�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 2,
No 11 November 2017
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN KONEMATIKA GERAK
Muliana Hertati
SMA
Negeri 2 Cirebon
Abstrak
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu metode penelitian yang umum digunaan di dunia pendidikan. Metode
pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk all out dalam melakukan proses
belajar. Pendidik�melalui model ini�akan memaksimalkan setiap kemampuan siswa.
Kondisi ini kemudian memunculkan kemungkinan bahwa model ini dapat meningkatkan
hasil belajar. Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Cirebon tahun pelajaran 2014/2015
adalah siswa dengan hasil belajar pada mata pelajaran fisika yang rendah.
Penulis mencoba meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran STAD.
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan penelitian tindakan kelas.
Jumlah populasi yang terlibat dalam penelitian�
adalah 33 siswa, dengan jumlah sampel dengan angka yang sama. Hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 2
Cirebon tahun pelajaran 2014/2015 mengalami peningkatan. Hasil tersebut
kemungkinan memunculkan kesimpulan bahwa model pembelajaran STAD mampu memberi
peningkatan yang signifikan untuk kelas XI MIA pada materi konematika gerak
pada mata pelajaran fisika.
Kata Kunci: STAD, Konematika
Gerak
Pendahuluan
Pembelajaran fisika
seringkali dianggap sulit dan tidak menyenangkan bagi beberapa siswa. Hal
tersebut menyebabkan kurang optimalnya siswa mengikuti proses pembelajaran
fisika dan pada akhirnya prestasi belajar siswa juga menjadi kurang. Hal
tersebut terlihat dari hasil ulangan siswa pada mata pelajaran Kinematika Gerak
Lurus melalui Analisis� Vektor� kelas XI MIA 7 di SMAN 2 Cirebon tahun ajaran
2014/2015� 60,61% belum tuntas dan nilai
rata-rata kelas 59,70. Hal ini merupakan indikasi bahwa prestasi belajar siswa
rendah.
Banyak hal yang dapat
pempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran fisika, baik
dari diri siswa itu sendiri maupun lingkungannya. Hal tersebut jika tidak
ditanggulangi maka akan menyebabkan prestasi belajar siswa yang rendah. Sejalan
dengan hal tersebut di atas, ada tuntutan bagi guru untuk terus berupaya agar
pembelajaran lebih optimal, salah satunya dengan mengembangkan diri yang
berorientasi pada tuntutan inovasi pendidikan dan sebagainya sehingga akan
terwujudlah guru yang profesional.
Proses pembelajaran
fisika yang baik tidak hanya ditentukan semata-mata oleh penguasaan struktur
materi yang diajarkan tetapi tergantung pada cara penyajian mareri tersebut.
Materi pembelajaran yang akan disampaikan guru di kelas walaupun sudah disusun
secara logis dan sistematis melalui silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran
yang berdasarkan pada garis-garis besar program pengajaran yang telah
ditetapkan. Akan tetapi, dalam praktiknya, perlu penyesuaian dengan lingkungan
setempat. Gambaran ini mengisyaratkan, bahwa pembelajaran fisika tidak hanya
menekankan pada pemahaman konsep siswa, tetapi perlu suatu strategi sehingga
materi pembelajaran dapat dimengerti lewat adaptasi di kelasnya.
Materi pengajaran
Kinematika Gerak melalui Analisis Vektor merupakan penggabungan pelajaran
Kinematika Gerak dengan pelajaran Vektor. Walaupun kedua pelajaran tersebut
telah tersampaikan di kelas X, tetapi penyampaiannya dalam materi yang terpisah.
Sehingga ketika disampaikan dalam satu materi yang berjudul Kinematika Gerak
melalui Analisa Vektor menjadi agak sulit untuk dipahami. Hal ini memerlukan
suatu strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa siap secara menyeluruh dan
saling bekerja sama baik dalam pemahaman konsep yang disampaikan guru maupun
mengaplikasinya dalam perhitungan. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kerakteristik tersebut di antaranya adalah metode kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif
memiliki kekkhasan tersendiri dibanding metode pengajaran yang lain. Hal
tersebut dikarenakan model pengajaran kooperatif menggunakan suatu struktur
tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. STAD (Student Teams Achievement divistions)
adalah pembelajaran dimana siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa
yang pandai menjelaskan ke anggotanya yang lain sampai mengerti.
