Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 6, Juni 2021
KECERDASAAN SPIRITUAL DAN PERILAKU SEHARI-HARI THIBAR
FOOTBALL DEPOK
Muhammad Nurwahidin
Universitas
Lampung FKIP, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
Football is a sport that is very popular with thw community
because it is cheap and healthy. This study aims (a) to find out the daily
behavior of Thibar Football Depok, (b) to find out the Thibar Football Depok
spiritual intellegence, and (c) to find out whether there is a correlation
between spiritual intelligence and the daily behavior of Thibar Football Depok.
The quantitavie approach was used in this study and the procedure in collecting
data was used a questionnaire. The scale of this study is twofold namely the scale of spiritual
intelligence and the scale of daily behavior. This research consisted of 40
respondents. A total of 30 items were tested for the scale of spiritual
intellegence and a number of 24 items were tested for a scale of daily
behavior. Valid results obtained from the spiritual intelligence scale of 20
valid items and a valid daily behavior scale of 16 items. The reliability test
of the daily behavior scale of 0,711 and the reliability test of the spiritual
intellegence scale of 0,785 means that both of these variables are reliable.
Normality test of daily behavior scale is 0.200 ≥ 0.05, and normality
test of spiritual intellegence scale is 0.200 ≥ 0.05, meaning that both
variables are normal. While the linearity test in this study is 0.105 ≥
0.05 means linear. The conclusion is the player have very good spiritual
intelligence. The mean value of spiritual intelligence is 65,68 and the
standard deviation of 5,789 is very good. The player also have very good
behavior. The mean value of daily behavior is 52,58 and the standard deviation
of 4,540 is very good. The correlation of spiritual intelligence variables with
daily behavior variables has a correlation value of 0.886≥0.05 meaning
there is a significant positive correlation. Player who have high spiritual
intelligence will have a good behavior, and vice versa.
Keywords: behavior; spiritual intelligence; football
Abstrak
Sepakbola adalah olahraga yang sangat digemari masyarakat
karena murah dan sehat. Penelitian ini bertujuan (a) untuk mengetahui perilaku
sehari-hari Thibar Football Depok, (b)
untuk mengetahui kecerdasan spiritual Thibar Football Depok, dan (c) untuk
mengetahui adakah korelasi antara kecerdasan spiritual dengan perilaku
sehari-hari Thibar Football Depok. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian
ini dan prosedur dalam mengumpulkan data digunakan angket. Skala
penelitian ini ada dua yaitu skala kecerdasan spiritual dan skala perilaku
sehari-hari. Penelitian ini terdiri dari 40 responden. Sejumlah 30 butir item
di uji coba untuk skala kecerdasan spiritual dan sejumlah 24 butir item diuji
coba untuk skala perilaku sehari-hari. Diperoleh hasil uji valid skala
kecerdasan spiritual 20 item yang valid dan skala perilaku sehari-hari 16 item
yang valid. Uji reliabiltas skala perilaku sehari-hari 0,711 dan uji
reliabilitas skala kecerdasan spiritual 0,785 berarti kedua variabel tersebut
reliabel. Uji normalitas variabel perilaku sehari-hari 0,200� ≥ 0,05, uji normalitas variabel
kecerdasan spiritual 0,200 ≥ 0,05 berarti kedua variabel tersebut normal.
Sedangkan uji linearitas dalam penelitian ini adalah 0,105≥0,05 berarti
linear. Kesimpulannya adalah para pemain memiliki kecerdasan
spiritual sangat baik. Nilai Mean kecerdasan spiritual 65,68 dan standar
deviasi 5,789 berarti sangat baik. Para pemain juga memiliki perilaku yang
sangat baik. Nilai Mean perilaku sehari-hari 52,58 dan standar deviasi 4,540
berarti sangat baik. Korelasi variabel kecerdasan spiritual dengan variabel
perilaku sehari-hari memiliki nilai korelasi�
0,886≥0,05 berarti ada hubungan positif signifikan. Pemain yang
memiliki kecerdasan spiritual tinggi maka akan memiliki perilaku yang baik,
demikian pula sebaliknya.
