Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 5, Mei 2021
ANALISIS SETSUZOKUJOSHI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
Amelia G.Y Sompotan
Universitas Negeri Manado,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
This study aims to find the similarities
and differences between the three setsuzokujoshi in
terms of usage, sentence structure and level of politeness in Japanese. The
methodology used is the literature method, where the authors collect various
definitions and explanations of the functions and sentence structures of setsuzokujoshi te, kara and node. In this descriptive study, the authors
collected data from the textbook Minna No Nihongo I and II. From the three
books, they tried to describe what functions were obtained from the results of
the analysis of the example sentences found, then made conclusions on the data
that had been analyzed. This study reveals that the function of kara (50%) is often used for reasons that indicate a strong
will, such as orders, the basis for providing advice on other things. Based on
the results of data analysis, it can be concluded that setsuzokujoshi
has various meanings and functions. Kara is subjective,
therefore it can be linked with sentences that express personal thoughts. The kara function is often used for reasons that indicate
strong will, such as commands, as well as in providing advice on other matters.
Setsuzokujoshi kara is
heavily influenced by the speaker's personal thoughts or judgments so it is
said that kara is subjective in conveying reasons.
Whereas the particles de and Setsuzokujoshi Node are used
to express the causes of events or situations that are objective without being
influenced by personal opinions or views, nodes are objective, cannot be used
in conjunction with sentences in the form of personal decisions or wishes.
Keywords: �cause and effect; setsuzokujoshi;
kara; node
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk
mencari persamaan dan perbedaan ketiga setsuzokujoshi tersebut dari segi penggunaan,
struktur kalimat dan tingkat kesopanan dalam berbahasa Jepang. Metodologi yang
digunakan yaitu metode kepustakaan, dimana penulis mengumpulkan berbagai
definisi dan penjelasan mengenai fungsi dan struktur kalimat dari setsuzokujoshi te, kara dan node. Dalam penelitian deskriptif ini
penulis mengumpulkan data dari buku ajar Minna No Nihongo I dan II Dari ketiga
buku tersebut mencoba menggambarkan apa saja fungsi yang didapat dari hasil
analisis contoh kalimat yang ditemukan, kemudian membuat kesimpulan atas data
yang sudah dianalisis. Penelitian ini mengungkapkan bahwa fungsi kara
(50%)
sering digunakan dalam alasan yang menunjukkan kemauan yang kuat seperti
perintah, dasar dalam memberikan saran terhadap hal lain. Berdasarkan hasil
analisis data, dapat disimpulkan bahwa setsuzokujoshi memiliki makna dan fungsi yang
beragam. Kara bersifat subjektif, oleh karena itu dapat
disambungkan dengan kalimat yang mengungkapkan pemikiran pribadi. fungsi kara sering digunakan dalam alasan yang
menunjukkan
kemauan yang kuat seperti perintah, juga�
dalam memberikan saran terhadap hal lain. Setsuzokujoshi kara banyak dipengaruhi oleh
pemikiran atau penilaian pribadi pembicara maka dikatakan kara bersifat subjektif dalam
menyampaikan alasan. Sedangkan partikel de dan Setsuzokujoshi Node digunakan untuk mengutarakan
sebab dari peristiwa atau situasi yang bersifat objektif tanpa dipengaruhi oleh
pendapat atau pandangan pribadi node bersifat objektif, tidak bisa digunakan bersamaan
dengan kalimat yang berupa keputusan�
atau kemauan pribadi.
Kata Kunci:
partikel; sebab akibat; setsuzokujoshi;
kara; node
Pendahuluan
Memasuki era globalisasi, Indonesia menjadi melting pot bagi masyarakat dari berbagai negara dengan latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda. Namun, masih terdapat beberapa kelemahan dari sumber daya
manusia Indonesia, terutama
penguasaan Bahasa (Munadzdzofah, 2018). Dalam kehidupan
manusia dituntut untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui bahasa. Tidak dapat dipungkiri
bahwa bahasa merupakan salah satu sarana penting untuk tujuan tersebut.
