�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 2,
No 11 November 2017
ANALISIS
DESKRIPTIF INFRASTRUKTUR PELABUHAN PT PELINDO CABANG CIREBON JAWA BARAT
Arief Firmanto
Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UNSWAGATI Cirebon
Abstrak
Pelabuhan Cirebon adalah pelabuhan yang dibangun
pada masa Kesultanan Cirebon dan terus dikembangkan oleh Belanda hingga masa
sekarang. Pelabuhan ini terletak di Jalan Perniagaan 4 Kota Cirebon. Penelitian
ini bermetodekan studi kasus dengan pendekatan analisis deskriptif. Tempat
penelitian ini adalah Pelabuhan Cirebon yang terletak di Kota Cirebon. Subjek
penelitian ini adalah karyawan dan pekerja di Pelabuhan Cirebon. Objek penelitian
ini adalah infrastruktur pelabuhan yang menunjang aktivitas pelabuhan. Hasil
dari penelitian ini menyebutkan bahwa, pelabuhan ini memiliki 3 kolam utama,
yakni kolam alur masuk dengan luas 2.500 x 70 meter2, Kolam
Pelabuhan dengan luas 10,92 meter2, dan Kola Pelra dengan luas 1.406
meter2, 4 dermaga utama yang masing berukuran 355 meter2,
480 meter2, 179 meter2, dan 150 meter2, dan
fasilitas penyimpanan Pelabuhan Cirebon yang terdiri dari lapangan konvensional
seluas 14.120 meter2 dan gudang seluas 8.342 meter2.
Seluruh infrastruktur ada dalam kondisi cukup baik dan ada beberapa bagian yang
harus diperbaharui atau diperbaiki.
Kata Kunci: Infrastruktur,
Pelabuhan Cirebon
Pendahuluan
Pengembangan
transportasi adalah sebuah bentuk peminimalisiran kesenjangan daerah-daerah
tertinggal. Melalui pengembangan transportasi, diharapkan daerah-daerah
tersebut mampu bangkit dan menunjukkan tajinya sebagai sebuah daerah perkembang
yang mampu bangkit. Jika pengembangan transportasi tersebut dilakukan secara
menyeluruh juga rata, maka bukan hal yang mustahil bila banyak daerah yang
tumbuh perekonomiannya. Sedangkan pada sisi lain, melalui pengembangan ini
juga, diharapkan pemerintah dapat lebih memeratakan hasil pembangunan (Adris
dan Susanti: 2016).
Transportasi laut
adalah salah satu transportasi favorit yang banyak disukai oleh masyarakat. Hal
tersebut memang menjadi suatu yang lumrah. Sebab bila dilihat dari kondisi
geologis, Indonesia memang negara kepulauan. Sehingga untuk meningkatkan
pengembangan daerah luar pulau, transportasi laut adalah pilihan terbaik di
samping pesawat sebagai transportasi udara.
Transportasi laut
merupakan transportasi antarpulau. Transportasi ini memungkinkan pengguna untuk
melewati wilayah laut, baik itu laut secara umum maupun hanya sekedar selat
kecil. Transportasi laut umumnya menggunakan kapal. Dan sebagaimana angkutan
umum di darat, transportasi laut juga membutuhkan dermaga dan pelabuhan sebagai
tempat berlabuh.
Pelabuhan adalah tempat
berlabuh transportasi laut, baik itu transportasi untuk keperluan angkutan manusia
ataupun barang. Pelabuhan memiliki peran penting pada ranah angkutan laut.
Pelabuhan adalah tempat awal seseorang melakukan transportasi laut. Melalui
juga, pengiriman barang lintas pulau yang dilakukan via laut dilakukan. Lalu,
melalui pelabuhan pula, distribusi produk datang yang telah dikirim lintas
pulau dilakukan. Dengan kata lain, pelabuhan selain menjadi pusat transportasi
laut juga menjadi penyokong sektor ekonomi daerah.
Dalam pengertiannya,
pelabuhan diartikan sebagai tempat yang tersusun atas daratan dan laut yang
dibatasi suatu batas tertentu, yang dalam penggunaannya, pelabuhan pelabuhan
diperuntukkan sebagai kegiatan layanan ekonomi (Gurning dan Budiyanto: 2007).
