������������ ������������������������� Syntax Literate :
Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
�������� e-ISSN : 2548-1398
�������� Vol. 3, No 2 Februari 2018
FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG CAPAIAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA SMP NEGERI 2 SINDANG RINTISAN
SEKOLAH� BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
KABUPATEN INDRAMAYU
Dedy Kusnaendar
Akademi
Minyak dan Gas (AKAMIGAS) Balongan
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
capaian manajemen mutu terpadu pada SMP Negeri 2 Sindang Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) Kabupaten Indramayu. Penelitian ini melalui �pendekatan kuantitatif dengan metode
pengumpulan data campuran atau mixed method. Penelitian ini menerapkan total
sampling, yaitu semua guru yang berjumlah 45 orang. Teknik analisis data dengan
menggunakan analisis faktor dan analisis regresi ganda dengan metode stepwise
untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap capaian manajemen mutu
terpadu. Berdasarkan analisis faktor terbentuk 1 (satu) variabel terikat yaitu
capaian manajemen mutu terpadu dan 6 (enam) variabel bebas yaitu: sarana dan
prasarana sekolah, evaluasi berkelanjutan, promosi sekolah, kepemimpinan kepala
sekolah, bahasa pengantar dan penguasaan teknologi, serta layanan bagi pelajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh sangat
signifikan terhadap capaian manajemen mutu di sekolah tersebut adalah sarana
dan prasarana sekolah, serta evaluasi berkelanjutan. Sedangkan faktor-faktor
yang kurang signifikan berpengaruh adalah promosi sekolah, kepemimpinan kepala
sekolah, bahasa pengantar dan penguasaan teknologi, serta layanan bagi pelajar.
Pemerintah daerah seharusnya dapat membuat kebijakan pemerataan pendidikan bagi
siswa agar mendapatkan tindakan yang setara dalam menerima layanan pendidikan.
Dinas pendidikan kabupaten dapat meningkatkan program evaluasi untuk mencapai
mutu proses pembelajaran pada setiap sekolah. Sekolah juga dapat menjalin
relasi atau kerjasama dengan pihak-pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan
mutu sekolah.
Kata
Kunci: Manajemen
Mutu Terpadu, Evaluasi Berkelanjutan.
Pendahuluan
Kemajuan
bangsa pada era globalisasi menuntut adanya penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta didukung tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang handal.
Bangsa yang tidak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau tertinggal
dalam bidang ini akan terlibas dalam percaturan antarbangsa yang sangat
kompetitif.
Dunia
pendidikan tidak dapat terlepas dari sistem manajemen. Pada pendidikan terdapat
beberapa kelemahan mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, dan
kelemahan mendasar itu antara lain yaitu bidang manajemen yang masuk dalam
ranah substansi dan proses. Pada ranah proses yang meliputi rencana, tata
laksana� hingga evaluasi terlihat masih
jauh dari prosedur kerja yang diinginkan. Pada ranah substantif seperti
personalia hingga sarana dan prasarana terlihat masih belum komprehensif.
Selain itu kriteria keberhasilan dari ranah ini pun masih belum ditetapkan
secara taat asas (Danim, 2003: 6).
Menurut Supriadi dalam
Suhardan (2010), dikatakan bahwa sejak proklamasi kemerdekaan Tahun 1945 sampai
sekarang, telah lebih setengah abad lamanya pendidikan di Indonesia
berlangsung. Kondisinya telah mencapai banyak kemajuan yang mengesankan.
Terutama untuk memperoleh kesempatan pendidikan bagi warga negaranya. Namun
sayangnya pendidikan yang bermutu sejak dahulu sampai sekarang belum menjadi
komitmen kuat pemerintah. Sampai dengan abad 21, lebih dari 52 juta warga
negara (lebih dari 25%) dari segala usia berada dalam sistem pendidikan di
semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Namun demikian keberhasilan tersebut
belum diimbangi oleh meningginya mutu dan relevansi dalam pendidikan. Dari
pernyataan tersebut dapat menyimpulkan sebuah anggapan bahwa pendidikan yang
diterapkan sejauh ini diterima adalah pendidikan yang belum diimbangi dengan meingginya� mutu dan relevansi dalam dunia pendidikan.
Seharusnya pendidikan dapat mengantarkan manusia menjadi insan yang bermartabat
dengan memiliki kemampuan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya sehingga
dapat berguna bagi dirinya dan orang lain.