Dalam berbahasa ada bermacam-macam ungkapan yang digunakan. Berdasarkan gramatikal pembentukan kalimat, bahasa Jepang terdiri
dari meishi (nomina), doushi (verba), keiyoushi (adjektiva), jodoushi (verba bantu), joshi (kata
bantu) setsuzokushi (kata sambung),
fukushi (kata keterangan),
dan kandoushi (kata seru). Kata
bantu mempunyai peranan penting dalam kalimat.
Kata bantu atau biasa disebut dengan partikel atau joshi.
Menurut Kawashima dalam (Masrokhah,
2019) A particles
in the Japanese language follows a word to show its relationship to other words
in sentence, and/or give that word a particular meaning or nuance. Kata bantu dalam bahasa Jepang
jumlahnya jauh lebih banyak dibanding
dengan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Makna dan fungsinya yang beragam, menjadikan masalah yang sangat berarti bagi mahasiswa
dalam memahami kalimat, baik kalimat
sederhana maupun kalimat yang panjang.
Dari berbagai macam jenis joshi terdapat salah satu macam joshi yaitu setsuzokujoshi.
Hirai dalam (Sudjianto,
2004) menyatakan bahwa setsuzokujoshi adalah Joshi yang termasuk setsuzokujoshi dipakai setelah yoogen (dooshi, i-keiyoshi,
na-keiyooshi) atau setelah jodooshi untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya.
Dalam Bahasa Jepang untuk
menyatakan ungkapan sebab akibat menggunakan
berbagai macam partikel, yaitu partikel から、ので、で.
Contoh kalimat :
(1)
あぶないから きかい に さわらないでください。
abunai kara kikai
ni sawaranaide kudasai
(karena bahaya, jangan sentuh mesinnya)
(Ogawa, 2000)
(2)
目がわるいので めがね を かけています。
Me ga waruinode megane wo kaketeimasu
(karena mata rusak, saya memakai
kacamata) (Chandra, 2009)
(3)
地震 で ビルが たおれました。
jishin de biru ga
taoremashita
(karena gempa bumi, gedung besar
itu roboh) (Ogawa, 2000)
(4)
きのう びょうき で 会社 へ 行きませんでした。
kinou byouki de kaisha e ikimasendeshita
(kemarin saya tidak pergi ke
kantor karena sakit) (Sulistyawati, 2016)
Masalah yang ditemui dalam menggunakan
partikel-partikel yang mengungkapkan
sebab akibat, misalnya pada contoh kalimat berikut :
(5)
*� びょうき で 学校 を 休みたいです。
byouki de gakkou wo yasumitaidesu
(karena sakit, saya
tidak ingin masuk sekolah)�����
����������� Dari kedua
contoh di atas jika dilihat dari
bentuk dan artinya sama, tapi pada kalimat nomor (5) tidak bisa menggunakan
partikel で.
����������� Dari contoh-contoh
diatas dapat dilihat ada banyak
partikel yang digunakan untuk mengungkapkan ungkapan sebab akibat dan alasan, juga perbedaan fungsi dalam menggunakan partikel yang menyatakan ungkapan sebab akibat maupun alasan.
Karena ada banyaknya partikel yang digunakan, membuat pembelajar Bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam membuat kalimat yang menyatakan ungkapan sebab akibat dan alasan. Perbedaan fungsi partikel yang menyatakan ungkapan sebab akibat dalam
Bahasa Jepang yang akan penulis teliti dalam penelitian ini.
Teks (bunshoo) merupakan
susunan dari kalimat (bun), yang kemudian disusun� kembali menjadi sebuah alinea atau paragraf (bunsestu),
dan juga merupakan komponen� koheren
terkecil. Dalam penulisan bahasa Jepang, biasanya tidak terdapat jeda
dalam� setiap kalimatnya. Ciri khas asli dalam kalimat yang saling menempel tersebut
menjadikan konsep kata dalam bahasa Jepang menjadi agak berbeda dibandingkan
dengan kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia. Definisi kata-kata disampaikan
dengan� semantik dan struktur kalimat.
