���������� ������������������������������ Syntax Literate :
Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
����������� e-ISSN : 2548-1398
����������� Vol. 3, No 2 Februari 2018
STRATEGI KOMUNIKASI INOVASI DALAM MEMINIMALISIR
KONFLIK HORIZONTAL PENGEMUDI TAKSI ONLINE DAN KONVENSIONAL DI KOTA BANDUNG
Suhaeri
Program Studi
Ilmu Komunikasi Universitas Kebangsaan Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dapat mendorong dan meghadirkan tantangan
baru di berbagai bidang, tidak terkecuali pada bidang transportasi di antaranya
adalah transportasi taksi online. Kota Bandung sebagai salah satu kota
metropolitan yang sangat punya potensi untuk mengembangkan sarana transportasi
online tersebut
akhir-akhir ini menyita perhatian
beberapa kalangan publik. Berbagai sudut pandang bermunculan terkait eksistensi
layanan tersebut. Ada yang mendukung dan tidak terkait dengan layanan ini.
Kajian ini memberikan gambaran tentang konflik yang ditimbulkan dari para
pengemudi taksi baik online maupun konvensional di Kota Bandung. Penulis
melihat hal tersebut dari sudut pandang komunikasi inovasi dengan strateginya
sehingga dapat meminimalisir dari konflik horizontal antara kedua pengemudi
mode transportasi tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan
kualitatif. Metode ini memungkinkan peneliti mengkaji interaksi sosial subjek
melalui wawancara mendalam. strategi komunikasi inovasi tersebut sangat mempunyai peran dalam
memberikan pemahaman kepada para pengemudi baik online maupun konvensional terkait
gambaran akan dampak dan akibat yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi.
Kata Kunci: Komunikasi Inovasi, Konflik Horizontal,
Pengemudi Taksi
Pendahuluan
Perkembangan teknologi telah mengubah cara
komunikasi dalam bisnis dan menghadirkan tantangan baru terhadap gaya hidup masyarakat
dalam lingkungannya. Transportasi juga berkembang sebagai penunjang pembangunan
nasional dan akhir-akhir ini, transportasi juga menjadi sarana peningkatan
ekonomi untuk bidang skala usaha kecil maupun bidang skala usaha besar.
Pernyataan itu cocok dengan munculnya taksi berbasis
aplikasi di perkotaan. Taksi model online memungkinkan pelanggan mendapat
harga� yang lebih murah, nyaman, dan
tidak harus menunggu taksi dipinggir jalan. Selain itu, harga yang harus
dibayar oleh pelangganpun telah tertera di aplikasi sehingga pelanggan dapat
memperkirakan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membayar taksi. Dari
kelebihan-kelebihan tersebut taksi konvensional merasa dicurangi dan ada dalam
posisi yang tidak adil. Mereka menganggap bahwa dengan adanya taksi ini
pendapatan mereka menurun. Hasil dari kondisi tersebut pun berdampak pada
kericuhan yang kerap muncul. Kericuhan sebagaimana yang telah disebutkan tidak
hanya antara taksi online dengan konvensional. Pihak taksi konvensional juga
menarik para supir angkutan umum sehingga konflik menyebar dan lebih luas.
Pada dasarnya, sebagaimana yang telah dipaparkan di
atas, transportasi online memiliki banyak keunggulan dibanding transportasi
konvensional. Jika diukur dari biaya, transportasi online dinilai lebih murah,
hemat dan harganya dipampang langsung di aplikasi, sehingga memudahkan
pelanggan untuk mengondisikan kocek sebelum
menggunakan jasa transportasi online. Di sisi perizinan, transportasi online
juga tidak terikat dengan aturan transportasi umum. Transportasi online
menggunakan plat hitam. Itu membuatnya tidak membayar pajak sebagaimana
transportasi umum. Selain itu transportasi online juga tidak menjalani uji KIR
setiap 6 bulan sekali. Hal ini jelas memangkas pengeluaran pengelola
transportasi online.
Dalam sisi yang berbeda, pada bisnis transportasi
konvensional, pelanggan tidak hanya membayar jasa angkutan, namun juga biaya
listrik, AC dan sebagainya. Hal itu kemudian menjadi alasan kuat kenapa tarif
taksi konvensional jauh lebih tinggi dibanding taksi online.