Berdasarkan Penelitian
Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya; Alfiliansi,
dkk (2014), Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantukan Blok
Al Jabar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan dan
Pengurangan Bentuk Al Jabar di Kelas VIII SMP Negeri 12 Palu. Dengan demikian
peneliti berharap dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat mengatasi permasalahan sebagaimana dinyatakan di atas.��
Metodologi
Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan disini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kemmis (1988),
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang reflektif dan kolektifnya
dilakukan dalam sebuah situasi sosial. Adapun dalam pandangan McNift (1992: 1),
sebagaimana yang dikutip dalam Suyanto (1997) menerangkan bahwa, PTK merupakan
bentuk penelitian reflektif, yang penerapannya dilakukan oleh pendidikan
sebagai upaya peningkatan dan pengembangan kurikulum pendiidkan.�
Adapun siklus dan/atau
tahapan penelitian ini, penulis visualisasikan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 1
Kegiatan
Penelitian dengan Modal Kemmis
Teknik pengumpulan data
yang diterapkan disini adalah observasi. Observasi sendiri adalah pengambilan
data yang dilakukan dengan penerjunan langsung observer pada wilayah
penelitian. Penerjunan sebagaimana yang dimaksud bertujuan untuk mengambil data
dan gambaran atas situasi dan kondisi di wilayah penelitian.
Subjek penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI MIA 7 SMA Negeri 2 Cirebon tahun pelajaran
2014/2015. Kelas XI MIA sendiri adalah kelas dengan rerata hasil belajar yang
cukup rendah pada mata pelajaran fisika. Lebih lanjut, untuk materi ajar
kenomatika gerak rerata hasil belajar siswa hanya mencapai 59,70.
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA 7 SMA Negeri 2 Cirebon tahun
pelajaran 2014/2015. Jumlah kelas XI MIPA 7 adalah 33 siswa yang terdiri dari
16 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.
Sampel penelitian ini
ditentukan melalui teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2012), purposive
sampling adalah sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan sebuah
pertimbangan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan yang dimaksud adalah
pertimbangan yang merujuk kebutuhan penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini
sendiri, kebutuhan akan sampel mengharuskan peneliti melibatkan seluruh siswa
sebagai sebuah kesetaraan dan aturan dalam sebuah penelitian kelas. Sehingga,
dengan berlandaskan hal tersebut, peneliti kemudian menggunakan seluruh
populasi�yang berjumlah 33 siswa�sebagai sampel dalam penelitian ini.
Lokasi penelitian ini
adalah kelas XI MIA 7 SMA Negeri 2 Cirebon yang terletak di Jalan Dr. Cipto
Mengunkusumo No. 1 Kota Cirebon. Alasan peneliti menetapkan lokasi tersebut
adalah karena subjek penelitian belajar dan melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar di kelas tersebut.
Analisis penelitian
dilakukan secara deskriptif melalui perhitungan ketuntasan klasikal dan
ketuntasan individual. Perhitungan sebagaimana yang disebutkan di datas
tersebut dilakukan melalui rumus berikut:
Di
samping perhitungan dan pola analisis seperti di atas, peneliti juga
memberlakukan kategorisasi hasil belajar siswa dengan rincian kategori sebagai
berikut: baik ( 76-100% ),� cukup
baik� (56-75 % ),���� kurang (40-55 % ),� dan������
buruk ( < 40% ).�� (Arikunto
1998: 246).
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Pra Siklus
Di bawah ini adalah hasil pre test dan post test
yang penulis gambarkan dalam tabel rekapitulasi:
Tabel 1
Hasil
Rekapitulasi Pra Siklus
No |
Kriteria |
Pre Test |
Post Test |
1 |
Rata-rata
Hasil Belajar |
44,24 |
59,70 |
2 |
Nilai
Tertinggi |
80 |
80 |
3 |
Nilai
Terendah |
30 |
30 |
4 |
Jumlah
Nilai Siswa Tuntas |
9 (27,27%) |
13 (39,39%) |
5 |
Jumlah
Siswa Tidak Tuntas |
24 (72,73%) |
20 (60,61%) |
Pada Tabel 1. ketuntasan hasil belajar pre tes dan
pos tes� 27,27 %� dan pos tes�
39,39 %� ada kenaikan 12,12 %� jumlah siswa yang tuntas.� Pada pre tes jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 9 orang� dan pada pos tes siswa
yang tuntas sebanyak 13 orang berarti ada kenaikan hanya 4 orang. Nilai
rata-rata siswa pada pretes 44,24� dan
pos tes 59,70� berarti ada kenaikan
15,46.� Walaupun� ada kenaikan,�
tetapi� ketuntasan� individual maupun klasikal belum tercapai.