Kalimat mempunyai kata atau makna tersendiri, diikuti �oleh sufiks, dan partikel-partikel untuk
memodifikasi arti dalam kalimat tersebut dan�
mendesainnya secara grammatikal.�
Menurut (Rakian, 2020), di dalam sebuah kalimat terdapat dua macam kategori,� yaitu :�
1. Jiritsugo「自立語」� 2. Fuzokugo「付属語」
Jiritsugo「自立語」terbagi lagi menjadi :�
1. Katsuyougo「活用語」, 2. Doushi「動詞」� 3. Keiyoushi「ィ形容詞」� 4. Keiyoudoushi「形容動詞」� 5. Mukatsuyougo「無活用後」� 6. Meishi「名詞」� 7. Daimeshi「代名詞」� 8. Fukushi「福祉」� 9. Setsuzokushi「接続詞」� 10. Kandoushi「感動詞」�
Untuk kelas kata fuzokugo, hanya
terbagi ke dalam dua kelas kata, yaitu :�
1. Joshi「助詞� 2. Jodoushi「助動詞」
Berdasarkan fungsinya joshi dapat
dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai�
berikut (Hirai, 1982) :
1.
Kakujoshi
「格助詞」� Joshi yang termasuk
kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina untuk� menunjukkan hubungan antara nomina tersebut
dengan kata lainnya. Joshi� yang termasuk
kelompok ini misalnya ga, no, o, ni, e, to, yori, kara, de, dan� ya.
2.
Setsuzokujoshi「接続助詞 Joshi yang termasuk setsuzokujoshi dipakai setelah yogen
(dooshi, I keyoushi, na-keiyoushi) atau setelah jodooshi untuk melanjutkan
kata-kata� yang ada sebelumnya terhadap
kata-kata yang ada pada bagian berikutnya.�
Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya ba, to, keredomo, ga, kara,
shi,� temo(demo), te(de), nagara,
tari(dari), noni, dan node.
3.
Fukujoshi「副助詞」; Joshi yang termasuk fukujoshi dipakai setelah berbagai
macam kata. Seperti� kelas kata fukushi,
fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata berikutnya.� Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya wa,
mo, koso, sae, demo, shika,� made,
bakari, dake, hodo, kurai (gurai),
nado, nari, yara, ka, dan zutsu.
4.
Shuujoshi「終助詞」;� Pada umumnya
dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir� kalimat untuk menyatakan suatu pertanyaan,
larangan, seruan, rasa haru, dan�
sebagainya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya ka, kashira, na,
naa,� zo, tomo, yo, ne, wa, no, dan
sa.�
Pengertian
ungkapan sebab akibat menurut Ki Ageng Suryomantaram adalah suatu ungkapan yang
menyatakan suatu kelanjutan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain yang
berurutan. Peristiwa pertama yang mendahuluinya disebut sebab sedangkan
peristiwa berikutnya disebut akibat. Jadi kesimpulannya menurut Ki Ageng.
Demikian juga apabila kita melihat arti sebab akibat menurut (Roni, 2001) bahwa ungkapan sebab akibat adalah �ungkapan yang menyatakan
suatu hal, menyebabkan sesuatu yang mengakibatkan terjadinya suatu kesudahan
dari suatu kejadian, peristiwa atau perbuatan�.
Dengan
melihat pengertian-pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa ungkapan
sebab akibat adalah �suatu ungkapan yang menyatakan gabungan dua peristiwa
dimana peristiwa pertama disebut� sebab
yang menjadi alasan terjadinya peristiwa berikutnya yang disebut akibat�.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
permasalahnnya menjadi Bagaimanakah�
fungsi dan penggunaan setsuzokushi で, からdan ので dalam kalimat bahasa Jepang? Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan� fungsi dan penggunaan
setsuzokushi で, からdan ので dalam kalimat bahasa Jepang sehingga dapat meminimalisir
kesalahan penggunaan setsuzokushi で, からdan のでdalam kalimat bahasa Jepang. Adapun manfaat penelitian
secara Teoretis dapat menambah pemahaman fungsi dan penggunaan setsuzokushi で, からdan
ので� dalam kalimat bahasa
Jepang
Metode Penelitian
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya (Best,
1986). Dalam pengumpulan data peneliti
menggunakan metode simak, Metode pengumpulan data ini diberi nama Metode Simak
karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa. Istilah menyimak disini tidak hanya berkaitan dengan
penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005). Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode padan intralingual. Metode padan intralingual adalah metode
analisis� dengan cara
menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual (Mahsun,
2011).
