Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN
: 2541-0849���
e-ISSN : 2548-1398
Vol.
1, no 2 Oktober 2016
PENERAPAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
Deddy
Setiawan
SMAN 2 Cirebon
email: [email protected]
Abstrak
Salah satu
tujuan dari pembelajaran bahasa Inggris kelas XI adalah siswa dapat melakukan
percakapan dan menulis teks pemaparan jati diri secara lisan dan tertulis. Siswa SMAN 2 Cirebon khususnya kelas XI MIPA 4 memiliki
kemampuan bahasa Inggris paling rendah dibandingkan dengan kelas lainnya yang
diampu penulis khususnya dalam keterampilan berbicara. Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata keterampilan berbicara yaitu hanya 60 sedangkan standar
rata-rata yang ditetapkan oleh SMAN 2 Cirebon untuk keterampilan berbicara
adalah 80. Selain itu rata-rata nilai tes tulis yang dicapai oleh kelas XI MIPA
4 SMAN 2 Cirebon adalah 66,9 dengan ketuntasan hanya 52,4%. Penelitian
ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus yang berlangsung selama 2 (dua) bulan. Dari
siklus 1 didapat peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 72,4
yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berbicara yaitu sebesar 75,2 dengan rata-rata nilai kelas 78,5
dan ketuntasan belajar 73,8%. Walaupun mengalami peningkatan namun indikator
ketercapain belum terpenuhi maka dilakukan siklus 2 (dua) dengan pencapaian
aktivitas belajar sebesar 84,8 yang diiring dengan peningkatan kemampuan
berbicara yaitu 88,6 serta rata-rata nilai 88,2 dengan ketuntasan belajar 100 %. Hasil ini
menunjukan ketetapan semua indikator telah dicapai, dengan demikian penggunaan
model Role Playing dapat meningkatkan aktivitas belajar, kemampuan berbicara
dan hasil belajar.
�
Kata Kunci : Aktivitas, Berbicara, Role
Playing
Pendahuluan
Sebagai
bahasa Internasional maka penguasaan bahasa inggris menjadi kebutuhan khususnya bagi siswa sekolah menengah atas.
Salah satu fungsi pelajaran bahasa inggris bagi tingkat SMA adalah
mengembangkan kemamupuan berkomunikasi baik lisan maupun tulis. Sesuai dengan
fungsi tersebut, maka pelajaran bahasa inggris diarahkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan bahasa inggris sehingga lulusan dapat bekomunikasi atau berwacana. Dalam hal ini, siswa
yang lulus ditargetkan untuk memiliki tingkat literasi atau kewicaraan
informational. Pada tingkatan ini, siswa diharapkan dapat mengakses ilmu pengetahuan dengan keterampilan berbahasa. (Depdiknas 2004:2-3). Siswa pada
kelas XI dituntut mampu
untuk menyatakan
pendapat disertai dengan penjelasan yang logis dan relevan. Dengan
demikian, salah satu
tujuan dari pembelajaran bahasa Inggris kelas XI adalah siswa dapat melakukan
percakapan dan menulis paragraf pemaparan profil secara lisan dan tertulis. Jika siswa dapat melakukan
percakapan dengan baik secara otomatis �siswa akan
mampu memberikan pernyataan pendapat.
Kesulitan
dalam
berbicara dialami oleh
siswa SMAN 2 Cirebon khususnya kelas XI MIPA 4. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian rata-rata kemampuan speaking siswa yaitu hanya 60 dari standar yang ditetapkan 80.
Rendahnya kemampuan berbicara rata-rata siswa salah satunya
dikarenakan sikap
siswa yang kurang antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran bahasa inggris khususnya
berbicara. Berdasarkan hasil pengamatan nilai aktivitas siswa khususnya dalam
materi speaking hanya 57,6 dari
standar yang ditetapkan yaitu 80. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan
berbicara siswa kelas XI MIPA 4 dikarenakan siswa kurang antusias dan bersemangat
dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya kemampuan berbicara.