Kata Kunci: perilaku; kecerdasan spiritual; sepakbola
Pendahuluan
Masyarakat
umumnya menyukai olahraga sepakbola, dimana pemain sepakbola idealnya memiliki perilaku yang baik, dan
salah satu yang mempengaruhinya adalah kecerdasan spiritual. Studi awal (berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan di lapangan) memperlihatkan bahwa masih ada dijumpai beberapa pemain
yang min judi dan tidak melaksanakan ajaran agama. Kurangnya kontrol dan
perhatian orang tua terhadap anak, pendidikan yang rendah, rendahnya iman,
faktor ekonomi menjadi penyebab perilaku yang kurang baik tersebut. Kualitas
pemain akan semakin merosot apabila kondisi tersebut dibiarkan. Dalam
sepakbola, kualitas pemain menjadi kunci
kemenangan tim. Kualitas pemain diukur tidak saja dari segi fisik, tetapi
psikis, emosi, sosial, kepribadian dan spiritual.
Nilai-nilai kecerdasan spiritual perlu
dimanisfestasikan kepada para pemain. Pendapat (Zohar & Marshall, 2007),� orang yang memiliki kecerdasan spiritual,
akan memiliki kemampuan menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai hidup
yang lebih luas dan kaya. Makna hidup membuat seseorang menganggap itu penting
dan layak dijadikan tujuan hidup. Nilai hidup yang dominan biasanya adalah
ajaran agama.� Nilai-nilai ajaran agama
bisa menjadi suatu saringan untuk mampu menahan diri dari semua perilaku buruk.
Sementara menurut (Agustian, 2001), apabila
seseorang memiliki kecerdasan
spiritual maka ia akan berprinsip semua hidup dan kehidupan karena Tuhan,
pemikirannya bersifat fitrah menuju manusia setuhnya dan mampu membuat setiap
kegiatan dn perilakunya bermakna ibadah. Dapat disimpulkan bahwa persoalan
bagaimana seseorang mengahadapi dan mengatasi makna hidup dan kehidupan
merupakan ranah kecerdasan spiritual.
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual
menurut (Zohar & Marshall, 2007)
adalah sel
syaraf otak dan titik Tuhan (god spot). Didalam tubuh manusia ada ruh
dan ruh itu unsur Tuhan. Bagi orang beriman, ketika mendengar ayat-ayat Tuhan,
akan menggetarkan titik tuhan yang ada di otaknya. Sementara menurut (Tebba, 2004)
ciri
kecerdasan spiritual ialah mempunyai kesadaran tinggi, responsif, mengenal
motif terdalam,
memiliki kemampuan mentransenden kesulitan, dan enggan menyakiti atau
mengganggu makhluk lain.
Menurut (Maslahah, 2013), perlu memadukan kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam menghadapi
masalah dekadensi moral. Sementara menurut (Triyuwono, 2010). Masalah kecerdasan spiritual bukan
sesuatu hal yang asing bagi manusia, karena secara inheren telah melekat dalam
diri setiap insan. Dengan mengaplikasikannya, dapat mengembalikan manusia pada
sifat azalinya sebagai makhluk spiritual. Makhluk yang bebas dan hanya tunduk
pada Sang
Penciptanya. Internalisasi nilai-nilai kecerdasan spiritual pada sistem� dapat membebaskan dan lebih membuat manusia
lebih manusiawi. Perlunya memadukan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan
spiritual. Karena, jika keduanya berjalan beriringan dan harmonis bisa
membangun pribadi yang profesional dan berakhlak mulia. Menurut (Nida, 2013), sumbangan kecerdasan rohani atau
spiritual dalam hidup adalah sebagai media kontrol dan petunjuk bagi perilaku
manusia dalam menjalani dinamika kehidupannya.
Menurut (Notoatmojo, 2003), perilaku merupakan kegiatan
manusia dalam kehidupan sehari-hari misalnya tertawa, berjalan, menangis,
berbicara, bekerja, kuliah dan menyanyi. Sedangkan menurut Skinner dalam (Notoatmojo, 2003), perilaku adalah tanggapan manusia
terhadap stimulan dari luar. Menurut (Krismawati, 2018), manusia berinteraksi dengan orang
lain sejak dari lahir sampai meninggal dunia. Perilaku lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor interaksi sosial dengan orang lain. Sedangkan menurut (Kreitner & Kinicki, 2014) faktor internal dan eksternal
merupakan faktor penyebab perilaku. Adapun faktor internal misalnya motivasi,
kemampuan dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal misalnya pengaruh sosial.
