Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849

e-ISSN : 2548-1398

Vol. 1, No 4 Desember 2016

 

 


DITERMINAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

 

Suyanti

STIKES YPIB Majalengka

email: [email protected]

 

Abstrak

Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan diterminan yang berhubungan dengan penggunaanalat kontrasepsi implant di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka tahun 2015. Jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitiannya sebanyak 108 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsi bukan implan sebanyak 90 akseptor (83,3%). Variabel yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu sikap (r = 0,003), biaya pelayanan (r = 0,000), informasi (r = 0,001), dukungan suami (r = 0,002), sementara yang tidak berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu pengetahuan (r = 1,000), jarak ke fasilitas pelayanan (r = 0,497). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant adalah variabel dukungan suami dengan OR = 14,2 artinya ibu-ibu yang mendapat dukungan dari suami berpeluang 14,2 kali lebih besar menggunakan metode kontrasepsi implant dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari suami setelah dikontrol oleh variabel biaya pelayanan dan informasi. Petugas kesehatan perlu memberikan konseling tentang KB pada ibu yang berkunjung ke tempat pelayanan untuk mendapatkan informasi tentang KB dan mendorong keinginan pada penggunaan KB implan sebagai alternatif bagi akseptor yang menghendaki KB dengan metode jangka panjang.

 

Kata Kunci :, Alat Kontrasepsi, Diterminan, Implant

 

Pendahuluan

Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari. Berhasil tidaknya pelaksanaan pogram keluarga berencana akan menentukan pula berhasil tidaknya usaha mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008).

Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi program keluarga berencana nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Safer (MPS) yang salah satu pesan kuncinya adalah bahwa setiap kehamilan harus mewujudkan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan tersebut, Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama (Saifudin, 2003).

Usaha untuk mewujudkan kehamilan yang diinginkan adalah dengan mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun  menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk penggunaan kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Anwar, 2010).

Strategi pemerintah dalam penggunaan kontrasepsi yang dikembangkan selama ini adalah mengarah kepada pemakaian Metode Kontrasepsi yang Efektif Terpilih atau disebut juga MKET yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), suntik, implant dan Kontrasepsi Mantap (Kontap). Kontrasepsi suntik saat ini sudah cukup banyak yang memakainya, namun untuk alat kontrasepsi MKET lainnya seperti implant masih sedikit pemakainya. Rendahnya pemakaian metode kontrasepsi MKET dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode tersebut karena informasi yang disampaikan petugas pelayanan KB kurang lengkap (BKKBN, 2006).

Faktor lain yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan, dan jumlah anak yang di inginkan. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi (Hartanto, 2004).

Implant sebagai alat kontrasepsi MKET merupakan metode kontrasepsi yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, dengan efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan. Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak dua kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70 mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009).

Sebagai alat kontrasepsi, implant mempunyai banyak kelebihan dibandingkan alat kontrasepsi lainnya, antara lain perlindungan jangka panjang sampai lima tahun, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan sanggama, tidak menganggu ASI, hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan (Saifudin, 2006).

Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity) (Fitri, 2009).

Menurut data Departemen Kesehatan RI, berdasarkan hasil pelayanan peserta KB baru sebanyak 8.647.024 orang, sebagian besar memilih alat kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 4.240.179 orang (49,03%), kemudian alat kontrasepsi pil sebanyak 2.524.025 orang (29,19%), kondom sebanyak 690.165 orang (7,98%), implant sebanyak 612.381 orang (7,08%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebanyak 526.279 orang (6,08%), Metode Operatif Wanita (MOW) sebanyak 31.040 orang (0,35%), dan Metode Operatif Pria (MOP) sebanyak 22.995 orang (0,26%) (Kementerian Kesehatan RI, 2011).(Departemen Kesehatan RI, 2010)

Jumlah akseptor baru di Jawa Barat tahun 2010 sebanyak 1.612.871 akseptor, sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak 844.610 akseptor (52,37%%), kemudian menggunakan alat kontrasepsi pil sebanyak 485.175 akseptor (30,08%), AKDR sebanyak 120.045 akseptor (7,44%), implant sebanyak 86.909 akseptor (5,39%), kondom sebanyak 54.934 akseptor (3,41%), alat kontrasepsi MOW sebanyak 17.533 akseptor (1,09%), dan MOP sebesar 3.645 akseptor (0,23%) (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Pada tahun 2014 di Kabupaten Majalengka jumlah peserta KB baru sebanyak 47.390 akseptor. Sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak 26.795 akseptor (56,54%), kemudian pil sebanyak 11.104 akseptor (23,43%), AKDR sebanyak 3.842 akseptor (8,11%), kondom sebanyak 3.236 akseptor (6,83%), implant sebanyak 1.569 akseptor (3,31%), MOW sebanyak 814 akseptor (1,72%), dan MOP sebanyak 30 akseptor (0,06%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2013).

