�������� ������������������������������ Syntax Literate :
Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 3, No 1 Januari 2018
KONSEP PENDIDIKAN
KARAKTER �DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN
ISLAM
Aep Saepudin
Universitas Islam Al-Ihya Kuningan
Email: [email protected]
Abstrak
Manusia diciptakan Tuhan dengan ragam karakter.
Keragaman karakter manusia memunculkan masalah perilaku di kalangan masyarakat.
Pendidikan Karakter merupakan solusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan
yang ada di masyarakat terutama di dunia pendidikan. Pemerintah Indonesia
sedang menggulirkan kembali Pendidikan Karakter sejak tahun 2010 baik dalam
bidang pendidikan maupun bidang lainnya. Program pendidikan karakter dianggap
sangat penting untuk terus dipertahankan dan ditingkatkan. Peran pemerintah
tentu tidak akan cukup dalam meningkatkan pendidikan karakter apabila tidak
didukung oleh individu masyarakat. Penerapan pendidikan karakter pun tidak
hanya dipahami dari satu sudut pandang saja, namun juga dapat dikaji dari
berbagai sudut. Artikel ini membahas bagaimana pendidikan karakter dipahami dari
kacamata Psikologidan Islam. Penulis menyimpulkan bahwa baik dari kacamata
Psikologimaupun Islam dalam memaknai dan membahas pendidikan karakter keduanya
memiliki dasar dalil yang kuat. Kewajiban dalam meningkatkan karakter positif
dan mengurangi karakter negatif tentunya menjadi kewajiban semua pihak baik
dari individu, keluarga, masyarakat maupun pemerintah yang mempunyai wewenang
dalam membuat regulasi penanggulangan menurunya karakter bangsa.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Psikologi dan Islam
Pendahuluan
Di
Indonesia, sekitar tahun 2010 mulai dideklarasikan kembali apa yang dikenal
dengan pendidikan karakter oleh pemerintah. Wacana pendidikan karakter kemudian
diperbincangkan dan dibahas baik dalam pendidikan formal maupun tidak, diskusi
ilmiah, seminar lokal, nasional maupun internasional. Marzuki (2013)
menyampaikan bahwa timbulnya deklarasi tersebut diakibatkan oleh perilaku
antibudaya dan antikarakter yang diidap masyarakat Indonesia.
Pemahaman
masyarakat terkait Pendidikan karakter harus dibangun dari dasar pemikirannya.
Salah satu dasar pemikiran adalah mengetahui makna atau definisi dari
pendidikan dan karakter tersebut. Definisi Pendidikan menurut Hermino (2015) adalah
kata kunci dalam setiap usaha meningkatkan kualitas kehidupan manusia, dimana
di dalamnya memiliki peranan dan objektif untuk �memanusiakan manusia�.
Sedangkan
karakter Menurut Ryan and Bohlin (1999:5) berasal dari resapan Bahasa Inggris,
yakni character dan akar katanya berasal dari Bahasa Yunani (Greek),
yaitu charassein yang berarti �to engrave�. Selain itu menurut
Wynne (dalam Mulyasa, 2011) Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti �to
mark� (menandai) dan mem�fokuskan pada arah penerapan perilaku di
keseharian. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi IV
(2008:263) Kata �karakter� diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat, dan watak. Karakter
dalam sudut pandang lain juga diartikan huruf, angka dan sejenisnya. Jika
diuraikan dari padanan katanya, karakter identik dengan akhlak dalam
terminilogi Islam. Al-Ghazali (dalam Maemonah, 2012:36) mendefinisikan akhlak
sebagai suatu perangai (watak/tabi�at) yang menetap dalam jiwa seseorang dan
merupakan sumber timbulnya perbuatan.
Suyanto
(dalam Barnawi dan Arifin, 2012) mendefinisikan karakter sebagai metode untuk
berpikir dan berperilaku sebagai suatu kekhasan yang dimiliki oleh tiap-tiap
individu. Individu yang dikatakan memiliki karakter baik adalah individu yang
siap bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diperbuatnya.