Menurut Suprayogo,
bahwa dalam 2010 tercatat ada 360 kabupaten/kota di Indonesia yang mengirimkan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ditempatkan pada sekitar 40 lebih negara.
Dari 360 kabupaten/kota itu, lima kabupaten di Jawa Barat menjadi yang cukup
masif mengirimkan TKI ke negera tujuan.
Masifnya pengiriman TKI
tidak lain adalah karena lapangan kerja di daerah yang terbatas. Selain dari
pada itu, faktor pendidikan dan keterampilan juga menjadi penyebab utama.
Banyak instansi pendidikan yang kurang memiliki fasilitas dan berakibat pada
menurunnya kualitas peserta didik. Lebih dari itu, menurut Depdiknas (2002),
masalah terbesar pendidikan Indonesia adalah mutu. Tidak sedikit institusi
pendidikan yang tidak mengindahkan mutu pendidikan.
Terkait dengan
pendidikan, Kabupaten Indramayu adalah satu dari sekian kabupaten yang cukup
tertinggal dari segi kualitas. Namun kemudian belakangan Kabupaten Indramayu
telah memperbaiki sektor pendidikan tersebut dengan meninjau kembali mutu dan
kualitas pendidikan daerah. Hasil dari peninjauan tersebut menunjukkan bahwa
beberapa instansi pendidikan di Kabupaten Indramayu masih belum memperhatikan
mutu dan kualitas.
Mutu sendiri diartikan
sebagai gambaran umum dari subjek dan/atau objek yang berkemampuan dalam
memuaskan kebutuhan (Rini, 2011: 81). Sementara itu Suryosubroto (2010: 210)
dalam karyanya menjelaskan bahwa mutu adalah derajat keunggulan suatu produk,
baik jasa maupun barang, ataupun tangible
maupun intangible. Sementara itu
Sallis (2010) menerangkan bahwa produk yang bermutu adalah produk yang
bernilai. Bisa juga dibuat dengan biaya yang mahal dan memberikan kesan berarti
untuk sang pemilik. Dengan kata lain mutu pendidikan dapat dikatakan sebagai
kualitas dan/atau gambaran umum dari derajat pendidikan yang sedang
dilaksanakan.
Banyak yang mengkaitkan
mutu pendidikan dengan pendidik. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Mutu
pendidikan tidak hanya berkecimpung pada aspek-aspek yang melibatkan pendidik.
Lebih dari itu. Mutu pendidikan memiliki cakupan wilayah yang lebih luas dari
hanya sekedar aspek terkait pendidik.
Meningkatkan kualitas
dunia pendidikan menjadi poin tersendiri bagi tiap sekolah, tidak terkecuali
sekolah-sekolah di wilayah Kabupaten Indramayu. Dalam mengamini program
pemerintah untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang baik, sekolah-sekolah di
Kabupaten Indramayu pun mulai mempertimbangkan peningkatan kualitas
pendidikannya. SMP Negeri 2 Sindang adalah satu dari sekian banyak sekolah yang
mulai melangkah ke arah sana. Pada perkembangannya sekolah tersebut telah
memberlakukan sistem peningkatan mutu yang disebut Total Quality Management atau dalam bahasa Indonesia berarti
Manajemen Mutu Terpadu. Melangkah dari program tersebut SMP Negeri 2 Sindang
kini mulai menata kualitas dan berhasil meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikannya. Bahkan, melalui program tersebut, sekolah ini telah
memberlakukan sistem Input-Proses-Output-Analisis
dalam pengelolaan sekolah.
Penggunaan program Total Quality Management di SMP Negeri 2
Sindang menjadi satu sudut baru tentang bagaimana pengembangan kualitas mutu
dilakukan. Dari latar belakang tersebut penulis kemudian tertarik untuk
menengok lebih jauh tentang apa dan bagaimana faktor pendorong capaian mutu
pendidikan di sana bekerja. Sehingga, dari rasa penasaran tersebut, peneliti
kemudian tertarik melaksanakan penelitian dengan judul �Faktor-Faktor Pendorong
Capaian Mutu Terpadu Pada SMP Negeri 2 Sindang Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) Kabupaten Indramayu.�
Metodologi
Penelitian
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Alasan peneliti menggunakan
pendekatan ini ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian serta melakukan
interpretasi dari data yang diperoleh mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap capaian manajemen mutu terpadu dengan menggunakan kuesioner daftar uji
mutu.