Lanjut Gurning dan Budiyanto, di samping peruntukkan sebagaimana di atas,
pelabuhan juga digunakan sebagai tempat berlabuh kapal, tempat dinaikkan
dan/atau diturunkannya penumpang serta aktivitas transportasi laut lainnya.
Pengertian sebagaimana
yang disampaikan Gurning dan Budiyanto juga diamini oleh Suratno (2004).
Menurutnya, pelabuhan adalah tempat kegiatan pelayanan ekonomi, yang tersusun
atas daratan dan laut dengan batas-batas tertentu. Lebih lanjut, Suratno (2004)
juga mengatakan bahwa, kegiatan ekonomi yang dilakukan di pelabuhan adalah atas
dasar peruntukkan dari pemerintah.
Melalui pengertian di
atas, penulis dapat berkesimpulan bahwa, suatu pelabuhan adalah tempat yang
diperuntukkan sebagai lokasi kegiatan ekonomi. Pelabuhan digunakan sebagai
salah satu penyokong ekonomi daerah. Di pelabuhan pula, kegiatan transportasi
laut� dilakukan, dan menjadi tempat
berlabuh untuk kapal-kapal yang telah beroprasi.
Pelabuhan ditunjukan
oleh banyak fasilitas dan infrastruktur. Fasilitas dan insfrastruktur� yang dimiliki oleh pelabuhan diperuntukkan
untuk beragam fungsi. Namun demikian, tidak semua pelabuhan memiliki fasilitas
yang lengkap dan menunjang kegiatan operasionalnya. Tidak sedikit pula
pelabuhan yang tertinggal dan tidak mempunyai fasilitas juga insfrastruktur
yang layak.
Pelabuhan Cirebon
adalah salah satu pelabuhan milik PT Pelabuhan Indonesia II. Pelabuhan ini
berletak di Jl. Perniagaan No. 4 Kota Cirebon. Pelabuhan ini adalah pelabuhan
dengan peruntukkan angkutan barang. Dengan peruntukkan tersebut, pelabuhan ini
dapat dipastikan menjadi penyokong perekonomian di wilayah Cirebon dan
sekitarnya.
Pada kesempatan kali
ini, penulis akan mencoba mengkaji mengenai fasilitas yang ada di Pelabuhan
Cirebon. Kajian fasilitas tersebut akan penulis sampaikan melalui gambaran
deskriptis dengan judul �Analisis Deskriptif Fasilitas Pelabuhan PT Pelindo II
Cabang Cirebon Jawa Barat.�
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini
bermetodekan studi kasus. Menurut Wibowo (1984) studi kasus merupakan metode
dengan pendekatan fenomena yang terjadi di lapangan. Dengan kata lain, studi
kasus adalah metode yang mengakat kejadian dan peristiwa yang timbul di
lapangan secara langsung. Sambung Wibowo, menurutnya, studi kasus adalah
metodologi yang diterapkan atas dasar kepedulian peneliti untuk tindak perbaikan
pada objek yang sedang diteliti. Apa yang disampaikan oleh Wibowo nyatanya oleh
Depdikbud (1997). Menurut Depdikbud, studi kasus merupakan metodologi yang
digunakan untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang
menjadi objek penelitian, dengan pengkajian yang dilakukan adalah pengkajian
secara komprehensif melalui teknik dan alat pengumpulan data yang juga baik.
Berbicara mengenai
objek penelitian, Sugiyono (2009) menerangkan bahwa, objek penelitian adalah
sesuatu yang dipilih untuk kemudian dikaji dan dianalisis pada sebuah
penelitian. Sambungnya, objek penelitian yang dimaksud bisa berupa nilai,
benda, atau sifat dari subjek penelitian. Sementara menurut Moleong (2010),
subjek penelitian sendiri adalah informasi, yang berperan memberi informasi dan
data terkait objek penelitian.� Dalam
penelitian ini subjek penelitian yang dipilih adalah staf dan karyawan baik
bagian lapangan maupun administrasi dari PT Pelindo II Cirebon. Adapun objek
penelitian yang dipilih disini adalah fasilitas dan insfrastruktur� yang ada Pelabuhan Cirebon.
Lokasi penelitian ini
adalah Pelabuhan Cirebon Cabang PT Pelindo II. Pelabuhan tersebut terletak di
Jalan Perniagaan Nomor 4 Kota Cirebon. Lokasi penelitian sendiri terletak di
dekat pusat kota, sehingga mudah dijangkau dan tidak membutuhkan waktu lama
untuk bisa sampai lokasi.
