�����������
�����������������������Action
Research Literate
� ISSN : 2613-9898
����������� �����������������������Vol. 1, No 1 �Desember 2017
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE TYPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA
PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN TENTANG GAMBAR DENAH DI KELAS XI BB SMK
NEGERI 2 BOGOR SEMESTER III TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Abdul Wahab
SMK
Negeri 2 Bogor
Email:
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk; 1) mengetahui
kecenderungan model belajar �cooperative
type jigsaw yang memberi peningkatan pada hasil belajar peserta siswa di materi
Merencanakan Gambar Denah di kelas XI BB SMK Negeri 2 Bogor, 2) mendeskripsikan
proses pembelajaran sesudah dan sebelum penerapan pembelajaran cooperative type
jigsaw, 3) mengukur besarnya peningkatan yang diberikan model pembelajaran
tersebut pada prestasi hasil belajar peserta didik di kelas XI BB SMK Negeri 2
Bogor pada materi Merencanakan Gambar Denah. Penelitian ini melibatkan seluruh
siswa XI BB SMK Negeri 2 Bogor. Metode penelitian yang digunakan disini adalah
penelitian tindakan kelas. Populasi penelitian berjumlah 36 siswa yang terdiri
19 laki-laki dan 17 sisanya perempuan. Hasil dari penelitian ini menyebutkan
bahwa dengan penerapan model pembelajaran cooperative type jigsaw siswa kelas
XI BB dapat lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sementara itu,
melalui pembelajaran ini juga siswa menjadi lebih dapat menyerap materi dan
berdampak baik pada peningkatan prestasi siswa. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa model belajar tersebut dapat memberi dampak baik pada
peningkatan hasil belajar siswa pada materi Merencanakan Gambar Denah di kelas
XI BB SMK Negeri 2 Bogor.
Kata Kunci: Model
Pembelajaran Cooperative Type Jigsaw,
Hasil Belajar
Pendahuluan
Pendidikan memegang
peran penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Kemajuan pendidikan di
suatu Negara selalu berkorelasi positif terhadap kemajuan peradaban bangsa
tersebut. Melalui kegiatan pembelajaran di sekolah, diharapkan tercipta kesempatan
yang luas bagi setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal,
sesuai potensi yang dimiliki dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang
tersedia sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional.
Salah satu jenis
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah salah satunya adalah pendidikan
kejuruan di tingkat Sekolah Menengah Atas, yaitu SMK. Tujuan pengadaan SMK
tidak lain untuk menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing di dunia usaha.
SMK secara umum
memiliki tiga mata pelajaran inti. Pelajaran tersebut antara lain pelajaran
Produktif, Normatif dan Adaptif. Dari ketiga golongan mata pelajaran ini,
golongan mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran yang menuntut siswa
agar mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang merupakan bekal
bagi para siswa nantinya untuk dapat diterapkan dan dikembangkan dalam dunia
kerja. Mata pelajaran Produktif dikembangkan sesuai dengan program keahlian
yang diselenggarakan, Begitu pula dengan SMK Negeri 2 Bogor sebagai tempat
diselenggarakannya penelitian.
Salah satu mata
pelajaran produktif yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah Mata
Pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan materi Gambar denah. Mata pelajaran ini
memungkinkan peserta didik merancang, menghitung dan memperkirakan pembiayaan
konstruksi. Melalui pendidikan ini siswa diharapkan cakap dalam merancang dan
memperkirakan anggaran konstruksi.
Kondisi di lapangan
setelah dilaksanakan tes awal tentang Gambar denah berdasarkan standarisasi dan
penetapan KKM yang telah ditentukan� 75,
Berdasarkan hasil analisis peserta didik yang di atas KKM sebanyak 11 orang
(30,5%) dan dibawah KKM 25 orang ( 69,55%) dengan nilai rata kelas 70. Beberapa
hal yang menjadi penyebab siswa gagal mencapai kompetensi yang diharapkan pada
mata pelajaran membaca Gambar Konstruksi Bangunan adalah; 1) Siswa pasif dalam
belajar dan banyak bergantung kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan, 2) Guru
enggan menggunakan model pembelajaran dalam mengajar dan selalu terpaku pada model
ceramah.
Dari awal hingga
perkembangan pendidikan di Indonesia, proses pembelajaran hanya menitikberatkan
pada pengajaran, bukan peran serta peserta didik pada pembelajaran itu sendiri.
