Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 5, Mei 2021
JALAN TERJAL
ONLINE TRAVEL PLATFORM HADAPI PANDEMI
Komang
Gita Krishna Murti dan Gede Sri Darma
Universitas Pendidikan Nasional, Denpasar Bali, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
This study aims to explore how the strategies that
start-up companies are implementing to survive during a pandemic crisis.
Previous research on Competitive Intelligence and Marketing 4.0 was used as a
guide in the preparation of interview questions and data analysis. Data were
collected through a semi-structured in-depth interview process involving 6 main
sources, CEO and CMO of BestHostels Indonesia, 2 property owners who registered
their property at BestHostels Indonesia, and also 2 consumers who had made
reservations more than 2 times on the BestHostels Indonesia platform. The data
were analyzed through a coding and theming process. This research indicates
that 4 main factors that make bestostels Indonesia survive during a pandemic
crisis, that is competitive intelligence, marketing 4.0, citizen 4.0, and also
investor funding. This study offers a comprehensive model to understand the
factors that influence the success of a startup is facing a crisis. This model
can be used as a reference for subsequent research to obtain empirical evidence
that can be generalized regarding the factors that influence the success of
startups in facing crises. Also, this research can also be used as a valuable
reference for individuals who want to start their own start-up company and the
right strategy to use.
Keywords:������ digital platform;
competitive intelligence; marketing 4.0, investor funding, citizen 4.0; covid
19
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana strategi
yang perusahaan rintisan lakukan untuk dapat
bertahan di saat krisis pandemi sedang terjadi. Penelitian Competitive intelligence dan marketing
4.0 terdahulu digunakan sebagai panduan dalam penyusunan pertanyaan wawancara dan juga analisis data. Data dikumpulkan melalui proses wawancara secara mendalam semi-terstruktur yang melibatkan 6 narasumber utama yaitu CEO, CMO dari besthostels Indonesia, 2 pemilik
property yang mendaftarkan propertynya
di besthostels indonesia
dan juga 2 konsumen yang sudah
lebih dari 2 kali melakukan reservasi di platform besthostels Indonesia. Data kemudian
dianalisis melalui proses coding
dan themeing. Penelitian
ini mengindikasikan terdapat 4 faktor utama yang membuat bestostels Indonesia dapat bertahan disaat terjadinya krisis pandemi, yaitu competitive
intelligence, marketing 4.0, citizen 4,0 dan juga investor funding. Penelitian ini menawarkan sebuah model yang komprehensif untuk memahami �faktor faktor' yang mempengaruhi keberhasilan sebuah perusahaan rintisan menghadapi krisis. Model ini dapat dijadikan
sebagai acuan bagi penelitian berikutnya untuk mendapatkan bukti empiris yang dapat pada generalisasi terkait faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan rintisan menghadapi krisis. Selain itu, penelitian
ini juga dapat dijadikan refrensi berharga bagi individu
yang ingin memulai perusahaan rintisan nya sendiri dan strategi yang tepat untuk digunakan.
Kata Kunci:�� platform digital; competitive intelligence;
marketing 4.0; investor funding; citizen 4.0, covid 19
Pendahuluan
Saat
ini kita ketahui dunia sedang menghadapi krisis pademi yang memiliki dampak
sangatlah luas. Sektor pariwisata dan juga bisnis yang ada di dunia mengalami
dampak yang sangat besar dimulai dari banyak yang menutup usaha, merumahkan
pegawai nya hingga menyatakan diri bangkrut karena pembatasan kegiatan
masyarakat saat ini (Kim, 2020).
Hal serupa lebih dirasakan di Bali yang menurut data dari Badan Pariwisata
Dunia di tahun 2018, sekitar 12 juta warga Indonesia menggantungkan diri pada
sektor pariwsata, dengan mayoritas diantara mereka tinggal di Bali. Hal ini
dapat dilihat dari banyak nya toko, restaurant hingga hotel yang
menghentikan kegiatan usaha di daerah yang dulu sangat ramai seperti kuta,
nusadua dan canggu.
Indonesia
sendiri� sudah memasuki fase pandemi yang
dinawamakan era new normal atau kenormalan baru dengan di normalisasi kegiatan
operasional beberapa sektor bisnis sambil menerapkan protokol Kesehatan untuk
menekan angka penyebaran virus (Andriani, S.Si, Apt, M.Sc, Ph.D, 2020).
Walaupun sudah memasuki fase baru masih banyak usaha besar dan kecil yang
terdampak seperti misalnya perusahaan rintisan atau startup yang baru berdiri
tahun 2018 yang berasal dari Bali dengan market yang sangat spesifik yaitu
Besthostels Indonesia.
Platform sektor pariwisata ini menawarkan pilihan hostels yang ada di seluruh
Indonesia dengan pilihan terlengkap dan juga terjangkau. Di mulai sejak bulan
Desember 2018, Besthostels Indonesia berkomitmen untuk membantu para pengusaha
hostel terutama di Bali, untuk menjadi wadah dunia perhostelan supaya hostel
mulai dilirik oleh masyarakat Indonesia, terutama kaum milenial yang hobi berwisata untuk mencari pengalaman baru
dan dengan budget yang terbatas.
Tren
yang sedang terjadi belakangan di Indonesia adalah para wisatawan backpacker
yang memilih untuk menghemat biaya untuk akomodasi menginap akan tetapi
mengeluarkan biaya lebih untuk berwisata di rekreasi lain yang ada di destinasi
tersebut. Para backpacker biasanya
akan mencari penginapan termurah yang sesuai dengan kebutuhan nya untuk
berisitirahat seperti guesthouse,homestay dan juga hostel (Turgut et al., 2016).
Trend
ini juga didukung digital nomad yang didominasi oleh generasi milenials yang
bisa bekerja dari mana saja yang penting tersedia koneksi internet. Hal ini
dimungkinkan karena kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesat menjadi
katalis untuk perkembangan digital platform dan juga remote working
di seluruh dunia (Agung & Darma, 2019).
Dengan adanya teknologi yang memungkinkan hal tersebut untuk dilakukan dan trend
nya terus bertumbuh, akhirnya berkembang sebuah startup yang khusus menawarkan hostel di Indonesia untuk mereka
yang ingin merasakan pengalaman berwisata yang berbeda.�
Di
hostel mereka dapat berkenalan dengan teman baru yang berasal dari manca negara
dan dari latar belakang yang berbeda, apalagi kaum milenials terkenal dengan
generasi yang terbuka dan sangat senang untuk mengetahui hal baru (Godovykh & Tasci, 2020).
Maka dari itu menginap di hostel menjadi pilihan yang menguntungkan, selain
harga lebih terjangkau mereka juga dapat mengenal orang baru dan bertukar
pengetahuan. Setiap hostel juga menyediakan pelayanan seperti snack gratis,
tempat terbuka dan meja panjang untuk berinteraksi dan juga bekerja dengan
adanya koneksi internet. Tapi
kebebasan dan keterbukaaan yang menjadi hal istimewa itu terhambat dengan
kedatangan krisis pademi covid 19 yang dimulai pada awal tahun 2020 ini. Mereka
yang suka berpergian dipaksa untuk diam dirumah untuk mengurangi penyebaran
virus. Beberapa negara juga melakukan lockdown dan pembatasan berskala besar
untuk dapat menanggulangi krisis pademi ini. Akibat nya banyak bisnis yang
tidak siap menghadapi krisis memilih untuk gulung tikar, merumahkan karyawan
nya hingga melakukan PHK secara besar besaran.