Penelitian ini
menggunakan total sampling sebagai
teknik penentuan sampel. Teknik ini amat memungkinkan peneliti menggunakan
seluruh populasi penelitian. Teknik ini digunakan karena jumlah populasi
relatif kecil (Sarjono & Julianita, 2011, h. 29). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh guru yang berada di SMP Negeri 2 Sindang RSBI Kabupaten
Indramayu yang berjumlah 45 orang. Hal ini berarti bahwa jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi, yaitu 45 orang. Dengan kata lain, bersandar dari apa
yang telah disampaikan di atas, peneliti kemudian menetapkan jumlah sampel
sebanyak 45 orang. Sama dengan populasi penelitian.
Teknik pengambilan data
dilakukan dengan pola campuran. Pola yang dimaksud tidak lain adalah
penggabungan dari pola kualitatif dan kuantitatif. Adapun upaya� yang dilakukan untuk pengumpulan data tidak
lain adalah wawancara pada responden, penyebaran kuesioner dan observasi
lingkungan.
Teknik analisis menggunakan
analisis faktor. Kerlingger (2003) menjelaskan bahwa analisis ini memiliki
fungsi untuk melayani keiritan upaya ilmiah�
dengan mengurangi dan pengukuran. Sementara itu dalam pelaksanaannya
teknik ini dibantu dengan perangkat lunak bernama SPSS versi 17.0 for Windows.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Objek Penelitian
SMP Negeri 2 Sindang pertama kali dibangun pada
tahun 1960. Sekolah yang berlokasi di Jalan Murahnara No. 5 Kabupaten Indramayu
ini awal berdiri masih berstatus satu atap dengan salah satu sekolah dasar kala
itu. Namun dengan perkembangannya waktu, sekolah dengan Nomor Statistik Sekolah
(NSS) 201021802002 ini tumbuh sebagai sekolah yang ramai peminat.
SMP Negeri 2 Sindang adalah sekolah yang senantiasa
berbenah. Pembenahan dimaksudkan untuk mencapai mutu dan kualitas sekolah
terbaik. Di samping itu, pihak sekolah juga menyadari bahwa pengembangan dan
pembenahan adalah jalan terbaik untuk mencapai sekolah unggulan. �
Salah satu bentuk pengembangan sekolah yang kini
patut dicontoh adalah penerapan sistem mutu pendidikan yang baik. Sistem yang
dimaksud dinamai Total Quality Management
(TQM). Sistem tersebut kemudian membawa SMP Negeri 2 Sindang menjadi
sekolah unggulan dan pemilik gelar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
2. Analisis Faktor Pendorong Capaian
Manajemen Mutu Terpadu
a. Hasil Pengujian KMO and Bartlett�s
Test
Pengujian in difungsikan untuk mengukur homogenitas
indikator. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS. Hasil pengujian seperti
yang terlampir pada tabel berikut:�
Tabel 1
Hasil KMO and
Bartlett�s Test
KMO and Bartlett's Test |
||
Kaiser-Meyer-Olkin
Measure of Sampling Adequacy. |
.660 |
|
Bartlett's
Test of Sphericity |
Approx.
Chi-Square |
1167.104 |
df |
325 |
|
Sig. |
.000 |
Pengujian ini menghasilkan angka 0,660 dengan
signifikansi sebesar 0,000. Dengan kata lain hasil mengungkapkan bahwa data
penelitian berstatus signifikan dan dapat dilanjutkan ke proses analisis
faktor.
b. Analisis Faktor Berpengaruh
Dari
hasil analisis faktor kemudian terbentuk 7 variabel baru. Selanjutnya peneliti
melanjutkan proses analisis dengan metode regresi linier dengan analisis
regresi. Hasil dari analisis terlampir pada tabel di bawah berikut:
Tabel 2
Variables
Entered/removed
Variables Entered/Removeda |
|||
Model |
Variables Entered |
Variables Removed |
Method |
1 |
Sarana
dan Prasarana Sekolah |
. |
Stepwise
(Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050, Probability-of-F-to-remove
>= ,100). |
2 |
Evaluasi
Berkelanjutan |
. |
Stepwise
(Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050, Probability-of-F-to-remove
>= ,100). |
a.