Sumber Data dalam
penelitian ini adalah berupa kalimat ataupun klausa bahasa Jepang yang
mengungkapkan ungkapan makna sebab akibat dan alasan. Maka dari itu, dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data yaitu: (1) buku-buku bacaan,� termasuk di dalamnya novel, komik, majalah,
koran berbahasa Jepang dan buku-buku pelajaran Bahasa Jepang, (2) Internet dan
(3) Transkrip� dialog film berbahasa
Jepang.
Hasil dan Pembahasan
A. Makna dan Fungsi ungkapan で yang menyatakan ungkapan sebab
akibat.
Menurut Japan foundation dalam buku ぶんぽうじょししょもんだい 1 ada beberapa penempatan partikel で dalam kedudukan bahasa, yang
mengungkapkan ungkapan sebab akibat.
1. Ungkapan で
yang disebabkan oleh gejala alam.
さぶろ君 は インフルエンザ で 学校 を 休みました。
Saburokun wa infuruenza de gakkou wo
yasumimashita.
Saburo tidak masuk sekolah karena
influenza.�� (Chandra, 2009)
2. Ungkapan で
yang disebabkan oleh fenomena sosial/masyarakat
交通 事故 で 死にました。
Kōtsū jiko de
shinimashita.
Telah mati karena kecelakaan lalu
lintas. (Evergeen, 2019)
B. Makna dan Fungsi ungkapan から yang menyatakan ungkapan sebab
akibat.
Berikut ini beberapa contoh ungkapan
�kara� yang menyatakan ungkapan sebab akibat.
1. Diikuti ungkapan yang menyatakan
perintah :���������������������������������� ��������
時間 が ない から 急いでください。
������� jikan ga nai kara isoide kudasai
������� Karena tidak ada waktu maka
cepat-cepatlah. (Sato, Breaden, &
Funai, 2020)
2. Diikuti ungkapan yang menyatakan
ajakan :
もう 遅い から 帰りましょう。
�������� mou osoi kara kaerimashou
�������� Karena sudah larut, mari kita
pulang.�����
C. Makna dan Fungsi ungkapan ので yang menyatakan ungkapan sebab
akibat.
1. Ungkapan node dipakai setelah doshi
(kata kerja), keiyoshi (kata sifat), meishi (kata benda).
Contoh :�������
雨 が 降っている ので 子供 は 家の 中で 遊んでいます。
Ame ga fitteiru node kodomo wa ie no
naka de asondeimasu.
Karena hujan, anak-anak bermain di
dalam rumah.
日曜日な ので 遅く起きました。
Nichiyoubi na node
osoku okimashita.
Karena hari minggu saya bangun
siang.�������� ����
2. Ungkapan node dipakai pada bentuk
biasa tetapi untuk membuat��� kalimat
lebih sopan.
Contoh :�������
用事 が ある ので お先にしつれいします。
Youji ga aru node osaki ni shitsurei
shimasu.
Karena ada urusan saya permisi
duluan.�������
D. Perbedaan Partikel でdengan partikel から yang menyatakan hubungan sebab
akibat.
Menurut (Ogawa, 2000) dalam bukunya Minna No Nihongo II :
Terjemahan dan Keterangan Tata Bahasa dituliskan bahwa Kata bantu で yang menyatakan ungkapan sebab
akibat terdapat keterbatasan predikat antara partikel から dan partikel で, yaitu ungkapan yang mengandung
keinginan tidak dapat menggunakan partikel で.
