�����������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 3, No 1 Januari 2018
SUPERVISI AKADEMIK DALAM meningkatkan kompetensi
guru SMK Negeri 1 Bojong �dalam �membuat administrasi pembelajaran Berbasis media pembelajaran MELALUI�
WORKSHOP
Syarif Hidayat
Pengawasan
Pendidikan Wilayah II Disdik Propinsi Jawa Barat
Email:
[email protected]
Abstrak
Tujuan utama penulis membuat penelitian ini adalah
untuk melihat seberapa jauh peningkatan yang terjadi pada kompetensi guru SMK
Negeri 1 Bojong dalam penggunaan media sebagai salah satu alternatif
pembelajaran. Penelitian ini bermetodekan penelitian tindakan sekolah dengan
pendekatan Kemmis McTagart. Strategi/Metode Kerja/Teknik Pembinaan
yang digunakan
pada siklus 1 adalah studi dokumentasi, angket, Observasi-Refleksi-Rekomendasi,
dan Focused Group Discussion, sedangkan pada siklus 2 adalah workshop,
observasi-refleksi-rekomendasi, dan FGD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
pembinaan kinerja guru dalam membuat RPP untuk setiap siklus, membuat LKS/soal tes,
membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi keaktifan siswa, membuat daftar
check, dan membuat format observasi keaktifan siswa, sudah menunjukkan
adanya peningkatan, dari siklus I
ke Siklus II. Siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator keaktifan guru telah
diatas 80.00% dan skor� guru minimal� 80.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 100.00%.
Kata Kunci: Supervisi
Akademik, Kompetensi Guru
Pendahuluan
Pimpinan sekolah harus berusaha untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya, dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik, dan bimbingan serta masukan, tentang cara atau metode mendidik/melaksanakan proses pembelajaran yang baik, dan professional (Nana dkk, 2011). Proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah (pendidikan formal) harus diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Oleh karena hal tersebut, suatu pembelajaran harus melibatkan komponen: tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian (Arikunto, 2003). Apabila satu dari sekian komponen tersebut hilang, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran akan terganjal, bahkan terhambat (Sudjana, 2001). Proses komunikasi belajar kerap kali berlangsung dengan pola yang tidak efektif akibat adanya hambatan. Satu dari sekian penghambat tersebut adalah pesan yang tidak sampai dan dicerna dengan baik oleh siswa.
Media adalah satu dari sekian pilihan yang bisa ambil untuk pemaksimalan masukan pesan pada siswa. Melalui pemanfaatan tersebut pendidik dapat menggugah semangat belajar peserta didik. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Munadhi, 2008).
Media pembelajaran sangat bergantung peserta didik dalam proses belajar. Media pembelajaran juga sangat bergantung pada tujuan, materi dan kesiapan dari pendidik dalam menggunakan media tersebut (Habiba, 2009). Pengajaran dengan menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata (simbol verbal). Dengan �adanya hal tersebut penulis berkesimpulan bahwa pengalaman belajar adalah sesuatu yang amat dibutuhkan peserta didik. Penggunakan media adalah salah satu implementasi penggunaan pengalaman sebagai bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Sebab, pada dasarnya, media adalah cara dan/atau alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar (Fakhriah, 2006).
Penggunaan media pembelajaran sangat membantu siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Menurut Levie dan Lentz (1982) dalam Arsyad (2007) penggunaan media memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar. Ada empat fungsi media pembelajaran yaitu, (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris. Media belajar mengakomodasi siswa agar mampu menerima pelajaran yag disajikan guru, baik itu dalam bentuk verbal maupun tulisan. Menurut Arsyad (2007), ada beberapa manfaat media belajar yang dapat diketahui masyarakat luas. manfaat tersebut tidak lain adalah berikut:
a.
Pembelajaran jauh lebih menarik sehingga
memungkinkan pendidik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
b.
Bahan pembelajaran akan lebih mudah
terserap bila menggunakan media belajar, sebab siswa akan lebih tergugah dan
termotivasi belajar saat menggunakan metode dan media belajar� yang tidak biasa digunakan sebelumnya.
c.
Metode belajar akan jauh lebih mengasyikan
dibanding modal belajar terdahulu. Siswa�termasuk juga dengan guru�akan
menikmati setiap tahapan proses pembelajaran, sehingga proses belajar akan
lebih seru dan mengasyikan.
Berdasarkan latar belakang
di atas mendorong peneliti untuk meningkatkan kompetensi guru
SMK Negeri 1 Bojong dalam membuat administrasi
pembelajaran berbasis media pembelajaran melalui penelitian tindakan sekolah.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan
Sekolah.