Praktik pembelajaran sebagaimana yang dimaksud di atas ditandai dengan
dominannya pendidik yang memberi pengajaran dengan melafalkan materi. Sebagai
akibatnya siswa pasif dan kurang termotivasi untuk belajar, yang akhirnya
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Guru sebagai fasilitator dalam
kegiatan pembelajaran harus mengenal dan melaksanakan dengan baik berbagai
pedoman, strategi, pendekatan, teknik, model serta model pembelajaran. Oleh
karena alasan tersebut, perlu model dan metode belajar khusus untuk
meningkatkan peran serta siswa pada proses belajar di kelas.
Berdasarkan uraian di
atas, peneliti kemudian terpikir untuk menerapkan pembelajaran jigsaw dengan harapan, setelah
pembelajaran tersebut diterapkan, siswa dapat lebih mampu menyerap pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar mereka. Sementara itu, menurut Lie (1993)
pembelajaran jigsaw merupakan satu
diantaranya� banyak pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran ini memungkinkan siswa�
untuk membentuk kelompok kecil dalam melakukan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif sendiri diartikan sebagai pembelajaran yang dapat
melebur. Pembelajaran ini memungkinkan pelakunya untuk berbagi ide dan
pemikiran. Di samping itu, pembelajaran ini juga mengarahkan siswa untuk dapat
lebih aktif. Jigsaw dan pembelajaran kooperatif lain akan menstimulus peserta
didik untuk dapat berpikir dan menuangkan ide dalam proses pembelajaran
(Slavin: 2007).
Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis memilih judul �Penerapan Model Pembelajaran Cooperative type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada mata
pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan tentang Gambar denah di Kelas XI BB SMK semester
3 Negeri 2 Bogor Tahun Pelajaran 2014-2015�
Metodologi
Penelitian
Penelitian secara
keseluruhan menggunakan metode penelitian kelas. Metode ini sendiri adalah
metode yang paling sederhana dibanding metode eksperimen dan beberapa yang
lainnya (Arikunto: 2005). Sementara itu, Arikunto juga menyebutkan bahwa
penelitian dengan metode ini menitikberatkan penelitian pada proses, bukan pada
hasil.
Suparno (2008) dalam
bukunya menjelaskan bahwa metode penelitian tindakan kelas adalah usaha
pendidik untuk meningkatkan kualitas pendidikan di kelas. Lebih lanjut, Suparno
juga mengatakan bahwa metode� ini lebih
mengarah pada memperbaiki proses pembelajaran. Mengamini hal tersebut, Wijaya
Kusuma (2009: 9) dalam bukunya� juga mengatakan
bahwa metode ini lebih pada� perbaiki
kualitas pendidikan dan pembelajaran di kelas. Adapun Hopkins dalam bukunya
Wiriatmadja (2007: 11) melengkapai pengertian-pengertian di atas dengan
mengatakan bahwa metode ini berorientasi pada tindkan disiplin inkuiri yang
dilaksanakan oleh pendidik. Tindakan ini semata-mata untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Pada penerapannya, metode ini baru akan digunakan bila
proses pembelajaran di kelas dinilai kurang maksimal. Penilaian tersebut� umumnya dilihat dari hasil belajar siswa.
Apabila hasil belajar tersebut terbilang buruk dan stagnan, maka pendidik
diperkenankan melakukan penelitian tindakan kelas.
Secara keseluruhan
subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 36 siswa dengan rincian
29 siswa laki-laki dan 7 sisanya adalah siswa perempuan. Berkenaan dengan
jumlah subjek tersebut, peneliti juga menggunakan seluruh subjek sebagai
populasi dan sampel. Alasan peneliti memilih hal tersebut adalah karena
kebutuhan penelitian.
Teknik pengambilan data
yang digunakan disini adalah observasi dan uji kompetensi. Dengan kata lain, instrumen
peneliti yang disini adalah lembar observasi dan lembar penilaian. Adapun
alasan peneliti menggunakan kedua teknik tersebut adalah karena keduanya lumrah
digunakan untuk penelitian tindakan kelas. Lebih lanjut, keduanya juga
terbilang mudah dilakukan, sehingga tidak menyulitkan peneliti dalam
melangsungkan penelitian.
