Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.
6, No. 5, Mei 2021
METODE MNEMONIK DALAM LAGU SEBAGAI ALTERNATIF
PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG DI INDONESIA
Susanti Aror
Universitas Negeri Manado,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
Japanese language education (Nihongo Kyoiku) 日本語 教育as a foreign language, namely "Japanese
language education which is held for learners who do not speak Japanese as
their mother tongue". In its implementation, Japanese language education
is seen as a whole system that includes; curriculum, materials, teaching
methodology, teaching media, learner teaching, evaluation, and facilities. The
use of the mnemonic method is based on the assumption that the human brain
consists of two types of memory, namely "natural" and
"artificial / arificial" memory. Natural memory is a gift from birth
and is used in everyday life, while artificial memory is built by learning and
can be trained using mnemonic methods. In addition to being able to apply this
mnemonic method by connecting meanings through a series of stories to remember
information, also commonly applied using image associations, rhymes, rhymes,
acronyms or acrostics. The results showed that learning Japanese using the
mnemonic method as a brain memory aid. Japanese learning can be 'registered' to
the brain with a meaningful or meaningful memory because it is accompanied by
the use of a medium that is a song. The mnemonic method used is the association
technique and the word marker. In a natural situation in practice, there is a
tendency to have a significant influence on the process of achieving language
learning. With repeated application on various occasions including learning songs
which in addition to being repeated repeatedly followed by kinesthetic
movements and starting at a young age, it produces �memory� memories that are
proven to have long-term memory endurance. acronym or acrostic. The results
showed that learning Japanese using the mnemonic method as a brain memory aid.
Japanese learning can be 'registered' to the brain with a meaningful or
meaningful memory because it is accompanied by the use of a medium that is a
song. The mnemonic method used is the association technique and the word
marker. In a natural situation in practice, there is a tendency to have a
significant influence on the process of achieving language learning. With
repeated application on various occasions including learning songs which in
addition to being repeated repeatedly followed by kinesthetic movements and
starting at a young age, it produces �memory� memories that are proven to have
long-term memory endurance.,
Keywords: �method,
mnemonic song, Japanese
Abstrak
Pendidikan bahasa Jepang (Nihongo
Kyoiku) 日本語教育sebagai bahasa asing yaitu �pendidikan bahasa Jepang yang
diselenggarakan bagi pembelajar yang tidak berbahasa Jepang sebagai bahasa
ibunya�. Dalam pelaksanaanya� pendidikan
Bahasa Jepang dipandang sebagai suatu sistem keseluruhan yang mencakup;
kurikulum, materi, metodologi pengajaran, media pengajaran,� pengajar pemelajar, evaluasi, dan fasilitas.
Penggunaaan metode mnemonik berdasarkan asumsi bahwa otak manusia terdiri dari
dua jenis ingatan yaitu �alami/natural� dan ingatan �buatan/arificial�. Ingatan
alami merupakan bakat sejak lahir dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan ingatan buatan dibangun dengan cara belajar dan bisa dilatih dengan
menggunakan metode mnemonik. Metode mnemonik ini selain dapat di aplikasikan
dengan menghubungkan makna melalui rangkaian cerita untuk mengingat sebuah
informasi, juga umumnya diaplikasikan dengan menggunakan asosiasi gambar, rima,
sajak, akronim atau akrostik. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran bahasa
Jepang� dengan metode� mnemonik sebagai alat bantu ingatan otak.
Pembelajaran� Bahasa Jepang� dapat �didaftarkan� ke otak dengan sebuah
ingatan yang berarti atau bermakna karena disertai dengan penggunaan sebuah
media yang lagu. Metode mnemonik yang digunakan dengan teknik asosiasi dan kata
penanda. Situasi yang alami dalam berlatih, ada kecenderungan mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam proses pencapaian belajar bahasa. Dengan
penerapan berulang-ulang pada berbagai kesempatan termasuk pembelajaran Lagu
yang selain berulang-ulang diikuti dengan gerakan kinestetik dan dimulai pada
usia muda menghasilkan ingatan �memori��
yang teruji memiliki daya tahan mengingat dalam jangka waktu yang lama.
