Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.
6, No. 5, Mei 2021
Sri Sunarmi dan Grace Luntungan
Universitas Negeri Manado,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstract
This study aims to shows how the role and existence of Tumatenden Dance in Airmadidi
North Minahasa. The aim is to take inventory of local cultural and artistic
works, so that with this form, the younger generation will easily demonstrate
Local Regional Dance and are motivated to be able to learn and love their own
culture, especially traditional regional dance as Local Regional dance.
Qualitative descriptive research method with the Ethno Art approach. The role
and existence, are used to describe the form of choreography by understanding
the phenomena that have become the awareness of the people of North Minahasa,
in relation to the role of the Tumatenden Dance in the midst of the society.
This approach could inspect and reveal two answers in this study. The
formulation can show the form of the choreography of the Tumatenden Dance as a
form of populist creation dance, which is performed by nine (9) female dancers,
and one male dancer, the Tumatenden dance presentation is a dance that elevates
Minahasa folk legends which tell about angels who descended into earth from
heaven to bathe in the Tumatenden spring. An interested Minahasan youth tried
to win the heart of one of these angels by stealing his wings. This made the
angel unable to return to heaven and then married the young man.,
Keywords: �tumatenden
dance; choreography; function; north minahasa
Abstrak
Tujuan penelitian
ini yaitu untuk memperlihatkan mengenai bagaimana wujud koreografi
Tari Tumatenden, serta menunjukkan Bagaimana peranan dan keberadaan Tari
Tumatenden diAirmadidi Minahasa Utara. Tujuannya menginventarisasi karya
seni-budaya lokal, Sehingga dengan�
adanya wujud tersebut maka, generasi muda akan mudah memperagakan Tari
Daerah Setempat dan terpacu untuk dapat belajar serta mencintai budaya miliknya
khususnya seni tari tradisional daerah sebagai tari Daerah Setempat. Metode
penelitian diskriptif kwalitatif dengan pendekatan, Etno Art. Peranan dan
keberadaan, dipakai untuk menggambarkan wujud koreografi dengan memahami
fenomena yang menjadi kesadaran masyarakatAirmadidi Minahasa Utara, kaitannya
dengan peranan keberadaan Tari Tumatenden ditengah-tengah masyarakatnya.
Pendekatan ini dapat melihat dan mengungkap dua jawaban dalam penelitian ini. Rumusan dapat menunjukkan wujud
koreografi Tari Tumatenden sebagai bentuk tari kreasi kerakyatan, yang
dilakukan oleh Sembilan (9) penari putri, dan satu penari laki-laki, Sajian
tari Tumatenden merupakan tari yang mengangkat cerita legenda rakyat Minahasa
yang meceritakan tentang bidadari-bidadari yang turun ke bumi dari kayangan
untuk mandi di mata air Tumatenden. Seorang pemuda Minahasa yang tertarik
berusaha untuk memikat hati salah satu bidadari tersebut dengan mencuri
sayapnya. Hal ini membuat sang bidadari tidak dapat kembali ke kayangan dan
kemudian menikah dengan pemuda tersebut..
Kata Kunci:
Tari Tumatenden; Koreografi; Fungsi;
Minahasa Utara
Pendahuluan
Kebudayaan
adalah suatu bentuk kehidupan dari sekelompok orang yang disebut masyarakat,
dan keberadaannya merupakan hasil dari proses kehidupan masyarakat sebelumnya
yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri- sendiri (Kayam, 1981).
Oleh karena itu, tiap-tiap daerah memiliki karakteristik sosial-budaya yang berbeda-beda. Budaya masing-masing daerah memberikan gambaran umum kehidupan masyarakat di tiap-tiap daerah.� Oleh karena itu, tiap-tiap
daerah memiliki karakteristik sosial-budaya yang berbeda-beda. Budaya
masing-masing daerah memberikan
gambaran umum kehidupan masyarakat di tiap-tiap daerah. Budaya atau Kultur menurut (Marzali, 2014) merupakan daya atau kapabilitas dari unsur-unsur intelektual, emosional, dan
spiritual bangsa Indonesia yang berfungsi
dalam meningkatkan harkat kemanusiaan bangsa Indonesia. Selain itu nilai nilai
budaya lokal dapt digunakan untuk menjawab berbagai tantangan yang ada sebagai wujud
nyata revitalisasi budaya lokal itu.
Bahkan tidak hanya mampu menjawab
berbagai tantangan ke depan, namun
kearifan lokal itu dapat dijadikan
sebagai perekat sekaligus memperkokoh identitas bangsa (Brata, 2016).
Seperti halnya budaya dan kesenian yang ada didaerah Airmadidi Minahasa Utara. Minahasa Utara
juga sama dengan daerah-daerah lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan daerah atau
suku etnik lainya.� Budaya agama, perilaku maupun budaya berkesenian
juga berbeda dengan budaya daerah yang lain. Namun dalam perkembangan
budaya diMinahasa Utara, kesenian, moralitas dan agama, serta perilaku pada hakekatnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.� Salah satu bagian dari kebudayaan
adalah kesenian, itulah sebabnya kesenian tidak dapat dipisahkan dari perjalanan kehidupan masyarakat Indonesia.
Kesenian adalah salah satu unsur yang menyangga kebudayaan. (Kayam, 1981). Kesenian
yang merupakan warisan turun temurun secara
berkesinambungan adalah kesenian tradisional. Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat.
Sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, karena, kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari masyarakatnya itu sendiri. Seni merupakan
sebuah fenomena kebudayaan yang selalu ada dalam kehidupan
manusia. Tidak ada kebudayaan masyarakat mana pun di dunia ini
yang di dalamnya tidak mengakomodasi kehadiran seni sebagai bagian
integral kehidupan. Hal ini
menyiratkan bahwa seni merupakan salah satu kebutuhan manusia yang bersifat universal (Triyanto, 2018). Kesenian
di Indonesia dapat di kelompokkan
menjadi beberapa bagian seperti; Seni Rupa, Seni Tari, Seni Musik, Seni
Drama, dan lain sebagainya.� Setiap daerah di Indonesia memiliki jenis kesenian masing-masing, dan
ekspresi kesenian di tiap-tiap daerah itu merupakan pencitraan
atau merupakan cerminan dari kondisi
perkembangan kebudayaan daerah tersebut.� Kesenian, pada umumnya secara tidak langsung dipakai sebagai sarana untuk pengembangan
budaya masyarakat setempat dalam hubungannya dengan sistem budaya itu
sendiri (Kaunang &
Sumilat, 2015). Salah satu
bagian dari kesenian adalah Seni Tari. Sedyawati menyatakan bahwa tari adalah salah satu pernyataan budaya. Oleh karena itu maka
sifat, gaya dan fungsi tari selalu tak dapat dilepaskan
dari kebudayaan yang menghasilkannya (Khutniah &
Iryanti, 2012);(Khutniah, 2013) Seni Tari ada bermacam-macam
jenisnya, salah satu dari jenis tari adalah Tari Tradisional.
Tari Tradisional merupakan jenis tarian yang tumbuh dan berkembang karena tradisi lingkungannya serta yang bersifat turun temurun secara berkesinambungan.�
Tari tradisional mempunyi
ciri dan karakteristik yang
berbeda-beda sesuai daerah-daerah dimana tumbuh dan berkembang. Sehingga Tari Tradisional dapat mencerminkan� kehidupan
daerah serta mencerminkan kekayaan harta warisan budaya
bangsa Indonesia. Tarian tradisonal dapat terungkap ciri-ciri tertentu khas daerah
yang bersangkutan, yang berbeda
dengan daerah�daerah yang lain. Oleh sebab itu tari tradisional merupakan tari yang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakatnya.�
Salah satu wujud seni atau kesenian
yang ada diMinahasa Utara, sebagai sarana dalam pengembangan budaya tersebut adalah Tari Tumatenden
Tari Tumatenden merupakan tari tradisional yang dipergakan secara� kelompok.
Tari kelompok ini dipergakan dan ditampilkan oleh sembilan penari putri dan satu penari pria dengan
menggunakan property selendang.
Tari Tumatenden di Airmadidi
kabupaten Minahasa Utara merupakan tarian yang sejak dulu sampai
sekarang masih selalu dipentaskan sebagai sarana pelengkap upacara, atau sebagai sarana
hiburan dalam berbagai acara atau hajatan. Tari Tumatenden biasa dimainkan disetiap acara atau hajatan baik formal maupun non formal didaerah
Sulawesi Utara.�� Tari Tumatenden di Airmadidi Minahasa Utara merupakan tari
yang dijadikan sebagai ikon
darehah Airmadfidi Minahasa Utara, sehingga setiap ada hajatan
baik hajatan secara formal maupun non formal selalu ditampilkan.�� (Pius, wawancara:
5 Desember 2017).��
Tari Tumatenden di Airmadidi Minahasa Utara merupakan tari tradisional sebagai warisan dari pendahulu
yang secara turun temurun, sampai pada dewasa ini, serta� masih eksis dan masih selalu ditampilkan dalam setiap acara-acara atau hajatan didaerahnya.
Sepertinya Tari Tumatenden
di Airmadidi Minahasa Utara
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat di daerah Airmadidi Minahasa Utara. Selain hal tersebut
Tari Tumatenden juga merupakan
tari yang dapat mencerminkan
ciri khas daerah di Airmadidi Minahasa Utara.�
Karena dengan melihat
penampilan Tari Tumatenden,
maka sudah pasti akan terlihat
bahwa tarian tersebut berasal dari daerah Airmadidi
Minahasa Utara.�
Oleh sebab itu tari Tumatenden merupakan tari tradisional yang dijadikan ikon budaya daerah kabupaten
Minahasa Utara ( Kawengian, wawancara:
23� Juli 2016
).
Sebagai cerminan yang dapat menunjukkan identitas serta ciri khas daerah,
maka Tari Tumatenden di Airmadidi Minahasa Utara merupakan aset daerah stempat.� Tari Tumatenden di Airmadidi Minahasa Utara sebagai aset budaya
daerah, maka sangatlah perlu untuk dijaga, dilestarikan
serta dikembangkan. Perkembangan baik dalam perkembangan kwalitas maupun perkembangan dalam penyebarluasan agar lebih bisa dikenal oleh khalayak yang lebih luas lagi.�
Namun dengan adanya, kemajuan tehnologi di jaman Globalisasi sekarang ini telah
banyak menjanjikan dan memberikan pesona yang baru kepada masyarakat,
sehingga banyak seni-seni atau tari-tari yang hilang atau punah
karena telah dipengaruhi globalisasi tersebut.� Pola perubahan hidup yang baru lebih menawarkan
cita-rasa yang terkesan lebih maju dibandingkan
dengan cita-rasa ekspresi budaya lokal.�� Sehingga, anak-anak muda khususnya anak-anak sekolah karena berbagai macam sebab lebih
terpesona dengan aneka gaya, pola
dan cara hidup global, dan tidak tertarik dengan budayanya sendiri. Pernyataan ini mengindikasikan adanya suatu kecemasan
masyarakat dalam menatap kelangsungan hidup tari tari tradisional, sebagai tradisi budaya miliknya.