Puskesmas dengan jumlah akseptor KB yang menggunakan implant pada tahun 2014 di Kabupaten Majalengka paling banyak terdapat di Kecamatan Jatitujuh yaitu sebanyak 241 akseptor. Sedangkan Puskesmas dengan jumlah akseptor KB yang menggunakan implant pada tahun 2014 di Kabupaten Majalengka paling sedikit terdapat di Kecamatan Sukahaji yaitu sebanyak 193 akseptor (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2014).

Menurut penelitian Imroni, dkk (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implan dan peran suami mengenai implan. Sedangkan menurut Musu� (2012), menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant adalah umur, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi, biaya pelayanan kontrasepsi dan dukungan suami.

Menurut penelitian Dini (2014), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, minat, dukungan suami dengan pemakaian kontrasepsi implant di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Sementara Lindh (2011), menyebutkan bahwa faktor yang mempengarui pemilihan kontrasepsi oleh wanita di Swedia adalah usia dan paritas.

Pemilihan alat kontrasepsi yang baik harus berdasarkan kepada tujuan reproduksi akseptor serta dengan pertimbangan mengenai keuntungan dan efek samping dari metode alat kontrasepsi tersebut. Rendahnya akseptor KB yang memilih alat kontrasepsi implant di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui faktor penyebab akseptor KB memillih alat kontrasepsi implant sebagai alat kontrasepsinya.

Pengetahuan peserta KB yang baik tentang program KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih metode alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan dalam memilih, kecocokan, efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan serta tempat pelayanan KB yang sesuai. Prihastuti (2005). Selain faktor-faktor tersebut, umur juga berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi, semakin tua umur ibu maka pemilihan alat kontrasepsi harus pada alat kontrasepsi yang mempunyai efektivitas lebih tinggi, (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008). Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi adalah jumlah paritas, jumlah paritas menentukan jenis pilihan kontrasepsi yang tepat untuk dipilih. Ibu yang mempunyai 2 orang anak hendaknya memilih kontrasepsi jangka panjang dan efektivitasnya tinggi (Hartanto, 2004)

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Diterminan pengunaaan alat kontrasepsi implant di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka diantaranya Pengetahuan ibu, sikap ibu, jarak ke fasilitas pelayanan, biaya pelayanan, infromasi KB dan Dukungan suami

 

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan atau desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukahaji dan pengambilan data dilakukan pada bulan Januari - Februari 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka sebanyak 108 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling, dimana subjek diambil di lokasi penelitian secara kebetulan dengan jumlah sesuai yang datang pada saat penelitian. Data diambil langsung dari responden (primer) dimana identitasnya telah dikumpulkan dari Puskesmas/Bidan Puskesmas Sukahaji. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan angketkepada responden yang secara kebetulan datang ke UPTD Puskesmas Sukahaji dan pengisian kuisioner didampingi oleh tenaga kesehatan/ bidan yang sebelumnya sudah dilakukan pelatihan terlebih dahulu.

 

1.  Analisis Univariat

a.       Gambaran Penggunaan Metode Kontrasepsi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Penggunaan Metode Kontrasepsi

No

Penggunaan

Metode Kontrasepsi Implan

n

%

1

Ya

18

16.7

2

Tidak

Jumlah

90

108

83.3

100.0

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan metode kontrasepsi bukan implan sebanyak 90 akseptor (83,3%).