Dari
sektor high technology yang diramalkan oleh banyak pihak akan memiliki
pertumbuhan sangat besar dan mendisrupsi bisnis konvensional pun tidak
terhindarkan dari krisis. Perusahaan decacorn seperti grab saja memberikan PHK
kepada 360 pegawai nya. Dapat dilihat juga dari kesulitan AirBnB untuk memberikan
refund kepada para pelanggan nya dan juga kesulitan memberikan bantuan kepada
para pemilik property nya yang saat ini sedang kesulitan karena tidak ada tamu
yang datang. Data yang dikeluarkan oleh iResearchChina.com menunjukan bahwa
sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terdampak dengan adanya
krisis pademi saat ini, selain juga dine-in restaurant.
Bukan
hanya sektor pariwisata konvensional saja yang terdampak karena pandemi, bahkan
startup Platform di sektor pariwisata seperti OYO menghentikan kerjasama nya
dengan banyak hotel, villa dan akomodasi penginapan lain nya diseluruh dunia.
Dan yang terbaru adalah berhenti nya operasional Airyroom di indonesia. Krisis
pandemi ini juga sangat berdampak kepada ekonomi Bali yang sangat bergantung dengan
sektor pariwisata, daerah yang dulu nya sangat ramai seperti kuta, nusadua dan
canggu sekarang sangatlah sepi karena pembatasan di pintu masuk bali untuk
wisatawan dari luar dan dalam negeri oleh pemerintah pusat dan provinsi. Hal
tersebut berdampak pada banyak caf�, restaurant, hotel dan akomodasi wisata
lain yang menutup operasional nya. Bisa dibayangkan bagaimana dampak dari
krisis pademi saat ini kepada usaha hostel yang sangat memerlukan interaksi
orang berkumpul dan tidur bersama di dalam satu ruangan. Selain itu hal ini
juga mempengaruhi Besthostels indonesia sebagai startup online travel agent
yang menaungi ratusan hostel diseluruh indonesia dan di pulau bali.
Sebelum
terjadi nya krisis pandemi , di dunia bisnis terjadi fenomena perpindahan (shifting)
secara massif dari bisnis yang menggunakan cara lama, dengan mereka yang
menggunakan cara cara baru. Saat itu banyak perusahaan mengalami stagnansi
karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan selera pasar dan tren digitalisasi
pada saat itu. Perusahaan seperti Bluebird dan Hilton yang begitu digdaya pada
masa lalu pun terhambat pertumbuhan nya karena kedatangan perusahaan berbasis
digital seperti GO-JEK dan Traveloka. Akan tetapi karena krisis pandemi tren
digitalisasi malah ber akselerasi lebih cepat lagi (Geng et al., 2020).�
Dalam
era yang penuh dengan ketidak pastian ini, seperti yang sering disebut oleh
Hermawan Kartajaya (2017) sebagai era VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) perusahaan terkadang bingung untuk
memulai strategi dari mana. Apakah mereka membuat sebuah inovasi yang baru atau
menduplikasi produk dan jasa dari perusahaan sejenis yang disukai oleh
mayoritas konsumen. Maka dari itu penggunaan competitive intelligence
menjadi pilihan utama untuk para perusahaan memulai langkah awal dalam
penyusunan strategi mereka (Dewi; Darma, 2019).
Sistem ini memberikan pengetahuan yang koheren bagaimana posisi perusahaan
dalam persaingan, bagaimana pesaing sukses dengan produk nya, bagaimana selera
konsumen saat ini hingga bagaimana gejolak politik di sebuah negara dapat
berdampak kepada proses bisnis mereka (Maritz & du Toit, 2018).
Maka dari itu pemanfaatan competitive
intelligence yang tepat dapat membantu Online
Travel Agent dan perusahaan rintisan yang mendirikan digital platform dalam
memetakan jalan terjal dikala pandemi seperti saat ini untuk mencari peluang
pertumbuhan dan dapat bertahan dikala startup besar lain nya jatuh.
Selain
itu pemanfaatan media untuk melakukan promosi dan penawaran pun saat ini
dipaksa untuk berubah. Karena masyarakat banyak menghabiskan waktu nya dirumah,
penggunaan media billboard
dan juga media cetak menjadi kurang efektif (Seyyedamiri & Tajrobehkar, 2019).
Maka dari itu marketing 4.0 adalah keniscayaan dikala pademi saat ini. Di dunia
marketing saat ini, kehadiran dari teknologi informasi memberikan dampak yang
signifikan. Berbagai kegiatan beralih lokasi dari dunia luar jaringan seperti
billboard ke dunia maya (Dewi; Darma, 2019).
Didukung
oleh jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 175juta pengguna atau
sudah mencapai 64% dari populasi keseluruhan Indonesia (WeAreSocial 2020),
membuka peluang yang sangat besar untuk setiap perusahaan menjual dan
memasarkan produk nya secara digital. Media sosial adalah salah satu media
digital yang sangat luas digunakan dan mendukung perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya (Swari & Darma, 2019).
Mehmet (Ali K�seoglu et al., 2016)
dalam penelitian competitive
intelligence practice in hotels menyimpulkan bahwa manajemen puncak hotel yang menerapkan CI dalam perancangan strategi nya memiliki tingkat
kinerja yang lebih baik di bandingkan dengan manajemen puncak yang tidak menerapkan CI di perusahaan nya. Sebenar nya
banyak manajemen puncak yang melakukan langkah langkah CI seperti menganalisa competitor, melihat lingkungan bisnis nya dan juga menyesuaikan harga sesuai pasar tapi tidak sadar telah
melakukan CI dalam perusaaaan mereka. Tapi walaupun hampir
semuanya memiliki pelatihan dalam strategi yang diperlukan untuk mengumpulkan informasi pesaing mereka, tetapi hanya sedikit
yang menunjukkan hubungan
yang jelas dengan perencanaan strategis dan perencanaan CI.
Selain itu penelitian Intrinsic
motivation for knowledge sharing � competitive intelligence process in a
telecom company yang dilakukan oleh (de Almeida et al., 2016)
menemukan bahwa CI berpengaruh positif terhadap motivasi berbagi pengetahuan antara pegawai di perusahaan. Penelitian ini mengkonfirmasi 9 dari 11 hipotesis yang diajukan, yang menunjukkan elemen penting dari motivasi berbagi
pengetahuan dalam proses
CI, yang diusulkan dalam permulaan penelitian ini. Berbagi pengetahuan
dan persepsi tentang lingkungan kompetitif oleh karyawan adalah dasar untuk memahami
dan mengantisipasi ancaman
dan peluang di pasar dan pendukung
penting untuk pengambilan keputusan. Maka dari itu
perusahaan harus dapat menerapkan CI dalam proses berbagi pengetahuan dan informasi mengenai pesaing dan lingkungan bisnis untuk dapat merespon
lingkungan bisnis yang sangat dinamis.