Kurang semangat dan antusisanya siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari tidak adanya siswa yang mengajukan pertanyaan,
sedikit yang menjawab ketika diberikan pertanyakan oleh guru. Guru
harus sedikit memaksa dan membujuk siswa agar mau mengemukakan pendapat. Ketidakaktifan siswa salah satunya disebabkan karena
guru masih
menerapkan teacher learning center, dimana guru menjadi pusat pembelajaran sehingga siswa
menjadi kurang aktif. Untuk itu guru
dituntut lebih inovatif dalam proses belajar mengajar, salah satunya dengan
menerapkan student learning center. Teknik pembelajaran yang diterapkan ditujukan tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kebahasaan kepada siswa, tetapi memberikan
keterampilan dalam menggunakan
bahasa sesuai dengan aturan yang berlaku. Pembelajaran tersebut tidak sekedar menyuguhkan teori semata, tetapi juga memberikan berbagai latihan
dalam keterampilan berbahasa. Selain penerapan teknik
pembelajaran yang tepat,
kenyamanan dalam suasana kelas juga harus diciptakan agar interaksi antara tenaga
pendidik dan siswa serta
interaksi antara siswa dengan siswa dapat terjalin secara kondusif.
Model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan bicara serta mampu menciptakan suasana nyaman dan ceria salah
satunya adalah bermain
peran atau role playing. Model pembelajaran ini, membuat siswa mampu
mengeksplor kemampuan berbicara melalui peran yang dimainkannya tanpa harus
takut untuk berbuat kesalahan. Jika diterapkan secara efektif, role
playing akan membuat siswa mampu melakukan hal-hal berikut ini: (1) ketegangan yang
sering terjadi sehingga menyebabkan stress dalam proses belajar
dan mengajar (2) mengajak
siswa terlibat penuh sehingga mampu meningkatkan kreatifitas (3)
tujuan
siswa dapat tercapai tanpa disadari (4) meraih makna belajar melalui pengalaman, memfokuskan dan
memberikan kesempatan kepada
siswa dalam menggunakan bahasa sehingga ketercapaian pembelajaran
terjadi tanpa disadari (Roestiyah, 2001: 47). Berdasarkan pemikiran tersebut,
penulis berasumsi bahwa
dengan penerapan role playing akan dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan hasil belajar.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Oktober dan November semester
ganjil tahun ajaran 2015/2016. Siklus penelitian ini meliputi tahapan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian
adalah siswa kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 2 Kota Cirebon dengan jumlah siswa sebanyak
42 orang. Fokus penelitian yaitu aktivitas belajar, kemampuan berbicara, model role playing. Ketiga fokus penelitian dioperasionalkan sebagai
berikut:
1.
Aktivitas
Belajar
Aktivitas
belajar merupakan rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang saling berkaitan sehingga
tercipta belajar yang optimal (Sardiman, 2005:96).
Pembelajaran optimal akan tercipta jika peserta didik aktif dan mendominasi
dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Melalui pembelajaran
yang optimal siswa tidak sekedar mendengarkan
dan mencatat tetapi secara aktif terlibat langsung dalam pengorganisasian dan
penemuan informasi (pengetahuan), hal ini tentu saja
menjadikan siswa tidak pasif dengan hanya menerima ilmu yang diberikan oleh
guru. Dalam proses pendidikan
dan pengajaran, guru memiliki tugas untuk mengembangkan dan memfasilitasi agar peserta didik
dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Indikator aktivitas belajar dalam
topik expressing love terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel
1 Indikator Aktifitas Belajar Siswa
No |
Aspek yang diamati |
Nilai |
1 |
Mengemukakan
pendapat di depan kelas |
20 |
2 |
Memberikan
jawaban atas pertanyaan guru |
20 |
3 |
Mengajukan
pertanyaan pada guru |
20 |
4 |
Berdialog
dengan sesama teman |
20 |
5 |
Menggunakan
kata (vocabulary) secara benar |
20 |
Kategori:
Rata-rata 80-100 = Tinggi
Rata-Rata 60-79 = Sedang
Rata-Rata
< 60 = Rendah
2.
Keterampilan
Berbicara
Keterampilan
berbicara (speaking skill) merupakan
suatu kemampuan individu dalam menyampaikan gagasan kepada orang lain melalui lisan. Aktivitas ini sulit berkembang jika
tidak dilatih secara terus menerus misalnya dilakukan dengan rekan-rekan,
guru-guru bahasa inggris, atau guru-guru lainnya yang bisa berbahasa
Inggris. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan berbicara, memperbanyak pemakaian kosa kata, memperbaiki tatanan bahasa, memperbaiki
kata dan kalimat bahasa
Inggris serta melatih pendengaran sehingga mudah menangkap pesan
dari lawan bicara. Indikator keterampilan berbicara digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 2.
