Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN
: 2541-0849���
e-ISSN : 2548-1398
Vol.
1, no 2 Oktober 2016
PENERAPAN MODEL CLUSTERING� UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS TEKS
NARRATIVE
Tommy
Nurul Muflikh
SMAN 2 Cirebon
email: [email protected]
Abstrak
Keterampilan dalam menulis merupakan
keterampilan yang cukup sulit khususnya bagi siswa SMAN 2 Cirebon kelas XII IPS
2. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata keterampilan menulis yaitu hanya 68,8
sedangkan standar rata-rata yang ditetapkan oleh SMAN 2 Cirebon untuk
keterampilan menulis adalah 75. Berdasarkan lembar observasi, didapat tingkat
motivasi siswa kelas XII IPS 2 dalam mengikuti pembelajaran bahasa inggris
khususnya menulis rata-rata hanya 58,2. Pencapaian ini masih belum memuaskan
mengingat standar motivasi yang dimiliki rata-rata siswa SMAN 2 Cirebon minimal
80 atau berada pada kategori tinggi. Selain itu nilai rata-rata hasil belajar
adalah 71,1 dengan ketuntasan belajar 50%, padahal standar rata-rata hasil
belajar adalah 89 dengan ketuntasan belajar 84%. Hal ini salah satunya terjadi
karena siswa merasa jenuh karena guru belum menerapkan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa atau student learning center. Untuk itu
diterapkan model pembelajaran clustering yang dapat meningkatkan motivasi dan
kemampuan menulis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan
tes, sedangkan data dianalisis secara deskriptif. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas XII IPS 2 SMAN 2 Cirebon sebanyak 38 siswa. Penelitian ini
dilakukan dalam 2 siklus yang berlangsung selama 2 bulan. Dari siklus 1 didapat
peningkatan motivasi siswa sebesar 71,5 yang berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan menulis siswa yaitu sebesar 77 dengan rata-rata nilai kelas 82,6 dan
ketuntasan belajar 81,6%. Walaupun mengalami peningkatan namun indikator
ketercapain belum terpenuhi maka dilakukan siklus 2 dengan pencapaian motivasi
belajar sebesar 80,5 yang diiring dengan peningkatan kemampuan menulis yaitu
80,3 serta rata-rata nilai 89,1 dengan ketuntasan belajar 94,7 %. Hasil ini menunjukan ketetapan semua indikator
telah dicapai, dengan demikian penggunaan model clustering dapat meningkatkan
motivasi, kemampuan menulis dan hasil belajar siswa.� �
Kata Kunci : Menulis, Clustering, Motivasi
������������������������������������������
Pendahuluan
Di era globalisasi ini, penguasaan
bahasa inggris menjadi sebuah kebutuhan khususnya bagi generasi muda Indonesia
mengingat semakin majunya teknologi dan perkembangan zaman. Hal ini menuntut siswa untuk menguasai bahasa inggris yang merupakan
salah satu bahasa yang digunakan
oleh sebagain besar negara di dunia. Berdasarkan hal
tersebut, maka bahasa inggris ditetapkan sebagai pelajaran dengan tujuan yaitu; (1) Meningkatkan
keterampilan bahasa inggris yang terdiri dari mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis. (2) meningkatkan
kesadaran terkait hakikat bahasa bahwa bahasa asing juga merupakan salah satu
alat utama belajar.� (Departemen Pendidikan Indonesia). Keterampilan bahasa
inggris meliputi reading (membaca), writing (menulis), speaking
(berbicara) dan listening (mendengarkan). Pada
Kenyataannya, keterampilan dalam menulis bahasa inggris dikembangkan paling akhir
dibandingkan dengan keterampilan bahasa inggris lainnya. Keterampilan menulis
merupakan ekspresi dalam bentuk tulisan, baik berupa ide, gagasan, pendapat
maupun perasaan dan pikiran. (Elina
Syarif: 2009). Pengajaran menulis selalu menjadi suatu tantangan karena menulis
bukanlah
hal yang gampang. Biasanya, seseorang
yang ahli dalam berbicara tidak menjamin bahwa seseorang tersebut ahli dalam keterampilan
menulis. Masalah tersebut juga
terjadi pada siswa, sebagian besar yang ahli dalam berbicara
seringkali merasa sulit ketika menulis. �
SMAN 2
Cirebon
adalah salah satu SMAN favorit di Kota Cirebon namun beberapa kelas memiliki
nilai bahasa inggris yang kurang memenuhi standar yang ditetapkan, salah
satunya adalah Kelas XII IPS 2.