Pendidikan
karakter pun dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengedepankan nilai, budi
pekerti, akhlak, moral, maupun watak, yang pada akhirnya memiliki tujuan untuk
menumbuhkembangkan keterampilan peserta didik untuk menentukan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik menghindari dan menjauhi apa yang dianggap
buruk dan merugikan, mewujudkan, dan menebar kebaikan.
Pendidikan
karakter ditujukan sebagai bentuk upaya menunjang pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM). Penekananya lebih pada bagaimana semua elemen individu maupun masyarakat
secara umum mampu memahami pentingnya moral sebagai energi positif di semua aspek
kehidupan, baik bersifat privat maupun ranah publik. Upaya meningkatkan
pemahaman pendidikan karakter secara umum dalam hal ini akan ditinjau dari
kacamata Psikologidan� sudut pandang Islam
yang dalam hal ini berpedoman kepada al-Qur�an dan Hadits. Maemonah (2012:33)
menyatakan bahawa pendidikan karakter merupakan usaha-usaha edukatif dalam
upaya pengembangan kepribadian siswa agar menjadi baik. Selain itu Lickona
(1991) menyatakan bahwa pendidikan karakter diangagap efektif pasti membutuhkan
pendekatan yang bersifat proaktif, komprehensif, dan harus intensif.
Pendidikan
karakter melalui sistem pengajaran yang disampaikan bisa berbentuk transfer
pengetahuan (kognitif), pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (motorik). Menurut
Darmiyati (2010) bahwa pendidikan karakter dianggap efektif adalah pendidikan
yang berorientasi pada pendekatan-pendekatan yang lebih komprehensif. Upaya
membangun dan mewujudkan karakter bangsa yang bernilai, bercita-cita dan
berorientasi pada kebaikan sesama adalah sesuatu yang terkandung dalam
konstitusi negara (Sapriya, 2007:24).
Oleh
karena itu pengembangan beberapa nilai pendidikan memiliki tujuan untuk membentuk
karakter bangsa dapat dipahami berdasarkan: 1) pengembangan potensi peserta
didik agar berhati baik, berpikiran baik dan berprilaku baik, 2) pembangunan
bangsa berkarakter Pancasil, 3) pengembangan potensi warga negara agar percaya
diri, bangga terhadap bangsa dan negaranya (Kemdiknas, 2011:7).
Pembahasan
Pendidikan karakter sebagai upaya pembentukan �manusia-manusia dengan nilai
luhur sepertinya menarik untuk terus dipelajari. Karena keberlangsungan suatu
bangsa yang berdaulat akan dilihat dari seberapa baik warga negaranya. Oleh
karena itu penulis tertarik mengkaji pembahasan terkait pendidikan karakter
dilihat dari kacamata Psikologidan Islam.
Metodologi Penelitian
Pada
Penelitian ini digunakan pendekatan kajian pustaka. Secara umum penelitian ini
bertujuan guna mendapatkan gambaran utuh terkait pendidikan karakter sudut
pandang Psikologi dan Islam dengan mengacu pada kajian hasil-hasil penelitian
relevan. Pemaknaan karakter dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan data dan
fakta yang didapat dari penelitian sebelumnya, yang selanjutnya dimaknai sebagai
upaya menemukan format yang cocok dan relevan dalam membantu pemerintah dalam mengatasi
permasalahan terkait karakter manusia Indonesia.
Pembahasan
dalam penelitian ini tidak terlepas dari temuan para peneliti sebelumnya. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Creswell (2009:25). Iya mengungkapkan
bahwa, tinjauan literatur bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sedang
dikaji. Hasil penelitian�dengan sumber literatur yang sama�tidak dipungkiri
memliki kesamaan dengan hasil penelitian yang lain.
