Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
�e-ISSN : 2548-1398
Vol. 1, No 4 Desember �2016
DITERMINAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
DI WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS SUKAHAJI KABUPATEN
MAJALENGKA �TAHUN
2015
Suyanti
STIKES YPIB Majalengka
email: [email protected]
Abstrak
Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan
mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menjelaskan diterminan yang berhubungan dengan penggunaan� alat kontrasepsi implant di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka tahun 2015. Jenis penelitian
yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel
penelitiannya sebanyak 108 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Sukahaji
Kabupaten Majalengka. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sukahaji tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsi bukan implan sebanyak 90 akseptor (83,3%).
Variabel yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant
yaitu sikap (r = 0,003), biaya pelayanan (r = 0,000), informasi (r = 0,001), dukungan suami (r = 0,002), sementara yang tidak
berhubungan dengan penggunaan
alat kontrasepsi implant yaitu pengetahuan (r =
1,000), jarak ke fasilitas pelayanan (r =
0,497). Variabel yang
paling dominan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant adalah
variabel dukungan suami dengan OR = 14,2 artinya ibu-ibu yang
mendapat dukungan dari suami berpeluang 14,2 kali lebih besar menggunakan
metode kontrasepsi implant dibandingkan dengan ibu-ibu yang
tidak mendapatkan dukungan dari
suami setelah dikontrol oleh variabel biaya
pelayanan dan informasi. Petugas kesehatan perlu
memberikan konseling tentang KB pada ibu yang berkunjung ke tempat pelayanan
untuk mendapatkan informasi tentang KB dan mendorong keinginan pada penggunaan
KB implan sebagai alternatif bagi akseptor yang menghendaki KB dengan metode
jangka panjang.
Kata Kunci :, Alat Kontrasepsi, Diterminan, Implant
Pendahuluan
Program
keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan mengurangi tingkat
kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari. Berhasil tidaknya
pelaksanaan pogram keluarga berencana akan menentukan pula berhasil tidaknya
usaha mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional, 2008).
Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting
dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi program keluarga
berencana nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Safer (MPS) yang salah
satu pesan kuncinya adalah bahwa setiap kehamilan harus mewujudkan kehamilan
yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan tersebut, Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama (Saifudin, 2003).
Usaha untuk mewujudkan kehamilan yang
diinginkan adalah dengan mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara
tersebut termasuk penggunaan kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga (Anwar, 2010).
Strategi pemerintah dalam penggunaan kontrasepsi yang dikembangkan
selama ini adalah mengarah kepada pemakaian Metode Kontrasepsi yang Efektif
Terpilih atau disebut juga MKET yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), suntik, implant dan Kontrasepsi Mantap
(Kontap). Kontrasepsi suntik saat ini sudah cukup banyak yang memakainya, namun
untuk alat kontrasepsi MKET lainnya seperti implant masih sedikit pemakainya. Rendahnya pemakaian metode kontrasepsi MKET dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang
kelebihan metode tersebut karena informasi yang disampaikan petugas pelayanan
KB kurang lengkap (BKKBN, 2006).
Faktor lain yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat
kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial
budaya, sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan, dan jumlah anak yang di
inginkan. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi
juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu
alat kontrasepsi (Hartanto, 2004).
Implant sebagai alat kontrasepsi MKET
merupakan metode kontrasepsi yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama,
dengan efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan. Implant adalah suatu alat
kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic
silicon polidymetri silicon dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang
disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak dua kapsul masing masing kapsul
panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70 mg levonorgetrel,
dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgetrel
adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil
kombinasi (Prawirohardjo, 2009).
Sebagai alat kontrasepsi, implant mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan alat kontrasepsi lainnya, antara lain perlindungan jangka panjang
sampai lima tahun, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan,
tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu kegiatan sanggama, tidak menganggu ASI, hanya perlu kembali ke
klinik bila ada keluhan, dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
(Saifudin, 2006).
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat
kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang
cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk
memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan
kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. KB merupakan program yang
berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning),
menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak
yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase
kesuburan (ferundity) (Fitri, 2009).