 

 

 

 

 

b.    Gambaran Pengetahuan Responden

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

No

Pengetahuan

n

%

1

Baik

68

63.0

2

Kurang

Jumlah

40

108

37.0

100.0

 

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 68 akseptor (63,0%).

c.    Gambaran Sikap Responden

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

No

Sikap

n

%

1

Setuju

59

54.6

2

Kurang setuju

Jumlah

49

108

45.4

100.0

 

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden bersikap setuju yaitu sebanyak 59 akseptor (54,6%).

d.    Gambaran Biaya Pelayanan

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Biaya Pelayanan

No

Biaya Pelayanan

n

%

1

Murah

34

31.5

2

Mahal

Jumlah

74

108

68.5

100.0

 

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan biaya pelayanan untuk KB implan adalah mahal yaitu sebanyak 74 akseptor (68,5%).

e.    Gambaran Jarak ke Fasilitas Pelayanan

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jarak ke Fasilitas Pelayanan

No

Jarak ke Fasilitas Pelayanan

n

%

1

Dekat

29

26.9

2

Jauh

79

73.1

 

Jumlah

108

100.0

 

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan jauh yaitu sebanyak 79 akseptor (73,1%).

f.     Gambaran Informasi

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Informasi

No

Informasi

n

%

1

Ada

31

28.7

2

Tidak ada

Jumlah

77

108

71.3

100.0

 

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak mendapat informasi yaitu sebanyak 77 akseptor (71,3%).

g.    Gambaran Dukungan Suami

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Suami

No

Dukungan Suami

n

%

1

Mendukung

54

50.0

2

Tidak mendukung

Jumlah

54

108

50.0

100.0

 

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa setengahnya responden menyatakan suami mendukung penggunaan KB implan yaitu sebanyak 54 akseptor (50,0%).

 

2.  Analisis Bivariat

a.       Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

No

Pengetahuan ibu

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Total

OR (95%CI)

r value

Ya

Tidak

 

n

%

n

%

n

%

 

1.

Baik

11

16,2

57

83,8

68

100

0,910

(0,322-2,574)

1,000

2.

Kurang

7

17,5

33

82,5

40

100

 

Jumlah

18

90

108

 

Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang berpengetahuan baik dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (16,2%), sementara ibu yang berpengetahuan kurang baik dan menggunakan KB implan sebanyak 7 orang (17,5%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 1,000 atau r value > 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015.

b.      Hubungan antara Sikap Ibu dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

No

Sikap ibu

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Total

OR (95%CI)

r value

Ya

Tidak

 

n

%

n

%

N

%

 

 

1.

Setuju

16

27,1

43

72,9

59

100

8,744 (1,899-40,263)

0,001

2.

Tidak setuju

2

4,1

47

95,9

49

100

 

Jumlah

18

90

108

 

Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang bersikap setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 16 orang (27,1%), sementara ibu yang bersikap tidak setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 2 orang (4,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,003 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 8,7 yang berarti bahwa sikap ibu yang setuju berpeluang 8,7 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implant dibanding sikap ibu yang tidak setuju.

c.    Hubungan antara Biaya Pelayanan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Pelayanan dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

No

Biaya Pelayanan

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Total

OR (95%CI)

r value

Ya

Tidak

 

n

%

n

%

N

%

 

 

1.

Murah

13

38,2

21

61,8

34

100

8,543 (2,729-26,744)

0,000

2.

Mahal

5

6,8

69

93,2

74

100

 

Jumlah

18

90

108

 

Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang menyatakan biaya pelayanan murah dan menggunakan KB implant sebanyak 13 orang (38,2%), sementara ibu yang menyatakan biaya pelayanan mahal dan menggunakan KB implan sebanyak 5 orang (6,8%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,000 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara biaya pelayanan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 8,5 yang berarti ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan murah berpeluang 8,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan mahal.

d.   Hubungan antara Jarak Fasilitas Pelayanan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Tabel 11

Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Fasilitas Pelayanan dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

No

Jarak Fasilitas Pelayanan

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Total

OR (95%CI)

r value

Ya

Tidak

 

n

%

n

%

n

%

 

 

1.

Dekat

6

20,7

23

79,3

29

100

1,457 (0,490-4,325)

0,497

2.

Jauh

12

15,2

67

84,8

79

100

 

Jumlah

18

90

108

 

Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan jauh dan menggunakan KB implan sebanyak 6 orang (20,7%), sementara ibu yang menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan dekat dan menggunakan KB implan sebanyak 12 orang (15,2%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,497 atau r value > 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara jarak ke fasilitas pelayanan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015.

e.    Hubungan antara Informasi KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Tabel 12

Distribusi Responden Berdasarkan Informasi KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

No

Informasi KB

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Total

OR (95%CI)

r value

Ya

Tidak

 

n

%

n

%

n

%

 

 

1.