Kelas ini memiliki nilai
rata-rata bahasa inggris paling rendah dibandingkan dengan kelas lainnya
�yang diampu oleh penulis. Rata-rata nilai
kelas pada semester 1 (satu) yaitu 71,1 dengan ketuntasan belajar hanya 50%. Padahal standar
minimal rata-rata kelas yaitu 89 dengan ketuntasan belajar 84%. Berdasarkan
lembar observasi, nilai rata-rata keterampilan menulis yaitu hanya 68,8
sedangkan standar rata-rata yang ditetapkan oleh SMAN 2 Cirebon untuk
kemampuan menulis yaitu
75. Berdasarkan hasil pengamatan pada kelas XII IPS 2,
siswa nampak tidak terlalu
antusias dan semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar
bahasa inggris khususnya keterampilan
menulis. Berdasarkan lembar observasi, didapat tingkat rata-rata
motivasi siswa kelas XII IPS
2 dalam menulis rata-rata hanya 58,2 atau dikategorikan sedang. Pencapaian ini tentu tidak
memuaskan mengingat
standar motivasi yang dimiliki rata-rata siswa SMAN 2 Cirebon minimal 80 dengan kategori tinggi. Salah satu penyebab
terjadinya karena siswa merasa jenuh
dengan teknik pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Selama ini, guru masih
menerapkan teknik pembelajaran teacher
learning center. Untuk itu,
sebaiknya guru berinovasi dalam
menyampaikan materi pembelajaran salah satunya dengan
menerapkan model student learning center
khususnya dalam keterampilan
menulis. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis berasumsi
bahwa penerapan clustering merupakan
salah satu model belajar inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis teks narrative khususnya pada
kelas XII IPS 2 SMAN 2 Cirebon.
Metodologi
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan Oktober dan November
semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Siklus penelitian ini meliputi tahapan
perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini
yang menjadi subjek yaitu kelas XII IPS 2 SMAN 2 Cirebon dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang. Fokus
penelitian yaitu penerapan model clustering,
motivasi siswa, kemampuan menulis bahasa inggris dan teks narrative. Keempat fokus penelitian dioperasionalkan sebagai
berikut:
1.
Clustering
Clustering adalah model pembelajaran yang digunakan dalam
rangka memberi kemudahan kepada peserta didik dalam keterampilan menulis
khususnya dalam penulisan
teks narrative. Clustering
merupakan salah satu teknik �yang membantu dalam pengorganisasian antara
otak kanan dan otak kiri dimana bagian otak kanan dianggap sebagai pusat ide -
ide kreatif. (Burroway : 1992). Berdasarkan pendapat Burroway,
clustering merupakan
suatu proses memulai kreativitas, jika diterapkan dalam proses pengajaran, maka
siswa diminta untuk menuliskan ide-ide mereka dengan cepat
sesuai dengan topik yang akan
ditulis. Clustering dimulai dengan
menuliskan suatu kata, frase, sebuah nama atau sebuah kalimat di tengah-tengah halaman kertas kerja kemudian kata atau frase
tersebut dilingkari. Siswa diminta untuk menemukan kata,
frase atau nama yang muncul
di benak mereka yang kemudian dihubungkan dengan nama,
frase atau kata yang
terletak di tengah lembar kerja tadi.
2. Motivasi
Belajar
Motivasi
belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa dalam
belajar (Endang Sri Astuti: 2010). Motivasi belajar
memiliki hubungan yang erat dengan perilaku siswa, motivasi belajar akan
meningkatkan siswa untuk mempelajari hal-hal yang bersifat baru. (TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI : 2007).