Dengan menerapkan CI dalam perencanaan ekpansinya, Grab mampu memimpin pangsa pasar Ride-Hailling di seluruh mayoritas negara di asia tenggara. Penelitian yang dilakukan oleh (Dewi; Darma, 2019)
mengenai The Role of Marketing & Competitive
Intelligence In Industrial Revolution 4. Yang dilakukan
oleh grab menemukan bahwa
Grab memilih negara ekspansi
dengan melihat kemiripan yang ada di negara sebelumnya dengan proses CI, sehingga proses duplikasi bisa berjalan dengan
mudah, misalnya Grab Bike
di Vietnam adalah hasil duplikasi dari operasional Grab di pasar Indonesia. Grab memahami cara untuk
dapat diterima di suatu negara, mereka harus memahami kebutuhan negaranya, karena kebutuhan di setiap negara berbeda beda. Untuk dapat
bersaing dengan produk lokal yang sudah ada maka
dilakukan pendekatan Hyperlocal
dan local partnership yang sedari awal grab ketahui melalui proses CI terhadap pemimpin pasar di sektor yang sama dengan mereka.
Proses
marketing bergerak secara dinamis dari masa ke masa. Pada saat ini pendekatan
marketing yang relevan di lakukan saat ini adalah dengan Marketing 4.0.
Penelitian yang ditemukan oleh (Lugra Agusta Pranawa & Abiyasa, 2019)
dengan memanfaatkan strategi digital�
seperti E � commerce, blog, dan media sosial perusahaan dapat
mengoptimalkan pemasaran secara digital. Hedonism yang dikombinasikan
dengan cara Marketing 4.0 yaitu digital marketing menyuguhkan gambaran visual
yang dapat meningkatkan daya tarik konsumen. Strategi digital marketing dan hedonism
ini dapat meningkatkan keputusan pembelian melalui faktor psikologi dan faktor
sosial khususnya pada bagian kelompok referensi sehingga diharapkan strategi
ini dapat memberikan hasil penjualan yang maksimal kepada perusahaan.
Pertumbuhan
startup yang menyebabkan perubahan di
landscape bisnis dunia dan terutama di Indonesia sedang mengalami ujian,
salah satu nya adalah startup Besthostels Indonesia. Sektor pariwisata yang
sedang tumbuh dan juga pemanfaatan teknologi yang sedemikian luas diperlambat
secara mendadak dengan datang nya krisis pandemi pada saat ini. Maka dari itu
kemampuan Besthostels Indonesia untuk bertahan saat krisis ini menjadi
kebutuhan untuk dipelajari secara praktis dan juga akademik sehingga bisa di
masa yang akan datang dapat implementasikan di dunia bisnis secara nyata.
Strategi Besthostels dalam mencari pasar ceruk yang baru di antara persaingan
yang begitu ketat di era VUCA ini akan memberikan gambaran bagaimana strategi
yang tepat untuk bertahan di era setelah dikala pandemi ini dan juga setelah
pandemi ini berakhir yang dilakukan oleh Besthostels Indonesia. Sehingga
penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian teradahulu karena dilakukan
di saat terjadi nya krisis pandemi dengan tempat penelitian nya sangat
terdampak krisis pandemi dikarenakan sangat bergantung nya ekonomi daerah
terhadap sektor pariwisata. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan
paparan strategi terknini yang efektif dan dapat digunakan oleh sektor bisnis
secara luas untuk dapat bertahan ketika krisis sedang terjadi. Selain itu
pemanfaatan competitive
intelligence dan marketing 4.0 yang di paparkan
dalam penelitian ini dapat digunakan lebih baik dan efektif oleh kebanyakan
perusahaan agar dapat terus profitable dan juga dapat bertahan ketika
terjadi krisis.
Metode Penelitian
Metode kualitatif deskriptif digunakan
dalam penelitian ini. Subjek dari peneletian ini adalah Besthostels Indonesia
yang berada di Jakarta, Bali dan Lombok. Untuk menjawab pertanyaan dari penelitian
ini, wawancara semi-terstruktur dan mendalam dilakukan terhadap 6 narasumber
dengan latar belakang berbeda dengan pertanyaan yang berbeda. Chief
Executive Officer dan Chief Marketing Officer dari besthostels
Indonesia adalah
dua narasumber utama dalam penelitian ini untuk menanyakan mengenai strategi
apa yang mereka gunakan agar besthostels indonesia dapat bertahan di krisis
pandemi yang terjadi. Selain itu terdapat pula 2 pemilik hostel yang
mendaftarkan property mereka pada platform besthostels Indonesia, serta 2
konsumen yang sudah pernah melakukan booking hostel selama lebih dari dua kali
pada platform besthostels Indonesia.�
Daftar pertanyaan wawancara dibangun
berdasarkan penelitian Competitive Intelligence terdahulu yang dilakukan oleh (Ali K�seoglu et al., 2016), (de Almeida et al., 2016) dan juga
penelitian mengenai marketing 4.0 yang dilakukan oleh (Dewi; Darma, 2019). Pertanyaan
dalam penelitian ini juga ikut berkembang menyesuaikan topik yang sedang di
bahas selama wawancara berlangsung. Maka dari itu muncul beberapa pertanyaan
dan tema baru dikarenakan banyak insight yang ditemukan baru pada saat proses
wawancara dan analisis data. Wawancara dilakukan selama 4 bulan dimulai dari
bulan september sampai dengan bulan desember 2020 di kota jakarta, denpasar,
canggu dan ubud.
Secara garis besar terdapat masing
masing 6 pertanyaan untuk narasumber berbeda, yang terbagi dalam 3 bagian
narasumber yaitu partisipan manajemen, partisipan pemilik property dan
partisipan konsumen masing-masing (Sugiyono, 2017) dalam penelitian
masing masing pertanyaan yang diajukan kepada pihak pemilik property hostel dan
pihak konsumen untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai keuntungan menggunakan
platform besthostels indonesia serta apakah strategi yang dijalankan oleh
besthostels indonesia saat ini sesuai untuk menjawab situasi krisis yang sedang
terjadi.
Wawancara dilakukan dengan durasi
rata-rata 40 menit, dan pada beberapa narsumber dilakukan selama 2 kali dalam
hari yang berbeda untuk penggalian informasi yang lebih mendalam. Wawancara
direkam dengan perekam audio komputer atas ijin dari partisipan. Data dari
audio tersebut kemudian diubah menjadi transkrip wawancara. Transkrip wawancara
di baca dan direduksi dengan hati-hati untuk menentukan kode- kode yang dapat
mewakili sekumpulan ide/pemikiran serupa. Kode-kode tersebut kemudian di
kelompokkan menjadi satu tema besar. Beberapa tema tersebut dan kemungkinan
hubungan antar tema diidentifikasi untuk dapat merumuskan suatu model yang dapat
menggambarkan fenomena yang diteliti. Keseluruhan proses ini disebut dengan
proses coding dan themeing yang dilakukan dengan bantuan spreadsheet Microsoft Excel (Miles et al., 2018).