Teknik analisis yang
digunakan disini adalah analisis deskriptif. Analisis ini memungkinkan penulis
menyampaikan hasil penelitian melalui deskripsi atau penggambaran hasil.
Pengolahan data dilakukan sebagaimana rancangan awal penelitian dengan sumber
data berupa buku, hasil observasi serta data-data skunder lain semisal data
website dan sebagaimnya.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Sekilas Perusahaan
Pada awalnya Pelabuhan Cirebon hanya pelabuhan kecil
yang disandari oleh beberapa tongkang warga. Baru tahun 1865 Pemerintah
Kolonial Belanda membangun pelabuhan ini, dan mengembangkannya di tahun 1898
untuk keperluan Pemerintah Kolonial Belanda itu sendiri. Pada masa pengembangan
tersebut, pemerintah kala itu membangun beberapa fasilitas seperti kolam parit,
pabean juga beberapa gudang.
Pasca pembangunan tersebut, Pelabuhan Belanda
digunakan sebagai pusat pengiriman barang-barang dari luar pulau. Atau
sebaliknya, penerimaan barang dari luar pulau. 1927 Belanda menentukan batasan
kerja Pelabuhan Cirebon. Dan pada tahun yang sama, pihak Belanda pun menentukan
struktur organisasi untuk Pelabuhan Cirebon. Namun kala itu, struktur
organisasi Pelabuhan Cirebon masuk ke dalam struktur Pelabuhan Semarang, hingga
kemudian berdiri sendiri dan menjadi cabang PT Pelindo II.
Pada dasarnya, Pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan
internasional. Pelabuhan ini terbuka�
untuk perdagangan internasional. Dengan kata lain, pelabuhan ini siap
melakukan bongkar muat internasional. Fungsi tersebut memungkinkan pelabuhan
ini untuk melakukan perdagangan ekspor impor. Dan dengan peran itu pula,
Pelabuhan Cirebon juga dapat dijadikan sebagai penyangga Pelabuhan Tanjung
Priuk yang juga merupakan pelabuhan ekspor impor di Indonesia.
Dengan status tersebut, Pelabuhan Cirebon seyogyanya
dapat menjadi penyokong perekonomian daerah, khususnya daerah Jawa Barat yang
merupakan daerah juga provinsi dimana pelabuhan ini berdiri.
2. Fasilitas Pelabuhan Cirebon
a. Kolam dan Alur untuk Masuk
Berikut adalah detail terkait kolam dan alur untuk
masuk yang ada di Pelabuhan Cirebon, penulis gambarkan melalui tabel sebagai
berikut:
Tabel
1
Kolam
dan Alur untuk Masuk
No |
Uraian |
Satuan |
Volume |
Keterangan |
1 |
Alur
Kolam
|
Meter Meter |
2.500 70 |
Kedalaman (4) M Lws |
2 |
Kolam
Pelabuhan
|
Ha Ha Ha Ha Ha |
10,92 2,66 2,66 4,30 1,12 |
Kedalaman (4,7) M Lws Kedalaman (4,7) M Lws Kedalaman (4,7) M Lws Kedalaman (4,7) M Lws |
3 |
Penahan
Gelombang
|
Meter |
1.406 |
|
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Pelabuhan
Cirebon memiliki alur kolam masuk yang cukup luas. Panjang kolam alur masuk
tersebut adalah 2.500 meter dengan lebar sejauh 70 meter. Dengan ukuran
tersebut, alur masuk ini mampu menampung banyak aktivitas transportasi laut.
Kondisi tersebut tentu dapat mendorong terciptanya efektivitas pekerjaan di
Pelabuhan Cirebon.
Di samping jalur masuk yang mencukupi, Pelabuhan
Cirebon juga memilki kolam dengan ukuran yang beragam, dan cukup untuk beberapa
aktivitas pelabuhan tertentu. Total luas kolam Pelabuhan Cirebon adalah 10,92
Ha. Luas tersebut terbagi ke dalam 4 jenis kolam, antara lain; (1) Kolam
Muarajati I dengan luas 2,66 Ha, (2) Kolam Pelabuhan I dengan luas 2,66 Ha, (3)
Kolam Pelabuhan II dengan luas 4,30 Ha, dan yang terakhir (4) Kolam Pelra
dengan luas� yang lebih kecil, yakni 1,12
Ha.
