Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, No. 7, Juli 2021
UNITED NATION DAN SOS CHILDREN'S VILLAGES
INTERNASIONAL MENJALIN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK MENGAKHIRI KEKERASAN TERHADAP
ANAK-ANAK DI DUNIA
Alfarabi, Ali Muhammad
Universitas Muhammdiyah Yogyakarta
(UMY) Yogyakarta, Indonesia
Email: a[email protected], a[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami global partnership
menggunakan pandangan Liberal Intstitusionalisme. United Nations (UN) dan SOS
Children�s Villages International (SOS CVI) sabagai aktor yang terlibat
berusaha untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak di dunia. UN dan SOS CVI
menjalin kemtraan global ini bertujuan untuk memperluas jangkauan dampak dari
program Sustainable Development Goals
(SDGs) yang dijalankan sehingga tingkat kekerasan terhadap anak-anak bisa
diakhiri. Metode penelitian kualitatif digunakan
karena objek penelitian yang akan dikaji bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Hasil dari penelitian ini membantu para stakeholder ataupun INGO memahami dan
menganalisa setiap potensi program yang mereka jalankan hingga bisa terus
berkembang. Tentunya bisa memberikan hasil yang baik bagi masyarakat dan
mendorong terciptanya sumber daya manusia yang mampu memudahkan terwujudnya
tujuan dari pembangunan berkelanjutan (SDGs).�
Oleh karena itu, perlindungan untuk anak-anak dari segala bentuk
kekerasan adalah hak fundamental yang dijamin oleh Konvensi Hak Anak (UNCRC)
dan perjanjian serta standar HAM internasional lainnya. Kesamaan� kepentingan (Mutual Interest) antara United
Nations (UN) dan SOS Children�s
Villages Internasional (SOS CVI), usaha advokasi dari SOS CVI untuk menumbuhkan
awareness bagi masyarakat dunia
malalui berbagai macam kampanye, serta penelitian-penelitian yang dilakukan
oleh SOS CVI bertujuan� untuk
menghilangkan rasa kecurigaan antar Negara. Maka hal ini yang mendorong United Nations (UN) menjadikan SOS Children�s Villages International
(SOS CVI) sebagai kemitraan globalnya.
Kata Kunci:
UNCRC; SOS children�s villages; united nations; mutual interest;
��������� advokasi;
penelitian
Abstract
This
research aims to understand global partnership using the view of Liberal
Institutionalism. United Nations (UN) and SOS Children's Villages International
(SOS CVI) as actors involved in trying to end violence against children in the
world. UN and SOS CVI established this global partnership aimed at expanding
the reach of the impact of the Sustainable Development Goals (SDGs) program
that was implemented so that the level of violence against children could be
ended. Qualitative research methods are used because the object of research to
be studied is descriptive and tends to use analysis. The results of this study
help stakeholders or INGOs understand and analyze every potential program they
run so that they can continue to grow. Of course, it can provide good results
for the community and encourage the creation of human resources that are able
to facilitate the realization of the goals of sustainable development (SDGs).
Therefore, protection for children from all forms of violence is a fundamental
right guaranteed by the Convention on the Rights of the Child (UNCRC) and other
international human rights treaties standards. Mutual Value between the United
Nations (UN) and SOS Children's Villages International (SOS CVI), the advocacy
efforts of SOS CVI to raise awareness for the world community through various
kinds of campaigns, as well as research conducted by SOS CVI aimed at
eliminating a sense of suspicion between countries. So this is what encourages
the United Nations (UN) to make SOS Children's Villages International (SOS CVI)
as its global partnership.�
Keywords: UNCRC; SOS children�s villages international;
united nations; mutual ���������� �������interest; advocacy; research
Pendahuluan
Dalam penelitian ini penulis akan
membahas tentang kemitraan global dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) yang dilakukan oleh United Nations (UN) dan Sos Children�s Villages International
(SOS CVI). Kemitraan global ini muncul akibat adanya permasalahan serius yang
terjadi sehingga menjadi pusat perhatian banyak negara di dunia. Tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs) untuk membangun perkembangan yang baik bagi
anak-anak dan mengakhiri kekerasan terhadap mereka (Butler, 1999). Untuk pertama kalinya, martabat
anak dan hak mereka untuk hidup bebas dari kekerasan dan rasa takut diakui
sebagai prioritas tersendiri dalam agenda pembangunan internasional. Terutama
yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, kekerasan
terhadap perempuan, banyaknya pekerja dibawah umur, pengentasan kemiskinan,
akses ke keadilan dan lembaga yang akuntabel dan inklusif untuk membantu
mengurangi risiko kekerasan dalam kehidupan anak-anak dan memberikan tanggapan
yang efektif bagi anak yang menjadi korban kekerasan (Pais, 2015).
Pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs)
adalah kesepakatan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan yang bersifat
universal, integrasi, dan inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun
yang tertinggal atau disebut no one left
behind. SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk
menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2)
Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas;
(5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan
Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi
dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang
Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13)
Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16)
Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk
Mencapai Tujuan (Wardlaw, Aslam, Anthony, Little, & Cappa, 2014). Sustainable Development Goals (SDGs) memperjuangkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi
masyarakat di dunia. Tujuannya untuk mencapai perdamaian dan kebebasan yang
lebih luas. Semua negara dan para stakeholder
ikut terlibat dalam collaborative
partnership untuk mengimplementasikan agenda SDGs sehingga memudahkan
terwujudnya dunia yang makmur dan sejahtera bagi manusia. Negara-negara di
dunia yang telah menyetujui program pembangunan berkelanjutan melakukan
langkah-langkah transformatif dan berkomitmen untuk tidak membiarkan seorang
pun atau negara mengalami ketertinggalan (no
one left behind). Terwujudnya tujuan SDGs akan memengaruhi masa depan
jutaan anak bahkan masa depan sebuah negara sebagai komunitas global. SDGs
memiliki cakupan universal, termasuk anak-anak menjadi prioritas teratas dalam
agenda pembangunan berkelanjutan ini (Johnston, 2016).�
Sos Children�s Villages International (SOS CVI) melakukan
kemitraan dengan United Nations (UN)
untuk mencapai target SDGs 2030. Komitmen kemitraan yang dibangun untuk
membantu anak-anak yang telah atau berisiko kehilangan pengasuhan orang tua.
Perlindungan bagi anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan dari segala bentuk
kekerasan merupakan perhatian masyarakat internasional yang tidak dapat
diabaikan pasca agenda pembangunan berkelanjutan 2015. Masa depan di mana
kesetaraan dan kemajuan sosial akan menjadi kenyataan bagi semua anggota
keluarga di suatu negara (Wardlaw et al., 2014).
Grafik 1
Persentase Anak Usia 2-14 Tahun yang Mengalami Kekerasan Fisik,
Psikologis dan Mengalami Keduanya Di Beberapa Negara Di Dunia
Fundamental yang dijamin
oleh Konvensi Hak Anak tahun 1989 dan perjanjian serta standar HAM
internasional lainnya. Data diatas dapat menjelaskan bahwa tingkat kekerasan
terhadap anak-anak masih sangat tinggi. Data diatas diambil dari Unicef Global Database tahun 2014 dari beberapa
negara di dunia. semakin banyak informasi ataupun data yang ditampilkan akan
semakin menumbuhkan perhatian negara-negara di dunia untuk lebih peduli dengan
kesejahteraan anak-anak dan berusaha menciptakan lingkungan yang aman untuk
mereka. SOS Children�s Villages International dan United Nations (UN) berupaya menumbuhkan kemauan politik bagi
negara-negara di dunia. Sehingga hal ini dapat memudahkan terwujudnya
pembangunan berkelanjutan kedepannya (United Nations Secretary-General�s Study on Violence against children,
2009).