Pada kondisi yang berbeda, kesenjangan harga tersebut
kemudian mengakibatkan gesekan antara pihak taksi konvensional dan traksi
online. Supir taksi konvensional menganggap pelanggannya diambil oleh taksi
online. Selain itu, pengambilan penumpang yang seenaknya dan tidak menggunakan
trayek juga memunculkan kekesalan para supir angkot, yang selanjutnya berbuah
konflik sosial.�
Keributan antara taksi online dan konvensional
sejatinya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara lain. Di Seoul
sendiri pernah terjadi hal yang demikian. Akan tetapi, pemerintah setempat
segera meluncurkan program Global Positioning System (GPS), dan meredam
ketegangan antarkeduanya.
Pada masa kemunculannya, transportasi online banyak
mendapatkan sorotan negatif, tak hanya di Indonesia, beberapa kota di wilayah
Eropa juga menunjukan hal yang sama. Banyak aksi demonstrasi, blokir jalan dan
tuntutan agar transportasi online dibubarkan, karena bisnis ini dianggap
merugikan para supir taksi konvensional secara finansial dan pendapatannya.
Selain itu, keberadaan transportasi online juga dianggap menabrak aturan
perundang-undangan.
Layanan transportasi ini muncul tahun 2009 di
Belanda dan baru 2014 transportasi sejenis�
mendarat di Nusantara. Kini, layanan ini mengalami kemajuan pesat, terbukti
dari perluasan kerjasama transportasi online dengan berbagai penyewaan mobil.
Dengan layanan ini, kendaraan mobil dapat di pesan melalui gawai, sehingga konsumen
tidak lagi menunggu di pinggir jalan layaknya taksi konvensional. Kemajuan
teknologi inilah yang kemudian memudahkan pelanggan untuk mengecek lokasi dan
posisi terakhir mobil yang Ia pesan.
Namun kenikmatan tersebut ternyata berbanding
terbalik, transportasi online mengalami penolakan besar-besaran dari berbagai
perusahaan taksi konvensional di Kota Bandung. Demonstrasi menolak transportasi
online terjadi di depan kampus ITB pada agustus 2015 silam. Para demonstran
yang umumnya adalah supir taksi konvensional menyatakan tegas untuk tidak
memberi ijin karena menyalahi regulasi aturan transportasi massa. Penolakan tidak
hanya datang dari para supir angkot. Ridwan�
Kamil yang juga walikota Bandung menolak keberadaan transportasi online.
Ironis memang di saat masyarakat membutuhkan modal
transportasi yang nyaman dan fleksibel, transportasi tersebut justru mengalami
penolakan besar-besaran dari berbagai instansi terkait yang berkepentingan.
Sebenarnya pengguna taksi online amat mendukung dan mengapresiasi keberadaan
mode transportasi ini. Selain penggunaannya cukup mudah, harga yang ditawarkan
juga jauh lebih rendah dibanding taksi konvensional
Komunikasi merupakan salah satu jalan keluar bagi
permasalahan yang kini terjadi. Pada dasarnya, supir transportasi online dan
konvensional dapat secara bersama-sama memecahkan masalah dengan saling
berkomunikasi. Masing-masing bisa saling membicarakan apa yang dibutuhkan.
Dengan pola itu, keduanya dapat menjalin kesepahaman dan menghindari keributan.
Strategi pada hakikatnya
serupa dengan perencanaan dan menejemen. Strategi digunakan untuk sampai ke
tujuan. Namun demikian, strategi disini bukan strategi sebagaimana peta jalan
yang hanya menunjukkan satu arah. Strategi disini adalah strategi dalam sudut
pandang operasional. Strategi ini memungkinkan pelaku untuk melaksanakan
langkah dan/atau tahapan cara dengan lebih taktis dan efektif.
Selaras dengan pengertian strategi sebagaimana
penjelasan di atas. Pada ranah komunikasi, strategi diartikan pula sebagai
rancangan tujuan yang memudahkan pelaku untuk mengikuti tiap langkah dan
tahapan hingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam sudut yang berbeda, strategi komunikasi juga
dikatakan sebagai rencana komunikasi dan manajemen komunikasi. Untuk
mengaplikasikannya, rencana dan/atau manajemen komunikasi tersebut haruslah
dijelaskan secara detail dan terperinci, sehingga pelaksana dapat mengetahui
tiap-tiap langkah yang harus diambil. Tiap langkah tersebut juga harus
dilakukan dengan taktis.
Strategi komunikasi tidak lain
adalah penentu keberhasilan dan/atau efektifitas suatu kegiatan komunikasi.
Dengan kata lain, dari sudut pandang mikro maupun makro, strategi komunikasi
memiliki fungsi ganda (Effendy, 2000: 300),
seperti:
�
Membagikan pesan yang bersifat persuasif,
informatif juga instruktis dengan cara yang lebih sistematik pada sasaran untuk
mendapat hasil optimal;
�
Menjebatinya �cultural gap� karena kemudahan operasional juga dioperasionakannya
media masa yang benar-benar ampuh, yang jika dibiarkan kondisi ini akan merubah
dan/atau merusak budaya.