Ada

11

35,5

20

64,5

31

100

5,500 (1,886-16,035)

0,001

2.

Tidak ada

7

9,1

70

90,9

77

100

 

Jumlah

18

90

108

 

Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (35,5%), sementara ibu yang tidak mendapat informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 7 orang (9,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,001 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara informasi dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 5,5 yang berarti bahwa ibu yang mendapat informasi berpeluang 5,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding ibu yang tidak mendapat informasi.

f.     Hubungan antara Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Tabel 13

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

No

Dukungan Suami

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Total

OR (95%CI)

r value

Ya

Tidak

n

%

N

%

n

%

1.

Mendukung

15

27,8

39

72,2

54

100

6,538 (1,768-24,180)

0,002

2.

Tidak mendukung

3

5,6

51

94,4

54

100

 

Jumlah

18

90

108

 

Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat dukungan suami dan menggunakan KB implan sebanyak 15 orang (27,8%), sementara ibu yang tidak mendapat dukungan suami dan menggunakan KB implan sebanyak 3 orang (5,6%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,002 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 6,5 yang berarti bahwa ibu yang mendapat dukungan dari suami berpeluang 6,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami.

 

3.      Analisis Multivariat

Tabel 14

Model Akhir Hasil Analisis Regresi Logistik Hubungan Variabel

Bebas dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

No

Variabel

Β

SE β

r value

OR

(95% CI)

1

Sikap ibu

1.721

0.899

0.056

5.589

(0,960-32.550)

2

Biaya pelayanan

2.355

0.747

0.002

10.537

(2.439-45.516)

3

Informasi KB

1.816

0.774

0.019

6.149

(1.349-28.021)

4

Dukungan suami

2.657

0.888

0.003

14.248

(2.501-81/156)

 

Model akhir yang terpilih adalah model tanpa interaksi seperti terlihat pada tabel di atas, yaitu penggunaan alat kontrasepsi implant dipengaruhi oleh variabel sikap ibu, biaya pelayanan, informasi KB dan dukungan suami. Adapun nilai OR paling tinggi yaitu variabel dukungan suami dengan OR = 14,248 (dibulatkan menjadi 14,2) yang artinya ibu yang mendapat dukungan dari suami berpeluang 14,2 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implant dibanding ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami dan menjadi variabel yang paling dominan setelah dikontrol oleh variabel biaya pelayanan dan informasi.

 

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsi bukan implant sebanyak 90 akseptor (83,3%). Sedangkan di Kabupaten Majalengka tahun 2014 yang menggunakan metode kontrasepsi bukan implant sebanyak 80% sehingga Puskesmas Sukahaji lebih rendah yang menggunakan KB implant. Implant sebagai alat kontrasepsi MKET merupakan metode kontrasepsi yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, dengan efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan. Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak dua kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70 mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009).

1. Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 68 akseptor (63,0%), sementara hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (16,2%), sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang baik dan menggunakan KB implan sebanyak 7 orang (17,5%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 1,000 atau r value > 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Kurniawati (2008) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo menyatakan bahwa akseptor yang berpengetahuan yang baik tentang kontrasepsi sebesar 42,5% dan ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Juga dengan hasil penelitian Imroni (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir menyatakan bahwa akseptor yang berpengetahuan baik sebesar 48,2% dan ada hubungan faktor pengetahuan dengan penggunaan implant.

2. Sikap Ibu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden bersikap setuju yaitu sebanyak 59 akseptor (54,6%), sementara hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu yang bersikap setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 16 orang (27,1%), sementara ibu yang bersikap tidak setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 2 orang (4,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,003 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 8,7 yang berarti bahwa sikap ibu yang setuju berpeluang 8,7 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding sikap ibu yang tidak setuju. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Fish Bein (1975), sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek, dan juga sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku (Hariyadi dkk, 1995).

3. Biaya Pelayanan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan biaya pelayanan untuk KB implan adalah mahal yaitu sebanyak 74 akseptor (68,5%), sedangkan analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu yang menyatakan biaya pelayanan murah dan menggunakan KB implan sebanyak 13 orang (38,2%), sementara ibu yang menyatakan biaya pelayanan mahal dan menggunakan KB implant sebanyak 5 orang (6,8%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,003 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara biaya pelayanan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 8,5 yang berarti bahwa ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan murah berpeluang 8,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan mahal.