Penelitian ini juga mengingatkan
kita tentang pentingnya data yang tepat waktu, andal, dan terpilah untuk
memantau dan mengevaluasi implementasi SDGs secara khusus untuk anak-anak yang
paling rentan terkena dampak kekerasan, dan memastikan mereka tidak terasingkan
dari lingkungan masyarakat sosial, di mana pun tempat mereka tumbuh menjadi
dewasa. Penelitian ini juga akan memberikan kontribusi positif bagi INGO yang
mempunyai kesamaan tujuan, visi terutama yang bergerak dalam memperjuangkan
hak-hak anak. Berbagi informasi mengenai program-program yang berhasil dan
memberikan dampak positif bagi lingkungan masyarakat dan mengevalusi setiap
program yang kurang berhasil kemudian dianalisa kembali penyebab kegagalannya.
Penelitian ini juga membantu para stakeholder ataupun INGO memahami dan
menganalisa setiap potensi program yang mereka jalankan hingga bisa terus
berkembang. Tentunya bisa memberikan hasil yang baik bagi masyarakat dan
mendorong terciptanya sumber daya manusia yang mampu memudahkan terwujudnya
tujuan dari pembangunan berkelanutan (SDGs).
United Nations (UN) menjadikan SOS Children�s Villages International
(SOS CVI) sebagai Global Partnership
Dalam Program Sustainable Development
Goals (SDGs) untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak di dunia karena
berbagai alasan diantaranya: pertama, adanya Mutual Interest yang diperjuangkan oleh United Nations (UN) dan SOS
Children�s Villages Internasional (SOS CVI) pada program SDGs. Kedua, SOS Children�s Villages International
(SOS CVI) memperkuat kesepakatan internasional untuk mengakhiri kekerasan
terhadap anak-anak. Ketiga, SOS
Children�s Villages International (SOS CVI) menyediakan aliran informasi
untuk negara-negara anggota UN melalui penelitian yang mereka lakukan untuk
mengurangi rasa curiga.
Seperti penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya, memiliki kesamaan pada jawaban masalah atau
hipotesa. Penelitian dari (Rogers & Mendrofa, 2020) Mahasiswa dari
Universitas Darma Agung di Medan. Jurnal mereka berjudul �Peranan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) terhadap Penanganan Kasus Tindak Pidana Kekerasan
Seksual pada Anak�. Dalam penelitian mereka membahas kekerasan yang sering
terjadi pada anak-anak yang berdampak negatif pada perkembangan mereka atau
bahkan bisa mengancam pembangunan sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh kasusnya adalah peranan Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) Sumatera
Utara terhadap penanganan kasus tindak pidana kekerasan seksual pada anak.
Terdapat 3 peranan PKPA yang dijelaskan: pertama, kerjasama dengan berbagai
institusi serta masyarakat dalam proses advokasi hal ini karena adanya kesamaan
kepentingan (mutual interest) untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi pada anak-anak. Kedua, mengupayakan
terciptanya lingkungan yang baik bagi anak-anak, melalui advokasi policy yang dibutuhkan dalam memajukan
kesejahteraan untuk kehidupan anak-anak. Tentu hal ini bisa memperkuat
kesepakatan antar institusi yang bekerjasama. Ketiga, memberikan servis
informasi yang valid kepada masyarakat tentang hak-hak anak dan pihak yang
diajak kerjasama melalui Research terhadap
permasalahan anak dan ikut serta mencari jalan keluar untuk setiap permasalahan
tersebut (Rogers & Mendrofa, 2020).
Kajian literatur lainnya
yang sudah dilakukan oleh pihak sebelumnya yang pernah melakukan penelitian.
Hal ini bertujuan untuk mencari tahu relevansi, kesamaan dan perbedaan diantara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang kami lakukan. Penelitian yang
dilakukan oleh (Ayoganata, 2015)
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro. Penelitian yang
dilakukannya berjudul �Peran Komisi Nasional Perlindungan Anak dalam
Perlindungan Anak terhadap Kasus Kekerasan Seksual di DKI Jakarta Tahun 2014-2015.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas
Anak) untuk mengatasi sexual harassment yaitu:
pertama, kerjasama dengan pihak yang berkompeten atau instansi-instansi yang
memiliki kepentingan yang sama (Mutual
Interest). Kedua, layanan advokasi yang disediakan oleh komnas anak untuk
menindaklanjuti kasus yang telah diadukan dan dipantau hingga proses
pengadilan. Ketiga, melakukan research tujuannya
untuk memantau, mengumpulkan dan mendokumentasikan setiap informasi kasus sexual
harassment yang terjadi pada anak-anak sehingga hal ini menjadi bukti valid
yang bisa memunculkan kesadaran di tingkat keluarga, masyarakat dan pemerintah
(Ayoganata, 2015).
Perbedaan penelitian ini
dengan beberapa studi pustaka yang telah diuraikan diatas adalah, penelitian
ini akan lebih cenderung untuk menganalisa alasan dari United Nations (UN) yang menjadikan SOS Children�s Villages International (SOS CVI) sebagai Global Partnership dalam program Sustainable Development Goals (SDGs)
terutama dalam mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak di dunia kemudian
perbedaan lainnya adalah dari fokus aktor yang terlibat di mana aktor yang
terlibat kali ini adalah Organisasi Internasional yang menjadikan
International Non-Governmental Organization sebagai Global Partnershipnya. Setelah penulis
mencoba membaca literatur terkait dibantu juga dengan aplikasi openknowledge, ternyata sejauh ini belum
ada penelitian yang meneliti mengenai tujuan United Nations (UN) menjadikan SOS
Children�s Villages International (SOS CVI) sebagai Global Partnershipnya. Peneliti akan fokus mengkaji global partnership antara United Nations (UN) dan SOS Children�s Villages Internasional (SOS
CVI) dalam lingkup yang lebih luas yaitu dunia. dan United Nations Convention on the Right of the Child (UNCRC) sebagai
landasan global partnership untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak dan
mendorong terwujudnya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang
penulis gunakan dalam menjelaskan fenomena diatas adalah menggunakan metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan oleh penulis
karena objek penelitian yang akan dikaji bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Jenis data dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder.
Penulis menggunakan sebuah teori Liberal
Institusionalisme dari pemikiran (Keohane & Victor, 2013)
dalam buku yang berjudul Introduction to
International Relations tentang peran institusi dalam mendorong
kerjasama� serta meningkatkan stabilitas
keamanan maupun mengelola institusi internasional terdiri dari 3 elemen
penting: pertama, adanya kesamaan kepentingan (mutual interest). Kedua, Memperkuat kesepakatan internasional untuk
mendorong kerjasama. Ketiga, Menyediakan aliran informasi antar Negara melalui
berbagai research untuk mengurangi
rasa curiga. Dilanjutkan dengan pencarian data yang kemudian akan diolah dan
dianalisa untuk mencari suatu korelasi dan dapat menggambarkan permasalahan
berdasarkan fakta yang ada.
A.
Adanya Kesamaan Kepentingan (Mutual
Interest) yang Diperjuangkan� antara
United Nations (UN) dan SOS Children�s Villages Internasional (SOS CVI) pada
program SDGs.
SOS
Children�s Villages International (SOS CVI) telah berkontribusi pada sejumlah tujuan SDGs.