Sedangkan
menurut Bloom dalam (Notoatmojo, 2003), perilaku kognitif, prilaku afektif
dan prilaku psikomotorik merupakan bentuk-bentuk perilaku. Menurut Jalaludin
(2007), faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu motif kompetisi, motif ingin
tahu, motif� harga diri, motif akan
cinta, motif mencari identitas, kebutuhan pemenuhan diri, kebutuhan nilai, kedambaan
dan makna kehidupan.���� Hasil riset
terdahulu berkait dengan tema riset perilaku kerja dan kecerdasan spiritual
secara khusus masih jarang.� Riset (Yantiek, 2014), ada korelasi kecerdasan spiritual
dengan perilaku prososial remaja dengan sumbangan efektif kecerdasan spiritual
sebesar 72,3% terhadap perilaku prososial remaja. Hasil riset (Artana, Herawati, AK, Atmadja, & SE, 2014)
ditemukan adanya hubungan antara
kecerdasan spiritual dengan pemahaman akuntansi. Riset (Lucyanda & Endro, 2013), menemukan adanya hubungan
kecerdasan spiritual dengan perilaku etis mahasiswa. Penelitian (Rimbano & Putri, 2016), menemukan kecerdasan spiritual berhubungan
dengan tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian (Fradiantika & Sukadiyanto, 2013), menemukan faktor penyebab
terjadinya perilaku kerusuhan antara suporter PSIM Bradjamusti dan The Maident
karena politis. Dengan adanya kedua suporter PSIM tersebut dampak positifnya
ialah dukungan finansial, sedangkan dampak negatifnya iaah adanya persaingan
tdak sehat dan rentan kerusuhan. Penelitian (Hapsari & Wibowo, 2015), menemukan adanya hubungan signifikan
fanatisme suporter sepakbola dengan agresifitas suporter Persib dan Persija. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang penulis telusuri di Google Scholar dan Mendeley di atas, Penelitian tentang perilaku pemain sepakbola dihubungkan dengan tingkat kecerdasan spiritual pemain nya, sepengetahuan
penulis masih belum ditemukan.
Berdasarkan
hasil penelitian terdahulu di atas, maka variabel kecerdasan spiritual
berhubungan terhadap variabel prilaku. Artinya semakin baik kecerdasan
spiritual pemain, maka perilaku sehari-hari pemain akan semakin baik juga.� Perilaku sehari-hari para pemain salah
satunya di pengaruhi oleh faktor kecerdasan spiritual. Adapun rumusan masalah riset ini
yaitu bagaimana tingkat kecerdasan spiritual pemain Thibar Football Depok,
bagaimana prilaku pemain Thibar Football Depok, dan adakah korelasi kecerdasan
spiritual terhadap prilaku pemain Thibar Football Depok.
Metode Penelitian
Riset ini termasuk riset kuantitatif
dengan jumlah sampel 40 pemain Thibar Football Depok. Ciri sampelpenelitian ini
yaitu minimal setahun menjadi anggota dan beragama Islam. Angket merupakan
metode pengumpulan data. Angket kecerdasan spiritual di adopis dari (Tebba, 2004)
dengan indikator mempunyai kesadaran tinggi, mengenal motif terdalam,
responsif pada diri, memiliki kemampuan mentransenden kesukaran, mampu berdiri
menentang dan berbeda dengan orang lain serta tidak mengganggu orang lain.
Sementara angket perilaku diperoleh dari hasil elisitasi dan observasi penulis
dengan indikator tindakannya konsisten dengan keyakinan, mengenal perilaku
sesuai kode etik, bertindak sesuai nilai walau sulit melakukannya dan bertindak
sesuai nilai walau ada resiko/biaya. Bagaimana kecerdasan spiritual,
bagaimana perilaku dan adakah korelasi kecerdasan spiritual dengan prilaku
pemain Thibar Football Depok merupakan inti riset ini.
Hasil dan Pembahasan
Instrumen riset ini ada dua yakni skala kecerdasan
spiritual dan skala prilaku. Skala tersebut berbentuk skala Likert dimana ada
empat opsi jawaban yakni sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Ada enam indikator skala kecerdasan spiritual yaitu mengetahui motif
terdalam, mempunyai kesadaran tinggi, responsif, mampu mentransendenkan
kesulitan, mempu berdiri menentang dan berbeda dengan orang lain, serta tidak
menyakiti orang lain. Skala prilaku terdiri empat indikator yaitu mengenal
perilaku sesuai kode etik, tindakan sesuai keyakinannya, bertindak sesuai nilai
walau sulit mengerjakannya, bertindak sesuai nilai walau ada resiko atau biaya
tinggi.