4. Jarak ke Fasilitas Pelayanan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan tidak terjangkau yaitu sebanyak 79 akseptor (73,1%), sementara analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu yang menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan terjangkau dan menggunakan KB implan sebanyak 6 orang (20,7%), sementara ibu yang menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan tidak terjangkau dan menggunakan KB implan sebanyak 12 orang (15,2%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,497 atau r value > 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara jarak ke fasilitas pelayanan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015.

5. Informasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak mendapat informasi yaitu sebanyak 77 akseptor (71,3%), sementara hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (35,5%), sementara ibu yang tidak mendapat informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 7 orang (9,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,001 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara informasi dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 5,5 yang berarti bahwa ibu yang mendapat informasi berpeluang 5,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding ibu yang tidak mendapat informasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widaningsih (2007), menemukan ada hubungan antara pemberian informasi dengan pemilihan metode atau alat kontrasepsi rasional di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2002.

6. Dukungan Suami

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa setengahnya responden menyatakan suami mendukung penggunaan KB implan yaitu sebanyak 54 akseptor (50,0%), sementara hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat dukungan suami dan menggunakan KB implant sebanyak 15 orang (27,8%), sementara ibu yang tidak mendapat dukungan suami dan menggunakan KB implan sebanyak 3 orang (5,6%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value = 0,002 atau r value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 6,5 yang berarti bahwa ibu yang mendapat dukungan dari suami berpeluang 6,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implant dibanding ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami. Hasil ini sejalan dengan penelitian Imbarwati (2013) mengenai penggunaan alat kontrasepsi di Kecamatam Pendurungan menyatakan bahwa dukungan suami berhubungan secara bermakna dengan akseptor menggunakan alat kontrasepsi.

g.    Variabel yang Dominan

Model akhir yang terpilih adalah model tanpa interaksi seperti terlihat pada tabel di atas, yaitu penggunaan alat kontrasepsi implant dipengaruhi oleh variabel sikap ibu, biaya pelayanan, informasi KB dan dukungan suami. Adapun nilai OR paling tinggi yaitu variabel dukungan suami dengan OR = 14,248 (dibulatkan menjadi 14,2) yang artinya ibu yang mendapat dukungan dari suami berpeluang 14,2 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implant dibanding ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami dan menjadi variabel yang paling dominan setelah dikontrol oleh variabel biaya pelayanan dan informasi, sedangkan variabel sikap merupakan variabel confounding. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widiawati (2012) yang menyatakan bahwa dukungan suami merupakan faktor paling dominan terhadap pemilihan kontrasepsi setelah dikontrol oleh variabel pendidikan dan pengetahuan akseptor. Sementara Ujianti (2007) menyatakan bahwa dukungan suami mempunyai peran penting dalam pemilihan dan pengunaaan alat kontrasepsi bawah kulit. Dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant adalah variabel dukungan suami setelah dikontrol dengan variabel biaya pelayanan dan informasi. Artinya ibu yang mendapat dukungan suami akan lebih besar peluangnya ibu akan memilih dan menggunakan KB implant.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang diterminan yang berhubungan dengan penggunaanalat kontrasepsi implant di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka tahun 2015 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.    Variabel yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant adalah variabel dukungan suami dengan OR = 14,2 yang artinya ibu-ibu yang mendapat dukungan dari suami berpeluang 14,2 kali lebih besar menggunakan metode kontrasepsi implant dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari suami setelah dikontrol oleh variabel biaya pelayanan dan informasi.

2.    Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant adalah sikap, biaya pelayanan, informasi, dukungan suami (r < 0,05 ).

3.    Hanya sebagian kecil (16,7%) ibu-ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsiimplant.

 

 

Saran

Petugas kesehatan puskesmas dapat memotivasi calon akseptor untuk menggunakan alat kontrasepsi implant melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai metode KB kepada calon akseptor/pasangan usia subur untuk membantu calon peserta KB dalam memilih metode kontrasepsi yang tepat, rational dan efektif. Hal tersebut dapat dilakukan melalui konseling/penyuluhan secara langsung perorangan atau secara tidak langsung seperti meminta bantuan terhadap tokoh agama, tokoh masyarakat, pemberian leaflet atau poster tentang metode kontrasepsi khususnya kontrasepsi implant. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel yang paling dominan dan signifikan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant adalah dukungan suami. Maka Perlunya menggali faktor-faktor apa saja yang menyebabkan para suami tidak mendukung istrinya untuk menggunakan kontrasepsi implant.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Andayani, Dian. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Ibu dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Stikes U�budiyah Banda Aceh.

