�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 2,
No 11 November 2017
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER
HEAD TOGETHER
Abdul Fatah
SMPN
1 Gunung Jati Cirebon
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan motivasi
belajar IPA siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Gunung Jati Cirebon melalui
pembelajaran kelompok (Cooperative
Learning) tipe Number Head
Together (NHT) tahun pelajaran 2012/2013. Diharapkan 85 % siswa
mempunyai motivasi yang sangat tinggi. Penelitian dilaksanakan bulan Januari �
April 2013 di kelas VIII A yang berjumlah 32 orang dengan siswa laki-laki 8
orang dan siswa perempuan 24 orang. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action
Reasearch)� selama tiga siklus.
Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Data kualitatif diambil dari keaktifan siswa dalam pembelajaran dan hasil
angket motivasi belajar siswa. Data kuantitatif diperoleh dari hasil
belajar� siswa. Hasil penelitian
menunjukkan pada siklus 1 tingkat motivasi siswa dengan kategori sangat tinggi
(66,67%), kategori tinggi (33,33%), kategori sedang (0%) dan kategori rendah
(0%). Pada siklus 2 tingkat motivasi siswa dengan kategori sangat tinggi (75%),
kategori tinggi (25%), kategori sedang (0%) dan kategori rendah (0%). Pada
siklus 3 tingkat motivasi siswa dengan kategori sangat tinggi (86,11%),
kategori tinggi (13,79%), kategori sedang (0%) dan kategori rendah (0%) dengan
rata-rata hasil ulangan 72,78. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa dengan
pembelajaran kelompok (Cooperative
Learning) tipe NHT (Number Head
Together) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kata Kunci: Motivasi
Belajar Siswa, Number Head Together
Pendahuluan
Sebagai seorang
manajer� dalam proses belajar mengajar di
kelas, guru harus mampu mendisain kelas agar terbentuk masyarakat belajar (learning community). Desain �kelas� yang didukung oleh pemilihan metode dan
strategi pembelajaran yang tepat, dapat menciptakan kondisi kelas lebih
kondusif sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Untuk mendesain kelas
dengan baik, seorang guru harus mampu memahami karakteristik kelas, terutama
karakteristik siswa. Keberagaman yang terdapat pada siswa dapat dijadikan
sebagai landasan untuk memilih metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
Fenomena yang
ada pada siswa, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama adalah adanya keberagaman
motivasi yang dimiliki oleh siswa. Siswa SMP yang baru memasuki usia remaja
secara psikologis merupakan masa pencarian jati diri dengan penggalian
bakat-bakat yang dimiliki, sehingga mudah sekali menerima perubahan, terutama
yang bersifat negatif. Dalam hal ini peran seorang guru selaku� orang tua kedua bagi siswa sangat diperlukan
untuk membimbing dan memotivasi siswa mencari jati dirinya dengan cara
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak (kecerdasan dan bakat) sehingga
siswa tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif.
Dalam
pembelajaran IPA, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model dan metode
tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model dan metode yang
sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran, termasuk dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan teknik Number Head Together. Sebelumnya, pembelarajan kooperatif�atau cooperative learning�adalah
sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dan
berkembang bersama rekan sejawat. Lebih jauh, Solihatin dalam Taniredja (2011)
juga menyebutkan bahwa, cooperative learning dapat
diartikan pula sebagai suatu struktur tugas bersama yang dilaksanakan dalam
suasana kebersamaan antaranggota.
Pemilihan model
dan metode yang tepat tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar sesuai
dengan yang diharapkan. Metode pembelajaran, termasuk teknik Number Head Together merupakan variasi guru dalam melaksanakan pembelajaran selain yang
konvensional dalam bentuk ceramah. Number Head Together sendiri
adalah pendekatakan pengembangan pembelajaran yang melibatkan banyak siswa
untuk mengukur dan menelaah pemahaman siswa akan materi ajar (Ibrahim: 2000).
Secara umum, menurut pandangan Ibrahim (dalam Nardi: 2011), terdapat tiga
tujuan pembelajaran number head together. Tujuan-tujuan
tersebut adalah; (1) meningkatkan kinerja siswa dalam mengerjakan tugas, (2)
membuka pola pikir siswa agar dapat menerima setiap rekan dan/atau teman tanpa
pandang ras, suku dan bangsa, (3) melatih siswa agar dapat bersosialisasi.