Kutipan-kutipan penting yang mewakili
kode tertentu di dokumentasikan dalam kolom kode yang sesuai, untuk dapat
dipergunakan dalam pembahasan hasil.�
Agar penyusunan laporan menjadi lebih efisien, masing partisipan diberi
kode. Chief Executive Officer besthostels
Indonesia M1 dan Chief Marketing Officers besthostels Indonesia M2, P1
dan P2 untuk dua partisipan pemilik property hostel, K1 dan K2 untuk partisipan
konsumen besthostels indonesia. Setiap kutipan yang dipaparkan dalam pemaparan
hasil diakhiri dengan kode partisipan yang menyatakan pernyataan tertentu.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil
Analisis wawancara menunjukan bahwa competitive
intelligence, marketing 4.0 dan citizen 4.0 merupakan faktor utama yang
digunakan untuk perumusan strategi besthostels Indonesia untuk bertahan di saat
krisis pandemi. Walaupun dalam penelusuran lebih lanjut di temukan faktor/tema
baru yaitu investor funding sebagai hal krusial yang membantu mereka untuk
bertahan. Berikut adalah penjelasan lebih detail untuk masing masing faktor
tersebut.
1. Competitive Intelligence
Secara umum terdapat empat kode utama yang
diidentifikasi terkait faktor competitive intelligence terhadap strategi untuk
bertahan di saat krisis pandemi, yaitu: 1. Melakukan pencarian informasi
mengenai pesaing; 2. Menggunakan berbagai media untuk mendapatkan informasi; 3.
Informasi dari berbagai industri; 4. Menggunakan informasi untuk perumusan
strategi perusahaan;
a) Melakukan pencarian informasi
mengenai pesaing
Besthostels Indonesia memiliki sub-divisi sendiri untuk
penggalian informasi mengenai pesaing dan juga industri bisnis secara luas.
Mereka yang ada pada sub divisi ini memang memiliki job-desc untuk memberikan
laporan mingguan mengenai aktivitas yang dilakukan oleh pesaing utama mereka,
yang sedang terjadi di pasar dan juga bagaimana kebijakan dari pemerintah.
Selain ada 1 kelompok yang melakukan job-desc tersebut, team dari marketing
juga biasanya ikut membantu dalam pemberian data mengenai pasar dan pesaing
utama. Kebanyakan dari informasi yang dikumpulkan adalah data mengenai
aktivitas pesaing dan juga aktivtias yang dilakukan platform digital lain di
sektor yang berbeda. Sebagaimana dinyatakan M1 �"berbagai informasi
tentang platform digital sangat penting bagi kita" (M1). Selain melihat
aktivitas dari platform digital, besthostels indonesia juga sering melihat apa
yang sedang tren di sektor industri pariwisata maupun sektor industri lain nya.
Manajemen melihat apabila strategi dan konten mereka sesuai dengan tren yang
ada saat ini, akan membuat strategi mereka lebih efektif. Seperti dinyatakan
oleh M2 �" biasanya ngeliat sih apa tren yang lagi trending di industri
saat ini," (M2). Dalam penentuan harga akomodasi hostel nya besthostels
Indonesia juga sering melakukan perbandingan dengan platform booking hostel
internasional yaitu hostelworld. Walaupun cakupan pasar besthostels Indonesia
tidak sebesar hostelworld yang ada diseluruh dunia, tapi penentuan harga dan
langkah promosi yang dilakukan hostelworld masuk dalam pertimbangan perumusan
strategi besthostels Indonesia. Seperti dinyatakan M1: �kita kalo mau listing
harga pasti lihat dulu deh berapa harga yang dirilis sama hostel world� untuk akomodasi tersebut� (M1).
b) Menggunakan berbagai media untuk
mendapatkan informasi
Banyak media yang digunakan oleh manajemen besthostels
Indonesia untuk mendapatkan informasi mengenai pesaing utama dan tren yang
sedang terjadi. Salah satu yang digunakan adalah penggunaan media digital
seperti media sosial, website, dan juga aplikasi dari platform pesaing nya.
Penggunaan media online seperti media sosial menurut mereka adalah cara yang
paling sering dilakukan karena informasi didapatkan bisa secara real time dan
juga penggunaan nya mudah karena melalui smartphone. Tapi cara efektif lain nya
adalah penggunaan website seperti similarweb yang menyajikan data yang lengkap
dimulai dari aktivitas yang dilakukan pengguna, segmentasi konsumen, hingga
konten apa saja yang paling banyak di klik di website dan juga di aplikasi
platform pesaing. Seperti dinyatakan M1: � "biasanya kita melihat
informasi mengenai mereka� via website
yang nama nya similarweb.com dan juga feed media sosial mereka�(M1).
Selain penggunaan media digital untuk mendapatkan
informasi mengenai pesaing dan juga industri, besthostels Indonesia juga sering
melakukan pengumpulan informasi secara langsung. Acara seribu startup yang di
inisiasi oleh pemerintah setiap tahun nya adalah ajang yang dinantikan oleh
besthostels indonesia untuk mengumpulkan informasi secara langsung dari startup
lain nya. Selain acara seribu startup dari pemerintah, sering kali platform
besar seperti traveloka dan gojek mengadakan kegiatan sharing season dengan
startup yang baru berdiri, di kesempatan inilah besthostels Indonesia
mengumpulkan informasi melalui ngobrol dengan karyawan platform lain. Seperti
dinyatakan M2: �tapi yang lebih efektif biasanya team kita dari marketing ikut
datang ke setiap acara yang dilakukan oleh OTA dan platform digital sih untuk
ngobrol dan sharing perihal informasi yang kita dan mereka punya� (M2).
c) Informasi dari berbagai industri
Penggunaan informasi sangatlah penting bagi ke
berhasilan strategi perusahaan. Informasi mengenai pesaing dan juga sektor
industri yang besthostels Indonesia tempati memberikan gambaran penting
bagaimana posisi perusahaan. Akan tetapi mengumpulkan informasi hanya dari
pesaing dan sektor bisnis yang ditempati belum cukup, karena persaingan bukan
hanya datang dari perusahaan yang memiliki produk/jasa sejenis tapi juga dari
perusahaan di sektor industri yang berbeda. Di era digitalisasi seperti sekarang,
kemampuan untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh adalah hal krusial bagi
keberlangsungan perusahaan. Banyak tren bisnis�
yang terjadi belakangan ini dapat secara luas diterapkan walaupun sektor
bisnisnya berbeda. Seperti dinyatakan oleh M2:� "bukan dari pariwisata aja
tapi sampai fintech dan e-commerce
kita gali trus informasi nya"(M2). Hal tersebut juga didukung dari
pernyataan M1:� "tapi industri digital lain seperti gojek dan tokopedia
menyuguhkan data yang tidak kalah penting"(M1). Menggunakan
informasi untuk perumusan strategi perusahaan.
