�����������
�����������������������Action
Research Literate
� ISSN : 2613-9898
����������� �����������������������Vol. 1, No 1 Desember 2017
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA�
PELAJARAN PEMASARAN ONLINE
Taufik Ridwan1
dan Iman Nasrulloh2
Institut
Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon1 dan STKIP Garut2
Email:
[email protected]1 dan [email protected]
Abstrak
Model pembelajaran problem based learning adalah
satu dari sekian metode belajar kooperatif yang banyak digunakan pendidik.
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
keberpengaruhan model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan
hasil belajar siswa kelas X Pemasaran SMK Bina Bangsa Sedong pada mata
pelajaran pemasaran online. Populasi yang terlibat dalam penelitian ini
berjumlah 30 siswa dengan sampel yang memiliki jumlah sama. Objek dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X Pemasaran SMK Bina Bangsa
Sedong. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi dan uji kompetensi.
Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan lembar penilaian. Teknik
analisis penelitian menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa metode pembelajaran problem based learning
secara perlahan mampu memberi dampak baik terhadap peningkatan hasil belajar
siswa kelas X Pemasaran SMK Bina Bangsa Sedong tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar
Pendahuluan
Pendidikan pemasaran
online adalah satu diantara banyak mata pelajaran yang diajarkan di kelas X
Pemasaran SMK Bina Bangsa Sedong. Mata pelajaran ini menunut siswa untuk dapat
lebih mampu menguasai metode dan pengamalan pemasaran online. Melalui mata
pelajaran ini pula, siswa diharapkan mampu menjadi pribadi yang dapat� memasarkan produk maupun jasa melalui
cara-cara online.
Pemasaran Online adalah
sebuah mata pelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk dapat melakukan
pemasaran pada dunia maya. Di perkembangan teknologi seperti sekarang, metode
pemasaran seperti ini amat dibutuhkan, baik untuk lembaga maupun perseorangan.
Lebih dari itu, melalui mata pelajaran ini, siswa diharapkan mampu melakukan
pemasaran online dengan lebih baik dan maju. Sehingga, pada tahap akhir nanti,
siswa diharapkan mampu menjadi pemasar yang baik dan handal, baik itu dalam
dunia maya ataupun dunia nyata.
Mata pelajaran
pemasaran online juga merupakan satu diantara banyak mata pelajaran yang
diminati peserta didik. Peneliti dan observer mendapati peserta didik amat
antusias dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Bahkan, sejauh ini, mata
pelajaran pemasaran online adalah mata pelajaran yang paling hidup dibanding
mata pelajaran lain.
Akan tetapi, pada
pelaksanaannya, masih banyak yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Sebab, walau banyak siswa yang antusias dan semangat mengikuti
proses pembelajaran, hasil belajar siswa masih cenderung buruk. Buruknya hasil
belajar siswa tentulah sangat berbanding terbalik dengan semangat belajar
dimiliki oleh peserta didik.
Menindaklanjuti hal
tersebut, peneliti kemudian melaksanakan penelusuran terkait kualitas
pembelajaran yang dilakukan di kelas X Pemasaran. Hasil dari penelusuran
tersebut membuktikan bahwa kualitas pembelajaran yang dilakukan di X Pemasaran
amat jauh dari kata baik. Metode yang digunakan pendidik dalam melakukan
pembelajaran cenderung monoton dan konvensional. Kendati semangat di awal
pembelajaran, lambat laun peserta didik menjadi bosan dan malas melakukan
pembelajaran. Lebih dari itu, penyampaian yang dilakukan pendidik juga
cenderung tidak jelas. Artikulasi pendidik cenderung samar dan tidak dapat
diserap dengan baik oleh peserta didik. Walhasil, kendati semangat belajar,
peserta didik sejatinya tidak mendapat menyerap materi pembelajaran yang
disampaikan oleh pendidik.
Metode Problem Based
Learning adalah satu diantara banyak metode belajar yang modern. Model
pembelajaran ini memungkinkan pendidik untuk melakukan pembelajaran yang lebih
kooperatif, melibatkan peserta didik dalam prosesnya dan mewujudkan
pembelajaran dengan orientasi dari siswa, oleh siswa, untuk siswa.