Penelitian ini sendiri dilakukan
dengan
memberi pembinaan bagi
sekelompok guru di suatu sekolah, melalui beberapa siklus, mengunakan sistem
spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi (Sumarno, 2005), dengan
tahapan mulai dari merencanakan pembinaan setiap siklus, pelaksanan pembinaan
setiap siklus, observasi pelaksanaan dan refleksi pembinaan setiap siklus, yang
dilakukan dari siklus I sampai siklus II dan seterusnya sampai diperoleh
rekomendasi kompetensi guru
pada siklus terakhir tuntas (Sukidin, 2002 & Wiriaatmadja, 1999).
Strategi/Metode
Kerja/Teknik Pembinaan yang digunakan pada siklus 1 adalah studi dokumentasi,
angket, Observasi-Refleksi-Rekomendasi, dan Focused Group Discussion, sedangkan
pada siklus 2 adalah workshop,
observasi-refleksi-rekomendasi, dan FGD.
Secara
garis besar prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan dengan alur sebagaimana
berikut:
Gambar 1
Prosedur Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru di SMK
Negeri 1 Bojong, Jumlah guru yang diteliti sebanyak 41 orang. Penelitian dilaksanakan dari� tanggal�
5 Juni �� 10 Juli 2017. Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka dalam
penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: (1) rencana pelaksanaan
pembinaan; (2) pedoman observasi aktivitas guru; (3) daftar cek aktivitas guru;
(4) instrumen evaluasi guru dalam membuat administrasi pembelajaran berbasis media pembelajaran; (5) format
observasi pembinaan; (6) format diskusi balikan; dan (7) daftar hadir guru.
Data
yang telah diperoleh pada setiap tahapan siklus diolah dan dinalisis melalui
tahap-tahap sebagai berikut: (1) kategori data; (2) interpretasi data; (3) �validitas ata; (4) pelaksanaan siklus; (5) evaluasi
serta (6) analisis dan refleksi.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Persiapan dan Pelaksanaan Pembinaan
Siklus I-II
Hasil observasi proses pembinaan
dari siklus I-II menunjukkan� kompetensi
guru dalam membuat administrasi pembelajaran berbasis media pembelajaran� pada siklus II lebih baik dibanding siklus I,
dengan demikian kegiatan pembinaan pada siklus II berupa kegiatan IHT telah
meningkatkan kompetensi guru dalam membuat administrasi pembelajaran berbasis
media pembelajaran. Mulai dari membuat
RPP untuk setiap siklus, membuat LKS/soal tes untuk setiap siklus, membuat
angket respon siswa, membuat pedoman observasi keaktifan siswa,
membuat daftar cek, dan membuat format observasi keaktifan siswa.
Peneliti
dalam melakukan diskusi balikan, selalu memperhatikan kekurangan-kekurangan
yang ada sehingga� disempurnakan pada
siklus selanjutnya. Catatan lapangan dan lembar diskusi balikan telah mencatat
perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi tidak hanya dari cara hasil
pembinaan, tetapi dilihat juga dilihat dari proses pembinaannya, yaitu
aktivitas guru. Aktivitas guru dan perolehan skor guru, selama pembinaan dari
siklus I sampai siklus II telah mengalami perbaikan dan peningkatan.
2.
Aktivitas Guru dari Siklus 1 � Siklus II��� ���
Proses pembinaan
pada siklus II telah memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas guru dibanding
pada siklus I, mulai dari membuat
RPP untuk setiap siklus, membuat LKS/soal tes untuk setiap siklus, membuat
angket respon siswa, membuat pedoman observasi keaktifan siswa, membuat
daftar cek, dan membuat format observasi keaktifan siswa. Hasil observasi aktivitas guru selama penelitian dari
siklus I sampai siklus II, disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel� 1�
Aktivitas Guru Selama Pembinaan dari Siklus I � Siklus II
Jumlah Guru & Prosentase |
Aktivitas Guru Selama Pembinaan pada Siklus I - II |
|||||||||||
Terampil membuat
RPP berbasis media pembelajaran |
Terampil membuat
LKS/soal test berbasis media pembelajaran |
Terampil membuat
angket respon siswa |
Terampil membuat
pedoman observasi keaktifan siswa |
Terampil membuat
daftar check |
Terampil membuat
format observasi keaktifan siswa |
|||||||
I |
II |
I |
II |
I |
II |
I |
II |
I |
II |
I |
II |
|
Jumlah
Guru |
32 |
35 |
32 |
35 |
33 |
36 |
31 |
35 |
34 |
37 |
31 |
35 |
Prosentase |
78.05 |
85.37 |
78.05 |
85.37 |
80.49 |
87.80 |
75.61 |
85.37 |
82.93 |
90.24 |
75.61 |
85.37 |
Berdasarkan
data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam membuat RPP berbasis media pembelajaran dengan benar dari siklus I sampai siklus II mengalami
peningkatan. Pada�� siklus I guru
yang� benar-benar terampil berjumlah 32
orang (78.05%), dan pada siklus II berjumlah 35 orang (85.37%). Dari siklus I
ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 3 orang (7.31%).