Seperti SDGs poin 1 no poverty, SDGs
poin 4 quality education, SDGs poin 8
decent work and economic growth, SDGs
poin 10 reduced inequalities, dan
SDGs poin 16 Peace, Justice, and Strong
Institution, tujuan SDGs tersebut sejalan dengan program kerja SOS CVI
untuk memenuhi hak-hak anak, dan merupakan bagian sentral untuk memastikan
bahwa anak-anak yang telah atau beresiko kehilangan� pengasuhan orang tua bisa menghambat� pembangunan sosial dan ekonomi yang
berkelanjutan selama 15 tahun ke depan (Jennifer Buley, Joel Feyerherm, Blanca Ayuso, 2015).
1.
SOS Family Strengthening Program (FSP) sebagai Implementasi dari SDGs Poin satu No Poverty dan Poin 8 Decent Work and Economic Growth �
Secara
global, Family Strengthening Program
(FSP) yang telah lama dijalankan oleh SOS
Children�s International merupakan komponen inti dalam memastikan� program SDGs memberikan pengasuhan dan
perlindungan kepada anak-anak yang membutuhkan. Investasi dalam� hubungan keluarga sangat penting untuk
kemajuan semua target SDG yang berkaitan dengan anak. Misalnya, untuk mencapai
target SDGs poin 16.2 yang berupaya mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap
anak, memberikan wawasan terhadap orang tua dan para pengasuh untuk memahami
pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan anak tanpa harus ada
kekerasan dalam keluarga, sehingga mengurangi risiko penganiayaan anak di rumah
serta pemisahan anak dari keluarga (Butler, 1999). Program SOS Children�s Village terutama FSP difokuskan pada kelompok
masyarakat yang beresiko terjadi perpisahan dalam keluarganya (kondisi keluarga
yang miskin, keluarga dengan banyak anggota keluarga, keluarga mono-parental),
sehingga ini menjadi perhatian utama dan mencari cara agar perpisahan keluarga
tersebut dapat dihindari. Analisis kelompok�
FSP mengamati bahwa tingkat pendidikan orang tua yang rendah memberikan
sedikit kesempatan kepada orang tua untuk mendapatkan pekerjaan, dan berdampak
pada keadaan ekonomi keluarga yang buruk, 91,2% keluarga berada di bawah ambang
kemiskinan, sebagian besar orang tua tidak memiliki pekerjaan saat bergabung
dalam program FSP (Cojocaru, Cojocaru, & Bunea, 2010).
Family
Strengthening Program (FSP) juga menciptakan peluang ekonomi serta membantu
menjaga kebersamaan keluarga. Dalam model pembiayaan mikro berbasis komunitas,
anggota grup membayar sendiri dana asosiasi, membuat mereka tidak bergantung
pada pemberi pinjaman eksternal. SOS CVI menyediakan perlengkapan dasar,
termasuk kebutuhan pembukuan dan kotak kas yang aman, yang memungkinkan
kelompok swakelola untuk mengatur dan menjalankan kegiatan mereka. Di beberapa
negara, keluarga membutuhkan dukungan dalam mengakses layanan esensial dasar.
Misalnya, penyediaan layanan seperti kesehatan dan pendidikan. Namun, karena
keterbatasan pemerintahan layanan tersebut masih belum efisien, sehingga banyak
keluarga tidak mendapat akses pendidikan dan kesehatan yang baik (Relaf, 2011).
Dalam
beberapa kasus, FSP memberikan layanan dukungan kepada keluarga asuh, seperti
konseling atau pelatihan, bekerja sama dengan pemerintah untuk menerapkan
pengasuhan yang berkualitas melalui transfer pengetahuan atau dalam
pengembangan dan distribusi materi pelatihan yang berkualitas. Misalnya selama
krisis keluarga atau situasi darurat, anak-anak membutuhkan perawatan
sementara, menunggu reunifikasi keluarga. Di rumah transit SOS CVI menyediakan
lingkungan yang aman untuk mereka. Jika permasalahannya sudah terselesaikan
anak-anak akan kembali ke keluarganya, FSP memfasilitasi dan dengan hati-hati
mendukung proses ini. FSP juga bekerja sama dengan otoritas perlindungan anak
untuk menemukan opsi pengasuhan yang paling tepat. FSP memberdayakan masyarakat maupun
para remaja dengan memberikan pelatihan keterampilan dan kepercayaan diri yang
mereka butuhkan untuk menyadari potensi mereka sehingga mereka bisa menjadi
sebuah masyarakat yang mandiri dan berdikari. FSP yang dijalankan oleh SOS CVI
memberikan dukungan individual dalam mempersiapkan pendidikan tinggi, fase
kerja, atau wirausaha. Dengan bimbingan dari pengasuh SOS mereka, kaum muda
diharuskan secara aktif� terlibat dalam
proses pemberdayaan ini. Untuk memberdayakan keluarga dan komunitas yang
rentan, FSP adalah kunci bagi hampir setiap komunitas SOS Children�s Villages (Jennifer Buley, Joel Feyerherm, Blanca Ayuso, 2015).
2.
SOS Family Based Care Program (FBCP) sebagai Implementasi�
dari SDGs��� poin 16 Peace, Justice, and Strong Institution
dan poin 10 Reduced Inequalities
Family Based care Program (FBCP) atau program pengasuhan
berbasis keluarga memberikan pengasuhan dan perlindungan untuk anak-anak dan
remaja dalam keluarga SOS. SOS Children�s
Villages memberikan basis keluarga jangka panjang dalam merawat anak-anak
yang tidak memiliki orang tua atau yang telah terlantar. Dalam FBCP, setiap
anak akan dijamin kebutuhan mereka terutama untuk anak-anak yang lebih
membutuhkan. Kemudian di desa anak SOS setiap pengurus mengenal anak-anak nya
dengan baik dan bekerjasama dengan mereka untuk mengembangkan individu hingga
menemukan potensi terbaik dalam diri mereka. Desa anak SOS memberikan dukungan
sampai pemuda yang ada di desa anak SOS siap untuk menjadi seorang yang
mandiri. SOS Family Based Care Program
(FBCP) membangun rumah bagi setiap keluarga di wilayah yang telah menjadi
bagian dari SOS. Karena tujuan program tersebut rumah bagian penting dari
sebuah keluarga dimana di dalamnya akan tumbuh perasaan, ritme, dan
rutinitasnya yang unik. Di bawah atapnya, anak-anak menikmati perasaan yang sebenarnya
terutama keamanan dan kepemilikan. Anak-anak tumbuh dan belajar bersama,
berbagi tanggung jawab, suka dan duka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, pendekatan keluarga di SOS
Children�s Village adalah berdasarkan empat prinsip: Setiap anak
membutuhkan seorang ibu, tumbuh dalam lingkungan yang baik bersama saudara
laki-laki dan perempuan, di rumah mereka sendiri, dalam lingkungan desa yang
mendukung (SOS Children�s Villages International, 2013).