Metode penelitian yang peneliti gunakan
adalah bentuk kualitatif. Metode ini menggunakan kajian literatur sebagai
teknik pengambilan data. Teknik pengambilan data sendiri berorientasi pada
pendekatan pengambilan data yang tidak lain adalah kajian pustaka.
Hasil dan Pembahasan
1.
Pendidikan Karakter
Sudut Pandang Psikolgi
Menurut Yunmar dan Phoa (2013)
masing-masing karakter tersebut memiliki ciri khas tersendiri, seperti
diuraikan berikut; Pertama, Sanguinis:
golongan adalah mereka yang senantiasa ingin populer dan ingin
diperhatikan khalayak. Karakter ini memiliki hidup yang cukup berwarna. Mereka
senang bicara. Emosinya kadang tidak dapat dikontrol dan cenderung meledak-ledak.
Kedua, Koleris: merupakan mereka
yang ingin selalu tampil di depan. Golong ini senang memerintah dan mengatur
banyak hal. Namun demikian, akibat dari karakter tersebut, golongan ini
cenderung tidak memiliki teman. Mereka dijauhi karena karakternya yang
senantiasa mendominasi dalam kelompok. Ketiga, Melankolis: agak berbeda dengan sanguinis. Golongan
melankolis lebih teratur, rapi, dan memiliki pola yang lebih jelas dibanding
yang lain. Umumnya mereka suka dengan fakta, data, angka dan memikirkan segala
sesuatu mendalam. Keempat, Plegmatis:
kelompok ini adalah mereka yang benci dengan perseteruan. Kelompok
Plegmatis cenderung menjauhi konflik dan perdebatan. Mereka suka dengan
kedamaian. Hidup tenang. Kelompok ini selalu berorientasi pada kedamaian.
Pendidikan karakter harus diterapkan
dari usia peserta didik di tingkat sekolah dasar, menengah hingga atas. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
(Misco, 2007; Chattopadhay, 2013; Holgado drk., 2013; Wagner, 2013) menyebutkan
bahwa, pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang dapat dikatakan wajib
untuk anak sekolah. Pendidikan karakter memungkinkan anak sekolah untuk
menguasai dan/atau menerapkan nilai moral yang luhur, nilai moral yang telah
diwariskan nenek moyang dari masa lampau.
Studi Psikologi terkait tumbuh kembang
moral anak telah disentuh oleh hasil dari teori-teori yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut. Bandura (1986) menjelaskan
bahwa manusia belajar dari setiap�
pengalaman�baik itu langsung maupun tak langsung�yang diserap dan
diamalkan sebagai suatu keterampilan kognitif dan diwujudkan dalam keseharian. Bandura
kemudian juga menjelaskan bahwa vicarious experience didapat dari proses
observasional/pengamatan (observational learning). Proses belajar
tersebut jika ditambahkan dengan penguatan dalam bentuk reward akan sangat mungkin berdampak pada peningkatan kualitas dan
hasil belajar itu sendiri.