Kompetensi
guru dalam membuat LKS/soal
test berbasis media pembelajaran �dengan benar dari siklus I sampai siklus II
mengalami peningkatan. Pada�� siklus I
guru yang� benar-benar terampil berjumlah
32 orang (78.05%), dan pada siklus II berjumlah 35 orang (85.37%). Dari siklus
I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 3 orang (7.31%).�
Kompetensi
guru dalam membuat angket
respon siswa terhadap penggunaan pembelajaran berbasis media pembelajaran �dengan benar dari
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada
siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 33 orang (80.49%), dan pada
siklus II berjumlah 36 orang (87.80%). Dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 3 orang (7.31%).
Kompetensi
guru dalam membuat pedoman observasi
keaktifan siswa dengan benar dari
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 31 orang (75.61%),
dan pada siklus II berjumlah 35 orang (85.37%). Dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 4 orang (9.76%).
Kompetensi
guru membuat daftar cek dengan benar
dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru
yang� benar-benar terampil berjumlah 34
orang (82.93%), dan pada siklus II berjumlah 37 orang (90.24%). Dari siklus I
ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 3 orang (7.32%)
���� Kompetensi guru membuat format observasi keaktifan siswa dengan benar dari siklus I sampai siklus II mengalami
peningkatan. Pada siklus I guru yang�
benar-benar terampil berjumlah 31 orang (75.61%), dan pada siklus II
berjumlah 35 orang (85.37%). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 4 orang (9.76%).
3.
Skor� Guru dari Siklus I � II
Berdasarkan nilai skor guru SMK Negeri 1 Bojong pada siklus II menunjukkan
adanya peningkatan dibanding siklus I. Peningkatan nilai skor guru dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel� 2
Skor Kompetensi Guru Dalam Membuat RPP Berbasis
Media Pembelajaran dari Siklus I � II
No |
Kode
Guru |
Nilai |
|
Siklus
I |
Siklus
II |
||
1 |
AA |
83.33 |
91.67 |
2 |
AB |
83.33 |
91.67 |
3 |
AC |
75.00 |
83.33 |
4 |
AD |
75.00 |
83,33 |
5 |
AE |
83.33 |
91.67 |
6 |
AF |
75.00 |
83.33 |
7 |
AG |
83.33 |
91.67 |
8 |
AH |
83.33 |
91.67 |
9 |
AI |
83.33 |
91.67 |
10 |
AJ |
75.00 |
83.33 |
11 |
AK |
83.33 |
91.67 |
12 |
AL |
75.00 |
83.33 |
13 |
AM |
75.00 |
83.33 |
14 |
AN |
83.33 |
91.67 |
15 |
AO |
83.33 |
91.67 |
16 |
AP |
83.33 |
91.67 |
17 |
AQ |
75.00 |
83.33 |
18 |
AR |
83.33 |
91.67 |
19 |
AS |
75.00 |
83.33 |
20 |
AT |
83.33 |
91.67 |
21 |
AU |
83.33 |
91.67 |
22 |
AV |
75.00 |
83.33 |
23 |
AW |
75.00 |
83.33 |
24 |
AX |
75.00 |
83.33 |
25 |
AY |
75.00 |
83.33 |
26 |
AZ |
83.33 |
91.67 |
27 |
BB |
83.33 |
91.67 |
28 |
BC |
83.33 |
91.67 |
29 |
BD |
75.00 |
83.33 |
30 |
BE |
75.00 |
83.33 |
31 |
BF |
75.00 |
83.33 |
32 |
BG |
83.33 |
91.67 |
33 |
BH |
83.33 |
91.67 |
34 |
BI |
83.33 |
91.67 |
35 |
BJ |
75.00 |
83.33 |
36 |
BK |
83.33 |
91.67 |
37 |
BL |
83.33 |
91.67 |
38 |
BM |
83.33 |
91.67 |
39 |
BN |
83.33 |
91.67 |
40 |
BO |
83.33 |
91.67 |
41 |
BP |
83.33 |
91.67 |
|
Rata-rata |
79.91 |
88.38 |
|
DSK |
63.41% |
100% |
Dari tabel di atas penulis mendapati beberapa hasil
dan kesimpulan sementara seperti berikut:
1)
Pada
Siklus I, skor tertinggi adalah 83.33, terendah 75.00 dan� rata-ratanya adalah 79.91 serta jumlah guru
yang mengalami ketuntasan sebanyak 26 orang (63.41%).