SOS
Family Based Care Program (FBCP)
memiliki konsep yang sangat unik dan merupakan gagasan Hermann Gmeiner,
penghargaan diberikan kepada orang-orang di organisasi yang mewujudkan visi
ini. Desa memiliki komunitas, masyarakat memiliki keluarga dan setiap keluarga
memiliki ibu yang menjadi tulang punggung seluruh struktur ini. Oleh karena
itu, keberhasilan organisasi ini terletak pada pemilihan dan pelatihan ibu-ibu
SOS, yang berperan penting dalam mengurangi trauma dan membentuk kehidupan
serta karir anak-anak. Mereka memainkan peran penting dalam memahami perbedaan
budaya di antara anak-anak dan juga trauma emosional yang menghantui anak-anak
ini saat mereka tumbuh. Pekerjaan ibu SOS biasanya dilakukan oleh wanita lajang
yang menjalani program pelatihan ekstensif. Mereka dibantu oleh rekan kerja
terdidik serta para wanita yang menjalani pelatihan untuk menjadi ibu SOS di
masa depan. keluarga dan peran ibu SOS yang memberikan penyembuhan emosional,
pengasuhan, dan dukungan melalui layanan yang berdedikasi dan empati untuk
mengembangkan optimisme dan kepercayaan diri dalam kehidupan anak-anak yang
tidak memiliki harapan (Goparaj & Sharma, 2008). Seorang ibu SOS membimbing
perkembangan anak-anak dan dalam menjalankan tanggung jawabnya seorang ibu SOS
bekerja sama dengan Kepala Desa atau Villages
Director dan rekan kerja lainnya di Desa. Profesinya menuntut keseimbangan
antara kehidupan pribadinya dan kehidupan profesionalnya, antara kehidupan
keluarga dan organisasi, seorang ibu SOS dibantu oleh asisten keluarga, yang
disebut 'bibi SOS' (Goparaj & Sharma, 2008).
Pendekatan Family
Based Care Program (FBCP) berasal dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) tentang hak anak yang, dalam pembukaannya, mengakui pentingnya lingkungan
keluarga bagi anak-anak dan kebutuhan untuk melindungi dan membantu keluarga
untuk memikul tanggung jawab mereka di dalamnya. Panduan untuk Pengasuhan
Alternatif Anak, yang disambut baik oleh PBB pada tahun 2009, sejak saat itu
berfungsi untuk menekankan kembali perlunya pengasuhan berbasis keluarga, serta
perlindungan dan kesejahteraan anak-anak yang dirampas. Perawatan dari orang
tua merupakan peran fundamental yang harus ada dalam keluarga yang bisa
mendukung perkembangan anak, jelas bahwa banyak keluarga berjuang untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional anak-anak mereka, dan tunduk pada kekuatan
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang tampaknya di luar kendali mereka. Dengan
meningkatkan dukungan sosial masyarakat kepada keluarga-keluarga ini, bersama
dengan pendekatan yang mendorong kemandirian keluarga dalam mengasuh anak-anak
mereka, SOS Children's Villages
bertujuan untuk menyediakan model yang kuat untuk perkembangan anak yang sehat
yang dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Keluarga dianggap mandiri ketika
anak-anaknya memiliki akses ke layanan penting, seperti pendidikan, kesehatan,
makanan bergizi dan lain sebagainya (Riesch et al., 2012).
3. Child Centred Education
Program (CCEP) sebagai bentuk
penerapan dari SDGs poin keempat yaitu Quality
Education
SOS Children�s Villages
International
(SOS CVI), sangat percaya bahwa memastikan pendidikan berkualitas untuk semua
anak di dunia, terutama bagi mereka yang paling rentan dan terpinggirkan, bisa
memberikan kontribusi yang nyata dalam memberantas kemiskinan dan mencapai
pembangunan berkelanjutan yang diharapkan, maka hal ini juga merupakan elemen
sentral dari agenda pembangunan berkelanjutan pasca 2015. Untuk memperkuat
kesempatan pendidikan bagi anak-anak dan remaja tanpa pengasuhan orang tua atau
yang keluarganya berisiko terpisah, SOS CVI bekerja sama dengan pemerintah
daerah, lembaga swadaya masyarakat lainnya, untuk memperkuat sekolah lokal,
menyelenggarakan pendidikan nonformal dan pelatihan kejuruan, mendukung
pembelajaran anak usia dini (Pazlarov�, 2015).
Child Centred Education Program (CCEP) membutuhkan pendekatan holistik
untuk pembelajaran dan pendidikan. Pembelajaran yang berpusat pada anak secara
kolaboratif dan partisipatif didasarkan pada hubungan timbal balik yang
memungkinkan anak-anak dengan pengalaman sebelumnya tentang hubungan yang tidak
stabil, penelantaran dan kerentanan untuk mendapatkan kepercayaan diri dan
membangun ketahanan diri mereka. Anak-anak tanpa pengasuhan orang tua atau
berisiko kehilangannya seringkali memiliki kebutuhan dan penundaan pembelajaran
kognitif, sosial, emosional, dan fisik. Melalui CCEP yang berpusat pada anak,
mereka termotivasi untuk menentukan tujuan pembelajaran mereka sendiri,
mengeksplorasi potensi diri mereka, menyuarakan pandangan dan kebutuhan mereka,
membuat pilihan dan merenungkan nilai dan sikap. Mereka membangun dan memperkuat
ketahanan dan harga diri mereka melalui pengembangan kapasitas pribadi seperti
kepercayaan, kerja sama dan kemandirian, sikap positif, mengatur emosi dan
menyambut perubahan (Wurzer, 2011). Anak-anak diberdayakan untuk
mempercayai kepribadian dan potensi mereka sendiri, mengembangkan potensi diri
yang positif dan mengambil keputusan yang memadai dan terinformasi. Ini adalah
keterampilan utama bagi anak-anak dan keluarga yang telah mengalami
ketidakberdayaan untuk menjadi agen aktif, dan memiliki hak serta kemampuan
untuk berpartisipasi secara aktif, mandiri, dan bertanggung jawab dalam
kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat dikemudian harinya (Wurzer, 2011).
Child Centred Education Program (CCEP) sebagaimana dipromosikan dan
didukung oleh organisasi SOS Children�s
Villages International (SOSCVI) menghormati setiap anak yang mempunyai
banyak ide serta gagasan unik yang secara aktif bisa berpartisipasi dalam
proses perkembangannya sendiri. Kebijakan kurikulum pendidikan, taman
kanak-kanak, sekolah, guru, dan staf pendukung pendidikan yang dibiayai atau
dikelola oleh SOS Children�s Villages� mampu merespons dengan tepat kepentingan
terbaik untuk individu setiap anak terhadap perkembangan emosional,
intelektual, fisik, sosial dan spiritualnya. SOS CCEP juga� mendukung orang tua dalam peran mereka
sebagai pengasuh utama yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka.
Pendidikan yang berpusat pada anak membutuhkan pemahaman, dukungan aktif dan
kerjasama orang tua, terutama� pada tahap
awal perkembangan anak. SOS CCEP memastikan bahwa orang tua terlibat secara
aktif dan dapat bertanggung jawab atas pendidikan formal anak-anak mereka. SOS
CCEP juga berinvestasi pada kualitas guru. Guru dan kepala sekolah adalah kunci
kualitas pendidikan yang berpusat pada anak. Taman kanak-kanak dan sekolah yang
dibiayai atau dikelola oleh SOS
Children�s Village mengikuti prinsip-prinsip hak asasi manusia, membangun
kemampuan sipil dan kewarganegaraan aktif, dan membesarkan kesadaran ekologis
untuk pembangunan berkelanjutan (SOS Children�s Villages International, 2010).
B.
SOS Children�s Villages International (SOS CVI) Memperkuat Kesepakatan Internasional
untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Anak-Anak.