Maka untuk membangun dan membentuk
pendidikan yang berkarakter salah satu strategi dalam pendidikan adalah
membentuk afektif peserta didik yaitu sikap dan akhlak dari peserta didik. Menurut
Maemonah (2012:34) bahawa Pendidikan karakter harus ditunjang dengan
unsur-unsur kepribadian positif sebagai berikut:
�Kepribadian positif atau kepribadian yang baik ini
dapat dirinci lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan yang ada di lingkungan
sekitar. Secara umum, kisi-kisinya meliputi; (1) Trustworthiness, merupakan karakter yang dicirikan dengan
integritas, jujur, dan loyal. (2) Fairness,
merupakan karakter dengan ciri keterbukaan diri yang baik serta tidak curang
pada hal apapun. (3) Caring, merupakan
karakter dengan ciri kepedulian yang lebih baik dibanding yang lain. (4) Respect, merupakan bentuk karakter
yang dicirikan dengan rasa saling menghormati atas tiap diri manusia lain. (5) Citizenship, merupakan karakter yang
dicirikan dengan bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan
peraturan serta perhatian terhadap lingkungan alamnya. (6) Responsibility, merupakan karakter
yang dicirikan dengan rasa tanggung jawab dan disiplin yang jauh lebih
dibanding individulain..�
Menurut Berkowitz (2008), Samani &
Hariyanto (2011) dalam (Hermino & Luangsithydeth, 2013:117) menerangkan bahwa:
�1) satu-satunya cara untuk membangun dunia yang
bermoral adalah mewujudkan segenap manusia yang bermoral pula; 2) ada pepatah
yang terkait dengan pembentukan moral bangsa, yakni �Perilaku anak adalah
satu-satunya bahan pertanggungjawaban yang dapat diminta kepada orangtua (a child is the only substance from which a
responsible adult can be made)�; 3) sekolah memiliki peranan dan
pengaruh terhadap pebentukan karakter pemuda sehingga optimalisasi peran
sekolah sangat diharapkan.�
2.
Pendidikan Karakter
Menurut Pandangan Islam
Islam merupakan agama yang sempurna dan
menyempurnakan. Ajarannya sangat lengkap sebagai tuntunan berperilaku semua
umat khususnya bagi umat Islam. Terdapat banyak ayat yang menjabarkan tentang
karakter atau akhlak, di antaranya Surat Al Qalam Ayat 4 yang berbunyi:
�وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ
خُلُقٍ
عَظِيمٖ ٤
[سورة
الـقـلـم,٤]
Artinya:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung [Al Qalam:4]
Ayat di atas memberikan gambaran bahwa
semua manusia sebenarnya telah diberikan potensi yang baik, namun terkadang
manusia tidak menyadarinya dan tidak mampu menemukan potensi baik tersebut.
Senada dengan ayat di atas Surat Sad Ayat 46 berbunyi:
�إِنَّآ
أَخۡلَصۡنَٰهُم
بِخَالِصَةٖ ذِكۡرَى
ٱلدَّارِ ٤٦ [سورة
ص,٤٦]
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada
mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri
akhirat [Sad: 46]
Pada dasarnya manusia diciptakan dengan
potensi yang baik sehingga mereka seharusnya dapat mengoptimalkan potensi itu
dengan sebaik-baiknya. Apabila manusia sulit menemukan potensi baiknya, maka
dianjurkan mengambil contoh atau teladan kepada yang dianggap baik seperti
dalam Surat Al Ahzab Ayat 21 yang berbunyi:
لَّقَدۡ
كَانَ لَكُمۡ
فِي رَسُولِ ٱللَّهِ
أُسۡوَةٌ
حَسَنَةٞ
لِّمَن كَانَ
يَرۡجُواْ ٱللَّهَ
وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ
وَذَكَرَ ٱللَّهَ
كَثِيرٗا ٢١
[سورة
الأحزاب,٢١]
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah [Al Ahzab: 21]
Ayat di atas menegaskan bahwa diharuskan
mengambil teladan perilaku kepada Rasulullah SAW., selain itu tugas utama
Rasulullah SAW diutus ke dunia ini dalam rangka menyempurnakan akhlak
sebagaimana sabda Rasul yang mengatakan; Aku
diutus (oleh Tuhan) untuk menyempurnakan akhlak budi pekerti yang mulia. (HR.
Ahmad dan Baihaqi dari Ab� Hurairah ra.).
Pendidikan karakter dalam keluarga Islam
telah digambarkan dalam Surat Lukman Ayat 3 yang berbunyi:
وَإِذۡ
قَالَ لُقۡمَٰنُ
لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ
يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ
لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ
لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ
١٣ [سورة لقمان,١٣]
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar" [Luqman:13]
Demikian pula dalam ajaran Islam, akhlak
merupakan ukuran atau barometer yang dapat digunakan untuk menilai kadar iman seseorang,
sebagaimana sabda Rasul yang mengatakan sesempurna-sempurna
orang mukmin imannya ialah yang lebih baik akhlaknya. (HR.