Hal inilah yang membuat peneliti melakukan penelitian tindakan kelas.
2. Hasil Siklus I
Di bawah ini adalah hasil pre test dan post test
yang penulis gambarkan dalam tabel rekapitulasi:
Tabel 2
Hasil
Rekapitulasi Siklus I
No |
Kriteria |
Pre Test |
Post Test |
1 |
Rata-rata
Hasil Belajar |
54,85 |
73,64 |
2 |
Nilai
Tertinggi |
80 |
90 |
3 |
Nilai
Terendah |
30 |
50 |
4 |
Jumlah
Nilai Siswa Tuntas |
10 (30,30%) |
23 (69,70%) |
5 |
Jumlah
Siswa Tidak Tuntas |
23 (69,70%) |
10 (30,30%) |
Pada Tabel 2. ketuntasan hasil belajar pre tes dan
pos tes pada siklus I� adalah; pre tes
yang tuntas adalah 30,30 % dan pos tes 69,70%, jumlah�� siswa�
yang tuntas� pada pre tes� 10 orang dan pada pos tes 23 orang.� Nilai rerata pada pre tes 54,85 dan nilai
rata-rata pada pos tes� 73,64. Hasil
belajar pada Tabel 2 ini sudah jelas terlihat�
mengalami kenaikan� tetapi
ketuntasan secara individual (73,64) belum melebihi KKM (80) demikian juga
ketuntasan secara klasikal (69,70)
masih jauh belum memenuhi (85%). Dengan demikian peneliti ingin meningkatkan
lagi dengan melanjutkan ke siklus II.
3. Hasil Siklus II
Di bawah ini adalah hasil pre test dan post test
yang penulis gambarkan dalam tabel rekapitulasi:
Tabel 2
Hasil
Rekapitulasi Siklus I
No |
Kriteria |
Pre Test |
Post Test |
1 |
Rata-rata
Hasil Belajar |
66,67 |
82,73 |
2 |
Nilai
Tertinggi |
80 |
90 |
3 |
Nilai
Terendah |
50 |
70 |
4 |
Jumlah
Nilai Siswa Tuntas |
13 (39,39%) |
29 (87,88%) |
5 |
Jumlah
Siswa Tidak Tuntas |
20 (60,61%) |
4 (12,12%) |
Pada Tabel� 3.� Ketuntasan hasil belajar pre tes dan pos tes
siklus II adalah; Pre tes� prosentase
yang tuntas 39,39% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 orang.� Untuk�
pos tes prosentase yang tuntas adalah 87,88% dengan� jumlah siswa yang tuntas� sebanyak 29�
orang.� Nilai� rata-rata siswa� pada pre tes�
66,67 dan� pada pos tes nilai� rata-rata 82,73.
pada Tabel 3 ini sudah jelas terlihat� mengalami kenaikan� ketuntasan secara individual (82,73) sudah
melebihi KKM (80) demikian juga ketuntasan secara klasikal (87,88) sudah melampaui (85%), dengan demikian� penelitian ini telah berhasil dengan optimal.