Dependent Variable: Capaian Manajemen Mutu Terpadu |
Dari tabel di atas diketahui bahwa dari sekian
faktor yang ada, hanya ada dua yang dapat masuk�
ke dalam persamaan. Kedua faktor tersebut tidak lain adalah faktor
sarana dan prasarana dan evaluasi berkelanjutan.
Tabel 3
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Change Statistiks |
||||
R Square Change |
F Change |
df1 |
df2 |
Sig. F Change |
|||||
2 |
.596b |
.356 |
.325 |
.355 |
.084 |
5.452 |
1 |
42 |
.024 |
b.
Predictors: (Constant), Sarana dan Prasarana Sekolah, Evaluasi Berkelanjutan. |
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
nilai koefisien korelasi (hubungan keeratan) antara Sarana dan prasarana
sekolah serta Evaluasi berkelanjutan terhadap Capaian Manajemen Mutu Terpadu adalah 0,596.
Koefisien korelasi antara Sarana dan prasarana
sekolah serta Evaluasi berkelanjutan terhadap Capaian Manajemen Mutu Terpadu adalah sebesar 0,596 termasuk
kategori hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan hasil tersebut dapat
menunjukkan bahwa hubungan antara sarana dan prasarana sekolah serta� Evaluasi berkelanjutan terhadap Capaian Manajemen Mutu Terpadu adalah
sebesar 59,6% .
Berdasarkan
tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai R square (R2) atau
disebut koefisien determinasi adalah 0,356 artinya 35,6% variasi yang terjadi
terhadap tinggi atau rendahnya capaian manajemen mutu terpadu disebabkan oleh
variasi sarana dan prasarana sekolah dan evaluasi berkelanjutan, sedangkan
sisanya yaitu 64,4% tidak dapat diterangkan.
c. Analisis Faktor yang Kurang Berpengaruh
Di bawah ini adalah tabel yang menerangkan detail
ragam faktor yang dianggap kurang memberi pengaruh terhadap Capaian Manajemen
Mutu Terpadu:
Tabel 4
Exclude
Variables
Model |
Beta In |
t |
Sig. |
||
2 |
Promosi
Sekolah |
.052b |
.365 |
.717 |
|
Kepemimpinan
Kepala Sekolah |
.093b |
.631 |
.531 |
|
|
Bahasa
Pengantar dan Penguasaan Teknologi |
.157b |
1.025 |
.311 |
|
|
Layanan
Bagi Pelajar |
.081b |
.550 |
.585 |
|
b. Predictors in the Model:
(Constant), Sarana dan Prasarana Sekolah, Evaluasi Berkelanjutan
c. Dependent Variable: Capaian Manajemen Mutu Terpadu
Dari
tabel di atas yaitu excluded variables
(variabel yang tidak masuk persamaan). Dapat dilihat bahwa terdapat 4 variabel
yaitu promosi sekolah, kepemimpinan kepala sekolah,
bahasa pengantar dan penguasaan teknologi, sertalayanan bagi pelajar
yang tidak masuk ke dalam persamaan karena tidak memenuhi kriteria.
3. Beberapa Penyebab yang Membuat
Faktor Tersebut Sangat Signifikan Berpengaruh terhadap Capaian Manajemen Mutu
Terpadu
a. Sarana dan Prasarana Sekolah�
Sarana� dan
prasarana sekolah adalah variabel yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
capaian mutu terpadu di sebuah instansi pendidikan. Hal itu sendiri sesuai
dengan statistik deskriptif terhadap indikator yang termasuk dalam variabel
sarana dan prasarana sekolah. Adapun indikator yang termasuk disini antara
lain; kondisi bangunan, ruang kelas, dan ruang praktikum yang baik, nyaman
serta mendukung tercapainya kegiatan belajar yang baik. Tata letak ruang yang
ideal dan menarik. Lingungan belajar yang terorganisir dan pemberian fungsi
yang merujuk pada kepentingan belajar mengajar.
SMP Negeri 2 Sindang RSBI Kabupaten Indramayu
sendiri telah memiliki banyak fasilitas yang mendukung proses pembelajaran.