Motivasi belajar yang tinggi akan membuat siswa lebih tekun dan tidak mudah
putus asa dalam mempelajari sesuatu. Motivasi tentu saja memegang peranan penting dalam kegiatan belajar dan berpengaruh terhadap
proses belajar dan mengajar itu sendiri. Dalam motivasi belajar, penulis menemukan siswa kelas
XII IPS 2
SMAN 2 Cirebon kurang
antusias dan termotivasi ketika mengikuti proses belajar dan
mengajar khususnya keterampilan menulis bahasa inggris. Dalam penelitian ini, motivasi belajar
memiliki instrumen sebagai berikut:
Tabel 1.
Isntrumen Motivasi Belajar
NO |
INSTRUMEN |
1 |
Siswa masuk kelas tepat waktu |
2 |
Siswa menunjukan sikap yang sungguh-sungguh dalam
persiapan mengikuti pelajaran |
3 |
Siswa menunjukan perhatian pada saat pengenalan
dan apersepsi materi pelajaran |
4 |
Siswa menunjukan minat yang besar terhadap
pembelajaran teks narrative |
5 |
Siswa menunjukan motivasi untuk terlibat dalam
proses pembelajaran teks narrative |
6 |
Siswa menunjukan sikap yang aktif dalam proses
pembelajaran teks narrative |
7 |
Siswa memanfaatkan/menggunakan media, alat
peajaran dan sumber belajar |
8 |
Siswa menunjukan motivasi yang tinggi dalam
mengerjakan teks narrative |
9 |
Siswa menunjukan sikap termotivasi dengan
penguatan yang diberikan oleh guru |
10 |
Siswa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru |
Klasifikasi
penilaian adalah sebagai berikut:
80-100
������ = tinggi�����������
40-70
�������� = Sedang
>40
����������������������� = rendah
3. Menulis (Writing)
Menulis
merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan atau ide, dengan
menggunakan simbol-simbol sistem bahasa peneliti untuk keperluan komunikasi
atau mencatat. (Mulyono:1999). Sedangkan berdasarkan Oxford Dictionary, �writing is produce something in written form
so that people can read, perform or use it� Sebuah tulisan
akan memberikan pesan tertentu bagi seseorang yang membacanya. Pesan tersebut dapat berupa ide, informasi, kemauan, keinginan, atau perasaan
seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut, menulis pada hakikatnya adalah suatu pengetahuan,
yaitu mengetahui apa yang ada dalam pikiran kemudian dituangkan ke dalam bentuk
tulisan. Pengetahuan tidak harus dalam bentuk kata atau frase
tetapi dapat juga berupa
gambar, gabungan ide dan gambar, serta semua hal yang terdapat pada pikiran. Kejelasan
pengetahuan seseorang
terlihat dari tulisan dan ucapannya. Keterampilan writing diidentikkan dengan penggunaan graphic
symbols dan�
merupakan gabungan
huruf yang berhubungan dengan bunyi bahasa yang diucapkan. Namun sesungguhnya keterampilan writing tidak hanya sekedar menghasilkan
grapic symbols.
Simbol-simbol tersebut diperlukan penyusunan dengan ketentuan yang tepat, baik itu dalam membentuk kata, menyusun kata menjadi kalimat,
menyusun kalimat menjadi paragraf, ataupun menyusun paragraf menjadi sebuah
teks.
4.