Kata Kunci:
metode; mnemonik lagu;
bahasa Jepang
Pendahuluan
Peserta didik adalah manusia
unik dan memiliki karakteristik khas yang sangat personal. Mereka adalah pribadi yang membutuhkan, kenyamanan, keamanan, dan kehangatan dalam proses pembelajaran. Peserta didik membutuhkan
suasana yang nyaman agar mereka dapat melaksanakan
seluruh aktivitasnya dengan joyful dan meaningful. Jika mereka
belajar dalam keadaan tertekan, baik secara psikologis
maupun fisik, maka hasil pembelajaran
dapat dipastikan tidak akan efektif
dan efisien. Oleh karena itu, pendidikan yang memperhatikan nilai kemanusiaan yang berisi kehangatan, kenyamanan, dan estetik perlu diterapkan
dan dikembangkan berdampingan
dengan pembelajaran berbasis kompetensi.
Tidak dipungkiri bahwa sebagian peserta didik belajar dengan
terpaksa dan cenderung
formalitas,2 termasuk di dalamnya
belajar bahasa. Lebih ironis lagi,
sebagian besar peserta didik memandang
pelajaran bahasa asing (termasuk Bahasa Jepang) sebagai momok. Jika demikian halnya, maka dapat
dipastikan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat segudang masalah di antaranya adalah: 1) rendahnya motivasi siswa; 2) rendahnya partisipasi peserta didik dalam
proses pembelajaran; 3) tingginya
tuntutan pencapaian komptensi; 4) kurangnya fasilitas pembelajaran, dan lainnya. Problem solving yang tidak
ringan ini menjadi beban yang juga harus dipikul oleh guru.
(Krashen, 1984) dikutip oleh (Huda, 2017) menemukan bahwa hubungan antara jumlah waktu mengikuti
pelajaran bahasa asing dengan kemampuan
berbicara dalam bahasa asing dari
kedua lingkungan bahasa yang berbeda (lingkungan informal dan lingkungan
formal) terbukti masing-masing mempengaruhi
kemampuan berbahasa asing seseorang. Lingkungan bahasa informal memberikan masukan untuk pemerolehan sedangkan, lingkungan formal memberikan masukan untuk monitor (Krashen, 1984). Artinya, dalam lingkungan alamiah, orang-orang dewasa penutur asli bahasa
yang sedang dipelajari dapat berperan dalam membantu para pelajar dengan memberikan balikan atas tuturan pembelajar.
Dalam kehidupan masyarakat, nyanyian sangat berpengaruh terhadap jiwa manusia. Pada masa pendudukan Jepang, nyanyian telah menjadi alat propaganda yang cukup mujarab. Lagu memiliki peranan
yang penting. Lagu dapat menyebabkan seseorang merasa senang, sedih, marah, dan juga bersemangat. Kesatuan dari lirik
dan kombinasi nada yang baik
menciptakan sebuah harmoni yang sangat nyaman untuk didengar.Lagu sebagai sarana ekpresi diri untuk menyampaikan
pesan berupa nilai-nilai kehidupan bersifat universal atau lintas budaya. Hal ini pun dapat dilihat
dari kuatnya pengaruh Lagu-Lagu dari suatu negara kolonial, yang pernah menjajah suatu bangsa tertancap kuat di benak warga
jajahan tersebut, bahkan diwariskan turun-temurun untuk dinyanyikan dalam peristiwa-peristiwa tertentu.
Nyanyian sebagai sarana ekspresi diri untuk
menyampaikan pesan berupa nilai-nilai kehidupan bersifat universal dan dapat diterima oleh orang lain dalam konteks lintas
budaya sekalipun, apalagi nyanyian tersebut memberi kesan yang sangat menyenangkan. Sebagai contoh, yang terjadi pada masa kolonial, di mana ide-ide dalam rupa syair nyanyian,
yang disampaikan oleh negara kolonial
melalui nyanyian syair sangat kuat
tertancap dalam hati masyarakat jajahannya, bahkan terwaris terus menerus pada temurunnya, karena kesan yang diakibatkan oleh nyanyian tersebut. Demikian halnya dengan ide dalam syair satu
nyanyian yang disampaikan bangsa Jepang pada masyarakat Minahasa, di masa penjajahannya di Minahasa telah tertancap kuat dalam hati
dan ingatan orang Minahasa waktu itu. Orang Minahasa waktu itu semakin kuat
mengingat nyanyian-nyanyian
Jepang tersebut, karena mereka telah
mempelajarinya. Faktor pendorong yang kuat untuk mempelajari nyanyian-nyanyian tersebut adalah karena orang Minahasa suka akan
alunan nyanyiannya. Selain itu, sejak
masa lalu orang Minahasa sudah dikenal sebagai
masyarakat yang suka akan nyanyian dan suka bernyanyi, sehingga masyarakat Minahasa disebut sebagai singing society (Rumengan, 2007).
Observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap beberapa informan yang pernah mengalami masa pendudukan Jepang di Minahasa mendapat� reaksi
yang cukup antusias terhadap nyanyian Jepang. Mereka menyatakan bahwa, melantunkan nyanyian Jepang sangat menyenangkan;
sehingga secara spontan ketika dimintakan untuk menyanyikan lagu Jepang, mereka dengan sangat antusias
langsung menyanyikan sejumlah lagu Jepang.
Seluruh lagu tersebut masih teringat cukup kuat, meskipun lagu-lagu atau nyanyian-nyanyian tersebut dipelajari pada enampuluhan tahun silam. Hal ini membuktikan betapa kuatnya nyanyian-nyanyian Jepang telah tertancap dalam memori orang Minahasa. Lagu-lagu Jepang dinyanyikan sebagai sarana bernostalgia terhadap berbagai peristiwa yang pernah dialami dalam sejarah perjalanan
hidup orang Minahasa, khususnya yang mengalami masa penjajahan Jepang.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, nyanyian-nyanyian yang diajarkan orang Jepang, baik melalui sekolah-sekolah,
maupun� organisasi-organisasi kemasyarakatan ialah nyanyian-nyanyian yang bernuansa kepahlawanan, romantis, cinta tanah air dan militer. Secara umum, nyanyian-nyanyian
tersebut telah berfungsi sebagai sarana propaganda, dan secara khusus nyanyian-nyanyian tersebut telah digunakan untuk memobilisasi masyarakat Indonesia
di Minahasa.Menurut (Kurasawa, 1993) nyanyian-nyanyian yang dilakukan tersebut ada yang didatangkan dari pustaka Jepang dan ada juga yang digubah di
Indonesia dan untuk memudahkan
penyebarannya, lagu-lagu tersebut dihimpun dan diterbitkan dalam sebuah booklet yang berjudul
"Nyanyian Nippon Boeat
Oemoem�. Demikian halnya Lagu dari
bangsa Jepang yang berpengaruh kuat dan dipelajari orang-orang Indonesia, secara
khusus yang ada di suku Minahasa. Bahkan, lagu-lagu berbahasa Jepang masih sering dinyanyikan
oleh orang-orang tua di Minahasa
yang mengalami masa pendudukan
Jepang ini sampai sekarang. Oleh karena itu, Lagu-Lagu
Jepang pada masa pendudukan
bangsa Jepang di Minahasa tahun 1942-1945 masih ditemukan dalam memori orang Minahasa yang pernah bersekolah di sekolah Jepang. lirik lagu
jika dikaji dengan baik akan
membuktikan pertahanan budaya yang pernah dialami oleh sekelompok masyarakat sebagai bagian dari perjalanan
hidupnya. Lirik lagu itu dapat
juga menyampaikan kesan dan
pesan negatif dan positif dari pengalaman
hidup yang memang mengalami masa-masa penjajahan
yang meninggalkan sejarah kehidupan yang bermakna yang dapat juga menjadi bahan pendidikan dan pengajaran kepada generasi selanjutnya, utamanya pembelajaran bahasa, yang dalam hal ini pengembangan
pengajaran bahasa Jepang. Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah hafalan pada pembelajar menurut Buzan adalah menggunakan metode mnemonik. Mnemonik adalah cara mengelola
informasi untuk membuatnya jadi lebih mudah diingat,
biasanya dengan menggunakan kode, citra visual atau sajak (kadang-kadang dalam kombinasi. (Lensun, 2016) Secara etimologi, mnemonik berasal dari bahasa Yunani. Kata ini diambil dari
dari nama dewa Mnemosyne dalam mitologi Yunani. Mnemosyne berarti
berpikir Imajinasi berarti dalam proses pembelajaran bahasa Jepang, pembelajar perlu mengeksplorasi daya imajinatifnya supaya mampu mengingat
kosa kata yang dipelajari. masak-masak. Dalam mitologi Yunani, dewa ini (Mnemosyne) memiliki kedudukan setingkat dengan dewa cinta
dan kecantikan. Secara terminologis, mnemonik adalah alat pemacu
ingatan atau bantuan untuk mengingat
sesuatu (memory aid), mnemonik
seringkali berbentuk
verbal, dan kadang-kadang berbentuk
lambang.