Sarana dan prasarana tersebut antara lain, ruang multimedia, fasilitas
olahraga, klinik, ruang seni dan lain-lain. Di samping memiliki fasilitas yang
lengkap, fasilitas SMP Negeri 2 Sindang juga didirikan berdasarkan standar
sarana dan prasarana Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
b. Evaluasi yang Berkelanjutan
Evaluasi yang berkelanjutan adalah satu dari sekian
variabel yang sangat berpengaruh terhadap capaian mutu terpadu di sebuah
instansi pendidikan. Hal tersebut senada dengan hasil statistik deskriptif
terhadap indikator evaluasi berkelanjutan. Adapun indikator-indikator evaluasi
yang berkelanjutan tersebut antara lain, menggunakan pandangan dan/atau
pendapat pelajar sebagai umpan guna perbaikan berkala, penyampaian program pada
stakeholder, memanfaatkan masukan dan
saran pelajar sebagai pertimbangan perbaikan, memanfaatkan pandangan stakeholder sebagai umpan balik untuk
perbaikan berkala, memanfaatkan umpan balik sebagai penentu kebijakan lembaga.
Evaluasi sendiri adalah kegiatan yang mengukur dan
menilai perencanaan terhadap hasil pelaksanaan suatu rencana yang didasarkan
pada standar tertentu. SMP Negeri 2 Sindang sendiri telah melaksanakan proses
evaluasi secara berkelanjutan dan dengan menganut standar internasional.
Pola-pola evaluasi dengan standar tersebut meliputi, 1) kejelasan tujuan dari
evaluasi, 2) pelaksanaan yang dilakukan secara komprehensif, 3) dilakukan oleh
evaluator profesional, 4) dilakukan secara partifisipatif dengan melibatkan
pemangku kebijakan, 5) dilakukan dengan tepat waktu, 6) dilakukan dengan skala
yang jelas dan berkelanjutan, 7) mengacu pada indikator keberhasilan kinerja.
4. Beberapa Penyebab yang Membuat
Faktor Tersebut Kurang Berpengaruh terhadap Capaian Manajemen Mutu Terpadu
a. Promosi Sekolah
Sebuah intituasi baik itu institusi pendidikan
hingga masyarakat hendaknya selalu memberikan informasi terkait institusinya ke
masyarakat. Hal ini tidak lain untuk memberikan gambaran tentang apa dan
bagaimana insititusi berjalan. Di samping itu, cara ini juga berpengaruh
terhadap pengembangan dan/atau penambahan dari calon pengguna institusi.
Sekolah juga termasuk ke dalam institusi yang harus
dan terus mempromosikan diri. Sekolah tidak akan dapat mendapat peserta didik
tanpa melakukan promosi dan pengenalan diri pada masyarakat. Program dan metode
pembelajaran terbaik dari sekolah pun tidak akan sampai sehingga mempengaruhi
penurunan antusiasme calon peserta didik. Hingga pada akhirnya promosi sekolah
adalah sesuatu yang dianggap wajib guna mendongkrak popularitas hingga capaian
mutu pendidikan.
Namun berbeda halnya dengan SMP Negeri 2 Sindang
RSBI Kabupaten Indramayu. Sekolah tersebut adalah satu dari sekian sekolah yang
tersohor di Kabupaten Indramayu. Predikat sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional membantu SMP Negeri 2 Sindang menjaga sekolah yang dikagumi dan
berdampak pada peningkatan antusiasme calon peserta didik. Bahkan, dapat
dikatakan pula, SMP Negeri 2 Sindang tidak lagi membutuhkan promosi sekolah
karena popularitasnya telah dianggap cukup dan mampu memberi dampak baik pada
capaian mutu pendidikan. Sehingga, dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
promosi sekolah tidak lagi berpengaruh terhadap peningkatan capaian manajemen
mutu terpadu.
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Organisasi yang maju adalah organisasi yang memiliki
pemimpin yang berkemampuan baik, entah itu dalam lingkup internal maupun
eksternal. Organisasi yang baik juga organisasi yang memiliki pemimpin yang
taktis dan paham terhadap apa yang Ia lakukan dan apa yang Ia lakukan adalah
semata-mata untuk meningkatkan kualitas organisasi.