Indikator Bermain Peran
NO |
KRITERIA |
NILAI |
KATEGORI |
1 |
Jika respon
benar, ucapan benar, intonasi benar, dan pengucapan lancar |
100 |
Amat Baik |
2 |
Jika respon
benar, ucapan benar, intonasi benar, dan pengucapan tidak lancar |
80 |
Baik |
3 |
Jika respon
benar, ucapan benar, intonasi salah, dan pengucapan tidak lancar. |
60 |
Cukup |
4 |
Jika respon
benar, ucapan kurang
tepat, intonasi salah, dan pengucapan tidak lancar |
40 |
Kurang |
5 |
Jika respon
kurang tepat, ucapan salah, intonasi salah, dan pengucapan tidak lancar. |
20 |
Buruk |
3. Role
Playing
Role playing adalah model pembelajaran gerak yang didalamnya
terdapat tujuan dan aturan yang dibalut dengan unsur senang (Jill Hadfield,
1986). Permainan ini dilakukan oleh beberapa orang dan
tergantung pada sesuatu yang diperankan. Titik tekan permainan ini ada
pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi.
Dalam permainan ini, murid merupakan subyek pembelajaran, dimana terlibat dalam aktivitas
tanya jawab �dengan siswa lainnya pada kondisi tertentu. Berikut ini manfaat yang didapat
jika proses pembelajaran dengan penerapan role playing, di antaranya adalah:
a.
Menimbulkan
kesan tersendiri dalam memori siswa sehingga akan selalu dikenang.
b.
Permainan yang menarik yang akan mampu
menciptakan suasana kelas yang aktif dan penuh semangat.
c.
Membangkitkan
antusiasme dan meningkatkan aktivitas belajar serta mampu menciptakan kebersamaan.
d.
Siswa
dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang berhubungan dalam proses belajar.
Pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Pengemabilan data
terkait aktivitas belajar siswa dilakukan
dengan observasi sedangkan kemampuan berbicara siswa dilakukan dengan penilaian
terhadap peran yang dilakoni oleh siswa. Untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi expression love dilakukan tes tulis. Data perolehan hasil observasi dan tes tulis dianalisis menggunakan
analisis deskriptif. Selanjutnya menghitung nilai rata-rata aktivitas belajar,
hasil belajar terkait materi expression
love dan kemampuan berbicara berdasarkan observasi dan nilai
tes pada tiap siklusnya.
Indikator keberhasilan pembelajaran tercapai ketika adanya
aktivitas belajar mengalami peningkatan dengan standar rata-rata 80.
Sedangkan untuk nilai
kemampuan berbicara standar
rata-rata minimal adalah 80 atau kategori tinggi dan untuk hasil tes exspression love nilai KKM setiap siswa
adalah 80 dengan nilai rata-rata minimal 88 serta ketuntasan belajar 84%.
Perlakuan berhasil jika tercapai ke tiga indikator tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Siswa Kelas
XI MIPA 4
berjumlah
42 orang. Aktivitas
belajar pada kondisi awal nampak kelas kurang aktif dan bersemangat selama aktivitas
belajar mengajar khususnya
keterampilan berbicara. Jarang siswa yang mengajukan pertanyaan, ketika guru
bertanya pun hanya sedikit yang menjawab pertanyaan, itupun harus ditunjuk,
bukan atas inisiatif sendiri. Ketika guru meminta dibacakan dialog, hanya sekedar melaksanakan aktivitas membaca
saja, sebagian siswa menunjukkan sikap terbebani dan merasa sulit.