Para
pemikir Liberal Institusionalime berpandangan bahwa lembaga internasional bisa
mendorong atau menimbulkan rasa percaya dan komitmen antar negara-negara di
dunia yang kemudian menyebabkan mereka bisa saling bekerjasama. Beberapa
lembaga internasional yang terbentuk dikarenakan lack of trust antara negara-negara di dunia. Bisa dikatakan lembaga
internasional itu hadir untuk mengurangi rasa curiga antar negara sesama
anggota. SOS Children�s Villages
International (SOS CVI) selaku lembaga internasional non-formal telah
memberikan banyak kontribusi di negara-negara di dunia terutama dalam peranannya
untuk menciptakan dunia yang aman dan sejahtera bagi anak-anak di dunia. Hal
ini dibuktikan dengan data terbaru yang menunjukkan bahwa wilayah kerja SOS CVI
yang sudah ada di 136 negara di dunia, tersebar di beberapa benua seperti
Afrika, Amerika, Eropa, Asia & Oceania.
SOS
CVI juga telah menjadi role model
bagi negara di dunia terutama dalam implementasi program mereka yang sesuai
dengan Guideline UN tentang Alternative Care of Children. Di benua
Afrika SOS CVI telah memberikan dukungan kepada anak-anak, para remaja dan juga
keluarga, dimana SOS CVI telah membantu 41 negara dikawasan benua Afrika
tersebut. Tercatat SOS CVI telah mendirikan 148 Villages, 140 program untuk
para remajanya, 180 Family Strengthening
Program, 243 taman kanak-kanak, sekolah serta vocational training centres telah didirikan, 39 pusat komunitas
sosial, 52 medical centres, dan 11 program tanggap darurat. Kemudian di benua
Amerika, SOS CVI telah memberikan kontribusinya di 22 negara. Telah berhasil
mendirikan 133 villages, 163 program untuk para remaja, 106 Family Strengthening Program (FSP), 11
taman kanak-kanak, sekolah dan vocational
training centres, 7 pusat komunitas sosial, dan 5 program tanggap darurat.
Di benua Asia SOS CVI telah tersebar di 32 negara Asia. 164 villages telah
dibangun, 209 program untuk para remajanya, 121 Family Strengthening Program (FSP), 142 taman kanak-kanak, sekolah
dan vocational training centres, 36 pusat
komunitas sosial, 7 pusat kesehatan,
dan 14 program tanggap darurat. Di benua Eropa SOS CVI juga telah berkontribusi
untuk 35 negara. Telah berhasil mendirikan 113 villages, 201 program untuk para
remaja, 167 Family Strengthening Program
(FSP), 56 taman kanak-kanak, sekolah dan vocational
training centres, 86 pusat sosial, dan 6 program tanggap darurat (SOS Children�s Villages International, 2010).
Beberapa
data yang telah dijelaskan menunjukkan kontribusi nyata SOS Children�s Villages International sebagai International Non-Governmental Organization yang berpengaruh bagi
negara-negara di dunia. sebagai bagian dari global
governance SOS CVI telah menjadi Institusi yang kembali memberikan harapan,
kepercayaan dan menghilangkan rasa kecurigaan antar negara-negara di dunia
dikarenakan program kerja yang dijalankan bersifat transparan dari setiap data
yang disajikan sesuai dengan fakta yang ada di lapangan (Kaviani Johnson & Sloth-Nielsen, 2020). Contoh pencapaian perubahan
kebijakan di beberapa negara dengan adanya upaya advokasi pada tahun 2018. Dari
benua afrika, penulis akan memberikan contoh dari Negara Republik Benin yang
terletak di Afrika Barat. Di bagian barat berbatasan dengan Togo, bagian timur
dengan Nigeria, dan bagian utara berbatasan dengan Burkina Faso. Adanya
inisiasi dari SOS CVI dalam upaya advokasi. Republik Benin dan 50 organisasi
non-pemerintah bekerjasama dalam mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak, Guideline Alternative Care of Children diadopsi oleh pemerintah pada tahun
2018 (Leland, 2018). Republik Benin menerapkan pedoman Alternative Care of Children untuk
pertama kalinya pada tahun 2019, dengan SOS CVI yang menjadi Role Modelnya. Contoh negara selanjutnya adalah Ekuador.
Negara Ekuador berlokasi di Amerika Selatan di bagian barat lautnya. Bagian
utara berbatasan langsung dengan kolombia, timur dengan Peru sedangkan barat
langsung dengan Samudra Pasifik. Kementerian Inklusi Ekonomi dan Sosial
Republik Ekuador bekerja dengan organisasi masyarakat sipil, termasuk SOS
Ekuador, dalam penerapan model layanan baru untuk mencegah perpisahan keluarga
yang tidak seharusnya terjadi. Kemudian ada Negara Sri Lanka. Sri lanka
merupakan Negara yang berlokasi di kepulauan yang bagian utara dari negaranya
berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, di pesisir Tenggra India (Wikipedia, 2001).
SOS CVI menjadi penginisiasi pertama penerapan Kebijakan Pengasuhan Alternatif
Nasional Sri Lanka yang baru, yang mulai diterapkan pada Juli 2018, untuk
pertama kalinya program pengasuhan layaknya seperti keluarga yang tersedia bagi
seorang anak dan komitmen untuk menjaga saudara kandung tetap bersama dalam
kebijakan pengasuhan alternatif nasional ini (Mathews, Bromfield, & Walsh, 2020).
SOS Children�s Villages
International
(SOS CVI) juga memiliki jaringan yang luas. Hal ini bisa dilihat dari website
resminya yang menjelaskan bahwa SOS CVI membagi jaringan yang mereka bangun
kedalam tiga bagian: pertama, institutional
partnership, Corporate Partnership,
dan Philanthropy (Rosalind Willi, Douglas Reed, 2019).