Kebudayaan merupakan seluruh karya cipta
manusia yang terdiri dari sistem religi
dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan bahwa Kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi
dan peralatan (Koentjaraningrat, 1981). Kemajuan tehnologi di jaman yang telah modern atau jaman globalisasi sekarang ini, maka
sebagai bangsa Indonesia berkewajiban untuk menjaga, melestarikan serta mengembangkannya ke dunia yang lebih luas.� Artinya, demi kemajuan jaman tidak menampik
kemajuan tehnologi namun perlu adanya
usaha atau sikap yang lebih selektif mungkin, serta berkewajiban untuk menjaga seni-seni
tradisional khususnya
tari-tari tradisional yang ada
di Indonesia ini. Seperti dijelaskan oleh Kartodirjo, dalam buku penelitian
dan pengembangan Historiografi
Indonesia suatu Alternatif,
bahwa : �Modernisasi bukan berarti keharusan
untuk membuang atau menghilangkan nilai-nilai masa lampau atau tradisonal, karena masih banyak
yang relevan dan telah diuji secara empiris
sehingga tidak lapuk olah jaman
� (Sartono, 1982).
Berdasarkan hal tersebut,
perlu adanya suatu usaha pelestarian
dengan mengadakan suatu usaha penggalian
serta usaha dalam hal pengembangan
budaya atau kesenian. Khususnya Tari Tumatenden yang ada di Airmadidi Minahasa utara.
Ada beberapa penelitian terdahulu sekaitan dengan Tari Tumatenden tapi berbeda dari
segi bentuk kajian yang dilakukan.� (Mangangue, 2019) mengkaji ungkapan verbal dan
nonverbal bermakna budaya dalam Tari Tumatenden dari segi kajian
linguistik antropologi; (Ferdine, Egam, & Moniaga, 2018) merancang fasilitas rekreasi berupa taman Tumatenden tematik yang mengandung unsur budaya sekaligus
sebagai edukasi seni budaya yang bertema cerita legenda Tumatenden; Oleh sebab itu tampak gejala
yang menarik untuk dicermati, serta dijadikan permasalahan yang menjadi pokok perhatian
penelitian. Adapun masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana wujud koreografi Tari Tumatenden? dan lebih jauh, Bagaimana peranan keberadaanTari Tumatenden?
Metode Penelitian
Penelitian ini
bersifat kualitatif dengan beberapa pendekatan pada Tari Tumatenden yang� dibingkai pada �literatur lisan� dan dipahami
sebagai suatu teks, untuk memunculkan verbalitas dengan berbagai konsepsi Etno
Art Fenomenologi (Ahimsa Putra, 2002) peranan
keberadaan tari Tumatenden ditengah-tengah kehidupan masyarakat Minahasa
Utara.� Pendekatan tersebut dipakai untuk
memahami fenomena yang menjadi kesadaran untuk mengungkap koreografis serta
Keberadaan Tari Tumatenden. Informasi seniman Tumatenden ataupun data-data
audio dan/atau audio-visual akan dipahami sebagai suatu dokumen yang terbuka
untuk didiskrepsikan. Keberadaan atau kehidupan sebuah kebudayaan atau kesenian
sangat di tentukan oleh kondisi lingkungan masyarakat pendukunganya (Kayam, 1981). �
Pemikiran umar
Kayam tersebut untuk melihat keberadaan Tari Tumatenden serta untuk mendapatkan
gambaran Tari Tumatenden dalam kehidupan masyarakat Minahasa Utara.
Koentjaraningrat mengatakan bahwa manusia sebagai pendukung kebudayaan, terdiri
dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Mereka saling bergaul
langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan
tersebut berubah sifatnya yang khas serta berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran.
Berdasarkan
teori-teori yang dikemukakan diatas, dapat digunakan sebagai acuan atau
landasan serta sebagai pendukung dalam penelitian ini.�� Selain itu dalam penelitian ini juga lebih
memperhatikan kesadaran dan minat masyarakat tehadap Tari Tumatenden yang
merupakan salah satu kesenian tradisional daerah Minahasa Utara. Hal ini juga
dengan memperhatikan bagaimana munculnya Tari Tumatenden ditengah-tengah
masyarakatnya, serta bagaimana Tari Tumatenden itu digunakan oleh masyarakat
Minahasa Utara khususnya Airmadidi.