Pengumpulan data dilaksanakan dilapangan langsung
dengan memberikan anget kepada para pemain Thibar Football Depok. Pengambilan
angket dilaksanakan saat itu juga Bagi yang belum paham dengan angket
dipersilahkan pemain bertanya langsung kepada peneliti. Peneliti meyakini apa
yang diberikan jawabannya di angket merupakan data yang berasal dari dirinya
sendiri, bukan karena terpaksa atau tekanan orang lain. Peneliti melakukan
elisitasi sebelum menyusun angket tersebut untuk diuji cobakan. Setiap pemain
mengisi dua angket yaitu angket kecerdasan spiritual dan eangket perilaku.
Angket di uji coba kepada 30 pemain dengan kriteria
minimal menjadi anggota setahun dan beragama Islam. Adapun tahap pengambilan
data yang sebenarnya diterapkan pada 40 responden. Angket uji coba skala kecerdasan
spiritual terdiri dari 30 item soal dan angket uji coba skala prilaku dengan 24
item soal.
Hasil pengumpulan dari penyebaran angket, didapatkan
item valid variabel kecerdasan spiritual sebanyak 20 butir dan� item valid perilaku sebanyak 16 butir.
Sedangkan hasil reliabilitas variabel kecerdasan spiritual diperoleh nilai Cronbach�s
Alpha 0,785 dan hasil reliabilitas variabel prilaku diperoleh nilai Cronbach�s Alpha sebesar 0,711. Hal itu berarti
baik kecerdasan spiritual maupun perilaku memiliki reliabilitas yang cukup
tinggi. Instrumen penelitian yang sesungguhnya disusun kembali setelah
mengetahui hasil validitas dan reliabilitas uji coba instrumen.
Tabel
1
Rangkuman
Hasil Uji Coba Skala Kecerdasan Spiritual
����������� Kriteria |
Jumlah Butir Item |
Rincian Butir Item |
Butir Item Valid |
Butir Item Yang Gugur |
1.
memahami motif terdalam |
5 |
1,7,13,19,25 |
7,13,19,25 |
1 |
2.
kesadaran tinggi |
5 |
2,8,14,20,26 |
2,8,14,20,26 |
0 |
3.
responsif |
5 |
3,9,15,21,27 |
9,15,21 |
3,27 |
4.
mentransenden kesulitan |
5 |
4,10,16,22,28 |
4,16,22,28 |
10 |
5. mampu
berdiri, menentang dan berbeda dengan yang lain |
5 |
5,11,17,23,29 |
17,23 |
5,11,29 |
7. tidak
menyakiti makhluk lain |
5 |
6,12,18,24,30 |
6,24 |
12,18,30 |
Jumlah butir item |
30 |
20 |
10 |
��� Reliabiltas
skala kecerdasan spiritual= 0,785
Tabel
2
Rangkuman
Hasil Uji Coba Prilaku
Kriteria |
Jumlah |
Rincian Butir
Item |
Butir Item
Valid |
Butir Item
Yang Gugur |
1. berperilaku
sesuai kode etik |
6 |
1,5,9,13,17,21 |
13,17,21 |
1,5,9, |
2. perilaku
konsisten dengan keyakinannya |
6 |
2,6,10,14,18,22 |
2,6,14,22 |
10,18, |
3. bertindak
sesuai nilai
walau sulit melakukannya |
6 |
3,7,11,15,19,23 |
7,15,19,23 |
3,11, |
4. bertindak
sesuai nilai walau resiko dan biaya besar |
6 |
4,8,12,16,20,24 |
4,8,16,20,24 |
12, |
Jumlah butir
item |
|
24 |
16 |
8 |
� Reliabiltas skala prilaku 0,711
A. Uji normalitas
Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data variabel kecerdasan spiritual
dan variabel perilaku itu normal ataukah tidak. Jika hasil normalitas� ≥�
0,05 maka data dikatakan normal, sebaliknya jika hasil normalitas� ≤ 0,05 maka data tidak normal. Peneliti
menemukan bahwa dengan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi
variabel kecerdasan spiritual 0,200, dan nilai signifikansi prilaku 0,200. Hal
itu berarti bahwa nilai uji normalitas baik variabel kecerdasan spiritual
maupun variabel perilaku semuanya ≥0,05 berarti kedua variabel tersebut
normal.
B.
Uji linearitass
Untuk mengetahui apakah variabel X
dan variabel Y memiliki hubungan linear atau tidak, maka digunakan uji
linearitas. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05maka hubungannya linear,
sebaliknya jika nilai probabilitas�
≤� 0,05� maka hubungannya berarti tidak linear. Peneliti
menemukan bahwa hasil linearitas variabel X/kecerdasan spiritual dengan
variabel Y/prilaku sebesar 0,105. Hal itu bermakna hubungan antara variabel
kecerdasan spiritual dengan variabel perilaku adalah linear akrena nilai
probabilitas ≥ 0,05.