2)
Pada
Siklus II, nilai rata-rata harian tertinggi adalah 91.67, terendah 83.33
dan��������� �����rata-ratanya adalah 88.38 serta jumlah
guru yang mengalami ketuntasan sebanyak 41 orang (100.00%).
Berdasarkan data
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa skor yang diperoleh guru dari siklus I sampai
pada siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I skor rata-rata guru yaitu 79.91
poin, dan pada siklus II yaitu 88.38 poin, peningkatan yang terjadi sebesar 8.47
point. Begitu juga dengan Daya Serap Klasikal (DSK) mengalami peningkatan.
B. Pembahasan
1. Pengaruh Pembinaan Terhadap
Peningkatan Aktivitas Guru dari Siklus I-II
Proses pembinaan dari siklus I sampai siklus II,
menunjukkan adanya peningkatan nilai guru, pada siklus II lebih tinggi
dibanding siklus I, kemudian aktivitas guru menunjukan pola yang aktif, serta
antusias mengikuti setiap sesi pembinaan.
Hampir semua guru berperan aktif mengikuti kegiatan
pembinaan, mulai dari membuat RPP
untuk setiap siklus, membuat LKS/soal tes untuk setiap siklus, membuat angket
respon siswa, membuat pedoman observasi keaktifan siswa,
membuat daftar cek, dan membuat format observasi keaktifan siswa. Walaupun pada
awalnya banyak yang belum terampil tetapi pada siklus II sudah menunjukkan
kemajuan yang sangat pesat.���
2. Pengaruh Diterapkannya Pembinaan
terhadap Kemampuan dan Keterampilan Guru dalam Membuat Administrasi
Pembelajaran Berbasis Media Pembelajaran
Proses pembinaan
dari siklus I sampai siklus II, skor guru menunjukan adanya peningkatan.
Peningkatan itu menunjukkan bahwa setiap guru telah melaksanakan dan mengikuti
tahap-tahap jalannya kegiatan pembinaan, serta menunjukan bahwa hampir semua
guru berperan aktif mengikuti setiap sesi pembinaan yang dilakukan oleh
peneliti. Sehingga pada saat dilaksanakan pengukuran kemampuan dan keterampilan
guru dalam� membuat administrasi pembelajaran
berbasis media pembelajaran, pada siklus II, sudah 100% guru memperoleh skor 80 ke atas. Selain itu proses
bimbingan dan arahan selama proses pembinaan yang dilakukan sudah diupayakan
efektif, efisien dan intensif. Sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam
melaksanakan proses pembinaan.
Kesimpulan
Dari hasil dan
pembahasan di atas peneliti menemui beberapa kesimpulan sebagaimana uraian
berikut:
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad,
Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Cony Semiawan. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses.
Jakarta:
Gramedia.
Fakhriah, D.
2006. Penggunaan Media pembelajaran pada Sub Materi Pokok Keanekaragaman
Tumbuhan Berpembuluh (Tracheophyta) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
(Skripsi). Cipanas: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Habiba, M.
2009. Media pembelajaran [online]. Tersedia: Http://74.125.153.132/search
?q=cache:12s9HlbX5ycJ:blog.unila.ac.id/pembelajaranilmusosial/files/2009/10/pendekatan-lingkungan.rtf+pendekatan+lingkungan
+dalam+pembelajaran&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id 16� 01 2010 14.58
Munadhi,
Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press
Nana Sujana, dkk. 2011. Buku Kerja Pengawas. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan PSDM
dan PMP. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Permana,
B. 2004. Power Point 2003.
Jakarta: PT. Elek Media Komputindo
Retno. 2003.
Media Pendidikan, Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.
Sudjana,
2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Jakarta:
Sinar Baru.
Sukidin.
2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Insan Cendikia.
Sumarno, U.
2005. Penelitian Tindakan. Makalah.
UPI. Tidak diterbitkan
Udin S.W.
1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Winkell,
W.S. 1993. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Wiriaatmadja,
1999. Penelitian Tindakan dalam Bentuk
Penelitian Siklus Sebagai Upaya Meningkatkan Kemahiran Profesional Dosen di Perguruan
Tinggi. Jurnal Mimbar Penelitian. No 30/Juli. Cipanas. UPI Cipanas