Untuk teknik analisis
peneliti menggunakan deskriptif analisis. Analisis ini memungkinkan peneliti
menggambarkan setiap peningkatan dan/atau perkembangan dari setiap hasil
penelitian. Adapun untuk menyukseskan kegiatan analisis peneliti membutuhkan
dua buah rumusan inti, keduanya adalah:
Penilaian
evaluasi membutuhkan rumusan sebagaimana yang ada pada uraian di bawah berikut:
Dalam
menentukan dan/atau mengukur ketuntasan belajar peneliti membutuhkan ukuran
sebagai berikut:
Tabel
1
Ukuran
Keberhasilan� Penelitian
No |
Ukuran Keberhasilan |
Target |
Teknik Pengumpulan
Data |
1 |
Ketuntasan belajar
perorangan |
Setiap peserta didik minimal memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 75 |
Hasil Tes |
2 |
Ketuntasan Klasikal |
100 % peserta didik memperoleh nilai
mencapai KKM |
Hasil Tes |
3 |
Semangat belajar
peserta didik |
Minimal 83,33 % peserta didik
menunjukkan semangat belajar dan aktif dalam pembelajaran |
Lembar Observasi (pengamatan) |
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pra Siklus
Sebelum
melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal di
kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketika guru mengajar mata pelajaran Gambar Konstruksi
Bangunan tentang Gambar
denah adalah rata-ratanya 70 sedangkan KKM yang ditentukan 75. Peserta didik
yang mendapatkan nilai di atas KKM� hanya
11 orang (30,5%) sedangkan peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM 25
orang (69,44%). Padahal
materi Gambar denah bahasannya cukup banyak/luas, maka diputuskan untuk menggunakan
model pembelajaran Cooperative Type
Jigsaw pada mata
pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan dalam materi Gambar denah.
Pembelajaran
dimulai dengan mengadakan tes awal di kelas�
XI BB untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik pada materi Gambar denah Nilai tes awal dijadikan acuan untuk mengetahui hasil
belajar peserta
didik kelas� XI BB setelah digunakan model� pembelajaran
Cooperative Type Jigsaw. �Soal-soal tes awal berupa materi yang berhubungan dengan
materi yang akan diajarkan yaitu Gambar denah. Perolehan nilai tes awal ini akan dijadikan acuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model �pembelajaran
Cooperative
Type Jigsaw.� Berikut disajikan data hasil belajar siswa
pada pra siklus.
Tabel
2
Hasil
Belajar Pra Siklus
No |
Kriteria |
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
70 |
|
2 |
Nilai Terendah |
60 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
80 |
|
4 |
Jumlah yang Sudah Tuntas |
11 |
|
5 |
Jumlah yang Belum Tuntas |
25 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
30,5% |
|
Berdasarkan tabel dan grafik 4.1 terlihat bahwa peserta
didik hanya
memperoleh rata-rata 70 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 60. Peserta didik yang hasil belajarnya di atas KKM hanya 11 orang
atau 30,5% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini memberikan gambaran
bahwa hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Gambar
Konstruksi Bangunan� masih tergolong
rendah.
2.
Deskripsi
Siklus I
Dari hasil observasi siklus I, didapat bahwa dalam
melaksanakan pembelajaran Gambar Konstruksi Bangunan tentang Gambar
denah dengan menggunakan model
pembelajaran
�Type Jigsaw pada siklus I, guru telah menerapkannya sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer, guru terlalu cepat dalam menjelaskan.
Masalah lain yang di dapat dari pengamatan observer adalah pada saat guru
menjelaskan materi, masih ada peserta didik yang kurang memperhatikan.
Data mengenai keaktifan peserta didik dapat diperoleh dengan menggunakan lembar observer
seperti pada lampiran. Keaktifan peserta didik tersebut dapat dilihat dalam hal bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru maupun antusiasnya dalam mengerjakan latihan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Data mengenai keaktifan peserta
didik pada siklus I dapat dilihat
pada grafik
1 berikut:
Grafik 1
Hasil Keaktifan Siswa Siklus I
Data pada
tabel dan grafik mengenai
aktifitas peserta didik pada siklus I menunjukkan bahwa setengahnya
(55,55%) peserta didik baik dalam mengikuti KBM, kurang
setengahnya (22,22%) cukup mengikuti KBM dan kurang setengahnya (22,22%)
peserta didik kurang semangat mengikuti KBM. Adapun terkait hasil belajar dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Hasil Belajar Siklus I
No |
Kriteria |
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
75,56 |
|
2 |
Nilai Terendah |
65 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
90 |
|
4 |
Jumlah Siswa yang Sudah Tuntas |
23 |
|
5 |
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas |
13 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
64% |
|
Berdasarkan
tabel 4.4 dan grafik 4.4 terlihat bahwa rata-rata nilai siswa 75,56 dengan
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Peserta didik yang hasil belajarnya di atas KKM ada 27 orang atau 75% dari nilai KKM �dan peserta didik yang nilainya di bawah KKM
ada 9 orang atau 25% dari KKM yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini memberikan gambaran bahwa ada peningkatan
hasil belajar peserta didik dari pra siklus ke siklus I.