Contoh :
(1) *�� 病気 で 会社 を 休みたい。
(2)��� 病気 から 会社 を 休みたい。
Pada kalimat di atas, kalimat (1)
bentuk keinginan tidak dapat menggunakan partikel で,
karena pembicara menginginkan �besok tidak masuk kantor�, karena �sakit�. Kata
�sakit; pada kalimat pertama seolah-olah disengaja oleh pembicara agar tidak
masuk kantor keesokkan harinya. Maka dari itu, melihat kedudukan kata benda
sebelum partikel で ( 病気 ) dan melihat bagian predikat yang mengikuti yaitu bentuk
keinginan maka lebih tepat menggunakan partikel から.
��Kedududkan partikel で
dalam mengungkapkan ungkapan sebab akibat lebih cenderung menunjukkan gejala
alam, keadaan kehidupan, dan fenomena sosial masyarakat.�
1. Perbedaan Partikel から dengan partikel ので yang menyatakan hubungan sebab
akibat.
Baik partikel からmaupun partikel ので memiliki arti yang sama dalam
Bahasa Indonesia.. Namun walaupun memiliki arti yang sama, di antara kedua
partikel ini terdapat beberapa perbedaan dalam pemakaiannya (Sudjianto, 2000).
Tomita Takayuki membedakan partikel
kara dan partikel node dengan pola kalimat sebagai berikut.
Sebagai contoh :
�(1)� Aさん は きょう 病気な ので 学校 を 休んでいます。
A-san
wa kyou byoukina node gakkou wo yasundeimasu.
Hari
ini sdra A tidak masuk sekolah karena sakit.
(2)� 私 は あたま が いたい から 早く 帰ろう と 思っていま。
Watashi wa atama ga itai kara hayaku
kaerou to omotteimasu.
Karena sakit kepala, saya bermaksud
cepat-cepat pulang.
Dari kalimat 1 di atas, kita dapat
mengetahui bahwa alasan adanya suatu kenyataan bahwa saudara A �tidak masuk
sekolah� dikarenakan �sakit�. Sedangkan dari kalimat ke 2, kita dapat
mengetahui alasan �watashi� yang �bermaksud akan cepat pulang� dikarenakan �sakit
kepala�. Sebab-sebab atau alasan yang ada sebelum partikel node memungkinkan
terjadinya suatu kenyataan yang berbentuk aktivitas atau keadaan yang
dikemukakan sesudah partikel node. Sedangkan bagian kalimat sebelum partikel
kara merupakan sebab-sebab atau alasan yang menyebabkan timbulnya bagian
kalimat� setelah partikel kara yang
berbentuk keinginan, kemauan, pemikiran, gagasan, pendapat atau konsep
pembicara.
Contoh kalimat :
(1) * 家 から 送って 来ました から どうぞ。
�����
Ie kara okutte kimashita kara douzo.
�����
Karena ini datang dari rumah keluarga, silahkan.
(2)��
家 から 送って 来ました ので どうぞ。
�����
Ie kara okutte kimashita node douzo.
Pada kalimat di atas ini, pembicara
menawarkan sesuatu kepada tamu yang telah dikirim dari rumah keluarga si
pembicara. Pada kalimat nomor (1) yang menggunakan kara terdengar kasar atau
tidak sopan. Menurut Seichi Makino dan Michi O Tsutsui Lebih baik menggunakan
node agar terdengan lebih sopan kepada tamu.
� から[kara] and ので [node] are used similarly, but they
are not always interchangeable. For example ので [node] sounds softer than から[kara]. ので [node] is more appropriate than から[kara] in formal sentences and
polite speech.�
� Partikel kara dan node digunakan
dengan cara yg sama..tapi tidak selalu bisa ditukarkan. Sebagai contoh node
lebih terdengar lembut dari pada kara. Partikel Node lebih cocok/sesuai untuk
dipakai pada kalimat formal dan pidato-pidato resmi dibandingkan dengan
partikel kara.� (Maynard, 2011).
Kesimpulan
Setsuzokujoshi memiliki makna dan fungsi yang beragam. Kara bersifat subjektif, oleh karena itu dapat
disambungkan dengan kalimat yang mengungkapkan pemikiran pribadi. Sedangkan partikel de dan node bersifat objektif, tidak bisa digunakan
bersamaan dengan kalimat yang berupa keputusan atau kemauan pribadi.Perbedaan
Fungsi Ungkapan ので, から、dan で yang menyatakan ungkapan Sebab Akibat.