Terkait dengan
pengertian Problem Based Learning Duch (1995) menerangkan bahwa, model
pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk tahu dan mau belajar
bagaimana belajar. Maksudnya, dalam pembelajaran ini, peserta didik dituntut
untuk dapat menyelesaikan masalah secara berkelompok. Mengamini hal tersebut,
Arends (dalam Trianto: 2007) juga menyebutkan bahwa, model pembelajaran ini
merupakan pola pembelajaran berkelompok yang menuntut siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah sebagai sebuah bentuk pembelajaran. Melalui pembelajaran
ini siswa akan diarahkan untuk mampu menganalisis setiap permasalahan yang
muncul. Lebih dari itu, melalui pembelajaran ini juga, siswa akan diarahkan
untuk dapat mencetuskan jalan keluar sebagai sebuah solusi dari permasalahan yang
sedang dihadapi.
Dari setiap definisi di
atas, dapat diartikan� bahwa model
pembelajaran yang diterapkan disini akan menuntut siswa untuk jadi pribadi yang
lebih aktif (Glazer: 2001). Masing-masing siswa akan menjadi pribadi yang latah
bertanya dan menjawab. Sementara itu sebagian lain jadi pribadi yang terus
mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.
Berlatar belakang hal
di atas, peneliti kemudian berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan
judul; �Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata� Pelajaran Pemasaran Online Pada Siswa Kelas X
Pemasaran Smk Bina Bangsa Sedong Tahun Pelajaran 2016/2017.�
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini secara
umum menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Kemmis dan Taggart (1988)
dalam bukunya menerangkan bahwa, metode penelitian ini adalah metode yang
berfokus pada proses penelitian. Peneliti pada metode ini akan sangat
memperhatikan setiap proses yang dijalani. Sebab, seperti diketahui, metode
penelitian ini sendiri menitikberatkan penelitian pada perbaikan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Arikunto (2005) dalam
bukunya� juga menerangkan bahwa metode
penelitian ini merupakan satu diantara beberapa metode penelitian yang cukup sederhana.
Proses penelitian disini hanya mentitikberatkan pada proses pembelajaran yang
dilakukan di kelas.
Tujuan utama dari
penelitian tindakan kelas� adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Suhardjono (2008) menjelaskan
bahwa metode ini memungkinkan peneliti untuk dapat memperbaiki kualitas
pendidikan di kelas. Mengamini hal tersebut, Suparno (2008) juga mengatakan hal
yang sama. Menurutnya, penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk
memperbaiki dan/atau meningkatkan kualitas pendidikan yang berlangsung di
kelas.
Subjek dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X Pemasaran SMK Bina Bangsa Sedong Kabupaten
Cirebon tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah subjek yang terlibat disini adalah 30
siswa. Adapun terkait dengan subjek, objek yang dipilih dalam penelitian ini
adalah hasil belajar dari subjek penelitian. Dengan kata lain, objek dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X Pemasaran SMK Bina Bangsa
Sedong Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2016/2017.
Populasi yang terlibat
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Pemasaran yang berjumlah 30
siswa. Siswa-siswa tersebut dipilih karena belum memiliki model pembelajaran
yang tepat untuk mata pelajaran pemasaran online. Di sisi lain, kelas X
Pemasaran juga memiliki hasil belajar yang relatif kurang baik, sehingga perlu
tindak lanjut� untuk perbaikan hasil
belajarnya.
Sampel yang digunakan
disini adalah seluruh populasi penelitian yang berjumlah 30 siswa. Alasan
peneliti menggunakan seluruh populasi adalah karena kebutuhan penelitian itu
sendiri. Penelitian mempertimbangkan kebutuhan seluruh peserta didik akan
pembelajaran. Di samping itu, peneliti juga menggunakan total sampling sebagai teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini.
Teknik pengambilan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan penilaian
pembelajaran. Adapun instrumen penelitian yang digunakan disini adalah lembar
observasi dan lembar penilaian itu sendiri.
