan keresahan pada karyawan yang berpengaruh terhadap
produksi yang dihasilkan. Bengkel Bubut dan Las Wijaya merupakan salah satu
bengkel yang ada di wilayah Cikampek yang bergerak di bidang bubut dan las.
Bengkel ini memiliki 4 (empat) stasiun kerja
yaitu stasiun kerja bubut, las, gerinda dan milling dengan satu karyawan di
setiap stasiun kerjanya. Dalam proses produksi bengkel ini terdapat potensi dan
bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Penggunaan pendekatan FMEA (failure mode and effect analysis) (Suherman
& Cahyana, 2019).
Metode ini merupakan suatu teknik yang dapat di gunakan untuk melakukan
analisis penyebab potensial timbulnya suatu gangguan, probabilitas kemunculan
dan bagaimana cara pendektesian dari gangguan tersebut. Dengan melihat adanya
potensi bahaya serta gangguan yang belum terarah bengkel ini melakukan job safety analysis �(JSA) (Pertiwi,
Sugiono, & Efranto, 2015). Menurut (Fauzan, 2011) JSA digunakan
sebagai upaya untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan
kerja, serta cara pengendalian atau penanggulangannya guna
mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu
pekerjaan. Maka dari itu peneliti melakukan JSA pada setiap stasiun kerja di
Bengkel Bubut dan Las Wijaya dengan pendekatan FMEA (failure mode and effect analysis) yang dianggap mampu menganalisis
dan meminimalisir timbulnya kecelakaan kerja (Darmaji,
2019).�����������
Metode Penelitian
Bengkel Bubut dan Las Wijaya merupakan
salah satu bengkel yang ada di wilayah Cikampek yang bergerak di bidang bubut
dan las. Bengkel ini memiliki 4 (empat) stasiun kerja
yaitu stasiun kerja bubut, las, gerinda dan milling dengan satu karyawan di
setiap stasiun kerjanya. Dalam proses produksi, bengkel ini
terdapat potensi dan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Maka
dibuat kerangka berfikir penelitian, sebagai berikut:
Penelitian ini telah dilakukan pada
bulan April sampai dengan Mei 2020 yang bertempat di Bengkel Bubut dan Las
Wijaya, yang terletak di Kp. Dawuan Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang.
Tahap pendahuluan di lakukan untuk
memperoleh informasi yang bersifat umum. Pada tahap pendahuluan, terdapat 5 (lima)
langkah:
1. Studi
Lapangan
Langkah awal
pada penelitian ini adalah melakukan pengamatan untuk mendapatkan gambaran dari
kondisi sebenarnya obyek yang akan diteliti. Hal ini akan sangat bermanfaat
bagi peneliti karena dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penelitiannya.
Dari hasil studi lapangan ini peneliti dapat mengetahui permasalahan yang
terjadi pada perusahaan tersebut.
2. Studi
Literatur
Studi literatur
digunakan untuk mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan diteliti. Sumber literatur berasal dari buku, jurnal,
serta studi terhadap penelitian terdahulu yang mencangkup teori mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja.
Hasil dan Pembahasan
1.
Analisis Kejadian Kecelakaan Kerja pada Tahun 2019
Gambar grafik kecelakaan kerja pada tahun 2019 dari bulan Januari
hingga bulan Desember secara umum menunjukan kenaikan dan penurunan kecelakaan kerja. Salah satu penyebab kenaikan
dan penurunan kecelakaan kerja tersebut, yaitu dikarenakan tidak tersedianya peralatan alat pelindung diri yang disediakan dari pihak bengkel. Dengan kondisi tersebut maka angka
kecelakaan kerja setiap tahun nya
akan terus meningkat.
Hasil identifikasi diagram pareto di mesin bubut, las, miling dan gerinda menunjukan bahwa kenaikan dan penurunan jenis kecelakaan kerja di setiap mesin dari bulan
Januari sampai dengan Desember. Sehingga peneliti dapat melihat jenis
kecelakaan apa saja yang setiap tahun nya meningkat
dan menurun, agar lebih mudah untuk memberikan
usulan perbaikan kepada pihak perusahaan
untuk meminimalisir kecelakaan pada setiap pekerjaan yang dilakukan di perusahaan tersebut.