Menurut
data Departemen Kesehatan RI, berdasarkan hasil pelayanan peserta KB baru
sebanyak 8.647.024 orang, sebagian besar memilih alat kontrasepsi suntik yaitu
sebanyak 4.240.179 orang (49,03%), kemudian alat kontrasepsi pil sebanyak
2.524.025 orang (29,19%), kondom sebanyak 690.165 orang (7,98%), implant
sebanyak 612.381 orang (7,08%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebanyak
526.279 orang (6,08%), Metode Operatif Wanita (MOW) sebanyak 31.040 orang
(0,35%), dan Metode Operatif Pria (MOP) sebanyak 22.995 orang (0,26%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).� (Departemen
Kesehatan RI, 2010)
Jumlah
akseptor baru di Jawa Barat tahun 2010 sebanyak 1.612.871 akseptor, sebagian
besar menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak 844.610 akseptor (52,37%%),
kemudian menggunakan alat kontrasepsi pil sebanyak 485.175 akseptor (30,08%),
AKDR sebanyak 120.045 akseptor (7,44%), implant sebanyak 86.909 akseptor
(5,39%), kondom sebanyak 54.934 akseptor (3,41%), alat kontrasepsi MOW sebanyak
17.533 akseptor (1,09%), dan MOP sebesar 3.645 akseptor (0,23%) (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Pada
tahun 2014 di Kabupaten Majalengka jumlah peserta KB baru sebanyak 47.390
akseptor. Sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak 26.795
akseptor (56,54%), kemudian pil sebanyak 11.104 akseptor (23,43%), AKDR
sebanyak 3.842 akseptor (8,11%), kondom sebanyak 3.236 akseptor (6,83%),
implant sebanyak 1.569 akseptor (3,31%), MOW sebanyak 814 akseptor (1,72%), dan
MOP sebanyak 30 akseptor (0,06%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2013).
Puskesmas
dengan jumlah akseptor KB yang menggunakan implant pada tahun 2014 di Kabupaten
Majalengka paling banyak terdapat di Kecamatan Jatitujuh yaitu sebanyak 241
akseptor. Sedangkan Puskesmas dengan jumlah akseptor KB yang menggunakan
implant pada tahun 2014 di Kabupaten Majalengka paling sedikit terdapat di
Kecamatan Sukahaji yaitu sebanyak 193 akseptor (Dinas Kesehatan Kabupaten
Majalengka, 2014).
Menurut
penelitian Imroni, dkk (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implan dan
peran suami mengenai implan. Sedangkan menurut Musu� (2012), menyatakan bahwa faktor yang
berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant adalah umur, pengetahuan,
sikap, ketersediaan alat kontrasepsi, biaya pelayanan kontrasepsi dan dukungan
suami.
Menurut
penelitian Dini (2014), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, minat, dukungan suami dengan pemakaian kontrasepsi implant di Desa
Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Sementara Lindh (2011),
menyebutkan bahwa faktor yang mempengarui pemilihan kontrasepsi oleh wanita di
Swedia adalah usia dan paritas.
Pemilihan
alat kontrasepsi yang baik harus berdasarkan kepada tujuan reproduksi akseptor
serta dengan pertimbangan mengenai keuntungan dan efek samping dari metode alat
kontrasepsi tersebut. Rendahnya akseptor KB yang memilih alat kontrasepsi
implant di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji perlu diteliti lebih lanjut
untuk mengetahui faktor penyebab akseptor KB memillih alat kontrasepsi implant
sebagai alat kontrasepsinya.
Pengetahuan peserta KB yang baik tentang program KB akan
mempengaruhi mereka dalam memilih metode alat kontrasepsi yang akan digunakan
termasuk keleluasaan dalam memilih, kecocokan, efektif tidaknya, kenyamanan dan
keamanan serta tempat pelayanan KB yang sesuai. Prihastuti (2005).