Teks
Narrative
Penggunaan
paragraf narrative dalam penelitian
ini, salah satunya dikarenakan, paragraf narrative
mengandung unsur suspense atau rasa ingin tahu sehingga pembelajaran menulis
menjadi tidak membosankan. Narrative
text biasanya
digunakan berkaitan dengan peristiwa di masa lalu dengan
menggunakan tenses past
tense. Isi narrative text berupa kisah khayal dan nyata atau peristiwa-peristiwa yang
mengarah ke suatu krisis di masa lampau, yang pada akhirnya menemukan suatu
penyelesaian. Struktur teks narrative
terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1) Orientation;
bagian ini terkait dengan pengenalan tokoh, waktu dan tempat kejadiannya; (2) Complication; bagian
ini menceritakan tentang
gambaran munculnya masalah yang harus dipecahkan oleh tokoh pada cerita tersebut; (3) Resolution; bagian ini berisi tentang bagaimana
cara
tokoh dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di bagian Complication. (4) Coda merupakan bagian terakhir dari struktur narrative text yang menceritakan
perubahan yang dialami
oleh tokoh dan
pelajaran yang dapat diambil dari cerita tersebut. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan
tes dan observasi. Data terkait motivasi siswa dilakukan dengan observasi sedangkan pengumpulan
data terkait kemampuan menulis dilakukan dengan penilaian terhadap teks narrative. Selain itu untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
materi dilakukan tes tulis.
Data yang
diperoleh dari hasil observasi dan tes tulis mengenai motivasi belajar dan
kemampuan menulis teks narrative
dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Selanjutnya menghitung nilai
rata-rata motivasi, hasil belajar siswa terkait materi teks narrative dan kemampuan menulis teks narrative berdasarkan hasil pengamatan
dan tes setiap siklus. Indikator keberhasilan pembelajaran yaitu jika terjadi
peningkatan motivasi dengan standar rata-rata nilai motivasi yaitu 75.
Sedangkan untuk kemampuan bahasa Inggris standar rata-rata minimal adalah 80
atau kategori tinggi dan untuk hasil tes pemahaman teks narrative minimal 82
dengan rata-rata 89 serta ketuntasan belajar 84% (standar KKM SMAN 2 Cirebon
kelas XII IPS). Perlakuan dianggap berhasil apabila tercapai ke tiga indikator
tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Kelas XII
IPS 2 memiliki 38 siswa terdiri atas 20 siswa perempuan dan
18 siswa laki-laki. Kondisi awal yang dijumpai di kelas ini berdasarkan
pengamatan penulis adalah motivasi belajar dalam mempelajari teks narrative
yang kurang. Sebagian siswa masih menunjukkan sikap kurang semangat, hanya sekedar melaksanakan aktivitas membaca
saja. Ketika
diminta untuk membuat paragraf narrative
sebagian siswa
menunjukkan sikap terbebani dan merasa
sulit. Bahkan ada siswa yang tidak bisa menulis sedikitpun teks narrative. Hanya sebagian kecil saja yang menunjukkan kesungguhan dengan berusaha menulis
teks.
Hal
tersebut dapat dilihat dari lembar observasi motivasi dimana yang berkriteria
sedang sejumlah 24 siswa. Untuk siswa berkriteria rendah sebanyak �10 siswa sedangkan 4 (empat) siswa berkriteria
tinggi. Perbedaan motivasi tersebut mempengaruhi kemampuan menulis narrative yang juga bervariasi.
��������������������������������������������������������������� Tabel
2.� ������
Motivasi Belajar Siswa pada
Prasiklus
Jumlah Siswa |
�motivasi
Tinggi |
�motivasi Sedang |
�motivasi
Rendah |
Rata-Rata |
Kategori |
|||
Jml |
% |
Jml |
% |
Jml |
% |
|||
38 |
4 |
10,5 |
24 |
63,2 |
10 |
26,3 |
58,2 |
Sedang |
Perbedaan
motivasi belajar siswa seperti dipaparkan di atas, berpengaruh pada kemampuan
menulis teks narrative. Berdasarkan
tes awal yang diberikan
setelah pembelajaran ternyata menunjukkan�
hasil seperti tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.
Kemampuan Siswa dalam menulis Teks Narrative Pra
Siklus
Aspek
Penilaian |
Nilai |
Rata-Rata |
Grammar dan
Vocabulary |
2600 |
68,4 |
Manajemen
wacana monolog |
2630 |
69,2 |
Rata-Rata |
|
68,8 |
Kategori |
|
Kurang |
Tabel
di atas menunjukan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menulis teks narrative masih berada pada kategori
kurang. Selain kemampuan menulis teks narrative,
hasil belajar siswa memahami teks narrative
ditunjukan dengan tabel berikut ini:
Tabel 4.