C.
Analisis korelasi
Hasil penelitian menemukan bahwa
Mean kecerdasan spiritual 65,68 dan standar deviasi 5,789. Hal ini berarti
kecerdasan spiritual pemain Thibar Football Depok sangat baik dikarenakan
diperoleh nilai mean jauh lebih besar daripada nilai standar deviasi. Sedangkan
Mean perilaku 52,58 dan Standar Deviasi 4,540. Hal ini berarti perilaku pemain
Thibar Football Depok juga sangat baik dikarenakan diperoleh nilai mean jauh
lebih besar dari nilai standar deviasi. Sedangkan hasil uji korelasi ditemukan
nilai probabilitas 0,884. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05 bermakna ada
korelasi signifikan, dan jika nilai probabilitas ≤ 0,05 berarti tidak ada
korelasi signifikan. Hasil perhitungan statistik diperoleh nilai probalitias
0,004, karena nilai 0,004 ≥ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara variabel kecerdasan spiritual dengan variabel perilaku
sehari-hari para pemain Thibar Football Depok.
Tabel 3
Nilai Mean, Standar Deviasi Dan Korelasi Penelitian
Variabel |
Mean |
Standar Deviasi |
Korelasi |
Kecerdasan spiritual |
65,68 |
5,789 |
0,884 |
Perilaku |
52,28 |
4,540 |
Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa nilai mean kecerdasan spiritual 65,68 dan
standar deviasinya 5,789 yang bermakna bahwa kecerdasan spiritual pemain Thibar
Football sangat baik dikarenakan nilai mean jauh lebih besar dari nilai standar
Deviasinya. Sedangkan nilai mean perilaku 52,28 dan standar deviasinya 4,540
yang bermakna bahwa perilaku pemain Thibar Football depok juga sangat baik
dikarenakan diperoleh nilai mean jauh lebih besar dari nilai standar
deviasinya. Adapun nilai korelasi variabel kecerdasan spiritual dengan variabel
prilaku adalah 0,884 ≥0,05 yang bermakna adanya korelasi signifikan
antara variabel kecerdasan spiritual dengan variabel prilaku pemain Thibar
Football Depok.
Temuan ini menjelaskan bahwa
variabel kecerdasan spiritual dan variabel perilakupemain Thibar Football Depok
relatif sangat baik. Para pemain tidak memiliki permasalahan dalam hal perilaku
sehari-hari, demikian pula dengan kecerdasan spiritualnya. Berdasarkan
observasi peneliti, perilaku para pemain Thibar Football depok sebelum
melaksanakan pertandingan, mereka melakukan doa bersama dipimpin oleh
pelatihnya. Doa tersebut dimaksudkan supaya pertandingan sepakbola berjalan
lancar, tidak ada suatu hambatan apapun, atau kejadian yang tidak diinginkan
dan mendapatkan kemenangan. Pelatih membuka doa dengan memberi semangat kepada
para pemain supaya bermain dengan sportif, fair�
play, tidak kasar, bermain cantik, indah, tidak emosi, tidak terpancing
provokasi penonton atau lawan pemain, bermain dengan tenang, mengedepankan team
work, saling bekerja sama dan saling oper bola, dan enak ditonton. Setelah
prolog selesai, pelatih memimpin doa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing supaya diberi kelancaran dan kemenangan dalam bertanding, ditutup
dengan bacaan Al Faatihah bagi yang Muslim.
Selama pertandingan dimulai, juga
tidak terlihat perilaku kasar atau tidak terpuji lainnya di lapangan. Semua
berjalan dengan baik dan menjunjung tinggi semangat sportifitas dan fair play.
Peneliti juga tidak menemukan perilaku dari pemain Thibar FC yang menyimpang
dari agama atau norma masyarakat lainnya seperti berjudi, minum-minuman
keras atau semisalnya. Begitu tiba waktu sholat Ashar, para pemain juga
melaksanakan sholat Ashar bagi yang Muslim sebelum pertandingan sepakbola
dimulai.
Hasil penelitian ini mendukung
penelitiannya (Lucyanda & Endro, 2013), yang menyatakan bahwa ada korelasi
variabel kecerdasan spiritual dengan perilaku etis mahasiswa. Kecerdasan
spiritual mahasiswa yang bagus akan mempengaruhi perilaku etis mahasiswa yang
bagus pula. Riset yang dilakukan (Rimbano & Putri, 2016) menemukan bahwa kecerdasan
spiritual mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi. Riset (Wahyuni, Mayangsari, & Fauzia, 2016)
menyimpulkan kecerdasan spiritual
mempengaruhi perilaku prososial perawat Rumah sakit Islam Banjarmasin.