Penerapan teknik
Number Head
Together untuk mata pelajaran IPA
diperlukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa dapat saling berbagi
pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi bersama. Keadaan tersebut memberikan manfaat sebagai pengalaman
belajar yang nyata bagi para siswa apalagi mata pelajaran IPA secara
keseluruhan lebih menekankan kepada praktik dibandingkan dengan hanya memahami
konsep secara abstrak saja.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas�atau juga disebut PTK. Hopkins (dalam Wiraatmadja:
2007), menyebutkan bahwa, PTK merupakan penelitian dengan kombinasi prosedur
penelitian dan tindakan yang subtantif. Penelitian ini umumnya dilakukan atas
suatu kondisi kelas kurang baik�khususnya dalam lingkup akademik. Sedang dalam
pandangan lain, sebagaimana yang disampaikan Kemmis dan Tagart (1988), PTK� diartikan sebagai suatu refleksi diri yang
kolektif, yang diawali oleh itikad para partisipan dalam lingkup sosial untuk
meningkatkan produktivitas, rasionalitas, keadilan,� juga praktik pendidikan.
Pelaksanaan penelitian
yang berlangsung selama 4 bulan yaitu antara Januari 2012 s.d April 2013
direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Mengacu pada tata cara
pelaksanaan PTK (Anonim, 2001: 43), maka penelitian ini akan menempuh 4 tahapan
untuk setiap siklusnya. Tahapan-tahapan tersebut terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),�
pengamatan (observasing)
serta� perencanaan� kembali (reflecting).
Adapun bentuk atau langkah pembelajaran kelompok (Cooperative Learning) tipe Number
Head Together dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 1
�Tahapan Siklus Penelitian Tindakan Kelas
�������������������������������������
Subyek penelitian dalam
PTK ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Gunung Jati Kabupaten Cirebon
dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa, yang tersusun atas 8 laki-laki dan 24 perempuan.
Dipilihnya kelas tersebut adalah karena kelas VIII A SMP Negeri 1 Gunung Jati
Kabupaten Cirebon cenderung kurang memahami materi pada mata pelajaran Fisika.
�Penelitian tindakan kelas memperoleh sumber
data dengan berbagai macam cara antara lain:
a.
Wawancara sebelum PTK dalam rangka untuk
memperoleh data awal dari motivasi belajar IPA Fisika pada siswa kelas VIII.
b.
Observasi selama PTK dilakukan melalui
(1) observasi deskriptif untuk meluruskan secara umum situasi sosial yang
terjadi, (2) observasi terfokus untuk menemukan kategori fokus penelitian, dan
(3) observasi selektif untuk mencari perbedaan diantara kategori-kategori yang
dipilih.
c.
Learning
logs
tentang kesan dan pesan sebelum dan sesudah PTK.
d.
Dokumentasi digunakan untuk menganalisis
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian, seperti administrasi
guru sains/IPA.
e.
Data sekunder.
1)
Pekerjaan siswa.
2)
Tes tertulis.
Teknik analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan implementasi model pembelajaran IPA dengan pembelajaran
kelompok tipe Number Head Together. Penelitian
ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 20%
secara klasikal. Analisis data dilakukan melalui alur yang meliputi reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data
adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Kegiatan ini mulai dilakukan
dalam setiap pasca tindakan dilaksanakan. Penyajian data dilakukan dalam rangka
pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap
untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian langkah
analisis data dalam penelitian tindakan ini dilakukan semenjak
tindakan-tindakan dilaksanakan.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Untuk menggali� kondisi guru dan siswa sebelum
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan, maka dilakukan studi
awal dengan kegiatan wawancara terhadap siswa. Pertanyaan
yang ditanyakan menyangkut beberapa hal; Pemahaman siswa terhadap konsep IPA Fisika, model dan media
pembelajaran, keaktifan guru dalam memotivasi siswa dalam PBM serta kemampuan
guru untuk memecahkan atau membantu kesulitan belajar. Tabel 1 berikut ini disajikan hasil wawancara terhadap siswa.