Dalam studi ini peneliti
menawarkan serpihan solusi untuk ikut
mengurai benang kusut yang menimpa dunia pendidikan kita. Dalam tulisan ini penulis akan mengimplementasikan
mnemonic dalam proses pembelajaran
Bahasa Jepang dengan cakupan kajian bagaimanakah implementasi mnemonik dalam pembelajaran Bahasa Jepang melalui media Lagu? Penelitian tentang masa pendudukan Jepang sudah diteliti oleh Ferdy Rorong pada jurnal fakultas bahasa dan seni � kompetensi dengan judul model pengajaran bahasa dan nyanyian nippon pada masa pendudukan.
Hasil penelitian yaitu pendudukan Jepang dan dampaknya pada pendidikan khususnya model pengajaran. Untuk menguasai daerah pendudukan seutuhnya, Jepang menerapkan strategi, menarik hati rakyat. Selain
itu, mereka mengindoktrinasi masyarakat supaya mendukung kepentingan perang serta mengubah persepsi masyarakat secara keseluruhan bahwa perjuangan Jepang demi kemakmuran bersama. Selama masa pendudukan Jepang, telah terjadi beberapa
perubahan� dalam� pememrintahan dan pendidikan seperti Keresidenan Manado berubah menjadi Manado Syuu. Perubahan status sekolah dilakukan untuk menyesuaikan dengan kemauan penguasa, sekolah dasar pribumi
baik yang umum maupun swasta dibuka
kembali dan diubah menjadi sekolah rakyat. Dampak pendudukan Jepang memberikan realita yang berbeda. Penguasa menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan
sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan
tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah
meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak
dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang).
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada strategi pembelajaran yang dilakukan dan praktis dapat diimplementasikan
dalam pengajaran bahasa Asing.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan� metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan sejarah melalui teknik analisis isi/content
analysis� yang meliputi tahap heuristik,
kritis, interpretasi(hermeneutik) dan historiografi. Pada tahap heuristic
dilakukan� pencarian dan penghimpunan
data yang� ditempuh melalui wawancara,
walaupun peneliti mengalami kesulitan karena pelaku atau saksi hidup banyak
yang sudah meninggal dunia. Demikian pula, saksi hidup yang masih ada tetap ada
kendala disebabkan oleh beberapa hal yaitu faktor usia yang sudah lanjut dan
faktor kesehatan yang kurang mendukung sehingga sulit untuk diwawancarai.
Faktor lain yang menjadi kendala adalah kurangnya informasi dimana alamat
mereka, karena banyak informan yang telah pindah tempat atau alamat.