Setelah berbagai informasi mengenai pesaing sektor
bisnis yang ditempati dan juga tren yang sedang terjadi, berikutnya informasi
tersebut digunakan dalam perumusan strategi besthostels Indonesia. Dalam hal
ini informasi di analisa secara mendalam oleh tim business development dari besthostels Indonesia untuk
melihat informasi dan tren apa saja yang penting bagi perusahan kedepannya. Hal
tersebut di rangkum menjadi beberapa ide yang akan dijadikan pertimbangan dalam
rapat perumusan strategi besthostels Indonesia. Salah satu yang sering
digunakan besthostels Indonesia adalah informasi mengenai flow dari website pesaing
dan juga platform digital lain nya.
Seperti dinyatakan oleh M1 �kita coba modifkasi dan mengaplikasikan flownya di website dan apps yang
kita punya�(M1). Selain itu informasi yang di dapatkan juga digunakan untuk
menentukan seberapa besar budget yang akan digunakan untuk iklan di kanal
digital seperti facebook ads dan google adsense. Seperti dinyatakan oleh
M2: � dari informasi yang di summary
tersebut, kita bisa tahu� seberapa besar
budget yang akan kita keluarkan di digital ads"(M2).
2.
Marketing 4.0
Saat ini perusahaan tidak bisa lagi melakukan pemasaran
secara satu arah, yaitu dari perusahaan ke konsumen saja akan tapi juga harus
membuat interaksi dengan konsumen. Dalam marketing 4.0 istilah ini disebut
sebagai co-creation atau memberikan ruang kreasi bagi konsumen untuk menanggapi
aktivitas perusahaan secara langsung. Besthostels Indonesia sebagai platform
digital juga mengusung co-creation dalam pembuatan konten nya di media sosial.
Salah satu contoh nya adalah pemberian give away menginap gratis di hostel
terbaik bagi para followers nya di Instagram dan juga facebook dengan cara
menjawab quiz yang diberikan. Seperti dinyatakan oleh M1: "di Instagram
dan facebook kita buat quiz� dan 20 orang
yang jawab benar dapet hadiah untuk menginap di hostel secara
gratis"(M1).� Ternyata hal ini di
konfirmasi dua narasumber yaitu P1 yang menyatakan: "bulan lalu� kita�
menjadi salah satu� yang terpilih
menjadi hostel dalam giveaway nya , semua nya ditanggung oleh team mereka
"(P1) dan juga K1: "aku menang giveaway
nginep di Gypsymoon canggu karena benar jawab quiz nyaaa " (K1).
Banyak media yang dapat digunakan perusahaan dalam
melakukan aktivitas promosi. Dahulu televisi, billboard dan juga brosur menjadi media promosi yang paling efektif
karena dapat menjangkau masyarakat secara luas, di marketing 4.0 hal ini
dikatakan sebagai saluran offline.
Akan tetapi beberapa saat lalu muncul media sosial yang lebih sering digunakan
oleh masyarakat. Masing masing media sosial seperti facebook dan google
memiliki tools iklan nya sendiri, seperti facebook
ads dan google adwords. Iklan di
media sosial memiliki kelebihan daripada iklan di televisi karena bisa di
personalisasi target konsumen nya mulai dari umur, aktivtias di media sosial,
dan kegemaran.
Dalam marketing 4.0 peran antara saluran offline dan
online sangat penting untuk di padukan, istilahnya adalah omni channel marketing.
Sebagai platform digital ternyata besthostels Indonesia juga melakukan omni
channel marketing. Seperti dinyatakan M1:� "platform online nya kita pakai
kebanyakan media sosial, untuk offline kita kasi brosur yang isi nya QR Code
yang kalo di scan langsung menuju website nawarin hostel terbaik
kita"(M1). Walaupun fokus utama mereka adalah channel online yaitu melalui
media sosial seperti yang dinyatakan oleh P1: "kebanyakan saya lihat sih
emang mereka fokus nya di dunia online" (P1). Pernyataan tersebut didukung
penjelasan serupa oleh tiga partisipan lain nya (P2, K1 dan K2).
Elemen ketiga dari marketing mix yaitu palace sudah
berubah menjadi aktivitas komunal dalam marketing 4.0. Saluran distrbusi pada
marketing mix ini yang berperan menghantarkan produk ataupun jasa kepada
konsumen. Praktik channeling di dunia yang serba horizontal berubah dari place
menjadi komunal, dimana bukan hanya menyediakan touch point antara konsumen dan
perusahaan tetapi juga memberikan kemudahan akses dan juga pengalaman yang
berbeda terhadap konsumen, mau itu secara online ataupun offline. Besthostels
Indonesia sendiri mengakui bahwa nilai lebih yang mereka tawarkan dibanding
platform lain adalah mengadakan aktivitas komunal seperti acara gathering dan
juga workshop untuk para pengguna hostel. Seperti dinyatakan oleh K1: �
"sempat sih ikut event mereka yang BBQ an dan juga coffee season
nya" (K1). Yang juga di konfirmasi oleh P1 : �"pernah waktu itu di
undang sama team mereka untuk menghadiri acara talkshow� di salah satu hostel" (P1).
Teknologi informasi seperti media sosial memungkinkan
ruang komunikasi dua arah antara konsumen dengan konsumen ataupun konsumen ke
perusahaan. Hal ini membuat konsumen mampu untuk berinteraksi, kolaborasi dan
juga berpartisipasi di setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
Besthostels Indonesia juga memanfaatkan kanal online nya seperti di Instagram
dan juga facebook dengan melakukan survey mengenai keinginan konsumen, dan juga
ekspriental marketing. Seperti dinyatakan oleh K1: "seringan sih liat
mereka ngadain tanya jawab di ig live sama followers mereka" (K1). Selain
itu penggunaan fitur review pada platform besthostels Indonesia juga
memungkinkan konsumen memberikan komentar secara jujur dan juga berinteraksi
langsung dengan konsumen besthostels Indonesia lain nya. Seperti dinyatakan
oleh M1 :� "dengan adanya fitur review dan rating pada website, mereka
bisa memberikan pengalaman nya dengan orang lain" (M1). Pernyataan
tersebut didukung penjelasan serupa oleh 4 partisipan lain nya (M2,P1,P2 dan
K2).
3.
Citizen 4.0
Karena minim nya pengalaman, anak muda (youth) senang mencoba sesuatu yang
baru. Lihat saja ketika produk seperti smartphone dan makanan baru pasti anak
muda yang akan mencoba nya terlebih dahulu. Maka dari itu banyak perusahaan
seperti apple dan google memfokuskan aktivitas promosi mereka kepada anak muda.
Setelah anak muda terbiasa menggunakan hal baru tersebut dan menjadi tren, baru
generasi di atas nya ikut mencoba hal baru tersebut. Besthostels Indonesia
sebagai platform yang ingin menawarkan pengalaman berbeda ketika berwisata
dengan hostel nya pun memiliki konsumen yang mayoritas adalah anak muda.
Seperti dinyatakan oleh M2 : "milenials nih, mereka sangat senang dengan
sesuatu yang� belum pernah dirasakan oleh
orang lain� (M2) yang juga didukung oleh pernyataan dari K1: "mereka yang
nginep disaana rata rata anak muda backpackersan atau anak muda yang kerja nya
digital" (K1).