Hasil Belajar Teks Narrative� Prasiklus
Nilai |
Nilai
≥82 |
KKM Mapel
Bahasa Inggris |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
siswa bernilai < 82 |
19 |
50 |
89 |
Jumlah
siswa bernilai ≥82 |
19 |
50 |
|
Nilai
tertinggi |
85 |
|
|
Nilai
terendah |
35 |
||
Nilai
rata-rata |
71,1 |
Sesuai tabel tersebut, dari 38 siswa Kelas XII IPS 2 yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 19 siswa atau 50%. Sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 19 siswa atau 50%. Persentase tersebut dapat ditunjukkan dalam grafik
batang berikut ini:
Grafik
1.�
Hasil
Belajar Menulis Teks Narrative Prasiklus
Grafik di atas
menunjukan hanya 50% siswa yang tuntas. Sedangkan rata-rata
nilai kelas siswa 73,26� padahal nilai
standar rata-rata kelas adalah 89.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam memahami
teks narrative masih rendah meskipun guru sudah menunjukkan aktivitas yang sangat
baik yang dibuktikan dengan penyiapan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
yang baik.
Guru masih menerapkan model konvensional dalam proses
pembelajaran, dimana sebagian besar masih berfokus pada guru atau yang sering
disebut dengan teacher learning center.
Hal tersebut tentu saja belum mampu membangkitkan motivasi� siswa untuk berpacu lebih
lanjut dalam pembelajaran menulis narrative dengan baik. Guru perlu
membangkitkan motivasi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa
dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif.
Siklus 1 dilaksanakan
dalam 3 kali pertemuan. Pada
pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan pembahasan terkait teks narrative
kemudian dilanjutkan dengan bagaimana menulis teks narrative dengan metode clustering dengan topik Wonderful Indonesia.
Pada pertemuan kedua siklus pertama, para siswa
berlatih menulis teks narrative dengan
menggunakan metode clustering misalnya keindahan apa saja yang ada di salah satu wilayah di
Indonesia. Selanjutnya
pada pertemuan ketiga diadakan tes akhir siklus pertama dengan meminta siswa
membuat clustering dan teks narrative dengan tema Wonderful Indonesia. Siswa diminta untuk menceritakan suatu
tempat indah yang pernah
mereka kunjungi, misalnya siswa menulis tentang �Bandung City�, maka siswa diminta untuk membuat
beberapa clustering yang berhubungan dengan kota Bandung, setelah itu
barulah siswa membuat sebuah paragraf narrative berdasarkan
clustering yang telah mereka buat.
Selama pelaksanaan siklus I, siswa
kelihatannya masih agak bingung tentang penggunaan metode clustering
dalam menulis paragraf narrative. walaupun
ada beberapa siswa yang sedikit antusias. Siswa yang sedikit antusias ini
berani bertanya tentang hal-hal yang
berhubungan dengan clustering. Selama proses pembelajaran pada pertemuan
pertama ini, guru lebih dominan sehingga proses pembelajaran berlangsung satu
arah. Dalam hal ini siswa hanya menyimak penjelasan dari guru saja. Pada pertemuan
kedua siswa kelihatannya lebih aktif. Hal ini dikarenakan guru memberikan contoh clustering
dan meminta setiap siswa untuk
membuat clustering mereka sendiri. Hal ini membuat proses
pembelajaran menjadi
lebih menarik. Untuk mengukur sejauh mana motivasi siswa dalam menulis
teks narative dengan penerapan model clustering
maka diadakan pengamatan dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.