Strategi adalah kesemua keputusan kondisional terkait
tindakan yang akan dijadikan sebagai jalan menuju tujuan. Dengan kata lain,
dalam meremuskan strategi tersebut, di samping membutuhkan perumusan dan tujuan
yang jelas, perhitungan kondisi dan situasi khalayak juga harus diperhatikan.
Dari apa yang telah diterangkan di atas, penulis menganggap bahwa sasaran dan
khalayak adalah dua hal yang harus benar-benar diperhatikan untuk kali pertama.
Metodologi Penelitian
Permasalahan yang dikaji
disini tidak lain adalah masalah dengan sifat sosial dan dinamis yang cukup
kental. Oleh karena alasan tersebut peneliti kemudian menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan ini memudahkan peneliti untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah hingga menganalisis data yang juga bersifat kualitatif.�
Format penelitian kualitatif
terdiri dari tiga jenis. Jenis pertama ada penelitian dengan format grounded research, verifikasi dan
deskriptif. Adapun penelitian ini menggunakan format deskriptif sebagai
pendekatannya. Pendekatan tersebut kemudian memberikan gambaran tersendiri dari
objek yang diteliti (Koentjaraningrat, 1993: 89).
Dalam pandangan Moleong (2007:
6) penelitian kualitatif tidak lain adalah penelitian yang fokus dalam
pemahaman fenomena tentang hal-hal yang dialami subjek seperti perilaku,
motivasi, persepsi, hingga tindakan. Pasca pemahaman tersebut tersebut peneliti
kemudian menggambarkan hasil penelitian dengan mendeskripsikan dan/atau
menggambarkan hasil dengan lebih detail dan dalam bentuk uruaian.���
Hasil dan Pembahasan �
Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti
kepada informan mengenai strategi komunikasi antara pengemudi taksi online
dengan taksi konvensional dalam menghadapi konflik horizontal di Kota Bandung �diperoleh hasil yang hampir serupa antara jawaban
yang satu dengan jawaban lainnya dari masing-masing informan yang diwawancara.
Upaya yang dilakukan dalam menghindari perselisihan
dengan pengemudi taksi online dengan konvensional adalah membangun kesepahaman
terlebih dahulu antara penumpang taksi online dengan pengemudi taksi online, yaitu
kesadaran dari pengemudi taksi online ketika menjemput penumpang �pada situasi jemputnya. Hal ini merupakan
suatu perencanaan dalam melakukan sebuah strategi dalam berkomunikasi antara
pengemudi taksi online dengan penumpang sebab hal tersebut biasanya yang
menjadi sumber dari perselisihan.
Ketika melakukan
penjemputan dari tempat keramaian seperti mall, stasiun dan bandara, pengemudi
taksi online menghubungi penumpangnya terlebih dahulu untuk mengenali identitas
mobil yang menjemput dan membujuknya untuk berdalih seperti saudara atau teman dari
pengemudi taksi online tersebut supaya terkesan sudah terlihat kenal sejak
lama.
Membuat sebuah
perencanaan (planning) untuk menyatukan frame of reference (kerangka pengetahuan
yang menjadi rujukan) dan field of eksperience (latar belakang
pengalaman dalam hidupnya) merupakan bagian awal dari strategi komunikasi yang
dilakukan� oleh pengemudi taksi online
kepada penumpangnya agar terhindar dari bentrokan dengan pengemudi taksi
konvensional.
�Strategi
komunikasi
berikutnya yang dilakukan oleh pengurus taksi� online maupun taksi konvensional akan efektif terjadi
bila pesan-pesan komunikasi dapat �terkirim dan diterima dengan� baik. �Adapun strategi untuk mencapai komunikasi yang efektif untuk pengurus taksi online dan taksi
konvensional lainnya adalah sebagai berikut; melakukan komunikasi Inovasi yang adaptif (adaptive innovation) antara pengurus,
pengemudi baik taksi online maupun taksi konvensional lainnya. Inovasi tidak lain adalah bentuk perubahan
dan/atau peningkatan kualitas.
Inovasi komunikasi
adalah proses untuk menyampaikan peningkatan kualitas pada para anggota suatu
sistem sosial. Penyampaian yang dimaksud dilaksanakan dengan pendekatan
komunikasi dan berjalan sepanjang waktu. Dengan kondisi demikian, dapat
dikatakan bahwa ada keterkaitan antara komunikasi, inovasi dan difusi.