3. Deskripsi Siklus II
Pada siklus II
ini guru telah melakukan perbaikan-perbaikan. Perbaikan dalam KBM tersebut
yaitu guru lebih memotivasi peserta didik, sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti KBM.
Dengan semangat yang lebih tinggi, maka pembelajaran dapat berjalan lebih baik.
Selain memotivasi peserta didik, guru juga memberikan lebih banyak kesempatan
kepada peserta
didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas dan guru lebih mengarahkan peserta
didik dalam
pengerjaan soal latihan.
Untuk
mengetahui data terkait aktivitas belajar dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:
Grafik
2
Keaktifan
Belajar Siswa Siklus II
�
Data mengenai
aktifitas peserta didik pada siklus II menunjukkan bahwa hampir seluruh
(83,33%) peserta didik termotivasi dalam mengikuti KBM
dan hanya sebagian kecil (16,67%) peserta didik cukup termotivasi mengikuti
KBM. Adapun terkait dengan hasil belajar siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel
4
Hasil
Belajar Siklus II
No |
Kriteria |
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
82 |
|
2 |
Nilai Terendah |
75 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
100 |
|
4 |
Jumlah Siswa yang Sudah Tuntas |
36 |
|
5 |
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas |
0 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
100% |
|
Berdasarkan
tabel 4.7 dan grafik 4.7 terlihat bahwa rata-rata nilai peserta
didik 82 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 75. Peserta didik yang hasil belajarnya di atas KKM� ada 36 orang atau 100% dari nilai KKM yang
ditetapkan yaitu 75. Hal ini memberikan gambaran bahwa ada peningkatan
hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II.
B. Pembahasan
Dari hasil pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Cooperative Type
Jigsaw dan jawaban
soal-soal evaluasi yang diberikan, kemudian peneliti menggunakan jawaban-jawaban tersebut untuk
mengetahui apakah pembelajaran Gambar Konstruksi Bangunan menggunakan model
pembelajaran Cooperative
Type Jigsaw tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
kelas XI BB SMK
Negeri 2 Kota Bogor.
Berikut ini adalah data yang diperoleh dari hasil para siklus, siklus pertama,
dan siklus kedua:
Tabel
5
Rekapitulasi
Hasil Belajar Siswa
No |
Kriteria |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
Rata-Rata |
70 |
75,56 |
82,78 |
|
|
2 |
Nilai Terendah |
60 |
65 |
75 |
|
|
3 |
Nilai Tertinggi |
80 |
90 |
100 |
|
|
4 |
Jumlah Siswa yang Sudah Tuntas |
12 |
23 |
36 |
|
|
5 |
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas |
24 |
13 |
0 |
|
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
33% |
64% |
100% |
|
|
Berdasarkan
hasil penelitian selama dua siklus yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar peserta
didik pada materi Gambar denah Terlihat pada pelaksanaan siklus I dan II telah menunjukkan peningkatan pada proses pembelajaran
Gambar Konstruksi Bangunan. Pada pembelajaran menggunakan model �pembelajaran Cooperative
Type Jigsaw, interaksi peserta didik dan guru di awal pelajaran diawali oleh guru dengan
memberikan penayangan gambar/foto/video tentang Gambar denah dimaksudkan agar peserta
didik dapat belajar dengan senang.
Kemudian guru mengarahkan dan menjelaskan bagaimana peserta
didik belajar dengan baik. Saat
proses pembelajaran berlangsung, guru mengelola kelas secara interaktif,
membimbing peserta didik, dan memotivasi peserta didik untuk aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran. Pada
akhir pelajaran, guru bersama peserta didik menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian
guru mengevaluasi peserta didik dengan memberikan soal-soal yang relevan dengan
konsep.� Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa telah ada peningkatan aktivitas peserta
didik dalam pembelajaran Gambar
Konstruksi Bangunan.
Dari data
penelitian peroleh diketahui bahwa
nilai terendah pada pra siklus adalah 60 kemudian meningkat menjadi 65 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75 pada siklus II. Selanjutnya nilai tertinggi pada
pra siklus adalah 80 kemudian meningkat menjadi 90 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 100 pada siklus II. Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan model pembelajaran Cooperative Type
Jigsaw cocok untuk
diterapkan pada materi Gambar denah.