Motivasi
Belajar Siswa Siklus 1
Jumlah Siswa |
Motivasi Tinggi |
Motivasi
Sedang |
Motivasi Rendah |
Skoring |
||||
Jml |
% |
Jml |
% |
Jml |
% |
Rata-Rata |
Kategori |
|
38 |
27 |
71,05 |
7 |
18,42 |
4 |
10,53 |
71,5 |
Sedang |
Tabel motivasi siswa pada Siklus I menunjukkan bahwa siswa memiliki
motivasi terhadap pembelajaran menulis teks narrative. Hal ini dibuktikan dengan rincian; 27 siswa (71,05%)� menunjukkan
motivasi tinggi, 7 siswa (18,42%)
menunjukkan motivasi sedang, dan 4 siswa (10,53%) yang memiliki motivasi rendah. Hal ini membuktikan bahwa model
pembelajaran clustering dapat menumbuhkan motivasi dalam menulis teks narrative. Bila dibandingkan dengan prasiklus, terjadi peningkatan motivasi yang signifikan. Siswa yang bermotivasi
tinggi meningkat dari 4 menjadi 27
siswa
atau mengalami peningkatan sebanyak 23 siswa. Kenaikan
tersebut tidak terlepas dari model pembelajaran berbeda yang diberikan pada Siklus I, yakni model pembelajaran clustering. Selain peningkatan motivasi
belajar, kemampuan menulis teks narrativepun
mengalami peningkatan. Berikut ini tabel kemampuan menulis teks narrative siswa pada siklus 1.
Tabel 6.
Kemampuan
Menulis Teks Narrative pada Siklus 1
Aspek Penilaian |
Nilai |
Rata-Rata |
Grammar dan
Vocabulary |
2908 |
76,5 |
Manajemen
wacana monolog |
2940 |
77,4 |
Rata-Rata |
|
77 |
Kategori |
|
Cukup |
Berdasarkan tabel di
atas, kemampuan menulis teks narrative
mengalami peningkatan dari 68,8 dengan kategori rendah pada tahap pra siklus
menjadi 77 pada siklus 1 dengan kategori sedang. Namun, walaupun mengalami
peningkatan, kemampuan menulis teks narrative
siswa masih belum mencapai standar yaitu 80. Untuk hasil belajar teks narrative ditunjukan dengan tabel
berikut ini:
Tabel 7.
Hasil
Belajar Teks Narrative pada Siklus 1
Nilai |
Nilai
≥82 |
KKM Mapel
Bahasa Inggris |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
siswa bernilai < 82 |
7 |
18,4% |
89 |
Jumlah
siswa bernilai ≥82 |
31 |
81,6% |
|
Nilai
tertinggi |
90 |
|
|
Nilai
terendah |
65 |
||
Nilai
rata-rata |
82,6 |
Berdasarkan data di
atas, walaupun terjadi peningkatan pada berbagai unsur namun nilai ketuntasan
belajar belum mencapai standar yaitu 84% dan motivasi siswa juga masih dalam
kategori sedang serta nilai rata-rata KKM masih 77. Oleh karena itu diperlukan
adanya tahapan pembelajaran berikutnya untuk mencapai nilai ketuntasan belajar
84% dan motivasi siswa mencapai kategori tinggi serta rata-rata nilai mencapai
standar KKM yaitu 89 yang terangkum dalam siklus II.
Pada siklus II, hasil
observasi, penilaian kemampuan menulis narrative bahasa Inggris dan hasil
belajar memahami teks narrative bahasa inggris siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri
2 Kota Cirebon melalui penerapan clustering
mengalami peningkatan dan telah memenuhi standar indikator ketercapaian.
Peningkatan motivasi belajar siswa, kemampuan menulis teks narrative dan hasil
belajar memahami teks narrative
ditunjukan oleh tabel berikut ini:
Tabel 8.�
Motivasi
Belajar Siswa pada Siklus 2
Jumlah Siswa |
Motivasi
Tinggi |
Motivasi
Sedang |
Motivasi
Rendah |
Rata-Rata |
||||
Jml |
% |
Jml |
% |
Jml |
% |
Rata-Rata |
Kategori |
|
38 |
34 |
89,4 |
2 |
5,3 |
2 |
5,3 |
80,5 |
Tinggi |
Dari tabel Motivasi Siswa dalam menulis
teks narrative pada Siklus II tersebut diketahui bahwa 34 siswa sudah memiliki motivasi yang tinggi atau 89,4 %, siswa yang memiliki motivasi sedang
2 siswa atau 5,3 %, dan hanya 2 siswa atau 5,3% saja yang motivasinya rendah. Hal yang menggembirakan,
dengan penerapan
model clustering motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis
teks narrative telah meningkat yang diikuti juga
dengan peningkatan kemampuan menulis teks narrative.