Selain menyajikan pengalaman berwisata yang berbeda
seperti aktivitas bercengkrama dengan tamu lain dan aktivitas komunal, hostel
juga terkenal karena menawarkan akomodasi yang terjangkau. Dengan model bunk
bed yang merupakan jenis tempat tidur di mana satu bingkai tempat tidur
ditumpuk di atas yang lain. Hal ini memungkinkan dua atau lebih tempat tidur untuk
menempati ruang yang biasanya hanya dibutuhkan oleh satu tempat tidur seperti
hotel. Kebanyakan hostel yang ada menyediakan 6-12 tempat tidur di setiap
ruangan nya, sehingga membuat harga nya terjangkau. Seperti pernyataan dari K2:
�menurutku dengan harga 80 sampe 150 emang murah banget sih�(K2). Partisipan K1
lebih jauh menjelaskan bahwa harga hostel sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
hotel bintang 2, akan tetapi experience yang diberikan hotel lebih lengkap,
��bisa dikatakan affordable lah ya karena kan range harga nya mirip juga sama
hotel melati, tapi emang sih hostel lebih banyak kegiatan nya'' (K1).
Bukan hanya karena akomodasi nya terjangkau anak muda
memilih untuk menginap di hostel. Media sosial seperti Instagram menyajikan
banyak individu yang mendokumentasikan kegiatan nya di tempat yang indah di
berbagai dunia, dan menunjukan bahwa pengalaman berlibur di tempat baru membuat
individu terlihat menarik di mata teman dan followers nya. Bukan hanya
pengalaman selama liburan yang menarik anak muda, sebagai generasi yang
memiliki informasi berlimpah di internet membuat mereka senang memiliki teman
dari negara yang berbeda. Seperti dinyatakan oleh K1: "seneng aja gitu
kalo ketemu orang dari negara yang berbeda jadi bisa tau budaya nya " (K1).
4.
Investor Funding
Pada saat wawancara dan juga analisis data dalam
penelitian ini menemukan sebuah faktor baru yang membuat besthostels Indonesia
dapat bertahan dan melakukan ekspansi di saat banyak platorm travel lain
mengalami kemunduran. Faktor tersebut adalah pendanaan dari investor atau
investor funding. Mendapatkan suntikan dana dari Angel Investor sebesar 30
milyar rupiah pada tahun 2020 lalu membuat besthostels Indonesia dapat terus
melakukan ekspansi keseluruh daerah yang ada di Indonesia. Dana itu digunakan
untuk menganalisa pasar dengan CI, membuat konten digital yang menarik, hingga
merekrut puluhan karyawan profesional untuk mengembangkan platform besthostels
Indonesia. Seperti dinyatakan oleh M1: "pendanaan investor itu ibarat
darah, tanpa itu semua strategi yang kita buat gak akan bisa jalan" (M1).
Pendanaan dari investor tersebut di dapatkan
besthsostels Indonesia karena analisis pasar yang dilakukan manajemen
mendapatkan data bahwa jumlah backpackers dan digital nomad akan terus membesar
hingga sepuluh tahun mendatang. Walaupun saat ini sedang terjadi krisis
pandemi, banyak investor yang percaya bahwa tren digital nomad dan juga
backpacker akan kembali tumbuh setelah vaksinasi covid 19 secara massal di
lakukan di seluruh dunia. Seperti dinyatakan M2: "mereka ngeliat prospek
hostel itu cerah abis pandemi ini, apalagi melihat trend work from everywhere yang terjadi
belakangan ini" (M2).
B.
Pembahasan
Penelitian ini mengindikasikan bahwa competitive intelligence menjadi salah
satu faktor penting yang membuat besthostels Indonesia dapat bertahan di saat
krisis pandemi. Dari penjelasan yang dijabarkan oleh Chief Executive Officer dan juga Chief Marketing Officer besthostels Indonesia, terdapat 4 aktivitas
CI yang dilakukan di besthostels Indonesia. Sebagai platform yang menawarkan
akomodasi hostel dan pariwisata, besthostels Indonesia memiliki banyak sekali
pesaing dari platform pariwisata lain
nya. Di besthostels Indonesia mereka memiliki sub divisi khusus yang
mengumpulkan informasi mengenai pesaing, tren yang sedang terjadi dan juga
kebijakan pemerintah. Dalam menentukan harga setiap hostel nya besthostels
indonesia selalu membandingkan nya dengan platform
hostelworld, untuk memberikan harga yang bersaing kepada konsumen. Maka dari
itu aktivitas CI pertama yang mereka lakukan adalah melakukan pencarian
informasi secara berkala mengenai pesaing.
Berbagai media digunakan oleh manajemen besthostels
Indonesia untuk mengumpulkan informasi mengenai pesaing dan tren yang terjadi.
Media yang paling sering digunakan besthostels Indonesia adalah media digital
seperti media sosial, karena menyajikan data secara realtime. Selain itu
penggunaan website seperti similarweb juga efektif untuk memantau pesaing dan
juga platform digital lainnya. Website ini memberikan data aktivitas pengguna
yang lengkap dari platform pesaing besthostels indonesia, dimulai dari
aktivitas di lakukan di website, segmentasi konsumen, hingga konten apa saja
yang paling banyak di klik di website tersebut.
Akan tetapi cara mengumpulkan informasi yang menurut
besthostels indonesia paling efektif adalah dengan menghadiri sharing season yang di adakan oleh pemerintah seperti acara seribu startup
ataupun sharing season yang di adakan platform digital lain. Mereka bisa
mengumpulkan informasi secara langsung melalui obrolan dengan karyawan dan juga
founder dari startup lain nya.
Temuan dalam penelitian ini mengidikasikan bahwa
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh dari pesaing
dan juga industri lain adalah hal krusial bagi keberlangsungan perusahaan.
Kebanyakan tren yang terjadi belakangan ini dapat secara luas diterapkan di
industri berbeda. Maka dari itu besthostels Indonesia melakukan pencarian
informasi dari financial technology
sampai dengan e-commerce, agar mereka
mendapatkan informasi yang menyeluruh. Hal ini senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh (de Almeida et al., 2016) yang menjelaskan
bahwa kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungan nya menjadi prediksi utama
bagi keberhasilan kinerja organisasi, dan pemindaian lingkungan secara
menyeluruh adalah cara paling efektif untuk mencapai nya.
Setelah semua informasi tersebut dikumpulkan, langkah
selanjut nya analisa yang dilakukan oleh sub divisi khusus yang dimiliki
besthostels Indonesia. Informasi nya di analisa secara mendalam untuk melihat
informasi dan tren apa saja yang penting bagi perusahaan kedepan nya. Hal tersebut
dijadikan rangkuman beberapa ide yang akan di presentasikan dan dijadikan
pertimbangan dalam rapat perumusan strategi besthostels Indonesia.