Tabel 1
�Rekapitulasi hasil wawancara
terhadap siswa sebelum PTK
No |
Aspek Yang Ditanyakan |
Persentase Jawaban |
Catatan |
|
Ya |
Tidak |
|||
1 |
Pelajaran IPA Fisika merupakan
pelajaran yang menjemukan |
61,7 |
38,3 |
Banyaknya hafalan Malas, jarang prktikum Semakin sulit semakin tertantang Materi terlalu padat |
2 |
Guru hanya berceramah ketika
mengajar membuat jemu |
95,0 |
5,0 |
Masih banyak ceramah |
3 |
Belajar dengan cara diskusi lebih
menyenangkan |
96,3 |
3,7 |
Guru selalu memberikan motivasi Wawasan siswa bertambah |
4 |
Bertanya pada guru tentang masalah
yang belum jelas diperlukan |
83,9 |
16,1 |
Perlu tetapi takut ditertawakan
teman Lebih jelas |
5 |
Bertanya pada sesama teman lebih
menyenangkan daripada kepada guru |
96,3 |
3,7 |
Karena teman sebaya |
6 |
Menanggapi pertanyaan teman dengan
cara baik menyenangkan |
97,0 |
3,0 |
Karena dapat membangun sikap saling
menghargai |
7 |
Diperlukan referensi yang cukup agar
dapat mengikuti pelajaran dengan baik |
98,0 |
2,0 |
Sebagian besar siswa tidak mempunyai
referensi yang cukup |
8 |
Mencari referensi di perpustakaan
lebih baik dari pada bercanda� saat
istirahat/jam kosong |
95,2 |
4,8 |
Sebagian besar mengatakan demikian,
tetapi mereka jarang melakukannya. |
9 |
Mengerjakan soal/tugas fisika yang
diberikan guru sangat mengasikkan |
63,8 |
36,2 |
Jika soalnya sulit, malas
melanjutkan (tergantung soalnya) |
10 |
Diperlukan perhatian saat mengikuti
pelajaran |
91,2 |
8,8 |
Mendengarkan penjelasan, mencatat,
mengerjakan tugas, diskusi dengan baik |
Berdasarkan� data di atas dapat dijelaskan� bahwa terdapat beberapa hal yang dikeluhkan
oleh siswa dalam belajar IPA Fisika. Keluhan-keluhan tersebut
menyangkut jarang praktikum karena kondisi laboratorium IPA yang belum memadai
(peralatan sudah rusak berat), dominasi metode pembelajaran ceramah dan diskusi
(terutama dikeluhkan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan verbal kurang atau
rendah). Sebagian besar dari siswa sepakat perlunya referensi yang
cukup, tetapi mereka jarang memanfaatkan perpustakaan ataupun mencari referensi
yang lain. Hal ini menjadi indikasi bahwa motivasi belajar
siswa relatif kurang sehingga berdampak pada hasil belajarnya.
Melihat hal tersebut, sebagai guru
Fisika, penulis mencoba melakukan tindakan penelitian kelas dengan maksud agar
kesulitan belajar siswa teratasi dengan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran di kelas. Tindakan yang dipilih
adalah memberikan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Number
Head Together (NHT) berkaitan dengan konsep-konsep tekanan dalam IPA.
Deskripsi singkat dari kegiaan pembelajaran berbasis
kasus, dapat diuraikan dalam beberapa tahapan untuk tiap suklusnya.. Tahapan tersebut meliputi planning
atau perencanaan, acting atau pelaksanaan, observasing atau
pengamatan serta reflecting atau perencanaan kembali.
1.