Selanjutnya riset (Oemar & Fani, 2018)
menemukan juga adanya korelasi
antara keceerdasan spiritual dengan pemahaman akuntansi. Temuan dari riset (Akbar & Hastjarjo, 2019)
adalah perilaku agresif pemain
sepakbola di Indonesia dipengaruhi sikap kepemimpinan wasit dalam memimpin
pertandingan sepakbola. Kemudian riset (Hendriyanto, 2017), bonek masih dianggap sebagian
masyarakat sebagai kelompok suporter tukang rusuh tetapi mereka memiliki
idealisme dan menjadi suporter yang cerdas yang tidak bisa disetir dan
ditunggangi oleh siapapun.
Penelitian (Fradiantika & Sukadiyanto, 2013)
fanatisme terhadap klub sepakbola
kesayangannya melahirkan perkelahian dan kerusuhan. Faktor politik dari pihak
tertentu menjadi penyebab terjadinya kerusuhan tersebut. Riset (Hapsari & Wibowo, 2015) menemukan hubungan antara fanatisme
dengan agresifitas suporter sepakbola PERSIJA Jakarta dan PERSIB Bandung. Hasil
penelitian (Putri, 2013)
menemukan korelasi antara identitas
sosial dengan agresi pendukung sepakbola Persisam Putra Samarinda.
Secara teori kecerdasan spiritual
memang sangat penting dalam kehidupan.�
Penelitian (Norhanim, Ahmad, & Zurina, 2015), menyimpulkan bahwa tuntutan
kehidupan era globalisasi yang semakin tidak pasti, terutama dari segi ekonomi
dan politik. Menurutnya, manusia� perlu
dibekali dengan ilmu agama yang kokoh dan�
kecerdasan spiritual yang tinggi supaya lebih siap berhadapan dengan era
globalisasi yang semakin pedih, susah, dan tidak menentu di masa yang akan
datang. (Syahputra, 2016)
menemukan fenomena fanatisme
suporter sepakbola secara berlebihan karena suporter bersifat patologis dan
korban media massa. (Kusuma, 2017) melihat bahwa fenomena suporter
sepakbola sekarang sudah tidak otoritas kaum adam tetapi kaum kawa juga mulai
banyak menjadi pendukung klub sepakbola.
Permainan sepakbola juga membuat
penggemarnya memiliki identitas dan status sosial tertentu. (Sitepu & Setyaningsih, 2011)
menemukan bahwa, dalam sepakbila
perubahan identitas benar-benar terjadi. Salah satu identitas yang berubah misalnya
adalah status sosial mereka setelah mereka bergabung dengan The Jakmania. Pada
awalnya, sebelum mereka bergabung dengan The Jakmania, orang tidak
memperhatikan mereka. Itu karena status sosial ekonomi mereka yang rendah.
Sekarang, setelah bergabung dengan The Jakmania, mereka memiliki grup sendiri
yang memperkuat identitas individu mereka. Hasil riset (Ismail, 2018)
menemukan suporter Persib Bandung
memiliki identitas sosial yang bernama Bunga Kota Causal yang sudah merupakan
bagian keluarga besar dan tempat berbagi. Riset yang dilakukan oleh (Alamsyah & Prasetyo, 2018)
menemukan bahwa dalam mendukung klub
kesayangannya, suporter menggunakan dua komunikasi simbol, yaitu simbol verbal
seperti nyanyian, yel-yel, atau chant yang selalu dinyanyikan salama
pertandingan berlangsung serta simbol non-verbal seperti seperti pakaian yang
dipakai selama mendukung klub kesayangannya, ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
Penelitian (Warsa & Bahfiarti, 2016), makna adanya simbol verbal dan
simbol non verbal yang diperlihatkan oleh suporter PSM Makassar hanyalah
sekedar memberikan semngat kepada klub kesayangannya supaya bermain bagus dan
menang. Riset (Syahputra, 2016)
menemukan bahwa permainan sepakbola
zaman sekarang tidak hanya merupakan sebuah hiburan dan kompetisi belaka,� tetapi telah menjadi industri. Sepakbola
telah bertransformasi menjadi budaya dan agama sebagai strategi managemen untuk
mengikat emosi suporter dan memperoleh penggemar baru.