Kolam-kolam yang ada di Pelabuhan Cirebon digunakan
untuk beragam keperluan. Luas kolam mendukung setiap aktivitas kegiatan. Dengan
luas sebagaimana yang disebutkan, kegiatan Pelabuhan Cirebon sejauh ini berjalan
dengan sangat baik, kendati perlu ada perbaikan di beberapa sektor kolam.
Selain daripada kolam Pelabuhan Cirebon, penulis
juga mendapati Penahan Gelombang Pelabuhan Cirebon dengan panjang 1.406 meter.
Dengan panjang penahan gelombang tersebut, aktivitas pelabuhan di Pelabuhan
Cirebon tidak akan terganggu dengan aktivitas gelombang yang ditahan oleh
penahan gelombang.
Pada dasarnya, pesisir Cirebon memang tidak memiliki
gelombang dengan ukuran yang besar. Namun demikian, penahan gelombang dengan
lebar sebagaimana disebut di atas tetap dibutuhkan. Hal ini dilakukan demi
meminimalisir gangguan dan permasalahan gelombang yang dapat mengganggu
aktivitas pelabuhan.
b. Dermaga Pelabuhan Cirebon
Sebagaimana pelabuhan pada umumnya, Pelabuhan
Cirebon juga memiliki beberapa dermaga sebagaimana yang ditampilkan pada tabel
berikut ini:
Tabel
2
Dermaga
Pelabuhan Cirebon
No |
Uraian |
Satuan |
Volume |
Keterangan |
1 |
Dermaga
Kolam Muarajati
|
Meter |
355 |
Kedalaman (6) M Lws |
2 |
Dermaga
Kolam Pelabuhan II
|
Meter Meter Meter |
248 131 111 |
Kedalaman (4,7) M Lws Kedalaman (4,7) M Lws Kedalaman (4,7) M Lws |
3 |
Dermaga
Kolam Pelabuhan I
|
Meter Meter Meter |
68 67 44 |
Kedalaman (3-4) M Lws Kedalaman (3-4) M Lws Kedalaman (2-3) M Lws |
4 |
Dermaga
Kolam Pelra
|
Meter |
150 |
Kedalaman (2) M Lws |
Dari tabel di atas diketahui bahwa dermaga yang
dimiliki Pelabuhan Cirebon berjumlah 4 dermaga utama. Keempat dermaga tersebut
adalah dermaga Kolam Muarajati, Pelabuhan II, Pelabuhan I dan Kolam Pelra.
Dermaga Kolam Muarajati memiliki dua dermaga utama, yakni Muarajati I dan III,
yang keduanya jika digabungkan memiliki luas 355 meter2. Adapun
bahan baku dari kedua dermaga tersebut adalah beton, dan memiliki kedalaman
yang lebih besar dibanding dermaga lain.
Di samping dermaga Kolam Muarajati, adapula dermaga
Kolam Pelabuhan II yang memiliki 3 wilayah, yakni Dermaga Muarajati II,
Linggarjati, dan Pelita I � III. Masing-masing�
dermaga tersebut memiliki luas 248 Meter2 untuk Muarajati II,
131 meter2 untuk Dermaga Linggarjati, dan 111 meter2
untuk Dermaga Pelita I � III. Ketiga dermaga tersebut terbuat dari bahan Sheet
Pile Beton untuk Dermaga Muarajati II dan Linggarjati. Adapun bahan yang
menyusun Dermaga Pelita� I�III adalah
bahan beton dengan kedalaman dan memiliki kedalaman hingga 4,7 meter Lws.
Dermaga lain yang ada di Pelabuhan Cirebon adalah
dermaga Kolam Pelabuhan I yang terdiri atas Dermaga Surya Sumantri I�IV,
Samadikun dan Perniagaan I�IV. Masing-masing dermaga tersebut memiliki luas 68
meter2 untuk Dermaga Surya Sumantri, 67 meter2 untuk
Samadikun, dan 44 meter2 untuk Dermaga Perniagaan I�IV. Ketiga
dermaga inti ini masing-masing terbuat oleh beton dengan kedalaman 2�4 meter di
atas laut.