Siklus 1
Pada tahap ini, penulis bersama
kolaborator melakukan analisis hasil dari siklus 1. Dari analisis yang dilakukan ternyata masih terdapat beberapa hal
yang harus diperbaiki diantaranya masih banyak siswa yang tidak terlibat secara
aktif dalam praktik dan diskusi kelompok. Terdapat
beberapa siswa dalam setiap kelompok yang bermain-main dengan alat dan bahan
praktikum tidak mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Praktikum
dan diskusi pada kelompok�
kurang berjalan dengan baik karena pembentukan kelompok dilakukan
oleh siswa sehingga distribusi siswa di setiap kelompok tidak seimbang, artinya
terdapat kelompok yang siswanya pandai semua tetapi juga terdapat kelompok yang
anggotanya terdiri dari siswa yang kurang pandai. Pengaturan
tempat duduk/praktik kurang memberi kesempatan siswa bergerak aktif karena
dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan angket yang ada, terdapat 10 siswa
yang memiliki motivasi tinggi (33,33%), dan 22 siswa
yang memiliki motivasi sangat tinggi (66,67%). Selanjutnya
penulis merencanakan tindakan lagi berdasarkan hasil evaluasi siklus pertama,
dengan harapan hasil pada siklus kedua lebih baik.
2.
Siklus 2
Pada tahap ini, penulis bersama
kolaborator melakukan analisis hasil dari siklus II. Dari analisis yang dilakukan ternyata masih terdapat beberapa hal
yang harus diperbaiki diantaranya masih banyak siswa yang tidak terlibat secara
aktif dalam praktik dan diskusi kelompok. Sebagaimana
pada siklus pertama, perubahan tempat praktikum ternyata belum sepenuhnya dapat
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran dengan baik. Jarangnya siswa diajak belajar di laboratorium (sebagian besar
peralatan sudah rusak sehingga tidak dapat digunakan) membuat siswa kurang
fokus pada materi. Terdapat beberapa siswa dalam setiap
kelompok yang bermain-main dengan peralatan di luar tema yang dipraktikkan.
Praktikum dan diskusi pada kelompok� berjalan dengan baik karena
pembentukan kelompok dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru sehingga
distribusi siswa di setiap kelompok seimbang. Pengaturan
tempat duduk/praktik di laboratorium memberi kesempatan siswa bergerak lebih
aktif dibandingkan ketika dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan angket
yang ada, terdapat 7 siswa yang memiliki motivasi tinggi (25,00%),
dan 25 siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi (75,00%). Selanjutnya
penulis merencanakan tindakan lagi berdasarkan hasil evaluasi siklus kedua,
dengan harapan hasil pada siklus ketiga lebih baik.
3.
Siklus 3
Pada tahap ini, penulis bersama
kolaborator melakukan analisis hasil dari siklus III. Dari analisis yang dilakukan ternyata sebagian besar siswa yang
terlibat secara aktif dalam praktik dan diskusi kelompok. Sebagaimana pada siklus pertama, perubahan tempat praktikum
ternyata dapat menambah motivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran dengan
baik. Praktikum dan diskusi pada kelompok� berjalan dengan baik karena
pembentukan kelompok dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru sehingga
distribusi siswa di setiap kelompok seimbang. Pengaturan
tempat duduk/praktik di laboratorium memberi kesempatan siswa bergerak lebih
aktif dibandingkan ketika dilakukan di dalam laboratorium karena mereka dapat
dengan leluasa mengerjakan tugas dalam kelompoknya. Berdasarkan angket
yang ada, terdapat 3 siswa yang memiliki motivasi tinggi (13,79%),
dan 29 siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi (86,11%).
Pada akhir siklus ketiga
dilaksanakan ulangan harian pada materi tekanan yang terdiri atas 20 butir soal
pilihan ganda. Nilai hasil ulangan harian siswa pada
materi tekanan� rata-rata
sebesar 72,78. Terdapat empat siswa yang tidak tuntas dengan
besar Kriteria Ketuntasan Minimum 60.
B. Pembahasan Hasil
Penelitian
Penelitian tindakan kelas telah
terlaksana mulai bulan Januari hingga April melalui 3 siklus. Penelitiaan diawali dengan pra penelitian yang diisi dengan
kegiatan-kegiatan persiapan penelitian baik secara administrasi maupun mental
bagi peneliti maupun siswa.
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 23 Pebruari 2013
dengan� materi Tekanan Pada Zat/Benda
Padat, siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2013 dengan materi Tekanan
Pada Zat Cair dengan tema Hukum Pascal, sedangkan siklus 3 dilaksanakan pada
tanggal 9 Maret 2013 dengan materi Tekanan Pada Zat Cair dengan tema Hukum
Archimedes. Adapun hasil yang diperoleh mengenai rata-rata tingkat motivasi
belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
tipe Number Head together (NHT) dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 2
berikut ini.