Teknik analisis yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Deskriptif
analisis sendiri adalah teknik analisis yang memungkinkan peneliti
menggambarkan setiap hasil penelitian sebagai sebuah hasil analisis. Dalam
teknik ini, setiap hasil akan digambarkan dengan penggambaran yang benar-benar
jelas dan terpeinci. Hal itu bertujuan untuk memudahkan peneliti untuk
mengambil kesimpulan, di samping untuk pembaca agar mudah mencerna.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pra Siklus
Pada pembelajaran pra siklus peneliti mendapati
hasil belajar yang benar-benar rendah dari kelas X Pemasaran. Rerata belajar
yang diperoleh X Pemasaran berada di angka 70. Hal tersebut jauh dari kriteria
ketuntasan minimum SMK Bina Bangsa yang berada di angka 75.
Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas X
Pemasaran pada dasarnya cukup baik. Namun pada beberapa sektor pendidik
terkesan monoton dalam menyampaikan materi belajar. Di sisi lain, observer juga
mendapati pendidik yang tidak jelas dalam menyampaikan materi. Masalah
artikulasi dan pemilihan kata menjadi masalah tersendiri bagi siswa. Pada
beberapa bagian materi yang menggunakan istilah ilmiah, siswa terkesan bingung
dan tidak paham dengan apa yang disampaikan pendidik. Pada fase yang berbeda,
penyampaian guru juga terkesan terlalu cepat sehingga peserta didik tidak
benar-benar tepat menangkap kata dan materi yang disampaikan pendidik.
Akan tetapi, terlepas dari masalah tersebut, siswa X
Pemasaran adalah kelas dengan antusiasme�
yang cukup baik. Khusus untuk mata pelajaran pemasaran online, kelas X
Pemasaran amat sangat antusias. Hanya saja, kelas X Pemasaran tidak begitu baik
menerima materi yang disampaikan oleh pendidik.
Terkait dengan hasil belajar pra siklus, berikut
penulis lampirkan hasilnya pada tabel di bawah ini:
Tabel
1
Hasil
Belajar Pra Siklus
No |
Kriteria |
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
70 |
|
2 |
Nilai Terendah |
65 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
79 |
|
4 |
Jumlah yang Sudah Tuntas |
11 |
|
5 |
Jumlah yang Belum Tuntas |
19 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
36% |
|
2. Deskripsi Siklus I
Siklus I adalah fase dimana metode pembelajaran Problem Based Learning benar-benar
diterapkan. Pada fase ini peserta didik akan dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan dunia nyata yang harus diselesaikan. Penyelesaian
yang diharapkan juga bukan penyelesaian sembarangan, melainkan penyelesaian
yang berdasar pada materi yang telah diajarkan.
Dari hasil pengamatan observer dihadapi kelas X
Pemasaran memiliki aktivitas belajar yang meningkat tajam. Lebih dari 90% siswa
di kelas tersebut terlibat tanya jawab sepanjang bagian presentasi. Motivasi
dan semangat siswa belajar semenjak menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.
Untuk pendidik sendiri, menurut keterangan observer
menyebutkan bahwa, pendidik melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar.
Sebelum memulai proses pembelajaran, pendidik terlebih dulu menyampaikan
pemahaman terkait model belajar yang akan diterapkan. Diharapkan melalui pola
tersebut, baik baik pendidik maupun peserta didik mampu bersinergi untuk
mewujudkan pembelajaran yang ideal dan sesuai harapan.
Terkait hasil belajar yang diperoleh peserta didik
pada siklus I, berikut penulis lampirkan melalui tabel di bawah ini:
Tabel
2
Hasil
Belajar Siklus I
No |
Kriteria |
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
74 |
|
2 |
Nilai Terendah |
70 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
85 |
|
4 |
Jumlah yang Sudah Tuntas |
19 |
|
5 |
Jumlah yang Belum Tuntas |
11 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
63,3% |
|
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa, semenjak
menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning, tidak hanya aktivitas belajar siswa yang menanjak, namun
juga hasil belajar siswa ikut menanjak. Tabel di atas menerangkan bahwa, pada
siklus I rerata hasil belajar meningkat menjadi 74 dari 70 di pra siklus.