Selain faktor-faktor tersebut, umur juga berpengaruh terhadap pemilihan
alat kontrasepsi, semakin tua umur ibu maka pemilihan
alat kontrasepsi harus pada alat kontrasepsi yang mempunyai efektivitas lebih
tinggi, (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008). Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap pemilihan alat
kontrasepsi adalah jumlah paritas, jumlah paritas menentukan jenis pilihan
kontrasepsi yang tepat untuk dipilih. Ibu yang mempunyai 2 orang anak hendaknya
memilih kontrasepsi jangka panjang dan efektivitasnya tinggi (Hartanto, 2004)
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
meneliti mengenai Diterminan pengunaaan alat kontrasepsi implant di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka diantaranya
Pengetahuan
ibu, sikap ibu, jarak ke fasilitas pelayanan, biaya pelayanan, infromasi KB dan
Dukungan suami
Metode
Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan atau desain penelitian cross
sectional. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukahaji dan
pengambilan data dilakukan pada bulan Januari - Februari 2015. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Sukahaji
Kabupaten Majalengka sebanyak 108 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara accidental
sampling, dimana subjek diambil di lokasi penelitian secara kebetulan
dengan jumlah sesuai yang datang pada saat penelitian. Data diambil langsung
dari responden (primer) dimana identitasnya telah dikumpulkan dari
Puskesmas/Bidan Puskesmas Sukahaji. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
memberikan angket� kepada responden yang
secara kebetulan datang ke UPTD Puskesmas Sukahaji dan pengisian kuisioner didampingi
oleh tenaga kesehatan/ bidan yang sebelumnya sudah dilakukan pelatihan terlebih
dahulu.
1. Analisis
Univariat
a. Gambaran Penggunaan Metode Kontrasepsi
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Penggunaan
Metode Kontrasepsi
No |
Penggunaan
Metode
Kontrasepsi Implan |
n |
% |
1 |
Ya |
18 |
16.7 |
2 |
Tidak Jumlah |
90 108 |
83.3 100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menggunakan metode kontrasepsi bukan implan
sebanyak 90 akseptor (83,3%).
b. Gambaran Pengetahuan Responden
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan
No |
Pengetahuan |
n |
% |
1 |
Baik |
68 |
63.0 |
2 |
Kurang Jumlah |
40 108 |
37.0 100.0 |
Berdasarkan tabel di atas,
menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpengetahuan baik yaitu
sebanyak 68 akseptor (63,0%).
c. Gambaran Sikap Responden
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap
No |
Sikap |
n |
% |
1 |
Setuju |
59 |
54.6 |
2 |
Kurang
setuju Jumlah |
49 108 |
45.4 100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
bahwa lebih dari setengah responden bersikap setuju yaitu sebanyak 59 akseptor (54,6%).
d. Gambaran Biaya Pelayanan
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Biaya
Pelayanan
No |
Biaya
Pelayanan |
n |
% |
1 |
Murah |
34 |
31.5 |
2 |
Mahal Jumlah |
74 108 |
68.5 100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan biaya pelayanan untuk KB implan
adalah mahal yaitu sebanyak 74 akseptor (68,5%).
e. Gambaran Jarak ke Fasilitas Pelayanan
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jarak ke Fasilitas Pelayanan
No |
Jarak
ke Fasilitas Pelayanan |
n |
% |
1 |
Dekat |
29 |
26.9 |
2 |
Jauh |
79 |
73.1 |
|
Jumlah |
108 |
100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan jauh
yaitu sebanyak 79 akseptor (73,1%).
f.
Gambaran Informasi
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Informasi
No |
Informasi |
n |
% |
1 |
Ada |
31 |
28.7 |
2 |
Tidak
ada Jumlah |
77 108 |
71.3 100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak mendapat informasi yaitu
sebanyak 77 akseptor (71,3%).
g. Gambaran Dukungan Suami
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan
Suami �
No |
Dukungan
Suami |
n |
% |
1 |
Mendukung |
54 |
50.0 |
2 |
Tidak
mendukung Jumlah |
54 108 |
50.0 100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
bahwa setengahnya responden menyatakan suami mendukung penggunaan KB implan
yaitu sebanyak 54 akseptor (50,0%).
2. Analisis
Bivariat
a.