Turmudzi).
Hal ini sejalan juga dengan sabda Nabi
Muhammad Saw., yang lain yaitu; sesungguhnya
engkau itu manusia yang Allah telah membaikkan ciptaanmu, maka baikkanlah budi
pekertimu. (HR. al-Kharaithi dan Ab� al-�Abbas al-Dakhuli).
Nabi Muhammad Saw. juga bersabda bahwa sesungguhnya seseorang itu dengan kebaikan
akhlaknya (budi pekertinya) dapat
menyusul orang yang berpuasa dan mendirikan (malamnya dengan ibadah). Dan
kebaikan akhlak seseorang itu tidak sempurna sehingga sempurna akalnya.Ketika
itu maka sempurnalah imannya, ia taat kepada Tuhannya dan mendurhakai musuhnya,
iblis. (HR. Ibn Mahbar dari riwayat �Amr bin Syu�aib dari ayah
dan kakeknya). Nabi Muhammad SAW. bersabda, Yang paling berat barang yang diletakkan pada timbangan di hari kiamat
adalah takwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik. (HR. Ab�
D�w�d dan Tirmidzi dari Ab� Darda� ra.)
Imam al-Ghaz�l� termasuk dari sekian
banyak tokoh pendidikan Islam yang menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak
yang baik dalam kehidupan manusia menuju jalan kebenaran. Beliau juga
menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia
dalam bersikap sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan kembali. Dengan
demikian, karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan identitas
bangsa.
Menurut Al-Ghazali bahwa pendidikan
akhlak harus dimulai terlebih dahulu dari akhlak pendidiknya. Seorang pendidik dalam
mengajarkan harus selaras dengan apa yang dia perbuat sehingga kemudian layak
untuk diajarkan kepada murid, siswa atau peserta didiknya. Hal tersebut
diilustrasikan dalam kitab karyanya yaitu Ihya Ulumuddin jilid 1, beliau
memberikan perumpamaan bahwa guru dengan murid dapat diibaratkan seperti
tongkat dengan bayang-bayangnya, dimana guru yang berperan sebagai tongkatnya
tidak akan menemui bayangnya lurus apabila tongkatnya bengkok.
Kesimpulan
Pendidikan Karakter
yang ditujukan kepada manusia sebenarnya telah ada pada dirinya masing-masing.
Namun manusia pada umumnya sulit menyadari bahwa mereka telah dibekali dengan
potensi kebaikan akhlak tersebut. Allah menciptakan manusia dengan ragam
karakter. Keragaman karakter manusia memunculkan masalah perilaku dikalangan
masyarakat. Pendidikan Karakter merupakan solusi dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang ada di masyarakat terutama di dunia pendidikan. Penerapan
pendidikan karakter pun tidak hanya dipahami dari satu sudut pandang saja,
namun juga dapat dikaji dari berbagai sudut. Secara umum tulisan ini
menyinggung tentang bagaimana pendidikan karakter dipahami dari kacamata
Psikologidan Islam. Teori Barat terkait karakter sangat banyak dan Islam dalam
Al Qur�an dan Hadits telah menerangkan dengan jelas apa yang disebut dengan
karakter atau yang lebih dikenal dengan istilah akhlak. Kewajiban dalam
meningkatkan karakter positif dan mengurangi karakter negatif tentunya menjadi
tanggung jawab semua pihak baik dari individu, keluarga, masyarakat maupun
pemerintah yang memiliki wewenang dalam membuat regulasi penanggulangan
menurunya karakter bangsa.
BIBLIOGRAFI
Al-Ghaz�l�.
2009. Terjemah Ihya�Ulumiddin Jilid I,
III, V. Semarang: Asy-Syifa
Al-Kutub
al-Tis�ah.
CD Hadits.