Data
dikumpulkan melalui beberapa proses yang berlapis dan mungkin akan
berulang-ulang. Data yang dikumpulkan berupa Lagu berbahasa lokal dan Lagu
berbahasa Jepang� pada masa pendudukan
tahun (1942-1945) berjumlah 31 Lagu yang menjadi sampel adalah tiga buah Lagu
dalam lirik bahasa Jepang
�� Dalam pengumpulan data digunakan metode dan
teknik penyediaan data penelitian bahasa yang dikemukakan oleh (MS,
2007),
yakni metode simak, metode cakap dan metode introspeksi. Metode simak dilakukan
dengan menyimak penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa yang dimaksudkan
menyangkut penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Secara lisan,
yaitu penyadapan penggunaan bahasa saat seseorang atau kelompok menyanyikan
Lagu. Secara tertulis,� peneliti
berhadapan dengan teks (wacana) Lagu.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)
pendudukan Nippon di Minahasa dilakukan berdasarkan semangat Nippon untuk
memperluas wilayah kekuasaan dan sebagai pembuktian bahwa Nippon adalah bangsa
yang mampu menandingi hegemoni Barat. Untuk mendukung tujuan tersebut, di
negara-negara yang diduduki Nippon menjalankan taktik kerja rodi, penataan
pemerintahan, menjalankan praktik monopoli ekonomi serta pendirian
sekolah-sekolah yang tujuannya agar masyarakat mudah dimobilisasi. Sebagai alat
propaganda menggunakan sarana nyanyian (2) lirik nyanyian berbahasa Jepang
tetap dapat diingat oleh informan, walaupun mereka sudah berusia 80-an tahun
dan materi diserap sejak 60-an tahun lalu, hal tersebut disebabkan karena
suasana pembelajarannya mengesankan dan dibawakan secara ekspresif dan
asosiatif; (3) teridentifikasi bahwa tingkat akurasi pelafalan lirik nyanyian
yang dilakukan oleh para informan mengalami kesalahan asistematis dan kesalahan
personal; (4) model pembelajaran pada masa pendudukan Nippon dijalankan dengan
cara mengoptimalkan aspek-aspek keterampilan berbahasa yang memadukan
aspek-aspek keterampilan menyimak (listening) dan mengucapkan (speaking) yang
berulang dalam banyak kesempatan (drilling and repetition), serta diikuti oleh
praktik menyanyikan dan menggerakkannya (singing and acting), yang menjadi
semakin kuat diingat karena diterima pada masa usia muda.
Penelitian ini menemukan formula khas model
pembelajaran yang sudah teruji memiliki daya tahan pada diri pembelajar.
Melalui penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa untuk mencapai pembelajaran
yang cepat difahami dan lama diingat maka harus dilaksanakan dengan menciptakan
suasana belajar yang mengesankan, berdisiplin, ekspresif dan menerapkan
mnemonik yaitu teknik�� asosiatif dan
kata penanda denagn� memaksimalkan
kompetensi berbicara dan mendengar, pembahasannya sebagai berikut:
A.
Mengekspresikan Lagu diikuti Aksi
atau Perilaku Tertentu
Daya
ingat seseorang dapat terpicu, apabila seseorang mengalami sentuhan-sentuhan
tertentu, yang mana sentuhan-sentuhan tersebut dapat menimbulkan
asosiasi-asosiasi yang berhubungan dengan sesuatu yang diingat.
Sentuhan-sentuhan tersebut dapat berupa pendengaran dan bentuk-bentuk sikap
atau perilaku yang dilakukan ketika mempelajari dan mengekspresikan lagu-lagu
tersebut. Sebagai contoh, melihat orang bersikap siap dalam upacara bendera,
maka orang-orang Minahasa teringat ketika mereka mengikuti upacara bendera
bersama orang Jepang dan sekaligus mereka langsung dapat mengingat lagu
KIMIGAYO yang dinyanyikan ketika upacara tersebut.
Contoh
lain juga, ketika peneliti mencoba bertanya tentang pengalaman para informan
saat menyanyikan lagu-lagu, para informan langsung menyanyikan lagu-lagu yang
pernah dan dilakukan di masa lalu, akan tetapi juga mereka langsung melakukan
gerakan-gerakan atau tindakan-tindakan yang dilakukan, ketika mereka
menyanyikan lagu-lagu tersebut di masa lalu. Sebagai contoh, terdapat lagu-lagu
yang lucu, dan ketika mereka menyanyikan lagu-lagu tersebut, mereka langsung
bergerak dan menirukan gerakan-gerakan dianggap pada waktu itu sebagai hal-hal
yang lucu.