Hasil dan Pembahasan
A. Bentuk Koreografi
Tari Tumatenden
Dilihat
dari arti nama Tari Tumatenden yang berasal kata � �Tendens�, yang artinya
sandaran hidup, sedangkan kata �Tuma�, yang artinya �tempat��� berdasarkan bahasa Tonsea dapat diartikan
bahwa Tumatenden dapat diartikan � tempat sandaran hidup�. Secara koreografis
Tari Tumatenden merupakan tari yang ditampilkan oleh sembilan penari putri dan
satu penari pria dengan menggunakan property selendang. Unsur-unsur Tari
Tumatenden sangat sederhana, namun didalamya terkandung pesan etika yang
disampaikan dalam bermasyarakat dan juga dalam kehidupan berumah tangga yang
harus selalu saling menghargai privasi dari suami istri.�
Jumlah
penari berjumlah� Sembilan penari putri
dan satu penari pria . Penar-penari wanita atau putri� dalam tampilannya menggunakan tata busana
maupun tatariasnya selalu sama atau seragam.�
Sehingga nampak seperti wanita kembar.�
Medium-medium gerak yang digunakan sangat sederhana. Penari-penari
tersebut menampilkan gerakan- gerakan yang sama dengan lemah gemulai
berputar-putar sambil membuat formasi-fomasiatau pola lantai .�
Demikian
juga elemen-elemen yang digunakanpun sangat sederhana pula. Tari Tumatenden
ditampilkan secara berkelompok, jumlah penari selalu berjumlah sembilan penari
putri atau wanita dan ditambah satu penari pria.�� Dalam Tari Tumatenden ditampilkan penokohan
penggambaran sembilan bidadari yang turun dari khayangan untuk melakukan
kegiatan mandi dikolam dan satu penari pria sebagai penggambaran tokoh Mamanua
sebagai tokoh penduduk kampung yang terperanjat menyaksikan sembilan bidadari
yang berenang-renang dikolam.� Dari
sembilan penari bidadari ada satu yang menjadi tokoh putri bungsu dari
kesembilan saudara bidadari yang dinamakan Lumalundung. Yang akhirnya antara
Lumalundung dan Mamanua menikah dan menjadi suami istri, berkat pencuruian
sayap Lumalundung yang dicuri oleh Mamanua.�
�Pola�pola gerak yang digunakan sangat
sederhana, yaitu menggunakan vokabuler gerak yang gampang dilakukan
artinya,� tidak mempunyai tingkat
kesulitan. Gerakannya dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Namun,
pengamatan sehari-hari menunjukkan bahwa anggota badan yang digunakan sebagai
medium paling dominan adalah tangan sambil memegang memainkan selendang
dibandingkan dengan kaki.� Sebab dominasi
gerak yang paling menonjol adalah gerak tangan dari pada gerakan kaki.� Gerakan kaki seolah-olah cuma bergerak
silang-silang dan lebih banyak gerak jalan dengan langkah kecil-kecil dan
jinjit-jinjit.
�Adapun vokabuler-vokabuler gerak tersebut
antara lain:� yaitu,� gerak masuk pentas atau pembuka dengan
menggunakan gerakan terbang ( Sumendow),�
gerak berenang (Mokyow),� gerak
bekerja� (Makyang),� gerakan menenam ( Tumanem), gerakan mandi
(Lele ), gerak bermain (Lumeong), gerak Menangis/sedih( Mamek), gerakan lari,(
Teitei ), gerak jalan ( Kelang ), gerakan berkumpul ( Makuwu ), gerakan Lompat
( Sengkot ), dan gerakan hormat ( Sighi). ( Wawancara, Emmy Indy: 5 Juli 2012 )
Volume
gerak yang digunakan banyak menggunakan volume yang luas tetapi pada gerakan
tangan yang diputar-putar atau ukel-ukel ebih banyak menggunakan volume yang
sempit.��� Bntuk-bentuk gerak Tari
Tumatenden� lebih bersifat dinamis serta
bersifat artistik sering kali sangat dipertimbangkan. Gerak kaki, tangan, maupun
ungkapan-ungkapan verbal yang terekspresi lewat gerakan maknawi yang terangkai
dalam tempo dan irama yang tetap, ajeg, yang ditentukan oleh� irama musik iringan tarinya.
Dalam
kaitannya dengan musik, terdengar suara iringan instrument yang disebut
kolintang dan suara suling sebagai melodi, juga suara alat perkusi� tambur . Irama yang digunakan dalam tari
Tumatenden sepertinya mengalun lembut, mengalir serta sedikit ada
tekanan-tekanan dan sepertinya kelihatan monoton dan beriramakan
melankolis.� Tempo yang ada pada tari
Tumatenden kelihatan teratur mengikuti irama yang melankolis namun selalu
tampak� ceria.� Musik Iringan tari merupakan sesuatu yang
selalu mendampingi dalam tarian dan berfungsi sebagi pengiring untuk membantu
mengungkapkan penjiwaan yang ada dala ttariannya. Dalam tari Tumatenden lebih
bersifat monoton dan selalu paralel,.�
Namun dalam irama bisa dirasakan lebih dinamis,�� Alat musik iringan yang digunakan juga
sangat sederhana.� artinya alat yang
digunakan yaitu suling, tambur dan dikombinasikan dengan alat musik tradisional
daerah Minahasa yaitu musik kolintang.( Wawancara, Roy Kumaat, Pelatih
Tari� Tumatenden: 10 Juli 2015).