Hubungan
antara Pengetahuan Ibu dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
Tabel
8
Distribusi
Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu
dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
No |
Pengetahuan ibu |
Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant |
Total |
OR
(95%CI) |
r value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||||
|
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
||
1. |
Baik |
11 |
16,2 |
57 |
83,8 |
68 |
100 |
0,910 (0,322-2,574) |
1,000 |
2. |
Kurang |
7 |
17,5 |
33 |
82,5 |
40 |
100 |
||
|
Jumlah |
18 |
90 |
108 |
Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang
berpengetahuan baik dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (16,2%),
sementara ibu yang berpengetahuan kurang baik dan menggunakan KB implan
sebanyak 7 orang (17,5%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value =
1,000 atau r value >
0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan
alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015.
b.
Hubungan
antara Sikap Ibu dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
Tabel
9
Distribusi
Responden Berdasarkan Sikap Ibu dan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
No |
Sikap ibu |
Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant |
Total |
OR (95%CI) |
r value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||||
|
n |
% |
n |
% |
N |
% |
|
|
|
1. |
Setuju |
16 |
27,1 |
43 |
72,9 |
59 |
100 |
8,744
(1,899-40,263) |
0,001 |
2. |
Tidak setuju |
2 |
4,1 |
47 |
95,9 |
49 |
100 |
||
|
Jumlah |
18 |
90 |
108 |
Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang bersikap
setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 16 orang (27,1%), sementara ibu yang
bersikap tidak setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 2 orang (4,1%). Hasil
uji statistik dengan uji chi square
diperoleh r value =
0,003 atau r value <
0,05, yang artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh
sebesar 8,7 yang berarti bahwa sikap ibu yang setuju berpeluang 8,7 kali lebih
besar akan menggunakan metode kontrasepsi implant dibanding sikap ibu yang
tidak setuju.
c.
Hubungan
antara Biaya Pelayanan dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant
Tabel
5.10
Distribusi
Responden Berdasarkan Biaya Pelayanan
dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
No |
Biaya Pelayanan |
Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant |
Total |
OR
(95%CI) |
r value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||||
|
n |
% |
n |
% |
N |
% |
|
|
|
1. |
Murah |
13 |
38,2 |
21 |
61,8 |
34 |
100 |
8,543
(2,729-26,744) |
0,000 |
2. |
Mahal |
5 |
6,8 |
69 |
93,2 |
74 |
100 |
||
|
Jumlah |
18 |
90 |
108 |
Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang menyatakan
biaya pelayanan murah dan menggunakan KB implant sebanyak 13 orang (38,2%),
sementara ibu yang menyatakan biaya pelayanan mahal dan menggunakan KB implan
sebanyak 5 orang (6,8%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value =
0,000 atau r value <
0,05, yang artinya ada hubungan antara biaya pelayanan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR
diperoleh sebesar 8,5 yang berarti ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan
murah berpeluang 8,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi
implan dibanding ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan mahal.
d. Hubungan antara Jarak Fasilitas Pelayanan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
Tabel 11
Distribusi
Responden Berdasarkan Jarak Fasilitas
Pelayanan dan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant
No |
Jarak
Fasilitas Pelayanan |
Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant |
Total |
OR
(95%CI) |
r value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||||
|
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
|
|
1. |
Dekat |
6 |
20,7 |
23 |
79,3 |
29 |
100 |
1,457
(0,490-4,325) |
0,497 |
2. |
Jauh |
12 |
15,2 |
67 |
84,8 |
79 |
100 |
||
|
Jumlah |
18 |
90 |
108 |
Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang menyatakan
jarak ke fasilitas pelayanan jauh dan menggunakan KB implan sebanyak 6 orang
(20,7%), sementara ibu yang menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan dekat dan
menggunakan KB implan sebanyak 12 orang (15,2%). Hasil uji statistik dengan uji
chi square diperoleh r value =
0,497 atau r value >
0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara jarak ke fasilitas
pelayanan
dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sukahaji tahun 2015.
e.