Pada
beberapa informan, ketika diminta menyanyikan lagu-lagu yang pernah dinyanyikan,
para informan langsung berdiri dan melakukan gerakan-gerakan seperti berjalan
dalam barisan sambil menyanyi. Sebagian juga melakukan kegiatan bernyanyi
sambil meniru gerakan-gerakan seperti ketika mereka bekerja. Berikut penuturan
yang disampaikan informan sehubungan dengan perilaku yang dilakukan pada waktu
mereka menyanyikan lagu-lagu Jepang.
Dalam
rangka pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk
rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini: (1) Menyanyikan lagi kebangsaan
Jepang, KIMIGAYO setiap pagi; (2) Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan
menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; (3) setiap pagi mereka juga
harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya; (4) Setiap
pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; (5) Melakukan
latihan-latihan fisik dan militer; (7) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai
pengantar dalam pendidikan. Bahasa Jepang menjadi bahasa yang juga wajib
diajarkan. Semua Lagu yang dilakukan da diikutsertakan dengan aktifitas atau
perilaku seperti dipaparkan di atas, memberi kesan tersendiri dan sangat
mempengaruhi para informan untuk tetap mengingat lagu-lagu yang mereka
nyanyikan.
B. Belajar dengan Simbol, Ilustrasi, Imajinasi, Asosiasi, dan Kesan
Proses
mengingat akan sangat ditunjang juga apabila apa yang ingin diingat tersebut
disampaikan dengan simbol yang sangat berkesan atau lukisan imajinasi tertentu
yang mengetarkan hati dan perasaan. Sebagai contoh lagu SHIRO JIN berikut.
Shiro
jin ni akaku, Shiroo maru agete au utsukushi, Nippon no hata wa
白人,�
白人に赤く白丸上げて会う美しい�
日本の旗は
Terjemahan
bebas
Orang
kulit putih dengan wajah kemerahan�
itulah orang Jepang, Benderanya adalah bendera putih dengan lingkaran
merah yang ada ditengah-tengahnya.
Dengan
menggunakan simbol warna dan bentuk, maka orang akan dapat mengingat bendera
Jepang dan secara tidak langsung akan mengakui kehebatan bangsa jepang. Proses
mengingat kembali lirik-lirik lagu oleh orang-orang Minahasa juga disebabkan
oleh beberapa hal antara lain terdapatnya sentuhan-sentuhan yang dapat
memancing orang-orang Minahasa langsung berasosiasi terhadap yang terjadi di
masa lalu, terlebih konteks ketika mereka mempelajari lagu atau mengekspresikan
lagu-lagu.
Hal
ini dapat dibandingkan seperti dengan yang dikatakan (Buzan, 2006), terlebih menyangkut teknik memori
dengan menggunakan asosiasi, gambaran, dan lokasi. Sesuatu mudah diingat
apabila sesuatu tersebut dilakukan dalam konteks tertentu yang berkesan.
Sesuatu yang berkesan sangat mudah diingat di masa datang, apalagi terdapat hal-hal
yang dapat memancing asosiasi-asosiasi muncul (Lolong, 1999; Maru, Nur, & Lengkoan,
2020).
Sangat
jelas terlihat, bahwa setiap saat para informan menyanyikan lagu-lagu Jepang,
mereka selalu mengingat kejadian yang terjadi saat itu. Kejadian-kejadian
tersebut sangat berkesan, baik yang dirangsang oleh pengalaman-pengalaman
estetis, juga karena ketika mereka menyanyikan lagu-lagu tersebut terdapat
situasi yang menggetarkan hati, perasaan takut, kelelahan, lapar, intimidasi,
perlakuan kasar dari pihak Jepang dalam proses indoktrinisasi, dll. Diakui,
bahwa selain alasan rangsangan dan kesan serta sikap atau perilaku, kemampuan
menghafal seseorang yang berbeda-beda juga cukup mempengaruhi daya ingat
seseorang. Bandingkan dengan tujuh jenis kecerdasan seperti dikatakan (Sobur, 2006; Syafrudin, Edwita, &
Sarkadi, 2018), di mana ia mengatakan, bahwa manusia
memiliki tujuh jenis kecerdasan dan ada di antaranya yang dimiliki seseorang
secara menonjol. Salah satu kecerdasan yang berhubungan dengan yang dikatakan
tersebut adalah kecerdasan linguistik. Dari beberapa informan yang sempat
ditemui, fenomena ini sangat jelas terlihat.�
Kesan
dalam mempelajari dan melakukan sangatlah mempengaruhi proses mengingat
dan� proses lupa akan sesuatu. Hal ini
sejalan dengan pandangan para psikolog. Kalangan psikolog mengatakan, bahwa ada
3 unsur dalam perbuatan ingatan yaitu: menerima kesan-kesan, menyimpan dan
mereproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini
berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan
kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun tidak berarti bahwa semua yang
pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatannya, oleh karena
ada berbagai faktor yang mempengaruhi daya kerja ingatan, antara lain kondisi
jasmani misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur, serta faktor usia.