Sementara itu, nilai tertinggi dan terendah pada siklus I� mengalami kenaikan dibanding pra siklus. Jika
pada pra siklus nilai terendah berada di angka 60 dan nilai tertinggi berada di
angka 79, maka pada siklus I ini keduanya meningkat menjadi 70 untuk nilai terendah
dan 85 untuk nilai tertinggi.
Dari hasil di atas, penulis dapat berkesimpulan
bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning memberi dampak yang cukup baik terhadap peningkatan hasil belajar
siswa kelas X Pemasaran SMK Bina Bangsa Sedong tahun pelajaran 2016/2017. Akan
tetapi, dari hasil di atas, peneliti juga mendapati ketidakmaksimalan dalam
proses pembelajaran sehingga butuh tindak lanjut.
3. Deskripsi Siklus II
Siklus II merupakan tindak lanjut dari proses
pembelajaran yang kurang maksimal di siklus I. Di siklus ini pendidik lebih
menekankan pada kualitas pengajaran. Penjelasan yang pendidik sampaikan lebih
ditekankan. Sehingga, pada tahap lanjut, peneliti berharap proses belajar dapat
lebih efektif dan hasil belajar dapat lebih maksimal.
Terkait dengan hasil belajar siklus II peneliti sampaikan
ke dalam tabel yang ada di bawah ini:
Tabel
3
Hasil
Belajar Siklus II
No |
Kriteria |
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
80 |
|
2 |
Nilai Terendah |
78 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
85 |
|
4 |
Jumlah yang Sudah Tuntas |
25 |
|
5 |
Jumlah yang Belum Tuntas |
5 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
83,3% |
|
Dari data di atas diketahui bahwa peningkatan tidak
hanya terjadi pada siklus I, melainkan juga siklus II. Secara� umum, jika merujuk pada tabel yang ada di
atas, peningkatan yang terjadi di siklus II tidak begitu signifikan jika
dibanding dengan siklus I. Pada siklus II ini rerata hasil belajar berhasil
mencapai angka 80. Lebih besar 6 angka jika dibandingkan dengan siklus I dan 10
jika dibandingkan pra siklus. Selaras dengan peningkatan hal tersebut. Nilai
terendah untuk siklus II juga cenderung naik. Jika pada siklus I nilai terendah
hanya berada di angka 70, maka pada siklus ini nilau tersebut berada di angka
78.
Di samping kedua peningkatan di atas, peningkatan
yang cukup signifikan dibanding keduanya terlihat pada jumlah ketuntasan.
Dimana pada siklus II ini jumlah ketuntasan berada pada angka terbaik, yakni 25
siswa. Atau jika dikalkulasi jumlah tersebut setara dengan 83,3% siswa yang ada
di kelas X Pemasaran SMK Bina Bangsa Sedong. Akan tetapi, berbanding terbaik
dengan ketiganya, nilai tertinggi pada siklus II justru sama dengan nilai
tertinggi siklus I. Hal tersebut menunjukkan kestagnanan yang terjadi untuk
nilai tertingi. Namun terlepas dari hal tersebut, pembelajaran siklus II
menunjukkan pencapaian indikator kinerja yang telah ditentukan. Dimana dalam
indikator kinerja tersebut peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menambah
rerata hasil belajar kelas paling sedikit 78 dan mencapai angka ketuntasan paling
sedikit 80% dari total keseluruhan siswa.
B. Pembahasan
Metode Problem
Based Learning adalah satu dari sekian metode belajar yang cukup banyak
digunakan oleh banyak pendidik. Metode belajar ini memungkinkan peserta didik
untuk dapat aktif belajar. Melalui metode ini juga, peserta didik akan
diarahkan untuk lebih cakap menganalisis dan mengatasi permasalahan yang
dihadapi.
Proses pembelajaran Problem Based Learning yang dilaksanakan di kelas X Pemasaran SMK
Bina Bangsa Sedong sejauh 2 siklus berjalan dengan baik. Sebelum penerapan
siklus dilakukan, peneliti mendapati kekurangan dalam proses pembelajaran. Pada
pra siklus model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
konvensional. Metode belajar tersebut membuat siswa jadi pribadi yang pasif dan
tidak dapat menyerap proses pembelajaran yang dilakukan.