Hubungan
antara Informasi KB dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant
Tabel
12
Distribusi
Responden Berdasarkan Informasi KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
No |
Informasi KB |
Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant |
Total |
OR
(95%CI) |
r value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||||
|
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
|
|
1. |
Ada |
11 |
35,5 |
20 |
64,5 |
31 |
100 |
5,500
(1,886-16,035) |
0,001 |
2. |
Tidak ada |
7 |
9,1 |
70 |
90,9 |
77 |
100 |
||
|
Jumlah |
18 |
90 |
108 |
Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat
informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (35,5%), sementara ibu
yang tidak mendapat informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 7 orang
(9,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi
square diperoleh r value =
0,001 atau r value <
0,05, yang artinya ada hubungan antara informasi dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh
sebesar 5,5 yang berarti bahwa ibu yang mendapat informasi berpeluang 5,5 kali
lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding ibu yang tidak
mendapat informasi.
f.
Hubungan
antara Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant �
Tabel
13
Distribusi
Responden Berdasarkan Dukungan Suami dan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
No |
Dukungan
Suami |
Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant |
Total |
OR
(95%CI) |
r value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||||
n |
% |
N |
% |
n |
% |
||||
1. |
Mendukung |
15 |
27,8 |
39 |
72,2 |
54 |
100 |
6,538 (1,768-24,180) |
0,002 |
2. |
Tidak mendukung |
3 |
5,6 |
51 |
94,4 |
54 |
100 |
||
|
Jumlah |
18 |
90 |
108 |
Hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat
dukungan suami dan menggunakan KB implan sebanyak 15 orang (27,8%), sementara
ibu yang tidak mendapat dukungan suami dan menggunakan KB implan sebanyak 3
orang (5,6%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value =
0,002 atau r value <
0,05, yang artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR
diperoleh sebesar 6,5 yang berarti bahwa ibu yang mendapat dukungan dari suami
berpeluang 6,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan
dibanding ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami.
3.
Analisis
Multivariat
Tabel 14
Model Akhir
Hasil Analisis Regresi Logistik Hubungan Variabel
Bebas dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
No |
Variabel |
Β |
SE β |
r value |
OR (95%
CI) |
1 |
Sikap
ibu |
1.721 |
0.899 |
0.056 |
5.589 (0,960-32.550) |
2 |
Biaya
pelayanan |
2.355 |
0.747 |
0.002 |
10.537 (2.439-45.516) |
3 |
Informasi
KB |
1.816 |
0.774 |
0.019 |
6.149 (1.349-28.021) |
4 |
Dukungan
suami |
2.657 |
0.888 |
0.003 |
14.248 (2.501-81/156) |
Model akhir yang terpilih adalah model tanpa interaksi seperti
terlihat pada tabel di atas, yaitu penggunaan alat kontrasepsi implant
dipengaruhi oleh variabel sikap ibu, biaya pelayanan, informasi KB dan dukungan
suami. Adapun nilai OR paling tinggi yaitu variabel dukungan suami dengan OR =
14,248 (dibulatkan menjadi 14,2) yang artinya ibu yang mendapat dukungan dari
suami berpeluang 14,2 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi
implant dibanding ibu yang
tidak mendapat dukungan dari suami dan menjadi variabel yang paling dominan
setelah dikontrol oleh variabel biaya pelayanan dan informasi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsi
bukan implant sebanyak 90 akseptor (83,3%). Sedangkan di Kabupaten Majalengka
tahun 2014 yang menggunakan metode kontrasepsi bukan implant sebanyak 80%
sehingga Puskesmas Sukahaji lebih rendah yang menggunakan KB implant. Implant sebagai alat kontrasepsi MKET
merupakan metode kontrasepsi yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama,
dengan efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan. Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon
dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit
adalah sebanyak dua kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing
batang diisi dengan 70 mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi
melalui dinding kapsul. Levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga
dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009).
1. Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari setengah responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 68
akseptor (63,0%), sementara hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu
yang berpengetahuan baik dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (16,2%),
sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang baik dan menggunakan KB implan
sebanyak 7 orang (17,5%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value =
1,000 atau r value >
0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan
alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015.