2.
Analisis
Hasil Failure mode and Effect Analysis (FMEA)
a. Analisis Mengenai Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA)
Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) adalah metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menganlisa suatu kegagalan dan akibatnya untuk menghindari kegagalan tersebut. Dalam konteks
kesehatan dan keselamatan kerja (K3), kegagalan yang dimaksud dalam defnisi di atas merupakan suatu bahaya yang muncul dari suatu proses yang dijalankan (Prayitno, 2016). Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) menurut Jhon Moubray dalam (Abdul Basith Al Khalimi, 2019) adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan pengaruh kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk
kegagalan.
Kelebihan dari
penggunaan Failure
mode and Effect analysis (FMEA) adalah sifat FMEA yang objektif karena menggunakan penilaian yang merupakan hasil brainstroming dari peneliti (Jafar & Sukirno, 2019). Dengan hasil FMEA ini dapat diketahui nilai prioritas penanganan suatu jenis failur mode dengan mempertimbangkan tiga aspek yaitu
severity, occurance
serta detection.
FMEA merupakan dokumen hidup yang dapat diperbaharui sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena adanya jenis kegagalan-kegagalan
baru yang muncul atau berubahnya aturan.
b.
Analisis Seveity Failure Mode and Effect analysis (Hanif,
Rukmi, & Susanty, 2015)
Berdasarkan hasil
penentuan skala nilai severity
failure mode pada tabel 2 dan 3, tersandung kabel mesin las dan tersandung kabel mesin gerinda
memiliki nilai severity 9. Hal ini
karena failure
mode tersandung yang memiliki
tingkat resiko yang berbahaya karena korban tersengat arus pendek dan menderita gangguan pada kakinya hingga memerlukan penanganan yang sangat serius. Dalam tabel
nilai severity
untuk tersengat arus pendek yaitu
memiliki nilai 9.
Sedangkan failure mode terluka akibat
kelalaian operator mesin
dan jenis-jenis yang lain dari
kecelakaan kerja memiliki nilai severity yang rendah
yaitu 2. Hal ini disebabkan karena luka yang terjadi pada korban seperti luka memar
dan tergores hanya membutuhkan penanganan ringan.
c.
Analisis Occurance Failure Mode and Effect Analisys (Muttaqin
& Kusuma, 2018)
Occurance (O) menyatakan seberapa
sering kegagalan tersebut terjadi. Nilai occurance didapatkan dari data kecelakaan di bengkel bubut dan las wijaya, kriteria verbal dan sistem peringkat untuk nilai occurance dapat
dilihat pada tabel 2.1.
Nilai occurance untuk
masing-masing kegagalan ditunjukan
dari tabel 4.3 Berdasarkan tabel 4.3 nilai occurance untuk masing-masing kegagalan dapat diketahui masing-masing kegagalan yang diketahui bahwa nilai occurance tertinggi adalah
rangking 5, yang terdapat
pada permasalahan mata terkena percikan proses pengelasan dan terkena serbuk panas proses milling pada permasalahan tersebut jumlah frekuensi kejadian kurang dari 10 kejadian dan dapat di lihat pada tabel kriteria verbal dan sistem peringkat nilai occurance dimana rangking 5 memiliki kriteria kurang dari 10 kejadian.
d.
Analisis Detection Failure Mode and Effect Analisys (Susetyo,
2009)
Deteksi menggambarkan
tentang bagaimana efektifitas dan metode pencegahan atau pendeteksian. Peringkat deteksi diketahui untuk nilai deteksi
tertinggi adalah 10. Hal-hal yang termasuk dalam kategori rangking 10 terdapat permasalan yaitu perusahaan belum memiliki alat deteksi,
belum memiliki SOP dan belum melakukan pencegahan mesin secara berkala.
Pada pekerja yang mengalami
mata terkena gram gerinda karena efek lingkungan, hal tersebut belum
adanya alat pendeteksi dari pihak perusahaan sehingga memberikan rangking 10 (pengontrol tidak dapat mendeteksi
kegagalan).