C.
Belajar Dengan Mengulang-Ulang Sesuatu yang Sama
Hal
lain yang juga sangat mempengaruhi sesuatu dapat bertahan dalam ingatan adalah
apabila hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Rata-rata lagu-lagu yang
dipelajari dan dilakukan secara berulang-ulang akan sangat melekat dalam
ingatan. Orang Minahasa yang mengingat lagu-lagu Jepang dalam hal ini para
informan mengakui, bahwa mereka masih dapat mengingat lagu-lagu termasuk lirik
dalam lagu tersebut karena lagu-lagu tersebut sudah menjadi santapan harian dan
dilakukan secara berulang-ulang. Menurut para informan, apabila mereka
menyanyikan lagu-lagu tersebut, bukan saja lirik yang dapat diingat, akan
tetapi suasana, situasi serta hal-hal yang terjadi ketika lagu tersebut
dinyanyikan. Sangat jelas, bahwa kata-kata yang ada dalam lagu masih jauh lebih
bertahan dalam ingatan, dari pada kata-kata yang bukan berada dalam lagu
seperti puisi atau dalam tulisan-tulisan lainnya.
Dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi
bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang
pernah dialami. Namun, tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan
tetap tinggal seluruhnya dalam ingatannya, oleh karena ada berbagai faktor yang
mempengaruhi daya kerja ingatan, antara lain kondisi jasmani misalnya
kelelahan, sakit dan kurang tidur, serta faktor usia. Selain itu, faktor emosi,
di mana seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila
peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan. Demikian para informan
yang pernah menyanyikan lagu-lagu Jepang, ada yang masih dapat mengingat secara
utuh, akan tetapi ada yang mulai melupakan sedikit bagian dari lagu tersebut.
Akan tetapi, apabila terdapat rangsangan dari rekan-rekan informan lainnya,
maka orang tersebut segera dapat mengingat kembali lagu tersebut.
Informan-informan tersebut umumnya yang telah berusia sangat lanjut.
Pengajaran
lagu dilakukan setiap hari pada waktu memulai pelajaran sehingga menimbulkan
semangat untuk belajar, walaupun lagu yang diajarkan dalam bahasa Jepang dan
tidak ada terjemahannya. Karena lagu yang dipelajari sangat menyenangkan
akhirnya lagu tersebut dinyanyikan berulang-ulang, demikian proses mengingat
semakin kuat. Para penyanyi lagu-lagu Jepang juga mengalami pengalaman seperti
itu, yakni pada tahap pertama mereka hanya mau menikmati lagu-lagu yang
diperkenalkan orang Jepang kepada mereka. Hal ini sangat mungkin terjadi
mengingat seperti yang telah disampaikan di depan, bahwa orang Minahasa dikenal
sebagai masyarakat bernyanyi. Apabila hati orang Minahasa disentuh dengan lagu,
maka hati orang Minahasa akan lebih mudah terbuka dan menerima sesuatu yang
diperkenalkan kepada mereka. Pada tahap berikutnya setelah mereka senang dan
melakukan atau mengekspresikan Lagu-Lagu yang diperkenalkan kepada mereka,
mereka pun akan berusaha untuk memahami isi dari lagu tersebut, minimal
memahami isi atau pesan yang terdapat dalam lagu, khususnya dalam liriknya.
Mungkin mereka tidak mencapai tahap analisis lagu tersebut, akan tetapi minimal
misi Jepang telah sampai dan akan disenangi seiring dengan disenanginya lagu
tersebut.