B. Pembahasan
Pada Tabel 2. Ketuntasan hasil belajar pre tes dan
pos tes pada siklus I� adalah; pre tes
yang tuntas 30,30% dan pos tes 69,70% ada kenaikan 39,40%. Jumlah siswa� yang tuntas�
pada pre tes 10 orang dan pada pos tes 23 orang�� ada kenaikkan� sebanyak�
13 orang,� nilai rata-rata pada
pre tes 54,24 dan nilai rata-rata pada pos tes�
73,64 ada� kenaikan 19,10. Hasil
belajar pada Tabel 2 ini sudah jelas terlihat�
mengalami kenaikan� tetapi
ketuntasan secara individual (73,64) belum mencapai KKM (80) demikian juga
ketuntasan secara klasikal (69,70)
masih jauh belum memenuhi (85%), dengan demikian� penelitian ini perlu ditingkatkan lagi dengan
melanjutkan ke siklus II.����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
���sesuai dengan�
kurikulum 2004,� dan� KTSP��
2006� Jika� ketuntasan individual� siswa mencapai�� ≥ 75%� dan ketuntasan klasikal ≥85%.
Pada Tabel 3. Ketuntasan hasil belajar pre tes dan
pos tes pada siklus II� adalah; pre tes
yang tuntas adalah 39,39% dan pos tes 87,88% ada kenaikan 48,49%, jumlah�� siswa�
yang tuntas� pada pre tes� 13 orang dan pada pos tes� 29 orang��
ada kenaikkan� sebanyak 16
orang,� nilai rata-rata pada pre tes
66,67 dan nilai rata-rata pada pos tes��
82,73 ada� kenaikan 16,06. Nilai tertinggi
siswa pada pre tes adalah 80 dan nilai tertinggi pada pos tes 90. Hasil belajar
pada tabel 3 ini sudah� terlihat� optimal dan sudah tercapai ketuntasan secara
individual� (82,73)� yang�
melebihi� KKM� (80,00) maupun klasikal (87,88%) sudah melebihi (85%), hal ini� sesuai dengan� kurikulum 2004,� dan�
KTSP�� 2006� Jika�
ketuntasan individual� siswa
mencapai�� ≥75%� dan ketuntasan klasikal ≥85%.
Berdasarkan��
hasil�� penelitian�� tentang�
�Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kinematika Gerak
Melalui Analisa Vektor Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif� tipe�
STAD� di kelas XI MIA 7 SMAN 2
Cirebon Tahun 2014� yang diperolehdari data kuantitatif (hasil belajar) dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan mencapai ketuntasan individual
maupun ketuntasan klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif�
tipe STAD pada Bab Kinematika Gerak dapat meningkatkan hasil belajar
siswa di kelas XI MIA 7 SMAN 2 Cirebon.
Dengan meningkatnya tuntas belajar pada siswa
berarti menunjukkan bahwa materi pembelajaran fisika sudah mulai disukai siswa,
motivasi belajar siswa meningkat dan guru sudah dapat dikatakan tepat dalam
menggunakan model pembelajaran.������������������������������������ �������������
Kesimpulan
Berdasarkan�� hasil�
penelitian� dan� pembahasan��
tentang peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran kinematika
gerak dengan analisis vektor dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD di kelas XI MIA 7 SMAN 2 Cirebon tahun ajaran 2014/2015,
diperoleh� Ketuntasan� hasil�
belajar siswa untuk pos tes siklus I dari� 69,70% menjadi�� 87,88% pada siklus II� dan�
nilai rata-rata siswa dari� 73,64� katagori cukup baik pada� siklus I menjadi� 82,73�
katagori� baik�� pada�
siklus II. Dengan demikiam disimpulkan;
1.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif� tipe STAD pada Bab Kinematika Gerak dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI MIA 7 SMAN 2 Cirebon;��
2.
Dengan meningkatnya tuntas belajar pada
siswa berarti menunjukkan bahwa materi pembelajaran fisika sudah mulai disukai
siswa, motivasi belajar siswa meningkat dan guru sudah dapat dikatakan tepat
dalam menggunakan model pembelajaran;�
BIBLIOGRAFI
Alfiliansi,
dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
kooperatif Tipe STAD Berbantukan Blok Al Jabar untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Al Jabar di Kelas VIII SMP Negeri
12 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 2 Nomor. 2
(2014). Tersedia online di http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/8291
Arikunto,
Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatakan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kemmis,
S. dan R. McTaggart. 1988. Action
Research � Some Ideas from The Action Research Planner. Third Edition.
Burwood: Deakin University Press�
McNiff,
Jean. 1992. Action Research: Principles
and Practice. London: MacMilan Education Ltd.
Sugiyono.
2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto.
1997. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas
(PTK). Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.