Pada siklus I model pembelajaran Problem Based Learning mulai dijalankan.
Pada siklus tersebut pendidik mulai menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah. Untuk pembelajaran ini siswa dihadapkan pada permasalahan semu yang
ada di dunia nyata. Pada pelaksanaannya, masalah tersebut harus segera diatasi.
Proses penanganan masalah dilakukan dengan berdasar pada materi yang telah
didapat. Dari penanganan masalah tersebut, peserta didik kemudian diarahkan
untuk melakukan presentasi dan tanya jawab.
Pada pembelajaran siklus I ini proses penerapan Problem Based Learning berjalan dengan
cukup baik. Kendati sedikit terganggu di awal karena ketidakpahaman peserta didik
dan lain sebagainya, proses pembelajaran kemudian kembali dilakukan dan
menunjukkan kemajuan.
Dari hasil pengamatan observer, pendidik terlihat
menyampaikan materi dengan sangat hati-hati. Setiap kata yang diucapkan seakan
diperhatikan dengan seksana. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan apakah
materi yang disampaikan benar-benar sampai pada peserta didik atau malah
sebaliknya.
Pada tahap akhir proses pembelajaran, observer
menemui peningkatan yang cukup baik, yang terjadi pada siswa kelas X Pemasaran
SMK Bina Bangsa Sedong. Akan tetapi, peningkatan yang dimaksud belum memenuhi
indikator kinerja yang telah ditentukan. Sehingga, untuk mencapai ke arah
tersebut, peneliti kemudian menerapkan siklus II sebagai siklus lanjutan.
Pada siklus II pembelajaran benar-benar disiapkan
dengan sangat matang. Pendidik terlihat sangat siap dalam melaksanakan
pengajaran. Pada proses pengajaran sendiri, pendidik begitu cakap menyampaikan
materi. Tidak jarang pendidik juga�
menanyakan pada siswa terkait pemahaman siswa. Dari hasil pengamatan
observer, hal tersebut dilakukan untuk memastikan materi yang disampaikan
benar-benar dicerna dan dipahami dengan baik oleh siswa.
Tidak berbeda dengan sang guru, siswa kelas X
Pemasaran juga terkesan sangat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Tidak jarang observer juga mendapati beberapa siswa yang senantiasa bertanya.
Setiap pertanyaan yang diberi pada pendidik juga memiliki kesan mendalam. Kesan
tersebut� muncul dari beberapa pertanyaan
yang dinilai berisi oleh observer.
Secara keseluruhan pembelajaran yang berlangsung di
siklus II berjalan dengan sangat baik. Baik pendidik maupun siswa sama-sama
melaksanakan proses pembelajaran dengan peran yang sangat baik. Lebih dari itu,
melalui metode ini siswa cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan yang
dialami peserta didik tidak hanya terjadi pada motivasi dan aktivitas belajar,
namun juga pada capaian belajar yang dimiliki siswa X Pemasaran SMK Bina Bangsa
Sedong. Sehingga, penulis dapat berkesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat memberi
dampak yang baik terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran SMK
Bina Bangsa Sedong tahun pelajaran 2016/2017.
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas
penulis mendapati beberapa kesimpulan sebagaimana yang ada di bawah ini:
BIBLIOGRAFI
Arikunto,
Suharsimi dan Suhardjono. 2005. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,
Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Duch,
J. B. 1995. Problem Based Learning in
Physi: The Power of Student Teaching Student. Tersedia Online di: http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-phys.html.
Disudur per tanggal 15 Januari 2017 Pukul 17.00 WIB.
Glazer,
Evan. 2001. Problem Based Instruction. In
M. Orey (Ed), Emerging Perspektive on learning, teaching, and technology. Tersedia
online di http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.html.
Disudut pertanggal 18 Januari 2017 Pukul 19.00 WIB.
Kemmis,
S dan R. McTaggart. 1988. The Action
Research Planner. Victoria: Deakin University.
Suparno,
Paul. 2008. Riset Tindakan untuk
Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
Trianto.
2007. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.