SMP Negeri 2 Sindang sendiri telah memberlakukan
kepemimpinan pada semua jenjang level. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
setiap individu baik guru maupun staf telah memiliki tanggung jawab tersendiri
terhadap pekerjaan yang kemudian berpengaruh pada peningkatan kualitas dan
capaian manajemen mutu terpadu institusi. Sehingga dari penelitian ini penulis
menyimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah tidak benar-benar memiliki
pengaruh yang baik terhadap peningkatan mutu manajemen.
c. Bahasa Pengantar dan Penguasaan
Teknologi
Proses pembelajaran yang bermutu merupakan hal yang
sangat berarti dalam konsep manajemen mutu terpadu. Selain guru dituntut
memiliki empat kompetensi dasar, yaitu: professional, pedagogik, kepribadian,
dan sosial. Pada rintisan sekolah bertaraf internasional guru juga dituntut
untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan sistem IT.
Pemilihan metode dalam pembelajaran yang tepat akan menuju pada pembelajaran
yang bermutu. Untuk itu merupakan tanggungjawab guru dan kerjasama dengan siswa
dalam menciptakan pembelajaran yang bermutu. Guru merupakan indikator yang
dominan dalam mempengaruhi mutu pendidikan, mutu pendidikan dimulai dari mutu
pembelajaran di dalam kelas. Dalam penelitian ini guru masih belum secara
maksimal mampu mengimplementasikan pembelajaran dengan menggunakan bahasa
inggris dan penggunaan TIK. Kendalanya terletak pada kemampuan guru dalam
menggunakan bahasa inggris dan penguasaan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran
sehingga hal ini dapat mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif.
Dengan apa yang telah dipaparkan di atas, dapat
dikatakan bahwa bahasa pengantar dan penguasaan teknologi tidak benar-benar
memberi pengaruh lebih terhadap peningkatan capaian manajemen mutu terpadu.
d. Layanan Bagi Pelajar
Dengan memegang prinsip pendidikan untuk semua (Education For All) maka tidak ada
pengecualian bagi siapa saja untuk mendapatkan layanan pendidikan dan mengalami
proses pendidikan. Sekolah pada masa sekarang merupakan milik semua dan potensi
belajar setiap anak harus direalisasikan. Maka di sinilah peran guru di sekolah
untuk dapat menciptakan suasana dan proses yang kondusif agar siswa dapat
belajar dan mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan apa yang termaktub
dalam UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1.
Sekolah harus memberikan kesempatan bagi setiap
calon pelajar untuk dapat menikmati pendidikan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan memegang prinsip keadilan. Artinya jika siswa tersebut menurut
ketentuan sekolah memenuhi kriteria untuk diterima sebagai pelajar di sekolah
tersebut, maka tidak ada alasan bagi sekolah untuk menolaknya. Pada kenyataanya
pada sekolah yang berstatus RSBI masih menekankan pada sistem penerimaan siswa
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan studi dokumentasi terhadap
pengelolaan sekolah dapat terlihat bahwa pada SMP Negeri 2 Sindang RSBI
Kabupaten Indramayu sistem penerimaan siswa baru lebih ketat menjaring hanya
siswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5
Data Siswa
Bilingual
Th. Pelajaran |
Jml Pendaftar (Cln Siswa Baru) |
Kelas VII |
Kelas VIII |
Kelas IX |
Jumlah (Kls. VII +
VIII + IX) |
||||
Jml Siswa |
Jumlah Rombel |
Jml Siswa |
Jumlah Rombel |
Jml Siswa |
Jumlah Rombel |
Siswa |
Rombel |
||
2007/2008 |
319 |
66 |
3 |
- |
- |
- |
- |
66 |
3 |
2008/2009 |
388 |
89 |
3 |
66 |
3 |
- |
- |
155 |
6 |
2009/2010 |
232 |
196 |
7 |
89 |
3 |
66 |
3 |
351 |
13 |
2010/2011 |
287 |
202 |
7 |
175 |
7 |
83 |
3 |
460 |
17 |
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sekolah memiliki
kuota terbatas bagi calon siswa baru sehingga terlihat banyaknya pendaftar
dibandingkan kuota yang dibutuhkan. Hal demikian tentu saja akan mengurangi
kesempatan atau akses bagi siswa lain yang ingin mendapatkan pendidikan pada
sekolah tersebut. Selain sekolah menerapkan sistem penerimaan siswa berdasarkan
kriteria kemampuan akademik, sekolah juga lebih cenderung hanya menerima
pelajar� dari orang tua yang memiliki
latarbelakang ekonomi mampu. Seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Tingkat
Kesejahteraan Orangtua
No. |
Tingkat kesejahteraan |
Prosentase |
1. |
Pra sejahtera |
5 |
2. |
Sejahtera I |
12 |
3. |
Sejahtera II |
71 |
4. |
Purna sejahtera |
12 |
Dari tabel di atas diketahui bahwa sekolah baru
memberikan peluang sebesar 5% bagi keluarga kurang mampu untuk dapat masuk ke
sekolah tersebut. Artinya sekolah masih belum memberikan akses bagi siswa yang
tergolong kurang mampu untuk dapat menikmati pendidikan di sekolah tersebut.