Dari data
yang penulis dapat pula diketahui 30,5% atau 11 peserta didik yang nilainya di atas KKM yang
ditetapkan, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 69,44% atau 25 peserta
didik yang nilainya di atas KKM selanjutnya pada siklus II menjadi 100% atau 36
peserta didik yang nilainya di atas KKM .
Data keaktifan
peserta
didik menunjukkan
bahwa pada siklus I terdapat� 55,55% atau
20
peserta didik yang
aktif, 22,22%� atau 8
peserta didik cukup
aktif, dan 22,22% atau 8 peserta didik yang kurang aktif pada saat pembelajaran. Setelah
guru memperbaiki hasil refleksi pada siklus I maka pada siklus II didapat
83,33% atau 30 peserta
didik yang aktif
pada saat pembelajaran dan 16,67 % atau 6 peserta didik yang cukup aktif pada saat pembelajaran serta 0,00%
atau tidak ada peserta didik yang tidak aktif pada saat pembelajaran. Dengan
banyaknya peserta didik yang aktif pada saat pembelajaran menunjukkan bahwa
guru saat menerangkan materi dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative Type Jigsaw sudah berhasil melibatkan peserta
didik dalam
pembelajaran.
Data aktivitas
guru menunjukkan bahwa pada siklus I secara umum sudah baik, namun ada beberapa
komponen penilaian dari observer yang masih kurang yaitu kurang memotivasi peserta
didik dan kurang
mengarahkan peserta didik pada saat mengerjakan latihan soal sehingga
semangat peserta didik pada siklus I secara umum masih kurang.
Kekurangan-kekurangan pada siklus I ini kemudian diperbaiki pada siklus II dan
aktivitas guru pada siklus II ini secara umum sudah baik.
Pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
Type Jigsaw ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik karena
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative
Type Jigsaw, peserta
didik dalam belajar menjadi lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi
peserta
didik. Selain itu
pula pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative
Type Jigsaw menjadi
lebih efektif. Akibatnya informasi yang diterima peserta didik akan diingat lebih lama.
Peningkatan
hasil belajar yang signifikan antara sebelum dan sesudah belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Type
Jigsaw karena dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative
Type Jigsaw, peserta
didik merasa tidak
belajar karena pembelajarannya menyenangkan bagi mereka. Hal tersebut membuat
pelajaran menjadi melekat lebih lama dan baik secara langsung maupun tidak
langsung, membuat peserta didik menjadi paham materi mengenai Gambar denah.
Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di
SMK Negeri 2 Bogor pada peserta didik kelas XI BB Semester 3 tahun pelajaran 2014-2015 bahwa hasil belajar peserta
didik sesudah
menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw ��menunjukkan hasil yang
memuaskan. Dari uraian pada bab sebelumnya, dapat diambil simpulan sebagai
berikut:
1.
Model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw� dapat meningkatan hasil belajar pesertsa
didik pada tentang Gambar denah di kelas XI BB SMK Negeri 2 Bogor dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw
2.
Penggunaan
model
pembelajaran Cooperative Type Jigsaw membuat peserta didik tidak bosan dan jenuh sebaliknya merasa senang
sehingga aktivitas belajar mereka meningkat. Hal ini terbukti pada siklus I ada
55,55% atau 20 peserta didik yang aktif, 22,22% atau 8 peserta didik yang cukup aktif dan 22,22% atau 8 peserta didik yang kurang aktif pada saat pembelajaran. Setelah
guru memperbaiki hasil refleksi pada siklus I maka pada siklus II didapat 83,33% atau 30 peserta didik aktif pada saat pembelajaran dan 16,67% atau 6 peserta tidak yang cukup aktif pada saat pembelajaran serta 0,00%
atau tidak ada peserta didik yang tidak aktif pada saat pembelajaran. Hal
tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik.
3.
Hasil
belajar mata
pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan khususnya tentang Gambar denah di kelas XI BB di SMK Negeri 2 Bogor sebelum
menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw �mempunyai nilai rata-rata 70.
Pada saat pembelajaran diubah menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw, rata-rata hasil belajar peserta
didik meningkat
menjadi 75,56 pada siklus I dan 82,78 pada siklus II.
BIBLIOGRAFI
Arikunto,
Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Kusuma,
Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks�
Lie,
Anita. 1993. Cooperative Learning. Jakarta:
Grasindo.
Slavin,
Robert E. 2009. Cooperative Learning
(Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media.
Suparno,
Paul. 2008. Riset Tindakan untuk
Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Wiraatmadya,
Rochmiati. 2007. Metode Penelitian
Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja�
Guru dan Dosen. Bandung: Program Pascasarjana UPI & PT Remaja
Rosdakarya