Dengan temuan penelitian ini, maka
kontribusi bagi perbaikan sistem persepakbolaan Indonesia adalah perlunya
sistem sepakbola berbasis kecerdasan spiritual, supaya sepakbola tidak hanya
sebatas olahraga dan hiburan semata-mata tetapi merupakan suatu ibadah bagi
yang memahaminya. Jika sepakbola merupakan suatu kegiatan spiritual bernilai
ibadah, karena diniatkan untuk hal yang positif, dimana kegiatannya diniatkan
untuk menjaga kesehatan raga dan jiwa, untuk mendukung supaya kita sehat dalam
beribadah serta bisa khusyu, maka itulah yang diharapkan dari sistem
persepakbolaan Indonesia. Dengan demikian diharapkan dampak perilaku
darisepakbola yang cenderung negatif seperti sepakbola identik dengan judi,
minuman-keras, meninggalkan kewajiban sholat, berantem, tawuran, kerusuhan dan
semisalnya bisa dihindari dan diminimalisir.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut
diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1). Kecerdasan spiritual pemain Thibar Football Depok
sangat baik karena hasil penelitian menunjukan nilai mean 65,68 jauh lebih
besar dari nilai standar deviasi 5,789. Indikator kecerdasan
spiritual pemain sangat baik adalah selalu
berdoa bersama sebelum bermain sepakbola, selalu melakukan sholat ashar terlebih dahulu sebelum bermain, begitu juga saat bertanding dengan lawan, umumnya
pemain memiliki pengetahuan agama seperti bisa membaca Al Quran dengan baik dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya seperti berbakti kepada orang tua, jujur, dan bermain karena ingin sehat.
2). Perilaku pemain Thibar Football Depok sangat baik juga karena hasil
penelitian menunjukan nilai mean 52,58 jauh lebih besar dari nilai standar
deviasi 4,540. Indikator
perilaku pemain sangat baik adalah
pemain konsisten dengan keyakinan nya yang semua beragama Islam, mengamalkan nilai-nilai agama Islam seperti sholat lima waktu, puasa ramadhan, dan beberapa ada pemain
yang sudah haji,� para pemain
juga berperilaku sesuai kode etik/moral/norma yang berlaku di masyarakat, bertindak sesuai nilai-nilai agama/hokum/undang-undang/atauran yang berlaku. 3). Variabel kecerdasan spiritual
berkorelasi positif signifikan dengan variabel perilaku sebesar 0,884. Para
pemain yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi maka akan memiliki
perilaku keseharian yang bagus. Dengan demikian ada hubungan antara
kecerdasaan spiritual dengan
perilaku sehari-hari thibar
football Depok. Salah satu yang mempengaruhi
perilaku sehari-hari pemain sepakbola Thibar Football Depok adalah tingkat kecerdasan spiritualnya. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual nya maka semakin baik
perilaku sehari-hari pemainnya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan spiritual nya
maka semakin jelek perilaku sehari-hari pemainnya.
BIBLIOGRAFI
Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia sukses membangun
kecerdasan emosi dan spiritual, ESQ (Emotional Spiritual Quotient): erdasarkan
6 rukun Iman dan 5 rukun Islam. Arga. Google Scholar
Akbar, Amin, & Hastjarjo, Thomas Dicky. (2019). Kohesivitas Tim dan
Sikap terhadap Kepemimpinan Wasit sebagai Prediktor Kecenderungan Perilaku
Agresif Pemain Sepakbola. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 4(1),
42�50. Google Scholar
Alamsyah, Muhammad Iqbal, & Prasetyo, Iwan Joko. (2018). Persebaya dan
Bonek: Simbol-Simbol Komunikasi Supporter Sepakbola Komunitas �Syndicate Bonek
Keputih (SBK).� Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2),
223�238. Google Scholar
Artana, Made Buda, Herawati, Nyoman Trisna, AK, S. E., Atmadja,
Anantawikrama Tungga, & SE, Ak. (2014). Pengaruh Kecerdasan Intelektual
(IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ), dan Perilaku
Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Akuntansi
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja dan Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas
Udayana Denpasar). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 2(1). Google Scholar
Fradiantika, Vita, & Sukadiyanto, Sukadiyanto. (2013). Perilaku