Hanya beberapa siswa yang
menunjukkan kesungguhan dengan berusaha membacakan dialog. Berdasarkan
hasil lembar observasi
aktivitas
belajar didapat siswa dengan motivasi berkriteria sedang sejumlah 21 siswa. Untuk siswa berkriteria rendah sebanyak 12 siswa sedangkan 9 siswa berkriteria tinggi. Berikut
tabel aktivitas belajar siswa pada pra siklus:
Tabel
3.� Aktivitas Belajar Siswa pada
Prasiklus
Jumlah Siswa |
Aktivitas Tinggi |
Aktivitas Sedang |
Aktivitas
Rendah |
Rata-Rata |
Kategori |
|
42 |
9 |
21 |
12 |
57,6 |
Rendah |
|
Perbedaan aktivitas belajar siswa, berpengaruh
pada kemampuan berbicara dan hasil belajar
expressing love. Berdasarkan tes awal yang diberikan setelah pembelajaran ternyata
menunjukkan� hasil seperti tertera dalam
tabel berikut ini:
Tabel
4. Kemampuan Berbicara Siswa Pra Siklus
No |
Kriteria |
Nilai |
Jumlah |
Total |
1 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi benar, dan
pengucapan lancar |
100 |
3 |
300 |
2 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi benar, dan
pengucapan tidak lancar |
80 |
6 |
480 |
3 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi salah, dan pengucapan
tidak lancar. |
60 |
21 |
1260 |
4 |
Jika respon benar, ucapan kurang tepat, intonasi salah, dan pengucapan tidak lancar |
40 |
12 |
480 |
5 |
Jika respon kurang tepat, ucapan salah, intonasi salah,
dan pengucapan tidak lancar. |
20 |
0 |
0 |
|
Total |
|
|
2520 |
|
Rata-Rata |
|
|
60 |
|
Kategori |
|
|
Cukup |
Tabel di
atas menunjukan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam berbicara berada pada
kategori cukup. Selain kemampuan berbicara, hasil belajar siswa memahami expressing love ditunjukan dengan tabel
berikut ini:
Tabel
5. Hasil Belajar Memahami Expressing Love
pada Pra Siklus
Nilai |
Nilai
≥75 |
KKM Mapel
Bahasa Inggris |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
siswa bernilai < 80 |
20 |
47,6 |
88 |
Jumlah
siswa bernilai ≥80 |
22 |
52,4 |
|
Nilai
tertinggi |
90 |
|
|
Nilai
terendah |
40 |
||
Nilai
rata-rata |
66,9 |
Sesuai tabel tersebut, dari 42 siswa Kelas XI MIPA 4 yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 22 siswa atau 52,4%. Sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 47,6%. Sedangkan rata-rata nilai kelas siswa
66,9� padahal nilai standar rata-rata
kelas adalah 88. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam memahami
expressing love masih rendah meskipun guru sudah menunjukkan aktivitas yang sangat
baik yang dibuktikan dengan penyiapan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
yang baik.
Guru masih menerapkan model konvensional dalam proses
pembelajaran, dimana sebagian besar masih berfokus pada guru atau yang sering
disebut dengan teacher learning center.
Hal tersebut tentu saja
membuat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran rendah yang berujung pada
ketidakaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru perlu meningkatkan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih
inovatif.
Siklus 1 (satu)
dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan
pembahasan terkait expressing love
dan pengenalan konsep model belajar role
playing.
Pada pertemuan kedua siklus pertama, para siswa membentuk kelompok dan �membuat konsep dialog dengan topik expressing love. Setelah itu, setiap kelompok memerankan tokoh yang
ada pada dialog. Dari hasil pengamatan siswa amat antusias
berusaha membuat percakapan dalam bahasa Inggris, membuat skenario adegan yang
akan dimainkan dan berusaha dengan keras menyusun kalimat yang akan diungkapkan
dalam bermain peran tersebut. Antusias siswa juga terlihat dengan keberanian
bertanya kepada guru tentang skenario yang telah mereka buat, suatu hal yang
tidak mungkin siswa lakukan apabila proses pembelajaran dengan metode ceramah. Suasana pembelajaran
nampak lebih hidup dari awal pembuatan skenario hingga metode bermain peran
dilakukan oleh masing masing kelompok. Semua kelompok� berusaha menunjukkan kemampuan berbicara
dalam dialog bahasa inggris dengan sebaik mungkin. Sedangkan kelompok lain
berusaha menyimak dialog yang sedang diperankan, sehingga secara tidak langsung
terjadi pembelajaran percakapan dengan jalan menyimak. Suasana proses
pembelajaran terasa tidak menjemukan, partisipasi siswa begitu terlihat. Respon
siswa terpancar dari wajah siswa mengikuti pelajaran ini, sehingga mereka
dengan kesadaran yang cukup tinggi ikut terlibat aktif melaksanakan kegiatan
bermain peran meskipun tidak dipungkiri ada beberapa siswa masih terlihat malu
malu juga ada siswa yang kurang respon dalam bermain peran pada pelajaran ini.