Penelitian ini menguatkan dua penelitian sebelum nya
yang dilakukan oleh (Ali K�seoglu et al., 2016) yang
mengindikasikan bahwa dengan melakukan langkah langkah CI seperti menganalisa
kompetitor, melihat lingkungan bisnis dan juga menyesuikan harga dengan pasar
membuat perusahaan lebih mampu menerapkan strategi yang efektif. Dengan menerapkan
strategi yang efektif menyebabkan perusahaan memiliki tingkat kinerja yang
lebih baik, seperti yang dilakukan oleh besthostels Indonesia pada saat krisis
pandemi.
Saat ini perusahaan dituntut untuk bisa membuat
interaksi dengan konsumen, bukan lagi melakukan pemasaran secara satu arah
seperti dahulu. Co-creation adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan ruang kreasi dan interaksi bagi
konsumen untuk menanggapi aktivitas perusahaan. Besthostels Indonesia
menggunakan pendekatan quiz dan giveaway untuk melakukan interaksi dengan para
konsumen dan followers nya di media sosial. 20 orang yang beruntung menjawab
quiz dengan benar mendapatkan voucher gratis menginap di hostel terbaik di
seluruh indonesia yang ada di platform besthostels Indonesia. Semua biaya dari giveaway besthostels Indonesia itu di
tanggung penuh oleh pihak manajemen.
Untuk melakukan aktivtias pemasaran nya besthostels
Indonesia memfokuskan diri menggunakan pendekatan media sosial. Penggunaan ads
di media sosial seperti facebook ads
dan google adwords adalah aktivitas
pemasaran utama yang dilakukan oleh besthostels Indonesia, karena mereka
mengincar milenials yang memang lebih banyak menghabiskan waktu nya di media
sosial. Akan tetapi cara offline seperti pembagian brosur tetap dilakukan
besthostels Indonesia ketika sedang menghadiri acara sharing season ataupun gathering.
Tapi dalam brosur tersebut ada sebuah QR Code yang
apabila di scan akan langsung terbuka website besthostels Indonesia beserta
pilihan hostel terbaik nya. Ini dilakukan besthostels Indonesia untuk
memberikan lebih banyak media yang dapat di akses oleh calon konsumen. Temuan
penelitian menguatkan penelitian sebelum nya yang mengindikasikan bahwa
pemanfaatan strategi digital membuat pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
lebih optimal. Dan hal ini meningkatkan keputusan pembelian konsumen terhadap
perusahaan (Lugra Agusta Pranawa & Abiyasa, 2019).
Praktik channeling
di dunia yang serba horizontal berubah dari place kearah aktivtias komunal,
dimana bukan hanya menyediakan touch point antara konsumen dan perusahaan
tetapi juga memberikan kemudahan akses konsumen terhadap perusahaan, mau itu
secara online ataupun offline. Aktivitas komunal yang dilakukan besthostels
Indonesia adalah dengan cara mengadakan acara gathering dan juga workshop untuk
para pengguna hostel. Hal ini senada dengan buku marketing 4.0 (Kotler et al, ,
2017) yang mengindikasikan bahwa aktivitas komunal menyebabkan interaksi yang
lebih dalam antara perusahaan dengan konsumen.
Selanjut nya temuan penelitian ini juga mengindikasikan
bahwa perkembangan teknologi informasi memungkinkan ruang komunikasi dua arah
antara konsumen dengan konsumen menggunakan media sosial. Konsumen mampu untuk
berinteraksi, kolaborasi dan juga ikut berpartisipasi di setiap aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan. Besthostels Indonesia menggunakan Instagram dan facebook
untuk melakukan experiental marketing.
Cara yang besthostels indonesia lakukan adalah dengan mangadakan Quest and Answer dalam Instagram live
setiap minggunya. Selain itu fitur review dan rating yang ada pada website
besthostels Indonesia memberikan ruang bagi konsumen untuk membagikan
pengalaman menginap di hostel dan juga memberikan komentar mengenai pengalaman
konsumen lain nya.
hal ini mendukung
penelitian yang dilakukan
oleh (Othman et al., 2019).
Besthostelsl Indonesia sebagai platform yang menawarkan
pengalaman berbeda ketika berwisata dengan menginap di hostel memiliki konsumen
yang mayoritas adalah anak muda. Minim nya pengalaman anak muda membuat mereka
senang mencoba sesuatu yang baru. Anak muda ini tertarik karena hostel
menyajikan pengalaman berwisata yang berbeda seperti aktivitas bercengkrama
dengan tamu lain dan aktivitas komunal dengan harga yang terjangkau. Dengan model
bunkbed biasanya hostel yang ada di platform besthostels Indonesia itu
menyediakan 6-12 tempat tidur di setiap ruangan nya, sehingga membuat harga nya
terjangkau.
Dimulai dari 80 sampai 200 ribu rupiah anak muda sudah
dapat menginap, snack gratis, kolam renang dan juga aktivitas komunal dengan
tamu dari negara berbeda. Walaupun menurut beberapa partisipan harga nya itu
sama saja dengan hotel kelas melati, tapi kegiatan dan juga pengalaman yang
diberikan hostel jauh lebih banyak. Salah satu pengalaman itu berupa berkenalan
dan berkomunikasi dengan individu dari negara yang berbeda. Karena kebanyakan
yang menggunakan hostel itu masih orang dari luar negeri, banyak anak muda yang
tertarik datang ke hostel untuk memiliki teman baru dari negara yang berbeda.
Salah satu faktor penting yang membuat besthostels
Indonesia mampu bertahan dan melakukan ekpansi di saat banyak platform travel
dan digital lain mengalami kemunduran adalah faktor pendanaan atau investor
funding. Dana sebesar 30miliyar rupiah di dapatkan besthostels Indonesia pada
tahun 2020 lalu dari angel investor untuk melakukan ekspansi keseluruh
Indonesia, menganalisa pasar dengan CI, membuat konten digital dan juga
merekrut puluhan professional. Walaupun saat ini sedang terjadi krisis pandemi,
investor dari besthostels Indonesia sendiri percaya bahwa tren backpackers dan
digital nomad akan mengalami pertumbuhan kembali setelah vaksinasi terlaksana. Chief Executive Officer besthostels
Indonesia selanjutnya menyebut bahwa pendanaan investor itu seperti darah yang
membuat semua aktivitas perusahaan nya dapat terlaksana. Penelitian ini
menguatkan penelitian sebelum nya yang dilakukan oleh (Garg & Shivam, 2017) yang
mengindikasikan bahwa nya peran pendanaan dari investor untuk keberlangsung
usaha dan kemajuan dari sebuah startup sangatlah krusial.
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa strategi agar perusahaan
rintisan dapat bertahan disaat terjadi krisis dipengaruhi oleh 4 faktor utama,
yaitu : (1) Competitive Intelligence, yang diterapkan oleh perusahaan dengan
cara melakukan pencarian informasi mengenai pesaing hingga penggunaan informasi
tersebut dalam strategi perusahaan;(2) Marketing 4.0, berupa penggunaan omni
channel marketing, co creation, aktivitas komunal dan
experiental marketing; (3) penggunaan Citizen 4.0 untuk mendapatkan target
konsumen yang relevan dengan perusahaan; (4) peran krusial dari pendanaan
investor agar perusahaan dapat melakukan semua strategi yang dirancang, dan
juga bertahan di saat banyak perusahaan rintisan lain nya yang mengalami
penurunan di saat krisis pandemi terjadi.