Supporter Sepakbola PSIM Yogyakarta. Jurnal Keolahragaan, 1(2),
176�185. Google Scholar
Hapsari, Indria, & Wibowo, Istiqomah. (2015). Fanatisme Dan
Agresivitas Suporter Klub Sepak Bola. Jurnal Psikologi, 8(1). Google Scholar
Hendriyanto, Achmad Reza. (2017). Konstruksi Sosial Perubahan Perilaku
Suporter Persebaya. Universitas Airlangga. Google Scholar
Ismail, Oki Achmad. (2018). Konstruksi Identitas Kelompok Suporter Flowers
City Casuals (Studi Fenomenologi Terhadap Kelompok Suporter Flower City Casuals
Dalam Mendukung Persib Bandung). Ensains Journal, 1(2), 83�88. Google Scholar
Kreitner, Robert, & Kinicki, Angelo. (2014). Organizational
behavioral. Boston: McGraw-Hill. Google Scholar
Krismawati, Yeni. (2018). Teori Psikologi Perkembangan Erik H. Erikson Dan
Manfaatnya Bagi Tugas Pendidikan Kristen Dewasa Ini. Kurios (Jurnal Teologi
Dan Pendidikan Agama Kristen), 2(1), 46�56. Google Scholar
Kusuma, Yoseph Benny. (2017). Motivasi Kehadiran Pendukung Wanita di
Stadion Sepakbola Indonesia. J-MKLI (Jurnal Manajemen Dan Kearifan Lokal
Indonesia), 1(1), 18�33. Google Scholar
Lucyanda, Jurica, & Endro,
Gunardi. (2013). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi
Universitas Bakrie. Media Riset Akuntansi, 2(2). Google Scholar
Maslahah, Ani Agustiyani. (2013). Pentingnya Kecerdasan Spiritual Dalam
Menangani Perilaku Menyimpang. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling
Islam, 4(1), 21�34. Google Scholar
Nida, Fatma Laili Khoirun. (2013). Peran Kecerdasan Spiritual dalam
Pencapaian Kebermaknaan Hidup. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling
Islam, 4(1), 185�200. Google Scholar
Norhanim, Mohalid, Ahmad, Sazali Hamzah, & Zurina, Shaameri. (2015).
Chemical Exploration of 4-Hydroxy benzylated 3-Substituted Tetramic Acid. Malaysian
Journal of Analytical Sciences, 19(2), 359�368. Google Scholar
Notoatmojo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cip-ta. Jakarta. Google Scholar
Oemar, Fahmi, & Fani, Fachri Dwifa Okto. (2018). Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Belajar Terhadap Pemahaman
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Kompetif, 1(1), 10�18. Google Scholar
Putri, Kadek Reqno Astyka. (2013). Hubungan Antara Identitas Sosial dan
Konformitas dengan Perilaku Agresi pada Su-porter Sepakbola Persisam Putra
Samarinda. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(3). Google Scholar
Rimbano, Dheo, & Putri, Meilya Sari Eka. (2016). Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi. Orasi Bisnis: Jurnal Ilmiah Administrasi Niaga, 15(1). Google Scholar
Sitepu, Yovita S., & Setyaningsih, Fransiska Desiana. (2011).
Konstruksi Identitas Suporter Sepakbola di Indonesia. Perspektif: Jurnal
Ilmu Sosial, 4(1), 60�78. Google Scholar
Syahputra, Iswandi. (2016). Terbentuknya Identitas Fans Sepak Bola sebagai
Budaya Massa dalam Industri Media. Informasi, 46(2), 205�214. Google Scholar
Tebba, Sudirman. (2004). Kecerdasan
Sufistik Jembatan Menuju Makrifat. Jakarta:
Kencana. Google Scholar
Triyuwono, Iwan. (2010). � Mata Ketiga�: S� La�n, Sang Pembebas Sistem
Pendidikan Tinggi Akuntansi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 1(1),
1�23. Google Scholar
Wahyuni, Ridha, Mayangsari, Marina Dwi, & Fauzia, Rahmi. (2016).
Hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada perawat di rumah
sakit islam banjarmasin. Jurnal Ecopsy, 3(3). Google Scholar
Warsa, Andi Widya, &
Bahfiarti, Tuti. (2016). Fenomenologi Perilaku Komunikasi Suporter Fanatik
Sepakbola Dalam Memberikan Dukungan Pada PSM Makassar. Kareba: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 3(1), 1�7. Google Scholar
Yantiek, Ermi. (2014). Kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan perilaku
prososial remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(01). Google Scholar
Zohar, Danah, & Marshall, Ian. (2007). SQ-Kecerdasan Spiritual.
Mizan Pustaka. Google Scholar
�
Copyright holder : Muhammad
Nurwahidin (2021) |
First publication right : |
This article is licensed under: |