Berikut daftar jaringan yang telah dibangun oleh SOS CVI:��
Tabel 1
Leading Partners SOS Children�s
Villages 2019� (SOS Children's Village International, 2019)
Intergovernmental and governmental
partners |
|||
GOVERNMENT
OF AUSTRIA ⮚
Austrian Development
Agency (ADA) |
GOVERNMENT
OF FINLAND ⮚
Ministry for Foreign
Affairs ⮚
Ministry for Social
Affairs and Health Funding Centre for Social ⮚
Welfare and Health
Organisations |
||
GOVERNMENT
OF BELGIUM ⮚
Ministry of Foreign
Affairs, Foreign Trade and Development ⮚
Cooperation (DGD) ⮚
Wallonie Bruxelles
International |
GOVERNMENT
OF FRANCE ⮚
Ministry of Foreign
Affairs French Development Agency (AFD) |
||
GOVERNMENT
OF CANADA ⮚
Global Affairs Canada |
GOVERNMENT
OF GERMANY ⮚
Ministry of Foreign
Affairs (AA) ⮚
Federal Ministry for
Economic Cooperation and Development (BMZ) |
||
GOVERNMENT
OF COLOMBIA ⮚
Colombian Institute
for Family Welfare |
GOVERNMENT
OF ICELAND ⮚
Ministry for Foreign
Affairs |
||
GOVERNMENT
OF DENMARK ⮚
Danish International
Development Agency (DANIDA) |
GOVERNMENT
OF ITALY ⮚
Ministry of the
Interior Province of Trento |
||
GOVERNMENT
OF HONDURAS ⮚
Secretary of
Development and Social Security |
GOVERNMENT
OF LUXEMBOURG ⮚
City of Luxembourg ⮚
Ministry of Foreign
and European Affairs |
||
EUROPEAN
UNION ⮚
European Commission
European Investment Bank |
GOVERNMENT
OF MONACO |
||
GOVERNMENT
OF MOROCCO |
GOVERNMENT
OF THE NETHERLANDS ⮚
Ministry of Foreign
Affairs |
||
GOVERNMENT
OF NORWAY ⮚
Norwegian Agency for
Development Cooperation (NORAD) ⮚
Ministry of Health and
Care Services UNITED NATIONS ⮚
Agencies and funds |
GOVERNMENT
OF SPAIN ⮚
Province of Madrid ⮚
Province of Canary
Islands |
||
Foundation Partners |
|||
Balder Foundation |
Hempel Foundation |
||
Bernard van Leer Foundation |
Institute Circle |
||
Big Heart Foundation |
Intesa Bank Charity Fund |
||
Canada Feminist Fund |
Maestro Cares Foundation |
||
Dutch Postcode Lottery |
National Lottery Community |
||
Edith & Gotfred Kirk |
Novo Nordisk Foundation |
||
Fondation de France |
OAK Foundation |
||
Fondation de Luxembourg |
Obel Family Foundation |
||
Grieg Foundation |
Stiftelsen Radiohj�lpen |
||
Hellenic American Leadership
Council |
Stiftung Kinderhilfe |
||
Stiftung
zur Unterst�tzung der SOS Kinderd�rfer |
Swissair Staff Foundation for
Children in Need |
||
Liechtenstein |
The Erling-Persson Family
Foundation |
||
SWISS
Children�s Foundation |
The Ousri Foundation |
||
The Zeitgeist Foundation, Inc. |
Trust of Harry and Carol Goodman |
||
Other Partnerships |
|||
Accountable
Now |
EU
Alliance for Investing in |
||
Better
Care Network |
Children |
||
Child
Rights Connect |
Eurochild |
||
Children�s
Rights Action Group |
Forum
Syd |
||
CONCORD |
Fundamental
Rights Platform |
||
European
Council on Refugees and Exiles (ECRE) |
Generation
Unlimited |
||
EDUCO
(International NGO Cooperation
for Children) |
EU
Alliance for Investing in |
||
Global
Coalition to End Child Poverty |
NetHope |
||
Sumber: Annual Report
SOS Children�s Villages 2019
Berdasarkan
Tabel 1, SOS Children�s Villages International (SOS CVI) telah memiliki
mitra kerjasama yang luas selain itu seperti yang dijelaskan dalam Annual Report SOS CVI tahun 2019 institutional partnership, Corporate
Partnership, dan Philanthropy juga
memberikan bantuan finansial kepada SOS CVI dalam menjalankan setiap
programnya. Informasi keuangan SOS CVI didasarkan pada total gabungan global
dari laporan yang diberikan oleh asosiasi anggota SOS CVI dan oleh organisasi
payung SOS CVI. Laporan keuangan akan diaudit setiap tahun oleh tim independen
dan auditor nasional menurut standar akuntansi yang diterima secara
internasional. Tahun 2019 melanjutkan tren pertumbuhan positif seperti
tahun-tahun sebelumnya karena financial
income yang mengalami pertumbuhan di tahun 2019 mencapai angka 7%. Dukungan
dari institutional partnership, Corporate
Partnership, dan Philanthropy terus
menjadi tulang punggung keuangan organisasi ini. Sebagai anggota Accountable Now dan anggota dewan International Civil Society Center sejak
2012, SOS CVI menggunakan pendekatan zero
tolerance terhadap pelaku tindakan penipuan atau korupsi di dalam
organisasi. Anti-Fraud and
Anti-Corruption Guideline bertujuan untuk mendukung semua asosiasi, anggota
dewan dan karyawan dalam mencegah dan mengelola potensi masalah korupsi.
Laporan audit keuangan yang detail dari SOS
Children's Villages International (SOS CVI) dapat dengan mudah diakses
melalui web resmi internasionalnya, serta tautan ke situs web semua asosiasi
anggota SOS CVI di 136 negara saat ini, dan ini menunjukkan bahwa adanya upaya
transparansi dan keterbukaan yang dilakukan oleh SOS CVI sehingga bisa
meningkatkan kepercayaan bagi banyak Negara di dunia (SOS Children�s Villages International, 2010).
Tabel
2
Financial Report SOS Children�s Villages
2019
All amount in eur 1,000
Revenue 2019 |
Actual 2018 |
Actual 2019 Preliminary |
% Change 2018-2019 |
Sporadic Donors� |
305,382 |
342,307 |
�� 12% |
Sponsorship/Commited Giving |
308,844 |
319,508 |
3% |
Major donor� |
27,153 |
28,721 |
6% |
Foundations & Lotteries���
|
36,078 |
40,741 |
13% |
Corporate donors |
52,839 |
55,505 |
5% |
Governmental subsidies for domestic programmes |
422,308 |
444,563 |
5% |
Institutional Funding |
32,005 |
32,005 |
22% |
Emergency Appeals |
2,658 |
2,658 |
-40% |
Other revenue |
114,153 |
117,198 |
3% |
Total Revenue |
1,301,414 |
1,389,139 |
7% |
Expenditures |
Actual 2018 |
Actual 2019 Preliminary |
% Change 2018-2019 |
Alternative Care |
559,995 |
584,334 |
��� 4% |
Prevention |
112,669 |
115,289 |
2% |
Education |
131,491 |
143,098 |
9% |
SOS social centres |
11,118 |
- |
- |
Others activities |
20,318 |
27,509 |
35% |
Health |
10,861 |
13,467 |
24% |
Emergency response |
14,217 |
10,421 |
-27% |
Running costs for others |
- |
8,112 |
- |
Construction and investments |
37,320 |
28,577 |
-23% |
Programmes support for national Association |
107,621 |
113,112 |
5% |
International coordination and Programme support |
44,727 |
48,775 |
9% |
Information and fundrising work In promoting and supporting associations |
202,491 |
205,576 |
2% |
Total Expenditures |
1,252,829 |
1,298,269 |
4% |
Berdasarkan
laporan keuangan diatas, menunjukkan bahwa SOS
Children�s Villages (SOS CVI) sebagai global
partnership United Nations (UN)
merupakan INGO yang� telah mandiri dalam
segi keuangan. Jaringan yang luas menjadi salah satu faktor kemandirian SOS CVI
sehingga mendorong UN untuk melakukan kemitraan dengan SOS CVI dalam mengakhiri
kekerasan anak-anak di dunia. SOS CVI membantu dalam memberdayakan anak-anak
dan pemuda untuk mampu menyuarakan hak mereka. Anak-anak dan remaja memiliki
hak untuk didengarkan oleh para pembuat kebijakan dan menjadi bahan
pertimbangan mereka juga sebelum mengambil keputusan. SOS CVI� memberdayakan mereka untuk berpartisipasi
secara aktif, mempelajari hak-hak mereka, dan membuat suara mereka didengar.
SOS CVI percaya mereka dapat memberikan kontribusi penting untuk menemukan
solusi, termasuk di tingkat politik lokal, nasional hingga internasional (P�rez-Hernando & Fuentes-Pel�ez, 2020).
C.
SOS Children�s Villages International (SOS CVI) menyediakan aliran informasi untuk
Negara-negara anggota UN melalui Penelitian yang Mereka Lakukan untuk
Mengurangi Rasa Curiga.
Kepercayaan
atau trust telah menjadi kontribusi
dalam hubungan internasional dan sebagai faktor fundamental dalam keamanan
internasional. (Adams, Waldherr, & Sartori, 2008) berpendapat bahwa reputasi
pengungkapan kebenaran memainkan peran penting dalam menghindari konflik
internasional, dan mengeksplorasi efek kepercayaan dan ketidakpercayaan pada
konflik dan kerjasama selama Perang Dingin. Kepercayaan sama pentingnya dalam
hubungan antara negara bagian dan Organisasi Internasional (OI), Karena itu,
potensial konflik kepentingan antara organisasi internasional dan pemerintah
nasional merupakan ciri penting dari model persuasi, dan pertanyaannya adalah
apakah informasi yang benar dapat ditularkan di lingkungan internasional saat
ini. SOS Children�s Villages
International (SOS CVI) telah mengelola proyek penelitian, memfasilitasi
koordinasi di antara tim penelitian yang berbeda di setiap negara di dunia.
Penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan informasi penting
merupakan kriteria kualitas SOS CVI karena memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap evaluasi konstruktif atas tindakan profesional yang dilakukan,
mendukung pemikiran kreatif dan proses pembelajaran dalam organisasi dan
meningkatkan potensinya untuk menuju perubahan (Socio-Educational Institute, Department of Educational Science, 2006).
Dalam
kerangka strategis ini, tim peneliti dari Hermann Gmeiner Academy dan lembaga
sosial-pendidikan dari asosiasi SOS CV Jerman dan Austria membentuk platform
penelitian pada tahun 2002. Semua proyek penelitian akan diintegrasikan ke
dalam kerangka kerja yang akan dijalankan oleh SOS CVI dan dievaluasi jika
kerangka kerja itu masih belum memberikan dampak yang efektif. Penelitian yang
dilakukan oleh SOS Children�s Villages
berkontribusi untuk meningkatkan kondisi kehidupan dan prospek anak, remaja,
dan keluarga yang kurang beruntung secara sosial. Rujukan utama untuk upaya ini
adalah hak-hak anak sebagaimana ditetapkan dalam Konvensi PBB tentang Hak
Anak� (Pettiford, 2009).
Akuntabilitas adalah bagian fundamental dari organisasi SOS Children�s Villages International (SOS CVI), yang mendasari
"Siapa SOS CVI". Tanpa akuntabilitas, dikombinasikan dengan praktik
manajemen yang baik, SOS CVI tidak dapat memaksimalkan dampak program yang akan
dijalankan untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk anak-anak, membangun
kepercayaan dengan Negara-negara di dunia, jika akuntabilitas tidak ditegakkan
di negara mana pun maka nama, citra, dan reputasi SOS CVI tidak bisa memberi
pengaruh di setiap Negara di dunia. SOS
Children�s Villages International adalah INGO yang menetapkan kerangka
kerja kebijakan untuk semua anggota asosiasi. Statuta internasional memberikan
kerangka kerja untuk kebijakan ini, meminta semua anggota asosiasi untuk
mengamati kebijakan manual dan standar kualitas program. Standar kualitas
program yang ditetapkan oleh SOS CVI secara progresif mengharuskan semua
asosiasi anggota harus menerapkan peraturan ini (SOS Children�s Villages International, 2013).
Manajemen
organisasi yang baik didukung dengan kualitas akuntabilitas organisasi yang
baik akan mendorong terbentuknya core
belief dari mitra kerjasama. SOS
Children�s Villages International (SOS CVI) mempunyai standar manajemen dan
akuntabilitas yang harus dipatuhi oleh semua anggota asosiasi organisasi, semua
organisasi yang menggunakan brand SOS CVI atau yang mendapat bantuan dana dari
SOS CVI. Kemudian SOS CVI juga sangat menekankan pada transparansi dan itu
merupakan elemen penting yang telah menjadi budaya dalam organisasi ini. Karena
dengan adanya transparansi dalam sebuah organisasi akan menjadi landasan
kepercayaan bagi para pendonor, mitra kerjasama, dan terutama negara-negara
yang telah memberikan izin SOS CVI untuk bisa menjalankan program mereka. Bukti
adanya transparansi bisa dilihat dari pertama, informasi dan proses keuangan
yang dipantau. Di dalam asosiasi anggota, informasi dan proses keuangan
dipantau untuk mencegah penyimpangan, penipuan, kelalaian atau kesalahan besar
yang bisa merugikan. Adanya pemeriksaan rutin data akuntansi dan proses
keuangan sepanjang tahun memastikan hal itu merupakan prinsip umum akuntansi
yang diadopsi dan diikuti, sehingga datanya akurat. Ada prosedur standar yang
mencakup pemeriksaan transaksi oleh rekan kerja yang bekerja dalam pengendalian
internal dan yang dapat memvalidasinya secara independen (Ali, 2008).
Upaya
untuk mendukung akuntabilitas yang baik selain transparansi adalah SOS Children�s Villages International
(SOS CVI) juga memiliki prinsip Fighting
fraud and corruption atau prinsip memerangi setiap tindakan penipuan dan
korupsi. Prinsip ini menjadi Guideline
SOS CVI sejak tahun 1 agustus 2010. Pedoman ini telah disetujui oleh Sekretaris
Jenderal SOS-Kinderdorf International
berdasarkan rekomendasi dari Tim Manajemen Senior. Draft dokumen Fighting fraud and corruption diberikan
kepada asosiasi nasional di Afrika & Timur Tengah, Asia, Eropa Tengah &
Timur, CIS, Baltik dan Amerika Latin. Pedoman ini bertujuan untuk mendukung
semua asosiasi anggota SOS CVI, anggota dewan dan karyawan dalam mencegah dan
menangani masalah penipuan dan korupsi. Ini memberikan informasi dan gambaran
tentang berbagai bentuk korupsi dan konsekuensinya. Tanggung jawab dari setiap
anggota staf individu (baik dalam asosiasi anggota maupun di Sekretariat
Jenderal) akan selalu diawasi. Segala bentuk penipuan dan korupsi tidak dapat
diterima. SOS CVI secara aktif memerangi mereka. Di dalam draft Fighting fraud and corruption dijelaskan
juga bahwa SOS CVI berkomitmen untuk memastikan segala sumber daya yang
dipercayakan ke dalam organisasi digunakan dengan tepat sasaran berdasarkan
program-program yang telah mereka kampanyekan (SOS Children�s Villages International, 2010).
Kesimpulan
Program yang diinisiasi oleh United Nations (UN) berupa Sustainable Development Goals (SDGs)
merupakan produk dari perkembangan dunia internasional saat ini termasuk ke
dalam isu Low Politics. Aktor yang
akan terlibat di dalamnya bukan hanya negara tapi juga akan melibatkan
aktor-aktor selain negara seperti SOS
Children�s Villages International (SOS CVI) sebagai International Non-Governmental Organization (INGO) yang menjadi
Global Partnership UN dalam mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak di dunia.� Berdasarkan konsep global governance tentang kesamaan nilai, yaitu kesamaan tujuan
untuk mencapai perubahan yang lebih baik dengan menjalin jaringan yang luas
agar tercipta dampak perubahan yang lebih besar, tentu aktor yang terlibat
bukan hanya negara namun aktor non negara juga ikut berperan. Kemudian teori
yang dijelaskan oleh Robert Keohane dalam buku Introduction to International Relations, Fifth Edition Oxford
University Press Inc., New York, 2013 menjelaskan tentang peran institusi
dalam mendorong kerjasama� serta meningkatkan
stabilitas keamanan maupun mengelola institusi internasional terdiri dari 3
elemen penting: pertama, adanya kesamaan nilai dan tujuan. United Nations (UN) dan SOS
Children�s Villages International (SOS CVI) memiliki kesamaan nilai dan
tujuan terutama dalam program Sustainable
Development Goals (SDGs).� United Nations (UN) menjadikan SOS Children�s Villages International
(SOS CVI) sebagai partnership dalam mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak
dikarenakan SOS Children's Villages
International (SOS CVI) adalah organisasi non-pemerintah terbesar di dunia
yang berfokus dalam mendukung anak-anak dan remaja yang telah atau beresiko
kehilangan orang tua mereka. Ini sejalan dengan kepentingan program kerja UN
untuk melawan setiap kekerasan yang terjadi pada anak-anak, karena anak-anak
merupakan investasi berharga untuk masa depan sebuah negara dan berkaitan
dengan agenda pembangunan berkelanjutan 2030.