Tata
rias dan busana juga sangat sederhana yaitu menggunakan kostum atau pakaian
yang biasanya berwarna polos dan berbentuk rok terusan, atau hampir mirip model
duyung� dengan dipadsukan kebaya dan ada
juga menampilkan seperti baju -baju pesta. Adapun kostum yang digunakan
tersebut diberikan aksen� assesories ,
baik manik-manik maupun renda-renda keemasan dan banyak dihiasi manik-manik
yang gemerlap karena lebih pada penggambaran bidadari dari khayangan. Sedangkan
Kostum yang digunakan penari pria menggunakan celana kombrang dan baju tanpa
lengan. kostum pria berwarna polos juga atau tanpa motif namun dihiasi
renda-renda atau pita untuk aksen pemanis. Selain itu juga� penari pria menggunakan pelngkap kostum yaitu
memakai topi layaknya topi-topi yang digunakan oleh para petani dikebun atau
disawah.� Adapun rambut atau busana pada
kepala penari putri adalah rambut terurai kebawah namun diusahakan tetap rapi
dan menggunakan sanggul atau diatur seperti sanggul kecil. Aksessories kepala
yang digunakan adalah sunting atau cunduk kembang goyang dan juga hiasan bunga-
bunga bisa bunga segar dan juga bunga-bunga plastik sebagai pemanis. Selain itu
juga dilengkapi assesories serta anting atau giwang dan juga gelang.
Dalam
tarian ini property yang digunakan adalah selendang sebagai penggambaran sayap
bidadari. Property adalah alat perlengkapan yang dipergunakan oleh penari
diatas pentas atau panggung, yang digunakan untuk memperjelas tema serta maksud
yang akan disampaikan (Sri Sunarmi, 2019). Pola lantai yang digunakan juga
sangat sederhana sekali.� Pola lantai
yang digunakan dalam tari Tumatenden�
selalu berbentuk simetris serta menampilkan bentuk-bentuk formasi
tertentu. Adapun pola lantainya adalah pola lantaiyang sangat sedrhana
yaitu� formasi lingkaran , formasi
berbaris sejajar, formasi segi tiga�
serta formasi berbentuk � V � dan sebagainya.
B. Fungsi Tari Tumatenden
Bagi Masyarakat Airmadidi Minahasa Utara
Tari
Tumatenden dapat dikatakan sebagai suatu wujud seni tradisional rakyat.� Eksistensinya tampak dan hidup secara turun
temurun dari generasi ke generasi hingga sekarang.� Tari Tumatenden juga telah dikembangkan
sedemikian rupa, dan bahkan berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang
mepresentasikan ciri atau khas bahkan dijadikan sebagai ikon daerah Minahasa
Utara
Keberadaan
Tari Tumatenden pada waktu dulu dan sekarang tidak ada perbedaannya. Hal ini
bisa dikatakan demikian karena� menurut
bebrapa pihak yang telah diwawancarai bahwa Tari Tumatenden dahulu sampai
sekarang masih tetap eksis� dalam
kehidupan bermasyarakat diAirmadidi Minahasa Utara. Artinya bahwa,Tari
Tumatenden di Airmadidi Minahasa Utara selalu ditampilkan pada setiap acara
atau hajatan apapun.� Tari Tumatenden di
Airmadidi Minahasa Utara merupakan tari tradisional sebagai warisan dari
pendahulu yang secara turun temurun, sampai pada dewasa ini, serta� masih eksis dan masih selalu ditampilkan
dalam setiap acara-acara atau hajatan didaerahnya.
�Sepertinya Tari Tumatenden di Airmadidi
Minahasa Utara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
di daerah Airmadidi Minahasa Utara. Selain hal tersebut Tari Tumatenden juga
merupakan tari yang dapat mencerminkan ciri khas daerah di Airmadidi Minahasa
Utara.� Karena dengan melihat penampilan
Tari Tumatenden, maka sudah pasti akan terlihat bahwa tarian tersebut berasal
dari daerah Airmadidi Minahasa Utara.�
Oleh sebab itu tari Tumatenden merupakan tari tradisional yang dijadikan
ikon budaya daerah kabupaten Minahasa Utara (Kawengian, wawancara: 23� Juli 2018).
Sebagai
cerminan yang dapat menunjukkan identitas serta ciri khas daerah, maka Tari
Tumatenden di Airmadidi Minahasa Utara merupakan aset daerah stempat.� Tari Tumatenden di Airmadidi Minahasa Utara
sebagai aset budaya daerah, maka sangatlah perlu untuk dijaga, dilestarikan
serta dikembangkan. Perkembangan baik dalam perkembangan kwalitas maupun
perkembangan dalam penyebarluasan agar lebih bisa dikenal oleh khalayak yang
lebih luas lagi.� Pelestarian� sebagai�
kegiatan� atau� yang�
dilakukan� secara� terus �menerus,�
terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan
adanya sesuatu yang tetap� dan� abadi,�
bersifat� dinamis,� luwes,�
dan� selektif. Pelestarian� budaya�
adalah� upaya untuk mempertahankan
nilai-nilai seni budaya,� nilai tradisional
dengan mengembangkan�� perwujudan�� yang��
bersifat�� dinamis,�� luwes��
dan�� selektif,�� serta menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang selalu berubah dan berkembang�
(Nahak, 2019).
������� Pembahasan
mengenai peranan keberadaan Tari Tumatenden pada waktu dahulu dan pada dewasa
ini, tidak ada perbedaan.� Tari
Tumatenden pada waktu dahulu sampai sekarang sangat menjadi idola serta menjadi
kebanggaan masyarakat daerah Airmadidi Minahasa Utara.� Hal ini dikarenakan setiap ada penampilan
Tari Tumatenden itu akan menunjukkan atau sudah dapat dimengerti oleh
orang-orang bahwa itu Tarian yang berasal dari daerahMinahasa Utara.� Selain hal tersebut,� bahwa Tari Tumatenden merupakan ciri khas
serta sudah menjadi suatu identitas daerah Airmadidi Minahasa Utara.