Anjarwati, Rani. 2005.Definisi dan Jenis Alat Kontrasepsi. http://ridwanaz.com

Aryanti, Hery. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Ali muhammad, Asroni. 2005. Pemilihan Kontrasepsi yang sesuai dan efektif. http://asroni.com.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2006. Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB & KR. Jakarta: BKKBN.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2008. Kesehatan Reproduksi 2008. http://www.bkkbn.go.id., diaksesChaniago, A. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Bracken, Jennifer and Graham, Cynthia A.2006 Young Women�s Attitudes Toward, And Experiences Of, Long-Acting Reversible Contraceptives. University of Southampton.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Pelayanan Keluarga berencana tahun 1995. Jakarta. Depkes RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. 2013. Profil Kesehatan Kabupateen Majalengka Tahun 2013. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.

Dini, Putri Rahma. 2004. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan pemakaian Metode Kontrasepsi Implant di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Skripsi. Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.

Fitri, H. 2009. Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana. http://Fitri050688.blogspot.com,

Bein Fish. 1975.Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana. http://Bein. F 050688.blogspot.com,

Gulo, W. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo.

 

G.W Alport. 1995. Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana. http://G.W.Alport 050688.blogspot.com,

Handayani. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Hariyadi, dkk. 1995. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Hartanto, H. 2004. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan.

Haws, P. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat, Cetakan I. Jakarta: EGC.

Imbuki, Kennedy, dkk. 2010. Factors Influencing Contraceptive Choice And Discontinuation Among Hiv-Positive Women In Kericho, Kenya. African Journal of Reproductive Health December 2010.

Imroni M., Fajar, N A, dan Febry, F. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir tahun 2009. Jurnal Ilmu Kesehatan.

Imroni. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Implant di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kurniawati. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Lindh, Ingela. 2011. Factors Influencing Women�s Choice Of Contraception. Department of Obstetrics and Gynecology Institute of Clinical Sciences.

Magadi, AM and Sian, Curtis. 2000. Trends and Determinants Of Contraceptive Method Choice In Kenya. Social Statistics Research Centre. University of Southampton.

Musu, Apriana Bathara. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Konrasepsi Implan Pada Akseptor Kb di Puskesmas Ciomas Kecamatan Ciomas, Kabupaten BogorTahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Depok.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraida. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan PemilihanAlat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB di Kelurahan Pasir Putih dan Bunja Timur Kecamatan Muara Bunja Kabupaten Bungo Jambi tahun 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Nurfajarlia, Cut. 2011. Faktor-faktor�� yang�� Berhubungan�� dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Oleh Aseptor Keluarga Berencana di Kemukiman Busu Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U�budiyah Banda Aceh Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan. Cetakan Ke-7. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prihastuti, I. 2005. Alkon Hilang, Anak Tak Terbilang. Yogyakarta: Star.

Poerbonegoro. 1994. Definisi dan Jenis Alat Kontrasepsi. http://poerbonegoro.com,

Ramli. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Penerbit Buku Mitra Cendikia Press.

Ridwanaz. 2011.Definisi dan Jenis Alat Kontrasepsi. http://ridwanaz.com,

Saifuddin, A. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, AB. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Salviana, Hasifah, dan Sri Suryani. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat untukMenggunakan Metode Kontrasepsi Hormonal (Implant) Pada Akseptor KB di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013.

Sudarma. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Susanti, P. Mona Wowor dan Rivelino Hamel. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Ibu terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas Ome Kota Tidore Kepulauan. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013.

Susanti. 2009. Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Penggunaan Alat Kontrasepsi Implan Pada Akseptor Keluarga Berencana Aktif di Puskesmas Srondol. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Juli 2009.

Sofyan, M. 2006. Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana. http://sofyan. M 050688.blogspot.com

Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: EGC.

Widayono, 1999. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap ditentukan oleh kepribadian, intelegensi dan minat. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.

 

Widaningsih, 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan pemberian informasi dengan pemilihan metode atau alat kontrasepsi rasionaldi jawa tengah tahun 2007. Jurnal Ilmu Kesehatan.

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.