Dermaga yang terkhir yang dimiliki oleh Pelabuhan
Cirebon adalah Dermaga Pelra. Dermaga ini berbeda dengan dermaga kebanyakan di
Pelabuhan Cirebon. Dermaga ini hanya terbuat dari kayu dengan kedalaman laut
yang hanya 2 meter. Luas keseluruhan dari dermaga ini adalah 150 meter2.
Sebagaimana Dermaga Pelra pada umumnya, Dermaga Pelra disini juga berfungsi
untuk kegiatan pelayaran rakyat. Bahannya yang hanya terdiri dari kayu tetap
kuat dan kokoh menyangga aktivitas pelayaran rakyat yang cukup padat.
c. Penumpukan Barang
Pelabuhan Cirebon memiliki beberapa fasilitas
penumpukan seperti gudang dan lapangan khusus. Fasilitas-fasilitas tersebut
penulis gambarkan melalui tabel berikut:
Tabel
3
Tabel
Fasilitas Penumpukan Barang
No |
Uraian |
Satuan |
Volume |
Keterangan |
1 |
Gudang
|
M2 |
8.342 |
|
2 |
Lapangan
|
M2 M2 |
14.120 4.000 |
|
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Pelabuhan
Cirebon mempunyai fasilitas penyimpanan dan/atau penumpukkan barang yang cukup
baik. Fasilitas penyimpanan barang Pelabuhan Cirebon terbagi atas dua jenis,
yakni gudang dan lapangan. Pelabuhan Cirebon mempunyai rangkaian gudang jenis
konvensional dengan lebar 8.342 meter2. Gudang tersebut adalah
gudang masa lampau. Gudang tersebut dibangun pada masa kolonial Belanda. Namun
demikian, telah dilakukan beberapa perbaikan di beberapa sektor, sehingga
penggunaannya masih baik dan dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan.
Kendati demikian, masih ada beberapa bagian gudang yang telah lapuk dan harus
diperbaiki untuk meningkatkan penggunaan gudang.
Selain gudang konvensional, Pelabuhan Cirebon juga
memiliki tempat penyimpanan jenis lapangan. Jenis lapangan yang dimiliki
Pelabuhan Cirebon memiliki dua jenis yang berbeda. Jenis pertama aadlah
lapangan konvensional. Lapangan ini hanya lapangan luas yang dibuat untuk
keperluan penyimpanan biasa. Adapun jenis lapangan yang kedua adalah lapangan
petikemas. Lapangan ini biasa digunakan untuk menyimpan beberapa petikemas yang
diturunkan dari kapal yang telah berlabuh.
Luas lapangan konvensional yang dimiliki Pelabuhan
Cirebon adalah 14.120 meter2 dan Lapangan Petikemas Pelabuhan
Cirebon adalah 4.000 meter2. Dengan luas seperi itu, lapangan
Pelabuhan Cirebon dapat digunakan untuk kegiatan penyimpanan barang dengan
jumlah banyak.
B. Pembahasan
Pelabuhan Cirebon adalah salah satu cabang PT
Pelindo II. Pelabuhan ini digunakan untuk kegiatan ekspor impor barang.
Pelabuhan ini awalnya hanya pelabuhan kecil dengan kapasitas yang juga kecil.
Kemudian pada masa Kesultanan Cirebon pelabuhan ini dibangun untuk peruntukkan
lebih daripada sekedar aktivitas nelayanan masyarakat. Pembangunan Pelabuhan
Cirebon terus berkembang hingga masa kolonial Belanda hingga kini. Terakhir
Pelabuhan Cirebon adalah pelabuhan PT Pelindo II dengan peruntukan ekspor impor
dan mampu menyokong pergerakan ekonomi daerah.
Pelabuhan Cirebon memiliki beberapa infrastruktur
yang memadai, khususnya untuk aktivitas pelabuhan pada sektor bongkar muat
barang. Infrastruktur yang dimiliki Pelabuhan Cirebon antara lain; kolam alur
masuk, kolam pelabuhan dan penahan gelombang. Kolam alur masuk yang dimiliki
pelabuhan ini memiliki luas 2.500 x 70 meter. Adapun total kolam pelabuhan
adalah 10,92 yang terdiri atas kolam muarajati I, kolam pelabuhan I, kolam
pelabuhan II, dan kolam pelra. Panjang penahan gelombang pelabuhan ini adalah
1.406 meter dan memiliki peran yang sangat baik untuk meminimalisir
permasalahan gelombang di Pelabuhan Cirebon.