Tari
Tumatenndens di Airmadidi Minahasa Utara dari dahulu�� sampai sekarang memiliki peranan� yang sangat penting.� Tari Tumatenden pada waktu dahulu sampai
dewasa ini digunakan pada ivent-ivant penting seperti ; penyambutan tamu baik
secara formal maupun non formal, acara resepsi kenegaraan, serta dipakai atau
ditampilkan untuk acara hiburan masyarakat sampai pada tingkat ivent-ivent� perlombaan.
Penampilan
Tari Tumatenden dapat menarik perhatian bagi orang yang� menyaksikannya.� Apalagi didukung dengan kostum atau pakaian
yang digunakan juga sangat menarik perhatian karena lebih kelihatan sangat
megah dengan assesories warna-warna polos�
kontras penuh kemegahan, layaknya bidadari dari khayangan yang turun
kebumi.
Tari
Tumatenden di Airmadidi sudah menjadi identitas masyarakat daerahMinahasa
Utara, karena sajian Tari Tumatenden sudah mentradisi pada kehidupan masyarakat
Minahasa Utara. ( Wawancara,Pius : 3 Juni 2017).� Namun demikian karena di jaman yang sudah
modern dan jaman yang Globalisasi yang penuh dengan tantangan pola hidup yang
serba baru, Tari Tumatenden tetap dan selalu menjadi tampilan yang paling
utama.�� Padahal pola hidup yang serba
baru selalu memberikan suatu yang lebih, namun Tari Tumatenden tidak
berpengaruh atau bergeser sedikitpun.��
Karena ini dapatlah dilihat disetiap ada acara atau hajatan apapun yang
ada di Minahasa Utara khussnya di Airmadidi selalu diadakan penampilan dan
pementasan Tari Tumatenden.
Dengan
adanya suatu perkembangan pada masyarakat di�
Minahasa Utara dalam sistem informasi, tehnologi, maupun hiburan, maka
timbulah suatu perubahan yang membuat masyarakat ingin mencoba hal-hal
baru.� Hal ini merupakan hal yang sangat
normal dalam suatu perubahan kebudayaan.�
Namun dengan datangnya pola-pola yang baru bagi masyarakat Minahasa
Utara tidak merasa terpengaruh dengan sesuatu yang baru, hal ini bukan berarti
masyarakat daerah Minahasa Utara tidak meneriama hal�hal yang lebih baru, namun
bagi masyarakat setiap bertindak harus selalu mengadakan kegiatan lebih
selektif.
Sehingga
kebudayaan yang lama merasa tidak bisa digeser oleh apapun.� Oleh sebab itulah Tari Tumatenden didaerah
Minahasa Utara khususnya di Airmadidi masih tetap dominan peranannya dalam
kehidupan masyarakat (Wawancara:Dofi Pantow, Weku, 5 Juni 2012 ).
Namun
di jaman yang telah modern ini juga sangat mempengaruhiTari Tumatenden. Tetapi
pengaruh tersebut bukanlah pengaruh dari peranan Tari Tumatenden dalam
kehidupan masyarakatAirmadidi, namun lebih pengaruh yang lebih untuk menuju ke
sesuatu yang lebih baik.� Artinya, bahwa
perubahan-perubahan itu adalah demi kebaikan pada bobot kwalitas dari Tari
Tmatenden sebagai pertunjukan yang lebih artistik.� Sesuatu yang baru itu dalam segi penyajian,
atau penampilannya, yaitu para kreator, para penari lebih memperhatikan bobot
kwalitas penampilannya baik secara fisik maupun secara dinamik.� Hal ini dapat dilihat dari penampilan yang
secara tehnik kesenian lebih diperhatikan.�
�Adapun tehnik-tehnik kesenian tersebut
diantaranya yaitu dari segi gerak sebagai medium pokok sangat diperhatikan
dalam hal elemen-elemen geraknya� Seperti
misalkan kejelasan pada, bentuk, volume, garis, irama serta ekspresi dalam
vokabuler gerak sangat diperhatikan.�
Selain hal tersebut juga dari segi medium pendukungnya, diantaranya dari
segi tata rias serta� serta penataan
busana sebagai kostumyang digunakan pada Tari Tumatenden.� Dalam segi penampilan kostum yang mengalami