Kedua,
memperkuat kesepakatan internasional dan mengurangi rasa curiga antar negara
yang bekerjasama. SOS Children�s Villages
International (SOS CVI) telah menjadi role
model bagi negara di dunia terutama dalam implementasi program mereka yang
sesuai dengan Guideline UN tentang Alternative Care of Children. Program
kerja yang sudah tersebar di beberapa benua seperti benua Afrika, benua Asia,
benua Amerika dan benua Eropa. Beberapa contoh nyata program yang telah
dijelaskan seperti membangun sebuah fasilitas yang mendukung pendidikan,
kesehatan, membangun sebuah villages
dan lain sebagainya. Contoh pencapaian perubahan kebijakan di beberapa negara
dengan adanya upaya advokasi oleh SOS CVI pada tahun 2018. Inisiasi dari SOS
CVI dalam upaya advokasi penerapan Guideline
Alternative Care of Children di Republik of Benin, Ekuador, dan Sri Lanka.
Ketiga, menyediakan aliran informasi antar negara dan kesempatan bernegosiasi. SOS Children�s Villages International
(SOS CVI) telah mengelola proyek penelitian, memfasilitasi koordinasi di antara
tim penelitian yang berbeda di setiap negara di dunia. Penelitian yang
dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan informasi penting merupakan kriteria
kualitas SOS CVI karena memberikan kontribusi yang signifikan terhadap evaluasi
konstruktif atas tindakan profesional yang dilakukan, mendukung pemikiran
kreatif dan proses pembelajaran dalam organisasi dan meningkatkan potensinya
untuk menuju perubahan.
BIBLIOGRAFI
Adams, Barbara D., Waldherr,
Sonya, & Sartori, Jessica. (2008). Trust in teams scale, trust in leaders
scale: Manual for administration and analyses. Humansystems Inc Guelph
(Ontario). Google Scholar
Ali, Khondoker Shakhawat. (2008). NGO Governance : Accountability
and Transparency Issues. Social Policy & Administration, 34(4),
0�30.
Ayoganata, Enggal Chesar. (2015). Peran Komisi Nasional Perlindungan
Anak dalam Perlindungan Anak terhadap Kasus Kekerasan Seksual di DKI Jakarta
Tahun 2014-2015. 151.
Butler, Charles. (1999). A World. Sales and Marketing Management, 151(9),
44. https://doi.org/https://doi.org/10.2307/40153772
Cojocaru, Stefan, Cojocaru, Daniela, & Bunea, Ovidiu. (2010). Family
strengthening program: Evaluation report. Social Research Reports, 14,
3�87. Google Scholar
Goparaj, Hemanth, & Sharma, Radha R. (2008). From social development
to human development: a case of SOS Village. Vision, 12(1),
67�75. Google Scholar
Jennifer Buley, Joel Feyerherm, Blanca Ayuso, Claudia Arisi. (2015). International
Annual Report 2015. In S0S Children�s Villages International. Retrieved
from http://www.imf.org/external/pubs/ft/ar/2009/eng/pdf/ar09_eng.pdf
Johnston, R. (2016). The 2030 Agenda for Sustainable Development. In
Arsenic Research and Global Sustainability. Proceedings of the 6th
International Congress on Arsenic in the Environment, 12�14. https://doi.org/https://doi.org/10.1201/b20466-7
Kaviani Johnson, Afrooz, & Sloth-Nielsen, Julia. (2020). Safeguarding
Children in the Developing World�Beyond Intra-Organisational Policy and
Self-Regulation. Social Sciences, 9(6), 98. Google Scholar
Keohane, Robert O., & Victor, David G. (2013). The transnational
politics of energy. Daedalus, 142(1), 97�109. Google Scholar
Leland, Ford. (2018). International Annual Report 2018 SOS Children � s
Villages. Italy.
Mathews, Ben, Bromfield, Leah, & Walsh, Kerryann. (2020). Comparing
reports of child sexual and physical abuse using child welfare agency data in
two jurisdictions with different mandatory reporting laws. Social Sciences,
9(5), 75. Google Scholar
Nasional, Kementerian Perencanaan Pembangunan, & Unicef. (2017).
Laporan baseline SDG tentang anak-anak di indonesia. Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Dan United Nations Children�s Fund (Unicef). Bappenas
Dan Unicef. Https://Www. Unicef. Org/Indonesia/Id/SDG_Baseline_report. Pdf.
Pais, M. S. (2015). UN
Special Representative of the Secretary-General on Violence Against Children.
Retrieved agustus selasa, 2020. Retrieved from https://violenceagainstchildren.un.org/why_crucial_to_place_protection_of_children_from_vac_in_post_2015_agenda_viewpoi
Pazlarov�, Hana. (2015). Education for the Most Marginalised and
Vulnerable.
P�rez-Hernando, Sara, & Fuentes-Pel�ez, Nuria. (2020). The potential
of networks for families in the child protection system: A systematic review. Social
Sciences, 9(5), 70. Google Scholar
Relaf, &. Unicef. (2011). Your right to live in a family and to be
cared for in all the situations of your life. Retrieved from
https://resourcecentre.savethechildren.net/node/4991/pdf/4991.pdf
Riesch, Susan K., Brown, Roger L., Anderson, Lori S., Wang, Kevin,
Canty-Mitchell, Janie, & Johnson, Deborah L. (2012). Strengthening Families
Program (10-14) effects on the family environment. Western Journal of
Nursing Research, 34(3), 340�376. Google Scholar
Rogers, Maurice, & Mendrofa, Arozatulo. (2020). Peranan Lembaga
Swadaya Masyarakat (Lsm) Terhadap Penanganan Kasus Tindak Pidana Kekerasan
Seksual Pada Anak. Jurnal Rectum: Tinjauan Yuridis Penanganan Tindak Pidana,
2(2), 165�175. Google Scholar
Rosalind Willi, Douglas Reed, Germain Houedenou. (2019). 70 Years of
Impact. Improving the lives of Children without Adequate Parental Care.
Socio-Educational Institute, Department of Educational Science, SOS
Children�s Villages Austria. (2006). Research � A Quality Criterion of SOS
Children�s Villages.
SOS Children�s Villages International. (2010). International Guideline
for the Sos Children � S Villages Organisation Anti-Fraud and Anti-Corruption.
SOS Children�s Villages International. (2013). Working to achieve
sustainable development.
United Nations Secretary-General�s Study on Violence against children.
(2009). World report on violence against children. In World Report on
Violence Against Children. Geneva, Switzerland: the United Nations
Secretary-General�s Study on Violence against Children.
Wardlaw, Tessa, Aslam, Abid, Anthony, David, Little, C�line, & Cappa,
Claudia. (2014). Data, children�s rights, and the new development agenda. Lancet
(London, England), 383(9929), 1618�1619. Google Scholar
Wikipedia. (2001). Profile Negara Republik Benin, Republik Ekuador, Sri
Lanka. Retrieved februari 6, 2021, from Lokasi negara. Retrieved from
http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Lanka.
Wurzer, Maria. (2011). Learning and Education for Development SOS
Children � s Villages.
Copyright
holder: Alfarabi, Ali Muhammad� (2021) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This
article is licensed under: |