Nilai deteksi yang rendah
adalah 6. Penilaian ini dimiliki oleh cause of failure mode APD yang dimiliki tidak lengkap/tidak layak.
Hal ini disebabkan perusahaan tidak memiliki APD yang lengkap untuk digunakan pada saat memulai suatu
pekerjaan.
3. Usulan
Dari permasalahan yang telah
dijelaskan ada beberapa penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu kelalaian
operator mesin, minimnya alat pelindung diri (APD) yang disediakan oleh pihak perusahaan dan kurangnya memperhatikan bahaya di setiap pekerjaan yang dikerjakan oleh
operator, pada dasar nya suatu pekerjaan harus dikerjakaan dengan rasa kehati-hatian dari setiap pekerjaan,
terutama kerja di bengkel bubut yang kondisi lapangan tidak terlalu rapih
dan tidak memberikan rasa aman dan nyaman untuk para karyawan.
Untuk memberikan
rasa aman dan nyaman pada
operator pada saat melakukan
suatu pekerjaan, rekomendasi alat pelindung diri (APD) yang saya berikan yaitu:
1. Operator disarankan
menggunakan kacamata pelindung (safety gooles)
guna melindungi mata dari beberapa
pekerjaan yang membuat bahan baku menjadi
kecil dan bisa berterbangan seperti serpihan gram besi yang di potong oleh mesin gerinda.
Gambar 1 Safety Gooles
Sumber : Lazada
Indonesia lazada.co.id
2.
Operator disarankan menggunakan pelindung wajah (face shields) guna
melindungi area bagian wajah dari beberapa
resiko bahaya seperti, percikan api las dan menghindari sinar yang membahayakan penglihatan operator yang ditimbulkan
oleh mesin las yang sedang dioprasikan.
Gambar 2Face Shields
Sumber:�
monotaro.id
3. Operator disarankan
menggunakan masker guna melindungi pernafasan dari resiko behaya
yang ada di bengkel seperti, asap las yang bisa membuat sesak dada dan akan membuat gangguan
pernafasan dan juga melindungi
pernafasan dari debu yang banyak sekali dijumpai di setiap lantai produksi
yang akan mengganggu jalan nya aktivitas
operator.
Gambar
3 Masker
Sumber: E-Katalog
5.0
4.
Operator disarankan menggunakan ear plug/penutup telinga untuk melindungi telinga dari suara
bising yang ditimbulkan dari proses pemotongan besi atau baja
dari proses gerinda.
Gambar
4 Ear Plug
Sumber: -Siddix
siddix.blogspot.com
5.
Operator disarankan menggunakan sarung tangan pengaman (safety gloves) untuk
melindungi bagian tangan agar tidak tersayat benda tajam/keras saat
melakukan sebuah pekerjaan.
Gambar
5 Safety
Gloves
Sumber: -Amazon.com
6.
Operator disarankan menggunakan sepatu safety atau safety shoes untuk melindungi kaki dari resiko bahaya
seperti tersandung, tertimpa besi, baja ringan dan benda tajam lainya
yang ditimbulkan pada saat
jam kerja atau proses pengangkaatan besi.
Gambar
6 Safety
Shoes
Sumber: lordsindia.com
7.
Operator disarankan menggunakan apron las guna melindungi bagian dada atau badan operator dari pancaran hawa panas
dan percikan api las yang ditimbulkan pada saat proses pengelasan.
Gambar
7 Apron Las
Sumber: sugihutamasafety
8.
Operator disarankan menggunakan wearpack guna melindungi area tubuh dari mulai
tangan sampai ke kaki dari resiko
yang ada di area bengkel.