beberapa perubahan, artinya busana yang dulu sangat sederhana sekarang lebih
didesain baik dari bahan yang digunakan, maupun dalam penataan desain model
baju sebagai kostumnya.�� Penataan
�penataan tersebut dibuat lebih bisa menarik perhatian, baik bagi yang melihat
maupun yang memekainya,
Jadi,
Perubahan tersebut merupakan perubahan pada tingkat perkembangan kreatifitas
tehnik kesenian.� Hal ini dapat dilihat
dalam penggarapan� pada gerakan-gerakan
tari.� Pada gerakan tari sekarang lebih
menarik� serta lebih kelihatan lincah
serta� dinamik. Sehingga membuat lebih
manarik dalam penyajiannya.� Mengenai
fungsi seni pertunjukan atau penampilan Tari Tumatenden dari dahulu hingga
sekarang sebenarnya masih sama.�
C. Sosialisasi.
Penjelasan
gambaran wujud koreografi dan peranan keberadaan Tari Tumatenden di Airmadidi
tersebut disosialisasikan kepada mahasiswa sebagai wujud usaha pengembangan
bahan ajar pada mata kuliah Tari Daerah Setempat serta sebagi wujud apresiasi
seni bagi mahasiswa konsntrasi seni tari Prodi Sendratasik FBS UNIMA.� Wujud dari koreografis dan peranan keberadaan
fungsi Tari Tumatenden� di Airmadidi
Minahasa Utara tersebut dijelaskan kepada mahasiwa konsentrasi� seni tari di UNIMA, agar mahasiwa bisa dan
mampu memperagakan tari Tumatenden dengan baik dan benar. Selain itu mahasiswa
bisa mempunyai kepekaan rasa estetik serta mempunyai rasa menghargai terhadap
wujud-wujud karya seni yang ada di Indonesia, terutama wujud-wujud karya seni
yang ada didaerah setempat.� Sehingga
mahasiswa khususnya mahasiswa seni tari di UNIMA bisa mempunyai rasa
penghargaan dan kepekaan terhadap budaya miliknya.
Diharapkan
mahasiswa juga mempunyai rasa bangga terhadap budaya miliknya, betapa penting
dan berharganya budaya daerah setempat khususnya tari-tari tradisional.� Karena tari-tari tradisional merupakan ciri
serta identitas dimana tari itu tumbuh dan berkembang pada suatu
daerahnya.� Selain hal tersebut
sosialisasi ini juga merupakan salah satu wujud pengembangan dan pelestarian
budaya seni lokal. Budaya seni lokal perlu untuk dikembangkan baik secara
kualitas maupun secara penyebarluasan. Oleh sebab itu hal ini perlu
disoaialisasikan karena seni budaya lokal khususnya seni tari tradisional
merupakan ciri dan karakter dari kekhasan budaya daerah dimana tari tradisional
itu tumbuh dan berkembang dan mengalami perubahan.� Perubahan dalam dunia pendidikan seni,
seperti halnya seni tari adalah wajar. Karena usaha itu merupakan suatu bukti
adanya semangat untuk membentuk atau mencipta, dengan mencipta berarti
melakukan suatu perubahan, hanya saja dalam berbagai perubahan selalu memunculkan
gaya dan warna yang mengiringi perubahan tersebut, hal ini mungkin terlihat
pada pola garap, trend, teknik dan gagasan yang menembus batas-batas geografis
dan kultural (Indrayuda,
2015).
Kesimpulan
Tari Tumatenden sebagai sebuah karya tari tradisional yang merupakan suatu budaya yang sangat menarik untuk di pertahankan serta dilestarikan.� Secara koreografis Tari Tumatenden merupakan tari yang ditampilkan oleh sembilan penari putri dan satu penari pria
dengan menggunakan property
selendang.� Unsur-unsur Tari Tumatenden sangat sederhana, namun didalamya terkandung pesan etika yang disampaikan dalam bermasyarakat dan juga dalam kehidupan berumah tangga yang harus selalu saling
menghargai privasi dari suami istri.� Dilihat dari arti nama Tari Tumatenden yang berasal kata �Tenden�, ang artinya sandarac hidup, sedangkan kata �Tuma�, yang artinya �tempat��� berdasarkan bahasa Tonsea dapat diartikan
bahwa Tumatenden dapat diartikan � tempat sandaran hidup� .� Selain dari itu
dilihat dari wujud koreografi dan fungsi atau peranan
keberadaan Tari Tumatenden merupakan suatu tarian yang dipakai sebagai media pelengkap upacara dan juga segai fungsi hiburan pertunjukan dalam berbagai acara baik secara formal maupun non
formal.�� Tari Tummatenden
lebih mengungkapkan rasa kebersamaan, kebahagiaan, harapan, kesuburan, romantika kehidupan erumah tangga dan juga rasa cinta kasih.�� Medium-medium gerak
yang digunakan sangat sederhana.� Demikian juga elemen-elemen yang digunakanpun sangata sederhana pula.
Tari Tumatenden ditampilkan secara berkelompok, jumlah penari selalu berjumlah
sembilan penari putri atau wanita
dan ditambah satu penari pria.��� Dalam Tari Tumatenden ditampilkan penokohan penggambaran sembilan bidadari yang turun dari khayangan
untuk melakukan kegiatan mandi dikolam dan satu penari pria
sebagai penggambaran tokoh Mamanua sebagi
tokoh penduduk kampung yang
terperanjat menyaksikan sembilan bidadari yang berenang-renang dikolam.� Dari sembilan penari bidadari ada satu yang menjadi
tokoh putri bungsu dari kesembilan
saudara bidadari yang dinamakan Lumalundung. Yang akhirnya antara Lumalundung dan Mamanua menikah dan menjadi suami istri, berkat
pencuruian sayap Lumalundung yang dicuri oleh Mamanua.