Berikut ini tabel yang menunjukan komposisi keaktifan dan antusiasme dalam
menunjukan kemampuan berbicara:�
Tabel
6 Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1
Jumlah Siswa |
Aktivitas Tinggi |
Aktivitas Sedang |
Aktivitas
Rendah |
Rata-Rata |
Kategori |
|
42 |
26 |
15 |
1 |
72,4 |
Sedang |
|
Tabel aktivitas belajar �siswa pada Siklus
I menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa mengalami
kenaikan dari tahap pra siklus, untuk kategori tinggi naik dari 9 ke 26
sedangkan untuk kategori sedang turun dari 21 ke 15 serta untuk kategori rendah
dari 12 turun ke 1. Hal ini
membuktikan bahwa model pembelajaran Role Playing dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar diikuti
juga dengan peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas XI MIPA 4.
Tabel
7 Kemampuan Berbicara pada Siklus 1
No |
Kriteria |
Nilai |
Jumlah |
Total |
1 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi benar, dan
pengucapan lancar |
100 |
5 |
500 |
2 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi benar, dan
pengucapan tidak lancar |
80 |
22 |
1760 |
3 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi salah, dan
pengucapan tidak lancar. |
60 |
15 |
900 |
4 |
Jika respon benar, ucapan kurang tepat, intonasi salah, dan pengucapan tidak lancar |
40 |
0 |
0 |
5 |
Jika respon kurang tepat, ucapan salah, intonasi salah,
dan pengucapan tidak lancar. |
20 |
0 |
0 |
|
Total |
|
|
3160 |
|
Rata-Rata |
|
|
75,2 |
|
Kategori |
|
|
Cukup |
Berdasarkan tabel di
atas, kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan dari 60 dengan kategori
cukup pada tahap pra siklus menjadi 75,2 pada siklus 1 dengan kategori cukup.
Namun, walaupun mengalami peningkatan, kemampuan berbicara siswa masih belum
mencapai standar yaitu 80 atau kategori baik. Sedangkan hasil belajar memahami expressing love ditunjukan dengan tabel
berikut ini:
Tabel
8 Hasil Belajar Expressing Love pada Siklus 1
Nilai |
Nilai
≥82 |
KKM Mapel
Bahasa Inggris |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
siswa bernilai < 80 |
11 |
26,2% |
88 |
Jumlah
siswa bernilai ≥80 |
31 |
73,8% |
|
Nilai
tertinggi |
95 |
|
|
Nilai
terendah |
60 |
||
Nilai
rata-rata |
78,5 |
Berdasarkan data di
atas, walaupun terjadi peningkatan pada aktifitas belajar, kemampuan berbicara
siswa dan hasil belajar namun belum mencapai indikator yyang telah ditetapkan.
Untuk rata-rata aktivitas belajar pada siklus 1 72,4 sedangkan standar aktivitas
belajar ditetapkan 80, kemampuan berbicara siswa pada siklus 1 mencapai 75,2
sedangkan standar yang ditetapkan adalah 80 serta untuk ketuntasan belajar
73,8% dan rata-rata 78,5 dari standar ketetapan rata-tata 88 dan ketuntasan
belajar 84%. Oleh karena itu diperlukan adanya tahapan pembelajaran berikutnya
untuk mencapai indikator standar ketetapan yang terangkum dalam siklus II.
Pada siklus kedua,
hasil observasi, penilaian kemampuan berbicara bahasa Inggris dan hasil belajar
memahami expressing love kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 2 Kota Cirebon melalui
penerapan model role playing mengalami
peningkatan dan telah memenuhi standar indikator ketercapaian. Peningkatan
aktivitas belajar siswa, kemampuan berbicara dan hasil belajar memahami expressing love ditunjukan oleh tabel
berikut ini:
Tabel
9.� Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2
Jumlah Siswa |
Aktivitas Tinggi |
Aktivitas Sedang |
Aktivitas
Rendah |
Rata-Rata |
Kategori |
|
42 |
36 |
6 |
0 |
84,8 |
Tinggi |
|
Dari tabel aktivitas belajar siswa pada Siklus II tersebut diketahui bahwa 36 siswa memiliki aktivitas tinggi, 6
(enam) memiliki aktivitas sedang dan tidak ada yang memiliki aktivitas rendah. Hal yang menggembirakan, dengan penerapan
model role playing telah meningkatkan aktivitaas belajar
siswa, yang diikuti juga dengan peningkatan kemampuan berbicara. Berikut ini
tabel yang menunjukan kemampuan berbicara:
Tabel
10. Kemampuan Berbicara Pada Siklus 2
No |
Kriteria |
Nilai |
Jumlah |
Total |
1 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi benar, dan
pengucapan lancar |