Tabel 2
Rekapitulasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa Untuk Tiap Siklus
No |
Tingkat Motivasi |
Jumlah Siswa |
Keterangan |
||
Siklus 1 |
Siklus 2 |
Siklus 3 |
|||
1. 2. 3. 4. |
Rendah Sedang Tinggi Sangat� Tingkat |
- - 12 24 |
- - 9 27 |
- - 5 31 |
Jumlah siswa seluruhnya : 32 anak |
Gambar 2
Grafik Rekapitulasi Tingkat Motivasi
Belajar Siswa Untuk Tiap Siklus
Hasil ulangan harian siswa kelas
VIII A pada konsep tekanan sebagaimana terlihat pada tabel 3 dan grafik 3
berikut ini.
Tabel 3
Rekapitulasi Nilai Hasil Ulangan Harian �Tekanana� Siswa
No |
Rentang Nilai |
Frekwensi |
Keterangan |
1 |
30-40 |
1 |
|
2 |
41-50 |
2 |
|
3 |
51-60 |
1 |
|
4 |
61-70 |
8 |
|
5 |
71-80 |
24 |
|
6 |
81-90 |
0 |
|
7 |
91-100 |
0 |
|
Gambar 3
Grafik Rekapitulasi Nilai Hasil Ulangan Harian �Tekanana� Siswa Kelas
VIII A.
Dengan melihat data dan grafik
diatas dapat dibandingkan persentase motivasi belajar fisika siswa pada siklus
1, siklus 2 dan siklus 3. Siklus 1 yang merupakan permulaan
rangkaian penelitian tindakan kelas mampu memotivasi� belajar siswa dengan indikasi tidak
terdapat siswa yang memiliki motivasi tingkat rendah� (0,0%), siswa dengan motivasi tinggi sebanyak
10 siswa (33,33%), dan siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi 22 siswa
(66,67%). Hal ini menunjukkan bahwa secara individual
sebagian besar siswa memiliki motivasi tinggi dan sangat tinggi dengan
penggunaan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Number
Head together (NHT), meskipun secara klasikal belum mencapai 85% siswa yang
memiliki motivasi sangat tinggi. Pada siklus 1 juga termonitor bahwa
selama proses PBM ternyata ada beberapa kekurangan yang masih tampak, antara
lain: dominasi beberapa siswa dalam diskusi kelompok, beberapa kelompok kurang
aktif dalam melakukan percobaan dan diskusi kelompok. Dari hasil refleksi
bersama,� juga
terungkap perlu adanya modifikasi pengaturan tempat duduk dan diperlukan
bimbingan guru dalam pembentukan kelompok. Pada menit-menit
awal, kehadiran kolaborator juga sempat mengganggu konsentrasi siswa. Hal ini karena mereka belum terbiasa dengan kehadiran beberapa guru
dalam satu kelas secara bersamaan (pola team teaching belum
diberlakukan). Kelemahan-kelemahan pada siklus 1,
peneliti perbaiki pada siklus 2 dengan mengubah pola pembelajaran di
laboratorium dan bimbingan dalam pembentukan kelompok sehingga distribusi siswa
dalam kelompok merata.
Siklus 2 dengan materi tekanan pada zat cair dengan
tema hukum Pascal, pembelajaran dilakukan melalui� percobaan dan diskusi kelompok dengan
teknik NHT yang dilaksanakan di laboratorium IPA. Dalam diskusi kelas salah
satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi� tersebut didepan kelas, sedang
kelompok yang lain menanggapinya. Siklus 2 mampu meningkatkan memotivasi� belajar
siswa dengan indikasi tidak terdapat siswa yang memiliki motivasi tingkat
rendah� (0,0%), siswa dengan motivasi
tinggi sebanyak 7 siswa (25,00%), dan siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi
25 siswa (75,00%). Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah siswa yang� memiliki
motivasi sangat tinggi sebesar 8,33% dan penurunan jumlah siswa yang memiliki
motivasi tinggi sebesar 8,33%. Hal ini menunjukkan bahwa
keterlibatan siswa dalam pembelajaran lebih baik dibanding dengan siklus 1.
Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut� tidak terlepas dari bimbingan guru
dalam pembagian kelompok dan pengaturan seting tempat duduk siswa. Pada proses� refleksi
terungkap bahwa masih terdapat siswa yang kurang fokus dalam pembelajaran
dengan beraktivitas tidak mengarah pada tujuan pembelajaran. Secara
klasikal persentase siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi belum mencapai
85%, sehingga siklus 3 dilaksanakan dengan mengacu hasil refleksi siklus 2.
Kehadiran kolaborator sudah tidak lagi berpengaruh secara
signifikan terhadap konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan evaluasi pada proses refleksi siklus 2,
dilakukan perbaikan untuk pembelajaran di siklus 3. Beberapa
perbaikan yang dilakukan diantaranya memilihkan mengajak siswa melaksanakan
pembelajaran di luar kelas yaitu di serambi mushola sekolah serta menggunakan
media/alat dan bahan praktikum yang murah, sederhana, dan mudah didapat.
Dengan beberapa perbaikan tersebut, diharapkan tujuan dari penelitian yaitu
meningkatkan motivasi belajar fisika� hingga 85%� siswa memiliki motivasi sangat tinggi dapat
tercapai.
Siklus 3 mampu meningkatkan memotivasi� belajar siswa dengan indikasi tidak
terdapat siswa yang memiliki motivasi tingkat rendah� (0,0%), siswa dengan motivasi tinggi sebanyak
5 siswa (13,89%), dan siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi 27 siswa
(86,11%). Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah siswa yang� memiliki motivasi sangat tinggi
sebesar 11,11% dan penurunan jumlah siswa yang memiliki motivasi tinggi sebesar
11,11%. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam
pembelajaran lebih baik dibanding dengan siklus 2. Kekurangan yang masih
ada pada siklus 3 adalah suasana gaduh dari beberapa siswa yang berdiskusi, bermain
sendiri tidak berperan dalam diskusi kelompok.. Pengelolaan waktu oleh guru perlu menjadi perhatian untuk perbaikan
pada penelitian lebih lanjut. Beberapa hal yang tidak
diduga peneliti muncul dari siswa yang berupa produk siswa yang variatif
sebagai cerminan kreativitas siswa.
Berdasarkan learning logs yang diberikan siswa
setelah penggunaan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Number
Head together (NHT), dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari siswa merasa
senang dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini
karena mereka dapat belajar bekerjasama, saling menghargai dalam mengungkapkan
pendapat dan menanggapi pendapat orang lain, meskipun masih ada yang merasa
terganggu dengan kehadiran kolaborator/guru secara bersama.
Pada akhir siklus ketiga dilakukan
evaluasi untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang materi yang
dipelajari. Dari hasil ulangan harian tersebut
terlihat bahwa secara klasikal pembelajaran dikatakan tuntas karena lebih dari
85% siswa melebihi KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 60. Namun demikian
dari hasil tersebut juga terlihat bahwa rata-rata nilai hasil ulangan hanya 72,78, berarti masih diperlukan upaya lain untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Penggunaan pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) tipe Number Head together (NHT) dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa secara signifikan, namun tidak terlalu signifikan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian seperti dikemukakan di
atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Penggunaan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
tipe Number Head together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran IPA Fisika konsep Tekanan. Penggunaan
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Number Head
together (NHT) dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPA
Fisika konsep Tekanan.
BIBLIOGRAFI
Anonim,
(2001).
Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroom
Action Research (CAR). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ibrahim,
Muhsin dkk. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: University Press.
Kemmis,
S. Dan Taggart, R. 1988. The Action
Reaserch Planner. Deakin: Deakin University Press.
Nardi.
2011. Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT). [online]. Tersedia di (http://nardishome.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-numbered-head-together-nht.html)
Diakses 8 November 2017.
Tukiran,
Taniredja dkk. 2011. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Wiraatmadja,
Rochati. 2007. Metode Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: PT Rosda Karya.