Adapun pola�pola gerak yang digunakan sangat sederhana,yaitu menggunakan vokabuler gerak yang gampang dilakukan atau diperagakan, artinya,� tidak mempunyai tingkat kesulitan. Tata rias dan busana
juga sangat sederhana yaitu menggunakan kostum atau pakaian
yang biasanya berwarna
polos dan berbentuk rok terusan, atau hampir
mirip model duyung dengan dipadukan kebaya dan ada juga menampilkan seperti baju -baju pesta.. Sedangkan Kostum
yang digunakan penari pria menggunakan celana kombrang dan baju tanpa lengan. kostum
pria berwarna polos juga atau tanpa motif namun dihiasi renda-renda
atau pita untuk aksen pemanis. Selain itu juga� penari pria menggunakan pelngkap kostum yaitu memakai topi layaknya topi-topi yang digunakan
oleh para petani dikebun atau disawah.� Adapun rambut atau busana pada kepala penari putri
adalah rambut terurai kebawah namun diusahakan tetap rapi dan menggunakan sanggul atau diatur seperti
sanggul kecil serta menggunakan assesoriers kepala juga dilengkapi assesories serta anting atau giwang dan juga gelang.
Property yang digunakan adalah selendang sebagai penggambaran sayap bidadari.� Formasi pola lantai yang digunakan juga sangat sederhana sekali.� Pola lantai yang digunakan dalam tari Tumatenden� selalu berbentuk simetris serta menampilkan bentuk-bentuk formasi tertentu. Musik Iringan tari merupakan sesuatu yang selalu mendampingi dalam tarian dan berfungsi sebagi pengiring untuk membantu mengungkapkan penjiwaan yang ada dala ttariannya.
Dalam tari Tumatenden lebih bersifat monoton dan selalu paralel.� Namun dalam irama
bisa dirasakan lebih dinamis.� Alat musik iringan yang digunakan juga sangat sederhana.� artinya alat yang digunakan yaitu suling, tambur dan dikombinasikan
dengan alat musik tradisional daerah Minahasa yaitu musik kolintang..
Peranan dan keberadaan dari Tari Tumatenden ditengah-tengah kehidupan masyarakat Airmadidi Minahasa Utara dianalisis berdasarkan pendekatan serta landasan teori dari umar Kayam.� Adapun penjelasannya
adalah mengenai bagaimana peranan dan keberadaan Tari Tumatenden tersebut. Yang diantaranya bahwa, Tari Tumatenden berfungsi sebagai pelengkap acara kegiatan upacara perkawinan, sebagai fungsi hiburan pertunjukan baik pada acara atau hajatan formal maupun non
formal.�� Tari tumatenden
di Airmadidi kabupaten Minahasa Utara dari dahulu sampai sekarang
memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat pendukungnya.� Artinya, bahwa Tari Tumatenden pada waktu dahulu sampai pada dewasa ini sama
biasa ditampilkan dan digunakan pada ivent-ivent secara formal maupun non formal.
Ahimsa Putra, H. S. (2002). Ethno Art Fenomenologi
Seni Untuk Indiginasi Seni dan ilmu. STSI Surakarta: Makalah Seminar Internasional
Seni Pertunjukan dan ilmu Pengetahuan Seri II 2002-2004.
Brata, Ida Bagus. (2016). Kearifan budaya lokal perekat identitas bangsa. Jurnal
Bakti Saraswati (JBS), 5(1). Google Scholar
Ferdine, Debora, Egam, Pingkan Peggy, & Moniaga, Ingerid L. (2018).
TUMATENDEN PARK. Sustainable Architecture. MEDIA MATRASAIN, 15(2),
1�8. Google Scholar
Indrayuda, Indrayuda. (2015). Tari Tradisional dalam Ranah Tari Populer:
Kontribusi, Relevansi, dan Keberlanjutan Budaya. Humanus, 14(2),
144�151. Google Scholar
Kaunang, Ivan Robert Bernadus, & Sumilat, Mareike. (2015). Kemasan
Tari Maengket Dalam Menunjang Industri Kreatif Minahasa Sulawesi Utara Di Era
Globalisasi. Jurnal Lppm Bidang Ekososbudkum, 2(1), 89�106. Google Scholar
Kayam, Umar. (1981). Seni, tradisi, masyarakat. Penerbit Sinar
Harapan. Google Scholar
Khutniah, Nainul. (2013). Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha
Jati di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
Universitas Negeri Semarang. Google Scholar
Khutniah, Nainul, & Iryanti, Veronica Eny. (2012). Upaya
Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati Di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan
Pengkol Jepara. Jurnal Seni Tari, 1(1). Google Scholar
Koentjaraningrat. (1981). Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia.
Jakarta: Djambatan.
Mangangue, Jeane. (2019). Ungkapan Verbal Dan Nonverbal Bermakna Budaya
Dalam Tari Tumatenden Masyarakat Tonsea Minahasa: Kajian Linguistik
Antropologi. Jurnal Akrab Juara, 4(2), 21�30. Google Scholar
Marzali, Amri. (2014). Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia. Humaniora,
26(3), 251�265. Google Scholar
Nahak, Hildgardis M. I. (2019). Upaya melestarikan budaya indonesia di era
globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 65�76. Google Scholar
Sartono, Kartodirdjo. (1982). Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia. Jakarta: Gramedia. Google Scholar
Sri Sunarmi, Grace Shirley Luntungan. (2019). The Symbolic Meaning of Song
Lyrics and Choreographic Form of the Tombulunese Three-Stage Maengket Dance. International
Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE) ISSN: 2277-3878, Volume-8(2S9).
Triyanto, Triyanto. (2018).
Pendekatan Kebudayaan Dalam Penelitian Pendidikan Seni. Imajinasi: Jurnal
Seni, 12(1), 65�76. Google Scholar
Copyright
holder : Sri Sunarmi dan Grace Luntungan (2021) |
First
publication right : Journal Syntax Literate |
This article
is licensed under: |