Pelabuhan Cirebon memiliki beberapa dermaga. Dermaga
yang dimiliki pelabuhan ini adalah Dermaga Kolam Muarajati dengan luas 355
meter2. Luas tersebut terdiri dari Dermaga Muarajati I dan III.
Dermaga Kolam Pelabuhan II yang terdiri dari Dermaga Muarajati II dengan luas
248 meter2, Dermaga Linggarjati dengan luas 131 meter2
dan Dermaga Pelra dengan luas 111 meter2. Dermaga Pelabuhan I yang
terdiri dari Surya Sumantri dengan luas 68 meter2, Samadikum dengan
luas 67 meter2, dan dermaga perniagaan I � IV dengan luas 44 meter2.
Dermaga terakhir yang dimiliki adalah Dermaga Kolam Pelra dengan luas 150 meter2.
Infrastruktur yang dimiliki Pelabuhan Cirebon
lainnya adalah gudang dan lapangan penyimpanan. Keduanya dimiliki Pelabuhan
Cirebon dengan kondisi baik meski ada beberapa yang harus diperbaiki. Luas
total gudang di pelabuhan ini adalah 8.342 meter2. Kondisi gudang
pelabuhan ini pada beberapa bagian terlihat lapuk dan usang. Gudang ini sendiri
adalah gudang peninggalan pemerintah Belanda. Namun di luar daripada kelapukkan
tersebut, gudang ini masih dapat digunakan dan harus diperbaiki pada beberapa
bagiannya.
Selain daripada gudang, Pelabuhan Cirebon juga
memiliki lapangan penyimpanan yang cukup luas untuk pelabuhan ekspor impor.
Lapangan di pelabuhan ini terbagi ke dalam dua jenis lapangan. Lapangan yang
pertama adalah lapangan kosong dengan lebar 14.120 meter2. Lapangan
ini dapat digunakan untuk keperluan penyimpanan sementara barang-barang non
peti kemas. Kondisi lapangan ini cukup baik dan dapat digunakan untuk kegiatan
penyimpanan sederhana.
Lapangan lain daripada lapangan konvensional
sebagaimana diuraikan di atas adalah lapangan petikemas. Sebagaimana namanya,
lapangan ini digunakan untuk penyimapanan dan bongkar muat petikemas di
pelabuhan ini. Luas lapangan petikemas di pelabuan yang berletak di Kota
Cirebon ini adalah 4.000 meter2. Dengan luas tersebut, lapangan
tersebut dapat digunakan untuk menyimpan banyak petikemas hasil distribusi
kapal ekspor impor maupun lokal.
Setiap infrastruktur yang dimiliki Pelabuhan Cirebon
adalah infrastruktur dengan kondisi baik. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri
juga bahwa beberapa infrastruktur perlu diperbaiki dan diperbaharui.
Perbaharuan tersebut dilakukan untuk keperluan peningkatan penggunaan dan
penambahan daya jika perlu. Dengan perbaikan dan pembaharuan tersebut,
Pelabuhan Cirebon diharapkan memiliki infrastruktur yang lebih baik, yang
kemudian berdampak pada keoptimalan infrastruktur itu sendiri.
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan
di atas, maka dapat disimpulkan �sebagai
berikut:
BIBLIOGRAFI
Adris,
A. Putra dan Susanti Djalante. 2016. Pengembangan
Infrastruktur Pelabuhan Dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal
Ilmiah Media Engeneering, Vol. 6 Nomor 1.
Depdikbud.
1997. Studi Kasus. Jakarta: Dirjen
Diknas dan Umum.
Gurning,
Raja Olahan Saut dan Eko Haryadi Budiyanto. 2007. Manajemen Bisnis Pelabuhan. Surabaya: PT Andhika Prasetya Eka
Wahana
Moleong,
Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosdakarya
Sugiyono.
2009. Observasi dan Wawancara. Jakarta:
Erlangga.
Suratno.
2004. Manajemen Operasional Angkutan Laut
dan Kepelabuhan Serta Prosedur Impor Barang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Wibowo.
1984. Studi Kasus. Jakarta: PT Rineka
Cipta.