Gambar
8 Wearpack
Sumber: fitinline.com
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut. 1) Aspek K3
di bengkel Bubut dan Las Wijaya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan masih
banyak sekali kekurangan dari APD yang tidak dimiliki perusahaan, sehingga
masih tingginya angka kecelakaan yang ada di bengkel Bubut dan Las Wijaya
dari setiap stasiun kerja, dari stasiun bubut samapi mesin milling. 2)
Setelah dianalisis dengan metode pendekatan FMEA diketahui ada beberapa jenis
kecelakaan yang terjadi di masing-masing stasiun kerja bubut, las, gerinda
tangan, dan milling. 3) Rekomendasi alat pelindung diir (APD) yang
diberikan oeh pihak perusahaan untuk proses menggerinda yaitu safety gooles, face shields, masker, ar
plug, safety gloves, safety shoes dan safety
harness, alat pelindung diri untuk mesin las MIG yaitu apon, kedok las, safety googles, masker,ear plug, safet
gloves, safety shoes dan safety harnes.
BIBLIOGRAFI
Abdul Basith Al Khalimi, Abdul Basith
A. L. Khalimi. (2019). Analisis Penentuan Prioritas Penanganan Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium PT. ABD Dengan Metode Failure Mode And Effect Analysis
(FMEA). Universitas Islam Majapahit Mojokerto. Google Scholar
Darmaji, Muhammad. (2019). Evaluasi Potensi
Bahaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada PT. MMI-Gresik. JISO:
Journal of Industrial and Systems Optimization, 2(2), 94�103. Google Scholar
Fauzan, Dzulfiqar Aziz. (2011). Penerapan
risk management dengan metode job Safety analysis (JSA) sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja di area Coal Crushing Plant (CCP) Pt. Marunda
grahamineral laung Tuhup site Kalimantan Tengah. Marunda Graha Mineral Laung
Tuhup SITE Kalimantan Tengah.[Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Google Scholar
Hadipranoto, Ichsan, & Hendra, Hendra.
(2017). Analisis Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja Pada Karyawan
Shift Oil Movement Section Pt. Pertamina Up Vi Balongan Tahun 2015. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4), 66�85. Google Scholar
Hanif, Richma Yulinda, Rukmi, Hendang
Setyo, & Susanty, Susy. (2015). Perbaikan kualitas produk keraton luxury di
PT. X dengan menggunakan metode failure mode and effect analysis (FMEA) dan
Fault Tree Analysis (FTA). Reka Integra, 3(3). Google Scholar
Jafar, Abu Bakar Ibnu, & Sukirno, Amar.
(2019). Penerapan K3 Dalam Lingkungan Kerja Dengan Metode Failure Modes And
Effect Analysis (FMEA). IndustriKrisna, 14(1). Google Scholar
Kani, Bobby Rocky, Mandagi, Robert J. M., p
Rantung, Johan, & Malingkas, Grace Y. (2013). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pt. Trakindo Utama). Jurnal
Sipil Statik, 1(6). Google Scholar
Muttaqin, Aan Zainal, & Kusuma, Yudha
Adi. (2018). Analisis Failure Mode And Effect Analysis Proyek X Di Kota Madiun.
JATI UNIK: Jurnal Ilmiah Teknik Dan Manajemen Industri, 1(2),
81�96. Google Scholar
Pertiwi, Andhini Dwi, Sugiono, Sugiono,
& Efranto, Remba Yanuar. (2015). Implementasi Job Safety Analysis (Jsa)
Dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (Studi Kasus: PT. Adi
Putro Wirasejati). Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Sistem Industri, 3(2),
p386-396. Google Scholar
Prayitno, Hadi. (2016). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada Standard Operasional Prosedur (SOP). Google Scholar
Suherman, Adek, & Cahyana, Babay
Jutika. (2019). Pengendalian Kualitas Dengan Metode Failure Mode Effect And
Analysis (FMEA) Dan Pendekatan Kaizen untuk Mengurangi Jumlah Kecacatan dan
Penyebabnya. Prosiding Semnastek. Google Scholar
Susetyo, Joko. (2009). Analisis
pengendalian kualitas dan efektivitas dengan integrasi konsep failure mode
& effect analysis dan fault tree analysis serta overall equipment
effectiveness. Jurnal Teknologi Technoscientia, 70�77. Google Scholar
Ruli Sumiratul Laali
(2021) |
First publication right: Journal Syntax Literate |
This article is licensed under: |
�����������