Pertama, Ungkapan で; Kedudukan
partikel で dalam mengungkapkan ungkapan sebab akibat lebih
cenderung menunjukkan gejala alam, keadaan
kehidupan, dan fenomena sosial masyarakat. Kedua, Ungkapan から;Ungkapan yang menggunakan
partikel ini, alasan yang diberikan lebih secara subjektif,
seperti ungkapan-ungkapan
yang menyatakan bentuk pemikiran, bujukan atau saran, perintah, kemauan, dan sebagainya. Ketiga, Ungkapan ので; Pada ungkapan yang menggunakan partikel ini, alasan
yang diberikan harus tepat, berdasarkan fakta dan secara objektif dapat diterima.
Best, J. (1986). Research in Education. New Jersey: Englewood
Cliff. Prentice Hall.
Chandra, T. (2009). Nihongo No Joshi. Jakarta: Evergreen Japanese
Course. Google Scholar
Evergeen, Kursus Bahasa Jepang. (2019). Partikel DE で. Retrieved from
http://kursus-jepang-evergreen.com/index.php/partikel-bahasa-jepang/54-partikel-de
Hirai, Hidematsu. (1982). Recollections of assembling Tiselius� apparatus.
SEIBUTSU Butsuri Kagaku, 26(3), 159�161. Google Scholar
Mahsun, M. S. (2005). Metode penelitian bahasa. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Google Scholar
Mahsun, M. S. (2011). Metode penelitian bahasa: tahapan strategi,
metode dan tekniknya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Masrokhah, Yuni. (2019). Analisis Kesalahan Penggunaan Setsuzokujoshi pada
Mahasiswa Semester III Tahun Ajaran 2018/2019 Program Studi Pendidikan Bahasa
Jepang FKIP UHAMKA. Jurnal Bahasa Jepang Taiyou, 2(1), 52�67. Google Scholar
Maynard, Senko K. (2011). Tools and Resources. In Learning Japanese for
Real (pp. 328�338). University of Hawaii Press. Google Scholar
Munadzdzofah, Ofah. (2018). Pentingnya Bahasa Inggris, China, dan Jepang
Sebagai bahasa Komunikasi Bisnis di era Globalisasi. VOCATIO: Jurnal Ilmiah
Ilmu Administrasi Dan Sekretari, 1(2), 58�73. Google Scholar
Ogawa, Iwao. (2000). Minna No Nihongo I & II: Terjemahan dan
Keterangan Tata Bahasa. Tokyo: 3A Corporation. Google Scholar
Rakian, Sandra. (2020). Penggunaan
Multimedia Dalam Pembelajaran Bahasa Jepang Praktis Pada Karyawan Objek Wisata
Sumaru Endo Kecamatan Remboken. Edupreneur: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Bidang Kewirausahaan, 3(1). Google Scholar
Roni, Gunawan. K. (2001). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta.
Sato, Yuriko, Breaden, Jeremy, & Funai, Takashi. (2020). Nihongo
Gakkō: The Functions and Dysfunctions of Japanese Language Institutes in
Japan. Japanese Studies, 40(3), 333�352. Google Scholar
Sudjianto. (2000). Gramatika Bahasa Jepang Modern seri B (Kesaint
Blanc, Ed.). Jakarta.
Sudjianto, Ahmad Dahidi. (2004).
Pengantar linguistik bahasa jepang. Jakarta: Kesaint Blanc, 250. Google Scholar
Sulistyawati, Nanik. (2016). Pengaruh Profesionalisme Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Dengan Lingkungan Kerja Sebagai Variabel
Moderasi (Studi Pada Smp Negeri Se Kecamatan Boja Kabupaten Kendal). Dharma
Ekonomi, 23(43). Google Scholar
Copyright
holder: Amelia G.Y Sompotan (2021) |
First
publication right: Journal Syntax Literate |
This article
is licensed under: |