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Kurniawati (2008) mengenai
faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura Sukoharjo menyatakan
bahwa akseptor yang berpengetahuan yang baik tentang kontrasepsi sebesar 42,5%
dan ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
Sukoharjo. Juga dengan hasil penelitian Imroni (2009) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant di Desa Parit
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir menyatakan bahwa akseptor yang
berpengetahuan baik sebesar 48,2% dan ada hubungan faktor pengetahuan dengan
penggunaan implant.
2. Sikap Ibu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari setengah responden bersikap setuju yaitu sebanyak 59 akseptor
(54,6%), sementara hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu
yang bersikap setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 16 orang (27,1%),
sementara ibu yang bersikap tidak setuju dan menggunakan KB implan sebanyak 2
orang (4,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value =
0,003 atau r value <
0,05, yang artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh
sebesar 8,7 yang berarti bahwa sikap ibu yang setuju berpeluang 8,7 kali lebih
besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding sikap ibu yang tidak
setuju. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Fish Bein (1975), sikap adalah predisposisi emosional yang
dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek, dan juga sikap
merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku
(Hariyadi dkk, 1995).
3. Biaya Pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan biaya pelayanan untuk KB implan
adalah mahal yaitu sebanyak 74 akseptor (68,5%), sedangkan analisis bivariat
menunjukkan bahwa ibu yang menyatakan biaya pelayanan murah dan
menggunakan KB implan sebanyak 13 orang (38,2%), sementara ibu yang menyatakan
biaya pelayanan mahal dan menggunakan KB implant sebanyak 5 orang (6,8%). Hasil
uji statistik dengan uji chi square
diperoleh r value =
0,003 atau r value <
0,05, yang artinya ada hubungan antara biaya pelayanan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh
sebesar 8,5 yang berarti bahwa ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan murah
berpeluang 8,5 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan
dibanding ibu yang menyatakan bahwa biaya pelayanan mahal.
4. Jarak ke Fasilitas Pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan tidak
terjangkau yaitu sebanyak 79 akseptor (73,1%), sementara analisis bivariat
menunjukkan bahwa ibu yang menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan
terjangkau dan menggunakan KB implan sebanyak 6 orang (20,7%), sementara ibu
yang menyatakan jarak ke fasilitas pelayanan tidak terjangkau dan menggunakan
KB implan sebanyak 12 orang (15,2%). Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh r value =
0,497 atau r value >
0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara jarak ke fasilitas
pelayanan
dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sukahaji tahun 2015.
5. Informasi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak mendapat informasi yaitu
sebanyak 77 akseptor (71,3%), sementara hasil analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat
informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 11 orang (35,5%), sementara ibu
yang tidak mendapat informasi dan menggunakan KB implan sebanyak 7 orang
(9,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi
square diperoleh r value =
0,001 atau r value <
0,05, yang artinya ada hubungan antara informasi dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh
sebesar 5,5 yang berarti bahwa ibu yang mendapat informasi berpeluang 5,5 kali
lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implan dibanding ibu yang tidak
mendapat informasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Widaningsih (2007), menemukan ada hubungan antara pemberian informasi dengan
pemilihan metode atau alat kontrasepsi rasional di Propinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur tahun 2002.
6. Dukungan Suami
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa setengahnya responden menyatakan suami mendukung penggunaan
KB implan yaitu sebanyak 54 akseptor (50,0%), sementara hasil
analisis bivariat diperoleh ibu yang mendapat dukungan suami dan menggunakan KB
implant sebanyak 15 orang (27,8%), sementara ibu yang
tidak mendapat dukungan suami dan menggunakan KB implan sebanyak 3 orang
(5,6%). Hasil uji statistik dengan uji chi
square diperoleh r
value = 0,002 atau r
value < 0,05, yang artinya ada hubungan antara dukungan
suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun
2015. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 6,5
yang berarti bahwa ibu yang mendapat dukungan dari suami berpeluang 6,5 kali
lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi implant dibanding ibu yang tidak mendapat dukungan
dari suami. Hasil ini sejalan dengan penelitian Imbarwati (2013) mengenai
penggunaan alat kontrasepsi di Kecamatam Pendurungan menyatakan bahwa dukungan
suami berhubungan secara bermakna dengan akseptor menggunakan alat kontrasepsi.
g.