Biaya sekolah di RSBI juga tergolong cukup mahal sehingga menimbulkan diskriminasi
pendidikan karena hanya siswa dari keluarga kaya yang sanggup membayar,
sementara ketentuan kuota bagi siswa miskin sebanyak 20% belum dipenuhi. Maka,
hal tersebut yang menyebabkan sekolah dikatakan kurang memberikan akses
terhadap pelajar.
Kesimpulan
Dari hasil dan
pembahasan di atas penulis mendapati beberapa kesimpulan sebagaimana berikut:
�1.
Faktor-faktor yang berpengaruh sangat
signifikan terhadap capaian manajemen mutu terpadu pada SMP Negeri 2 Sindang
RSBI Kabupaten Indramayu adalah sarana dan prasarana sekolah, serta evaluasi
berkelanjutan. Sedangkan faktor-faktor yang kurang signifikan berpengaruh
adalah promosi sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, bahasa pengantar dan
penguasaan teknologi, serta layanan bagi pelajar.
�2.
Alasan faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap capaian manajemen mutu terpadu pada SMP Negeri 2 Sindang
RSBI Kabupaten Indramayu, yaitu:
a)
Sarana dan prasarana sekolah berpengaruh
sangat signifikan karena sekolah memiliki dukungan yang sangat kuat dari
masyarakat dalam hal ini orang tua siswa hingga alumni;
b)
Perbaikan berkelanjutan juga berpengaruh
sangat signifikan karena sekolah selalu melakukan evaluasi dan tinjauan ulang
terhadap setiap program sekolah secara berkelanjutan terutama berkaitan dengan
upaya terhadap perbaikan sarana dan prasarana sekolah;
c)
Promosi sekolah kurang signifikan
berpengaruh karena sekolah lebih menekankan pada perbaikan komponen-komponen
internal sehingga sekolah sudah memiliki reputasi yang baik di mata masyarakat;
d)
Kepemimpinan kepala sekolah kurang
signifikan berpengaruh karena kepala sekolah telah melaksanakan kepemimpinannya
selama 6 tahun serta pada saat konsep manajemen mutu terpadu ini dilaksanakan,
pendelegasian sudah dilakukan dengan baik. Dengan adanya kepemimpinan pada
semua level dan terdapatnya tim kerja yang solid merupakan faktor yang
menyebabkan kepemimpinan kepala sekolah tidak lagi memiliki pengaruh yang
dominan terhadap capaian manajemen mutu terpadu;
e)
Bahasa pengantar dan penguasaan
teknologi kurang signifikan berpengaruh. Kendalanya terletak pada rendahnya
kemampuan guru dalam berbahasa inggris serta kemampuan dalam menggunakan sarana
pembelajaran yang berbasis IT;
f) Layanan
bagi pelajar kurang signifikan berpengaruh karena sekolah hanya menerima siswa
yang memiliki kemampuan akademik yang baik juga lebih cenderung hanya menerima
pelajar� dari orang tua yang memiliki
latarbelakang ekonomi mampu. Sekolah juga belum memfasilitasi sarana
transportasi yang baik bagi para pelajar;
BIBLIOGRAFI
Danim,
Sudarwan. 2003. Agenda Pembaruan Sistem
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Debdiknas. 2002. Pendidikan
Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Board-Based
Education (Draft). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
PP. No. 38 Tahun
2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota.
Sallis, Edward. 2010. Total Quality Management in Education. Jogjakarta: Ircisod.
Sarjono, Haryadi dan Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL: Pada Sebuah Pengantar,. Aplikasi untuk Riset.
Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi
Profesional. Bandung: Alfabeta.
Suryobroto. 2010. Manajemen
Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.