Kesimpulan
Dari
beberapa hal yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa� penerapan mnemonik� dalam pembelajaran bahasa Jepang melalui
media lagu terbukti sangat efektif, karena masih dapat bertahan dalam ingatan
orang Minahasa hingga saat ini, kendati kini para penyanyi tersebut telah
berusia lanjut.� Metode mnemonik dengan
teknik asosiasi dan kata penanda. Situasi yang alami dalam berlatih, ada
kecenderungan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam proses pencapaian
belajar bahasa. Teridentifikasi 5 macam teknik dari metode mnemonik yang
dipakai para pembelajar� bahasa Jepang
zaman pendudukan Jepang 1942-1945 yaitu: Mengekspresikan Lagu diikuti Aksi atau
Perilaku Tertentu, Belajar dengan Simbol, Ilustrasi, Imajinasi, Asosiasi, dan
Kesan, Belajar Dengan Mengulang-Ulang Sesuatu yang Sama, Menghafal kata-kata
yang Dekat dengan Tubuh Kita dan Kata-Kata yang setiap Hari digunakan, Belajar
dengan Paksaan, Intimidasi, dan Perasaan Takut
Aspek-aspek
keterampilan berbahasa yang berfokus pada mendengar dan berbicara dengan
penerapan berulang-ulang pada berbagai kesempatan termasuk pembelajaran Lagu
yang selain berulang-ulang diikuti dengan gerakan kinestetik dan dimulai pada
usia muda menghasilkan ingatan �memori��
yang teruji memiliki daya tahan mengingat dalam jangka waktu yang lama.
Amstrong, Thomas. 2002.
Setiap Anak Cerdas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Effendi,
Google Scholar
Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21.
Bandung : Alfabeta. Google Scholar
Buzan, Tony. (2006). Master your
memory. Pearson Education. Google Scholar
Huda, Miftahul. (2017). Model-model
pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu metodis dan paradigmatis. Google Scholar
Krashen, Stephen D. (1984). Second
Language Acquisition and Second Language Learning. London : Pergamon
Press. Google Scholar
Kurasawa, Aiko. (1993). Mobilisasi
dan kontrol: studi tentang perubahan sosial di pedesaan Jawa, 1942-1945.
Diterbitkan atas kerja sama Yayasan Karti Sarana dengan Penerbit PT Gramedia. Google Scholar
Lensun, Sherly Ferro. (2016).
Peningkatan Penguasaan Kanji dengan Met Ode Nemonik melalui Multimedia. Bahtera:
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 15(1), 107�117. Google Scholar
Lolong, Hans. A. (1999). Tahun Dai
Nippon di Minahasa (1942-1945). Manado: Yayasan Bhakti Mapalus Sejahtera.
Maru, Mister Gidion, Nur, Sahril, &
Lengkoan, Fergina. (2020). Applying Video for Writing Descriptive Text in
Senior High School in the Covid-19 Pandemic Transition. International
Journal of Language Education, 4(3). Google Scholar
MS, Mahsun. (2007). Metode Penelitian
Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Google Scholar
Rorong, ferdy . 2013� Latar Kesejarahan Pada Masa Pendudukan Jepang
Di Minahasa
Dalam
Hubungan Dengan Bertahannya Bahasa Dalam Memori Vol 1, No 1 (2013): Artikel
Ilmiah Dosenurnal Fakultas Bahasa dan Seni �Kompetensi
Rumengan, Perry. (2007). Musik vokal
etnik Minahasa:: Kontinuitas dan perubahan dalam struktur dan fungsi.
Universitas Gadjah Mada. Google Scholar
Sobur, Alex. (2006). Semiotika
Komunikasi. Bandung: Penerbit PT Remaja. Google Scholar
Syafrudin, Ulwan, Edwita, Edwita, &
Sarkadi, Sarkadi. (2018). Pembelajaran Unik Pada Anak Yang Memiliki Kecerdasan
Visual Spasial Yang Mengalami Kesulitan Belajar. Elementary: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 4(2), 149�160. Google Scholar
Copyright
holder : Susanti Aror (2021) |
First
publication right : Jurnal Syntax Literate |
This article
is licensed under: |