100 |
21 |
2100 |
2 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi benar, dan
pengucapan tidak lancar |
80 |
18 |
1440 |
3 |
Jika respon benar, ucapan benar, intonasi salah, dan
pengucapan tidak lancar. |
60 |
3 |
180 |
4 |
Jika respon benar, ucapan kurang tepat, intonasi salah, dan pengucapan tidak lancar |
40 |
0 |
0 |
5 |
Jika respon kurang tepat, ucapan salah, intonasi salah,
dan pengucapan tidak lancar. |
20 |
0 |
0 |
|
Total |
|
|
3720 |
|
Rata-Rata |
|
|
88,6 |
|
Kategori |
|
|
Baik |
Untuk
hasil belajar memahami topik expression
love ditunjukan pada tabel berikut ini:
Tabel
11. Hasil Belajar Expression Love
Pada Siklus 2
Nilai |
Nilai
≥82 |
KKM Mapel
Bahasa Inggris |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
siswa bernilai < 80 |
0 |
0 |
88 |
Jumlah
siswa bernilai ≥80 |
42 |
100 |
|
Nilai
tertinggi |
95 |
|
|
Nilai
terendah |
85 |
||
Nilai
rata-rata |
88,2 |
Pada siklus II ini,
suasana pembelajaran nampak lebih hidup dari awal pembuatan skenario hingga
metode bermain peran dilakukan oleh masing masing kelompok. Semua kelompok� berusaha menunjukkan kemampuan berbicara dalam
dialog bahasa Inggris dengan sebaik mungkin. Sedangkan kelompok lain berusaha
menyimak dialog yang sedang diperankan, sehingga secara tidak langsung terjadi
pembelajaran percakapan dengan jalan menyimak. Suasana proses pembelajaran
terasa tidak menjemukan, partisipasi siswa begitu terlihat. Respon siswa
terpancar dari wajah siswa mengikuti pelajaran ini, sehingga mereka dengan
kesadaran yang cukup tinggi ikut terlibat aktif melaksanakan kegiatan bermain
peran. Jika pada siklus 1 masih ada siswa yang kurang respon dalam bermain
peran maka pada siklus 2 ini, semua anggota dalam kelompok terlihat bersemangat
dan terlibat penuh dalam bermain peran. Hal ini tidak terlepas dari susunan
anggota kelompok yang merupakan perpaduan antara kelompok yang aktif dan kurang
aktif.
Memperhatikan kemampuan
siswa dalam berbicara pada� siklus II, penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut.
a)
Rata-rata
aktivitas
belajar siswa meningkat
b)
Rata-rata
kemampuan
siswa dalam berbicara juga
menunjukkan adanya peningkatan dari 75,2 menjadi 88,6
c)
100% siswa tuntas KKM.
Melihat hasil tersebut di atas maka indikator
kinerja secara keseluruhan telah tercapai tercapai.
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian pada pembelajaran
Siklus I dan Siklus II dengan menggunakan �role playing untuk meningkatkan
kemampuan berbicara dan hasil tes tulis expressing
love. Pada siklus II kemampuan berbicara bahasa inggris siswa rata-rata
berada pada angka 88,6 dan telah mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan yaitu rata-rata minimum 80. Sedangkan untuk hasil tes
tulis expressing love telah
menyelesaikan ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 88,2 dari standar nilai
rata-rata KKM 88 dan ketuntasan belajar 100% dari standar 84%. Dengan demikian, penelitian ini dapat dipetik
dua simpulan.
1.
Role playing dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan kemampuan berbicara bahasa inggris dalam pembelajaran expressing love di Kelas XI
MIPA 4 SMA Negeri 2 Kota Cirebon semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
2.
Role playing dapat meningkatkan hasil belajar
expressing love pada siswa Kelas XI
MIPA 4� SMA Negeri 2
Kota Cirebon semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
BIBLIOGRAFI
A.M, Sardiman. 2005. Interaksi Dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press
Arikonto, Suharsimi, Suhhardjono, dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Arikonto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Depdiknas. 2008.
Pengembangan Model Pembelajaran Tatap
Muka Penugasan Terstruktur dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dikdasmen.
Ibrahim, Muhsin dkk. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: University Press
Roestiyah NK. 2001. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Zummakhsin, Yulia Mufarichah. 2007. Buku
Paket Progress. Jakarta: Progress Konsumen. Yogyakarta,
BPFE.