Barnawi
dan Arifin, M. 2012. Strategi &
kebijakan pembelajaran pendidikan karakter. Jogjakarta: Ar-Quzz Media.
Chattopadhay,
T. 2013. School as a site of student
social capital: An exploratory study from Brazil. International Journal of
Educational Development, (34), 67-76. Diperoleh daripada www.elsevier.com/locate/ijedudev
Creswell,
J. W. 2009. Research Design. Qualitative,
Quantitative, and Mixed Method Approaches. Los Angeles: SAGE Publications,
Inc.
Darmiyati,
Zuhdan dan Muhsinatun. 2010. Pengembangan
model pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran bidang studi di
Sekolah Dasar. e-jurnal Cakrawala Pendidikan Universitas Negeri Yog�yakarta.
Departemen Agama RI. 1995. Al-Qur�an dan Terjemahnya. Jakarta:
Depag.
Dharmawan,
N. S. 2014. Implementasi pendidikan
karakter bangsa Pada mahasiswa di perguruan tinggi. A paper presented at
Character Education Supervising for University Students at Kopertis Wilayah
VIII.
Hermino,
A. 2015. Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama di Era Globalisasi dan
Multikultural. Jurnal Peradaban, 8, 19-40.
Holgado,
D., Maya-Jariego, I., Ramos, I., Palacio, J., Oviedo-Trespalacios, O.,
Romero-Mendoza, V. & Amar, J. 2013. Impact
of child labor on academic performance: Evidence from the program ��Edu� came
Primero Colombia��. International Journal of Educational Development, (34), 58-66. Diperoleh daripada www.elsevier.com/locate/ijedudev
Kemdiknas.
2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter. Jakarta.
Lickona,
Thomas. 1991. Educating for Character:
How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto,
London, Sydney, Aucland: Bantam books.
Maemonah.
2012. Aspek-aspek dalam pendidikan
karakter. FORUM TARBIYAH Vol. 10, No. 1,
Marzuki.
2013. Revitalisasi Pendidikan Agama di
Sekolah dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Masa Depan. Jurnal Pendidikan
Karakter. 3 (1): 64-76.
McAlpine,
L., & Amundsen, C. 2011. Doctoral
Education: Research-Based Strategies for Doctoral Students, Supervisors and
Administrators. New York: Springer. https://doi.org/10.1007/978-94-007-0507-4
Mertens,
D. M. 2010. Research and Evaluation in
Educational and Psychology (3rd ed.). California: SAGE Publications, Inc.
Misco,
T. 2007. Using curriculum deliberation to
address controversial issues: Developing holocaust education curriculum for
Latvian schools. International Journal of Education Policy and Leadership.
2(8). Diperoleh daripada http://www.ijepl.org
Mulyasa.
2011. Manajemen Pendidikan Karakter.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa. Cet. IV.
Ryan,
Kevin & Karen E. Bohlin. 1999. Building Character in Schools: Practical
Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.
Sapriya.
2007. Peran Pendidikan Kewarganegaraan
dalam Membangun Karakter Warga Negara. Jurnal Sekolah Dasar Tahun 16 Nomor
I, Mei 2007.
Yunmar,
R.A. dan Phoa, V. 2013. Aplikasi
Kepribadian Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Multi-Layer Perception.
S2 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Wagner,
D. A. 2013. Improving learning
assessments for developing countries. International Journal of Educational
Development. (34), 110-111. Diperoleh daripada
www.elsevier.com/locate/ijedudev
Welton,
D. A. & Mallan, J. T. 1981. Children
and their world: Strategies for teaching social studies (2nd Ed.). Boston:
Houghton Mifflin Company.
Wentzel,
K. R. & Wigfield, A. 2009. Handbook
of Motivation at School. London: Routledge.
Wiyani,
N. A. 2012. Manajemen pendidikan
karakter: Konsep dan implementasinya di xekolah. Yogyakarta: Pedagogia.