Munculnya teori difusi
sendiri terjadi pada tahun 1903. Kala itu seorang sosialog Perancis, Gabriel
Tarde, mengenalkan Kurva Difusi berbentuk S. Kurva yang dimaksud memberi
gambaran tentang inovasi yang diadobsi seseorang dan/atau kelompok yang
dilaksanakan dengan melihat dimensi waktu.
Tujuan komunikasi
inovasi tidak lain adalah untuk mencapai pemahaman bersama antara komunikator
dan komunikan. Pemahaman yang dimaksud di sini adalah tentang pesan baru yang
disampaikan. Sementara itu, dalam pandangan Everett proses komunikasi yang
terlibat dalam komunikasi inovasi terbagi menjadi tiga bagian umum. Ketiga
bagian itu adalah berikut:
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Ada
beberapa sumber yang menyebutkan tahap pengetahuan sebagai tahap �Awareness�. Tahap ini merupakan tahap
penyebaran informasi tentang inovasi baru diantaranya adalah keberadaan taksi
online, dan saluran yang paling efektif untuk digunakan adalah saluran media
massa. Dalam tahap ini diberikan penyadaran kepada individu akan mencari atau
membentuk pengertian inovasi dan tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
Rogers mengatakan ada tiga macam pengetahuan yang dicari masyarakat dalam
tahapan ini, yakni:
a. Kesadaran bahwa inovasi itu ada
Dengan
cara menyampaikan kepada semua elemen masyarakat bahwa taksi online merupakan
bagian dari inovasi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sehingga hal
tersebut harus dapat diterima oleh semua elemen masyarakat, tidak terkecuali
pengemudi taksi konvensional.
b. Pengetahuan akan penggunaan inovasi
tersebut
Memberikan
arahan dan pelatihan kepada setiap elemen masyarakat yang membutuhkan
penggunaan inovasi dari taksi online, agar masyarakat dapat merasakan besarnya
manfaat dari inovasi tersebut.
c. Pengetahuan yang mendasari
bagaimana fungsi inovasi tersebut bekerja
Masyarakat
diberikan pemahaman bagaimana fungsi dari inovasi tersebut bekerja, sehingga
tidak ada kekeliruan dalam penggunaan hasil inovasi tersebut.
2. Tahap Persuasi (Persuasion)
Dalam
tahapan ini masyarakat membentuk sikap atau memiliki sifat yang menyetujui atau
tidak menyetujui inovasi tersebut seperti halnya taksi online. Dalam tahap
persuasi ini, masyarakat akan mencari tahu lebih dalam informasi tentang taksi
online tersebut dan keuntungan dalam menggunakannya. Yang membuat tahapan ini
berbeda dengan tahapan pengetahuan adalah pada tahap pengetahuan yang
berlangsung adalah proses memengaruhi kognitif, sedangkan pada tahap persuasi,
aktifitas mental yang terjadi adalah memengaruhi afektif. Pada tahapan ini
seorang calon adopter akan lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi.
Kepribadian dan
norma-norma sosial yang dimiliki calon adopter ini akan menentukan bagaimana ia
mencari informasi, bentuk pesan yang bagaimana yang akan ia terima dan yang
tidak, dan bagaimana cara ia menafsirkan makna pesan yang ia terima berkenaan
dengan informasi tersebut. Sehingga pada tahapan ini seorang calon adopter akan
membentuk persepsi umumnya tentang inovasi tersebut. Beberapa ciri-ciri inovasi
yang biasanya dicari pada tahapan ini adalah karakteristik inovasi yakni relative advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability.
3. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision)
Di
tahapan ini masyarakat pengguna taksi online terlibat dalam aktivitas yang
membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi inovasi tersebut atau tidak sama
sekali. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai
cara tindak yang paling baik. �
Ketiga tahap dalam
strategi komunikasi inovasi tersebut sangat mempunyai peran dalam memberikan
pemahaman kepada para pengemudi, baik pengemudi taksi online maupun pengemudi
taksi konvensional dalam memberikan gambaran tentang dampak atau akibat yang
ditimbulkan dari sebuah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Adapun strategi lain
yang diterapkan oleh beberapa manajemen taksi online maupun konvensional adalah
sebagai berikut:
1.
Memberikan wawasan
tentang manajemen kewirausahaan (enterprenuerial). Dalam
dunia
bisnis, menggambarkan suatu bisnis yang mengorientasikan para pekerjanya bekerja dengan kekuatan sendiri untuk mencapai keuntungan.