Penelitian ini memiliki implikasi bagi para pebisnis maupun
individu yang berniat untuk mendirikan sebuah perusahaan rintisan. Faktor
faktor yang menentukan keberhasilan sebuah perusahaan rintisan perlu di pahami
dengan baik, mengingat peran signifikan nya competitive intelligence, marketing
4.0, citizen 4.0 dan juga investor funding bagi keberhasilan perusahaan
rintisan dalam penelitian ini.
Penelitian ini merekomendasikan penerapan strategi Competitive Intelligence yang dilakukan
secara online dan juga offline dalam mengumpulkan informasi
secara menyeluruh. Informasi mengenai pesaing dan juga sektor industri
memberikan gambaran penting bagaimana posisi sebuah perusahaan. Akan tetapi
mengumpulkan informasi hanya dari pesaing dan sektor bisnis yang ditempati
tentu nya belum cukup, karena persaingan bukan hanya datang dari perusahaan
yang memiliki produk/jasa sejenis tapi juga dari perusahaan di sektor industri
yang berbeda. Di era digitalisasi, kemampuan untuk mendapatkan informasi secara
menyeluruh adalah hal krusial bagi keberhasilan sebuah perusahaan.
Penelitian ini telah berupaya melakukan eksplorasi mendalam
atas faktor faktor yang membuat sebuah perusahaan rintisan dapat bertahan di
saat krisis pandemi terjadi dengan mewawancarai Chief Executive Officer dan juga Chief Marketing Officer dari besthostels Indonesia. Untuk
memberikan informasi yang menyeluruh dengan triangulasi sumber, penelitian ini
juga mewawancarai dua pemilik hostel yang mendaftarkan property nya di platform besthostels Indonesia serta dua konsumen
yang sudah melakukan reservasi lebih dari dua kali di platform besthostels Indonesia.
Akan tetapi, karena penelitian ini hanya berfokus pada
strategi yeng dilakukan oleh besthostels Indonesia, temuan penelitian ini
mungkin saja kurang relevan untuk konteks perusahahaan yang lebih besar. Dengan
demikian, untuk menyempurnakan temuan penelitian ini, penelitian berikutnya
dapat dilakukan pada konteks perusahaan yang berbeda di daerah yang memiliki
karakteristik berbeda dari Bali. Agar dapat di generalisasi, penelitian
berikutnya dapat melakukan pengujian model melalui metode kuantitatif dengan
penyebaran kuesioner yang melibatkan responed
yang luas.
Agung, N. F. A., & Darma, G. S. (2019). Opportunities and
Challenges of Instagram Algorithm in Improving Competitive Advantage. International
Journal of Innovative Science and Research Technology, 4(1),
743�747. Google Scholar
Ali K�seoglu, M., Ross, G., & Okumus, F. (2016).
Competitive intelligence practices in hotels. International Journal of
Hospitality Management, 53, 161�172.
https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2015.11.002 Google Scholar
Andriani, S.Si, Apt, M.Sc, Ph.D, H. (2020). Effectiveness of
Large-Scale Social Restrictions (PSBB) toward the New Normal Era during
COVID-19 Outbreak: a Mini Policy Review. Journal of Indonesian Health Policy
and Administration, 5(2), 61�65.
https://doi.org/10.7454/ihpa.v5i2.4001 Google Scholar
De Almeida, F. C., Lesca, H., & Canton, A. W. P. (2016a).
Intrinsic motivation for knowledge sharing�competitive intelligence process in
a telecom company. Journal of Knowledge Management. Google Scholar
De Almeida, F. C., Lesca, H., & Canton, A. W. P. (2016b).
Intrinsic motivation for knowledge sharing � competitive intelligence process
in a telecom company. Journal of Knowledge Management, 20(6),
1282�1301. https://doi.org/10.1108/JKM-02-2016-0083 Google Scholar
Dewi; Darma. (2019). The Role of Marketing & Competitive
Intelligence In Industrial Revolution 4.0. Manajemen Dan Bisnis, 16(1),
1�12. http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister manajemen/http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/
Google Scholar
Garg, A., & Shivam, A. K. (2017). Funding to growing
start-ups. Research Journal of Social Sciences, 10(2), 22�31. Google Scholar
Geng, R., Wang, S., Chen, X., Song, D., & Yu, J. (2020).
Content marketing in e-commerce platforms in the internet celebrity economy. Industrial
Management and Data Systems, 120(3), 464�485.
https://doi.org/10.1108/IMDS-05-2019-0270 Google Scholar
Godovykh, M., & Tasci, A. D. A. (2020). Customer experience
in tourism: A review of definitions, components, and measurements. Tourism
Management Perspectives, 35(May 2019), 100694.
https://doi.org/10.1016/j.tmp.2020.100694 Google Scholar
Kim, R. Y. (2020). The Impact of COVID-19 on Consumers:
Preparing for Digital Sales. IEEE Engineering Management Review, 48(3),
212�218. https://doi.org/10.1109/EMR.2020.2990115 Google Scholar
Lugra Agusta Pranawa, I. P., & Abiyasa, A. P. (2019).
Digital Marketing dan Hedonisme Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian. Jurnal
Manajemen Bisnis, 16(4), 58. https://doi.org/10.38043/jmb.v16i4.2250
Google Scholar
Maritz, R., & du Toit, A. (2018). The practice turn
within strategy: Competitive intelligence as integrating practice. South
African Journal of Economic and Management Sciences, 21(1), 1�14.
https://doi.org/10.4102/sajems.v21i1.2059 Google Scholar
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Salda�a, J. (2018). Qualitative
data analysis: A methods sourcebook. Sage publications. Google Scholar
Othman, B. A., Harun, A., Rashid, W. N., Nazeer, S., Kassim, A. W.
M., & Kadhim, K. G. (2019). The influences of service marketing mix on
customer loyalty towards umrah travel agents: Evidence from Malaysia. Management
Science Letters, 9(6), 865�876.
https://doi.org/10.5267/j.msl.2019.3.002 Google Scholar
Seyyedamiri, N., & Tajrobehkar, L. (2019). Social content
marketing, social media and product development process effectiveness in
high-tech companies. International Journal of Emerging Markets.
https://doi.org/10.1108/IJOEM-06-2018-0323 Google Scholar
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Administrasi, Bandung:
Alpabeta (Vol. 10). Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank
Indonesia.
Swari, D. A. K. B. A., & Darma, G. S. (2019). Kepercayaan
Lintas Generasi Dalam Penggunaan Social Media dan Electronic Word of Mouth. Jurnal
Manajemen Bisnis, 16(4), 145�161. Google Scholar
Turgut, Z., Aydin, G. Z. G., & Sertbas, A. (2016). Indoor
localization techniques for smart building environment. Procedia Computer
Science, 83, 1176�1181. Google Scholar
Copyright holder: Komang Gita
Krishna Murti dan Gede Sri Darma
(2021) |
First
publication right: Journal Syntax Literate |
This article is
licensed under: |