Berikut ini tabel yang menunjukan kemampuan menulis teks narrative.
Tabel 9.
Kemampuan
Menulis Teks Narrative Pada Siklus 2
Aspek Penilaian |
Nilai |
Rata-Rata |
Grammar dan
Vocabulary |
3070 |
80,8 |
Manajemen
wacana monolog |
3035 |
79,9 |
Rata-Rata |
|
80,3 |
Kategori |
|
Baik |
Untuk
hasil belajar memahami teks narrative
ditunjukan pada tabel berikut ini:
Tabel 10.
Hasil
Belajar Teks Narrative Pada Siklus 2
Nilai |
Nilai
≥82 |
KKM Mapel
Bahasa Inggris |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
siswa bernilai < 82 |
2 |
5,3 |
89 |
Jumlah
siswa bernilai ≥82 |
36 |
94,7 |
|
Nilai
tertinggi |
95 |
|
|
Nilai
terendah |
70 |
||
Nilai
rata-rata |
89,1 |
Selama Siklus I, Clustering diterapkan pada peningkatan
motivasi dan kemampuan siswa dalam membuat teks narrative sama seperti pada siklus 1. Namun pada siklus II ini, kegiatan
pembelajaran lebih
menekankan pada diskusi dan tanya jawab tentang kesulitan yang dihadapi
siswa dalam menuliskan teks narrative dengan menggunakan metode clustering. Hal ini membuat setiap siswa
mengetahui letak kesalahan dalam membuat teks narrative pada siklus I.
Memperhatikan kemampuan
siswa dalam menulis teks narrative
pada� siklus II, penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Mengevaluasi hasil pengamatan selama proses pembelajaran.
2. Mengoreksi tugas dan menganalisis hasilnya.
3. Berdasarkan hasil observasi pada Siklus I mengenai
motivasi dan kemampuan� siswa dalam menulis teks
narrative yang dilakukan
observer menunjukkan� adanya peningkatan
dari Siklus
I sebagai berikut.
a)
Rata-rata
motivasi
siswa meningkat
b)
Rata-rata
kemampuan
siswa dalam membuat teks narrative juga menunjukkan adanya peningkatan dari 77 menjadi 80,33.
c)
Terdapat 36 siswa atau 94,7% tuntas KKM.
Melihat hasil
tersebut di atas maka indikator kinerja secara keseluruhan
telah tercapai tercapai.
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian pada
pembelajaran siklus I dan siklus II dengan penerapan model
clustering untuk meningkatkan
motivasi belajar dan kemampuan siswa dalam menulis teks narrative. Pada Siklus II nilai
rata-rata motivasi siswa 80,5� telah
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu rata-rata minimum 80 atau dengan mendekati kriteria tinggi.�
Kemampuan
siswa dalam menulis teks narrative pada
Siklus II juga telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu rata-rata 80 dengan pencapaian 80,33. Selain itu, hasil belajar teks narrative
juga telah mencapai indikator nilai rata-rata 89 dengan ketuntasan 84% yaitu
rata-rata 89,1 dengan ketuntasan belajar 94,7%. Dengan demikian, penelitian ini dapat dipetik
dua simpulan.
1.
Model Clustering dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam menulis teks
narrative di Kelas XII IPS
2 SMA Negeri 2 Kota Cirebon semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
2.
Model Clustering dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks narrative dan hasil belajar siswa Kelas XII IPS
2 SMA Negeri 2 Kota Cirebon semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
BIBLIOGRAFI
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan
bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikonto, Suharsimi, Suhhardjono, dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Arikonto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Endang Sri Astuti, Resminingsih. 2010. Bahan
Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah. Jilid I.
Jakarta : PT Grasindo.
Peni Pramono. 2006. 30 Menit Essay Writing. Yogyakarta:
Andi.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Grasindo Intima : Bandung.