One voice, dimana strategi komunikasi mengandalkan seluruh pengurus, pengemudi online maupun taksi
konvensional bekerja dengan �satu suara�.
2.
Menyesuaikan waktu (showtime), istilah yang digunakan oleh pelaku bisnis untuk menggambarkan� semua �komunikasi� kita
�berada
�di atas �on �stage,
dimana
prinsip inilah yang perlu disampaikan pengurus, pengemudi online maupun taksi
konvensional.
3.
Strategi mempercepat (strategic speed), istiah ini berkaitan dengan bekerja cepat dan cerdas (working fast and smart). Disiplin berdialog, berkaitan
dengan pengawasan
terhadap kata-kata yang
diucapkan maupun yang dipresentasikan dalam pertemuan antara
pengurus, pengemudi online maupun taksi konvensional.
Memberikan
pengetahuan akan dampak yang ditimbulkan, memberikan persuasi dan mengambil
keputusan sehingga dengan adanya beragam pilihan moda
transportasi tersebut, maka akan tercipta ragam persaingan di antara individu.
Dengan adanya persaingan, maka perbaikan kualitas akan menjadi sesuatu yang
tidak bisa ditolak. Perbaikan kualitas moda transportasi melalui aplikasi online
adalah hasil dari buah kompetisi yang harus diapresiasi, bukan ditolak. Dan idealnya,
masyarakat tidak seharusnya melakukan penolakan terhadap perkembangan teknologi
yang berkaitan dengan moda transportasi seperti online, karena aplikasi dan
inovasi semacam online adalah hal yang membawa kita pada kemajuan, bukan
kemunduran.
Dengan adanya kesadaran
tersebut dari para pengemudi baik online maupun konvensional maka hal ini akan
memperkecil perselisihan diantara keduanya sehingga dampak negatif yang
mengarah kepada konflik horizontal akan dapat diminimalisir.
Pemerintah juga idealnya
harus memberikan kebebasan ekonomi bagi masyarakat. Hal itu bisa tercermin
dalam kebijakan yang pro terhadap ide-ide baru yang akan membawa kita pada
kehidupan yang lebih modern. Sejarah sudah membuktikan bahwa melalui ide-ide
baru inilah, dunia berhasil keluar dari proteksionisme yang memiliki tendensi
pada perampasan legal.
Kesimpulan
Strategi komunikasi
Inovasi yang dilakukan guna meminimalisir konflik horizontal
antara pengemudi taksi online maupun taksi konvensional akan efektif terjadi
bila pesan-pesan komunikasi dapat terkirim dan
diterima dengan� baik.
�Adapun strategi untuk
mencapai komunikasi yang efektif �adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan
komunikasi Inovasi yang adaptif (adaptive innovation) antara pengurus,
pengemudi baik taksi online maupun taksi konvensional lainnya. Inovasi adalah salah satu bentuk perubahan untuk meningkatkan kualitas komunikasi.
2.
Manajemen �kewirausahaan �(enterprenuerial). �Dalam
�dunia
�bisnis, menggambarkan suatu bisnis yang mengorientasikan para pekerjanya bekerja dengan kekuatan sendiri untuk mencapai keuntungan.
One voice, dimana strategi komunikasi mengandalkan seluruh pengurus, pengemudi online maupun taksi
konvensional bekerja dengan �satu suara�.
3.
Sesuaikan waktu (showtime), istilah yang digunakan oleh pelaku bisnis untuk menggambarkan� semua �komunikasi
kita berada di atas
on stage, �dimana
prinsip inilah yang perlu disampaikan pengurus, pengemudi online maupun taksi
konvensional.
4.
Strategi mempercepat (strategic speed), istiah ini berkaitan dengan bekerja cepat dan cerdas (working fast and smart). Disiplin berdialog, berkaitan
dengan pengawasan
terhadap kata-kata yang
diucapkan maupun yang dipresentasikan dalam pertemuan antara
pengurus, pengemudi online maupun taksi konvensional.
BIBLIOGRAFI
Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung:PT.Rosdakarya.
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta, Indonesia: PT.Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurjanah dan Yasir.2014. Strategi Komunikasi Inovasi Dalam
Pengembangan Potensi Desa Wisata. Riau: Jurnal
Ilmu Komunikasi.
Rogers, Everett M, 1995, Diffusions of Innovations, Forth Edition.
New York: Tree Press.
Wardyaningrum, Damayanti. 2014. Perubahan
Komunikasi Masyarakat Dalam Inovasi Mitigasi Bencana di Wilayah Rawan Bencana
Gunung Merapi. Jakarta.
Jurnal Aspikom.