Variabel yang Dominan
Model akhir yang terpilih adalah model tanpa interaksi seperti
terlihat pada tabel di atas, yaitu penggunaan alat kontrasepsi implant
dipengaruhi oleh variabel sikap ibu, biaya pelayanan, informasi KB dan dukungan
suami. Adapun nilai OR paling tinggi yaitu variabel dukungan suami dengan OR =
14,248 (dibulatkan menjadi 14,2) yang artinya ibu yang mendapat dukungan dari
suami berpeluang 14,2 kali lebih besar akan menggunakan metode kontrasepsi
implant dibanding ibu yang
tidak mendapat dukungan dari suami dan menjadi variabel yang paling dominan
setelah dikontrol oleh variabel biaya pelayanan dan informasi, sedangkan variabel sikap merupakan
variabel confounding. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widiawati (2012) yang menyatakan
bahwa dukungan suami merupakan faktor paling dominan terhadap pemilihan
kontrasepsi setelah dikontrol oleh variabel pendidikan dan pengetahuan
akseptor. Sementara Ujianti (2007) menyatakan bahwa dukungan suami mempunyai
peran penting dalam pemilihan dan pengunaaan alat kontrasepsi bawah kulit.
Dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap
penggunaan alat kontrasepsi implant adalah variabel dukungan suami setelah
dikontrol dengan variabel biaya pelayanan dan informasi. Artinya ibu yang
mendapat dukungan suami akan lebih besar peluangnya ibu akan memilih dan
menggunakan KB implant.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tentang diterminan yang berhubungan dengan penggunaan� alat kontrasepsi implant di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka tahun 2015 maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Variabel yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan alat
kontrasepsi implant adalah variabel dukungan suami dengan OR = 14,2 yang artinya ibu-ibu yang
mendapat dukungan dari suami berpeluang 14,2 kali lebih besar menggunakan
metode kontrasepsi implant dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak mendapatkan
dukungan dari suami setelah dikontrol oleh variabel biaya pelayanan
dan informasi.
2.
Variabel yang berhubungan
secara signifikan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant adalah sikap,
biaya pelayanan, informasi, dukungan
suami (r < 0,05 ).
3. Hanya sebagian kecil (16,7%) ibu-ibu di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsi�
implant.
Saran
Petugas kesehatan puskesmas dapat memotivasi calon akseptor untuk
menggunakan alat kontrasepsi implant melalui komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) mengenai metode KB kepada calon akseptor/pasangan usia subur untuk
membantu calon peserta KB dalam memilih metode kontrasepsi yang tepat, rational
dan efektif. Hal tersebut dapat dilakukan melalui konseling/penyuluhan secara
langsung perorangan atau secara tidak langsung seperti meminta bantuan terhadap
tokoh agama, tokoh masyarakat, pemberian leaflet atau poster tentang metode
kontrasepsi khususnya kontrasepsi implant. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa variabel yang paling dominan dan signifikan
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant adalah dukungan suami.
Maka Perlunya menggali faktor-faktor apa saja yang menyebabkan para suami tidak
mendukung istrinya untuk menggunakan kontrasepsi implant.
BIBLIOGRAFI
Andayani, Dian. 2013. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Minat Ibu dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi Implant di
Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Stikes
U�budiyah Banda Aceh.
Anjarwati,
Rani. 2005.� Definisi dan Jenis Alat Kontrasepsi. http://ridwanaz.com
Aryanti, Hery. 2014. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di
Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Udayana Denpasar.
Ali muhammad, Asroni. 2005. Pemilihan
Kontrasepsi yang sesuai dan efektif. http://asroni.com.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2006. Peningkatan
Partisipasi Pria dalam KB & KR. Jakarta: BKKBN.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
2008. Kesehatan Reproduksi 2008. http://www.bkkbn.go.id., diaksesChaniago,
A. 2002. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Bracken, Jennifer and Graham, Cynthia A.� 2006 Young
Women�s Attitudes Toward, And Experiences Of, Long-Acting Reversible
Contraceptives. University of Southampton.
Departemen
Kesehatan RI. 1995. Pelayanan Keluarga
berencana tahun 1995. Jakarta. Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten
Majalengka. 2013. Profil Kesehatan Kabupateen Majalengka Tahun 2013.
Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
Dini, Putri Rahma. 2004. Beberapa
Faktor yang Berhubungan dengan pemakaian Metode Kontrasepsi Implant di Desa
Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Skripsi. Program Studi
Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Fitri, H. 2009. Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana. http://Fitri050688.blogspot.com,
Bein Fish. 1975.� Pendidikan
Kesehatan Keluarga Berencana. http://Bein. F 050688.blogspot.com,
Gulo, W. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo.
G.W
Alport. 1995. Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana. http://G.W.Alport 050688.blogspot.com,
Handayani. 2010. Buku
Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Hariyadi, dkk. 1995. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Hartanto, H. 2004. KB dan Kontrasepsi.
Jakarta: Sinar Harapan.
Haws,
P. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat, Cetakan I. Jakarta: EGC.
Imbuki,
Kennedy, dkk. 2010. Factors Influencing
Contraceptive Choice And Discontinuation Among Hiv-Positive Women In Kericho,
Kenya. African Journal of Reproductive Health December 2010.
Imroni M., Fajar, N A, dan Febry, F. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Penggunaan Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan
Ilir tahun 2009. Jurnal Ilmu
Kesehatan.
Imroni. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Implant di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil
Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kurniawati. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
Sukoharjo. Surakarta:
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Lindh,
Ingela. 2011. Factors Influencing Women�s
Choice Of Contraception. Department of Obstetrics and Gynecology Institute
of Clinical Sciences.
Magadi, AM and Sian, Curtis. 2000. Trends and Determinants Of Contraceptive Method Choice In Kenya.
Social Statistics Research Centre. University of Southampton.
Musu, Apriana Bathara. 2012. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Pemakaian Konrasepsi Implan Pada Akseptor Kb di
Puskesmas Ciomas Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor� Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Depok.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuraida. 2009. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Pemilihan� Alat Kontrasepsi
Implant pada Akseptor KB di Kelurahan Pasir Putih dan Bunja Timur Kecamatan
Muara Bunja Kabupaten Bungo Jambi tahun 2009. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Nurfajarlia, Cut. 2011. Faktor-faktor�� yang��
Berhubungan�� dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi Oleh Aseptor Keluarga Berencana di Kemukiman Busu Kecamatan Mutiara
Kabupaten Pidie. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U�budiyah Banda
Aceh Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan. Cetakan Ke-7.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prihastuti, I. 2005. Alkon Hilang, Anak Tak Terbilang. Yogyakarta: Star.
Poerbonegoro. 1994. Definisi dan Jenis Alat Kontrasepsi. http://poerbonegoro.com,
Ramli. 2011. Panduan Lengkap
Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Penerbit Buku Mitra Cendikia Press.
Ridwanaz. 2011.Definisi dan Jenis Alat
Kontrasepsi. http://ridwanaz.com,
Saifuddin,
A. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, AB. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salviana,
Hasifah, dan Sri Suryani. 2013. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Rendahnya Minat untuk�
Menggunakan Metode Kontrasepsi Hormonal (Implant) Pada Akseptor KB di
Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013.
Sudarma. 2008. Sosiologi
untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Susanti,
P. Mona Wowor dan Rivelino Hamel. 2013. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Minat Ibu terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
di Puskesmas Ome Kota Tidore Kepulauan. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume
1. Nomor 1. Agustus 2013.
Susanti.
2009. Gambaran Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Rendahnya Penggunaan Alat Kontrasepsi Implan Pada Akseptor
Keluarga Berencana Aktif di Puskesmas Srondol. Ejournal Keperawatan (e-Kp)
Volume 1. Nomor 1. Juli 2009.
Sofyan, M. 2006. Pendidikan
Kesehatan Keluarga Berencana. http://sofyan. M 050688.blogspot.com
Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi IV.
Jakarta: EGC.
Widayono, 1999. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan sikap ditentukan oleh kepribadian, intelegensi dan minat. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Widaningsih,
2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan pemberian
informasi dengan pemilihan metode atau alat kontrasepsi rasionaldi jawa tengah tahun 2007. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.